Malaria 2014.ppt

  • Uploaded by: cresentia
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Malaria 2014.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 1,325
  • Pages: 29
MALARIA

DEFINISI  Suatu penyakit yang akut dan kronis yang terjadi bila eritrosit

diinvasi oleh salah satu dari empat parasit protozoa Genus Plasmodium  Yang ditandai dengan :  Demam tinggi yang rekuren  Menggigil

 Berkeringat  Lemas  Anemia  Splenomegali

ETIOLOGI  Biasanya didapat dari gigitan nyamuk Anopeles betina yang

sebelumnya terinfeksi  Pasca transplasenta dan pasca transfusi darah yang terinfeksi malaria Plasmodium falciparum

Malaria tropika

10-13 hari

Plasmodium vivax

Malaria tertiana

12-16 hari

Plasmodium ovale

Malaria ovale

12-16 hari

Plasmodium malariae

Malaria kuartana

27-37 hari

DAUR HIDUP PLASMODIUM

EPIDEMIOLOGI

 Terdapat di > 100 negara di dunia.

 Terbanyak di Afrika, Asia dan Amerika Selatan.  Di wilayah Asia Tenggara malaria terutama disebabkan  P. vivax dan P. falciparum.

 Dapat ditularkan melalui transfusi darah, jarum suntik,  dan dari ibu hamil ke janinnya.

PATOGENESIS

Proses patologis yang terjadi pada infeksi malaria: 1. Demam 2. Anemia 3. Proses imunopatologis 4. Cytoadherence sel darah merah yang terinfeksi

Demam:

Terjadi pada saat ruptur eritrosit dan terlepasnya merozoit ke dalam sirkulasi. Anemia: Karena hemoisis, sekuestrasi eritrosit pada limpa dan organ lainnya, supresi sumsum tulang. Proses imunopatologis:

Aktivasi poliklonal: hipergammaglobulinemia dan pembentukan kompleks imun, imunosupresi, pelepasan sitokin (mis. TNF a) yang menyebabkan berbagai gejala pada malaria.

Cytoadherence: Melekatnya eritrosit terinfeksi pada endotel pembuluh darah. Terjadi pada infeksi dengan P. falciparum. Dapat menyebabkan obstruksi aliran darah dan kerusakan kapiler sehingga terjadi kebocoran plasma, edema, anoksia otak, jantung, paru, usus dan ginjal.

MANIFESTASI KLINIS 

Gejala prodormal antara lain: sakit kepala, lemah, mual muntah, anoreksia, myalgia, slight fever, dan nyeri pada dada, abdomen, atau sendi-sendi.

Gejala klasik: Demam (paroxysm) bergantian dengan periode fatigue dimana pasien tampak cukup sehat. Demam terjadi bersamaan dengan ruptur skizon yang periodenya berbeda-beda antar spesies plasmodium. Trias malaria (malaria paroxysm): periode dingin-periode panas-periode berkeringat Periode ruptur skizon:

P vivax dan P ovale setiap 48 jam P malariae setiap 72 jam P falciparum tanpa periode

Gejala pada anak yang tidak imun tidak khas: demam rendah dan nyeri kepala demam tinggi dg nyeri kepala, mengantuk, anoreksia, mual, muntah, diare, pucat, sianosis, splenomegali, hepatomegali, anemia, trombositopenia, leukopenia atau normal. Parasitemia: P falciparum: dapat lebih dari 60%, menginfeksi eritrosit matur dan imatur P ovale dan P vivax: <2%, hanya menginfeksi eritrosit imatur P malariae: <2%, hanya menginfeksi eritrosit matur

P falciparum: infeksi paling berat, sering terjadi komplikasi P vivax: tidak seberat P falciparum, dapat terjadi relaps dlm waktu 6 bln-5 thn sejak infeksi awal P malariae: paling ringan dan kronis. Rekrudesensi dapat terjadi 30-40 thn setelah serangan akut Rekrudesensi setelah infeksi dapat terjadi karena masih ada parasit yang bertahan hidup dalam eritrosit Relaps: malaria karena pelepasan merozoit dari sel hati (Pvivax dan ovale) atau persistensi dalam sel darah merah (P malariae)

Malaria kongenital Biasanya terjadi pada ibu yang tidak memiliki imunitas terhadap malaria dan terinfeksi P vivax atau P malariae, atau spesies plasmodium lainnya (lebih jarang). Gejala muncul 10-30 hari setelah lahir, tetapi bisa juga pada usia 14 jam sampai beberapa bulan. Gejala antara lain demam, gelisah, mengantuk, pucat, kuning, tidak mau minum, muntah, diare, sianosis dan hepatosplenomegali.

Bahkan tanpa adanya penularan dari ibu ke janin, malaria pada ibu hamil tetap membahayakan janin.

DIAGNOSIS  Malaria falciparum perlu dicurigai pada: 

   

penderita yang <1 bln lalu berada di daerah endemis malaria parasitemia >2% bentuk cincin dengan dua bintik kromatin satu eritrosit terinfeksi lebih dari satu parasit Diagnosis malaria dengan mengidentifikasi parasit dengan pewarnaan giemsa pada darah tepi.  Pada apusan tebal untuk mendiagnosis adanya infeksi.  Pada apusan tipis untuk mendiagnosis species plasmodium.

Pengambilan sampel: Pada penderita yang dicurigai malaria Dilakukan pada akhir demam dan memasuki periode berkeringat (lebih baik) Beberapa kali sehari selama 3 hari (satu kali hasil negatif belum menyingkirkan diagnosis malaria)

TERAPI Semua jenis plasmodium kecuali P. Falciparum resisten kloroquin:  * Oral:  Chloroquine Phosphate: 10 mg basa/kg (max 600 mg)  6 jam kemudian 5 mg basa/kg (max 300 mg)  24 jam kemudian 5 mg basa/kg (max 300 mg)  24 jam kemudian 5 mg basa/kg (max 300 mg) *Parenteral:  Quinine Dihydrochloride: 20 mg/kg (loading dose selama 4 jam),  diikuti 10 mg/kg diberikan selama 2-4 jam setiap 8 jam (max 1.800 mg/24 jam) sampai dapat diberikan per oral

P . Falciparum resisten kloroquin:

Oral: Quinine Sulfate: 30 mg/kg/hari, bagi 3 dosis, 3-7 hari max 650 mg/kali ditambah Tetrasiklin 20 mg/kg/hari, bagi 4 dosis, 7 hari max 250 mg/kali Parenteral: Quinine Dihydrochloride: dosis sama dg di atas ditambah Sulfadoxine-Pyrimethamine (Fansidar) po: <1thn: ¼ tab dosis tunggal 1-3thn: 1/2 tab dosis tunggal 4-8thn: 1 tab dosis tunggal

9-14thn: 2 tab dosis tunggal >14thn: 3 tab dosis tunggal

Pencegahan relaps: hanya untuk P Vivax dan P Ovale Primaquin Phosphate

0,3mg basa/kg/24jam selama 14 hari (max 15 mg basa atau 26,3 mg garam)

Terapi parenteral dilakukan bila pasien muntah sehingga tidak memungkinkan pemberian obat peroral, menderita gangguan neurologis, edema paru atau gagal ginjal, parasitemia perifer>5%, parasitemia perifer 1-4% dengan serangan malaria berat. Terapi parenteral dihentikan bila parasitemia <1% (umumnya dalam waktu 48 jam), dan pemberian peroral dapat ditolerir pasien. Fansidar tidak boleh diberikan pada pasien dengan riw intoleransi sulfonamide atau pyrimethamine, bayi <2bln, wanita hamil aterm.

Bila jumlah parasit tidak turun (dalam 24-48 jam), atau tidak menjadi negatif setelah 4 hari maka pasien hrs diterapi sebagai penderita dengan parasit yang resisten chloroquine. Terapi suportif: transfusi darah, oksigen untuk pasien dg edema paru atau malaria serebral, glukosa iv untuk pasien dg hipoglikemia, antikonvulsan untuk kejang, dialisis untuk gagal ginjal. Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk malaria serebral.

KOMPLIKASI          

Malaria cerebral Anemia Dehidrasi, gangguan asam basa dan elektrolit Hipoglikemi berat Gagal ginjal Edema paru akut Kegagalan sirkulasi Kecenderungan terjadi perdarahan Hiperpireksia Hemoglobinuri

KOMPLIKASI MALARIA SEREBRAL Disebabkan oleh P falciparum, sering terjadi pada anakanak, dan orang dewasa yang tidak imun. CFR 20-40%. Jarang menyebabkan sekuele. Lebih sering terjadi pada parasitemia > 5%. Gejala: penurunan kesadaran, demam, kejang, gerakan ritmik kepala dan ekstremitas, pupil anisokor, hemiplegia, perdarahan retina, refleks tendon dalam positif. LCS: tekanan tinggi, protein meningkat, pleositosis minimal.

GAGAL GINJAL Disebabkan deposisi hemoglobin pada tubuli ginjal, penurunan aliran darah ginjal, acute tubular necrosis. Blackwater fever adalah sindroma klinis yang terdiri atas hemolisis berat, hemoglobinuria dan gagal ginjal. Disebabkan komplemen dan antibodi menghancurkan eritrosit yang terinfeksi dan menyebabkan anemia hemolitik, hemoglobinuria, oliguria dan jaundice.

EDEMA PARU Umumnya disebabkan pemberian cairan iv berlebihan HIPOGLIKEMIA Sering terjadi pada anak-anak dan wanita hamil serta pasien yang mendapat terapi quinine (kina). Ditandai dengan penurunan kesadaran sehingga sering dikelirukan dengan malaria serebral. Dapat menyebabkan kematian dan sekuele neurologis. TROMBOSITOPENIA Sering didapatkan pada infeksi P falciparum dan P vivax.

RUPTUR LIEN Jarang terjadi, bisa terjadi pada infeksi dengan semua spesies plasmodium. Dapat terjadi spontan atau dgn trauma.

MALARIA ALGID Terjadi pada infeksi P falciparum. Merupakan kejadian yang jarang. Terjadi karena infeksi berat, ditandai dgn hipotensi, hipotermia, nadi cepat dan lemah, napas dangkal, pucat dan kolaps pembuluh darah. Kematian dapat terjadi dalam beberapa jam saja.

PROGNOSIS  Plasmodium vivax

Umumnya baik tidak menyebabkan kematian dan memiliki relaps  Plasmodium malaria

Berlangsung sangat lama dengan kecenderungan relaps  Plasmodium falciparum

Dengan penyulit prognosis menjadi buruk, apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat bahkan dapat meninggal terutama pada anak dengan gizi buruk

Indikator Prognosis Buruk Indikator Laboratorium Menurut WHO Indikator Klinis      



Umur 3 tahun atau kurang. Koma yang berat. Kejang berulang. Refleks kornea negatif. Desebrasi. Dijumpai disfungsi organ (gagal ginjal, edema paru). Terdapat perdarahan retina.



           

Hiperparasitemia (>250.000/ml atau >5%). Skizontemia dalam darah tepi. Leukositosis. PCV<20%. Hemoglobin<7,1 g/dl. Glukosa darah <40mg/dl. Ureum >60 mg/dl. Glukosa likuor serebrospinal rendah. Kreatinin >3,0 mg/dl. Laktat dalam likuor serebrospinal meningkat. SGOT meningkat >3kali normal. Antitrombin rendah. Peningkatan kadar plasma 5’nukleotidase.

PENCEGAHAN MALARIA 





Kemoprofilaksis Mulai 1-2 minggu sebelum pergi ke daerah endemis sampai 4 minggu setelah meninggalkan daerah tersebut. Menghindar dari gigitan nyamuk - Memakai kelambu/kasa anti nyamuk - Menggunakan obat pembunuh nyamuk Vaksin Malaria

TERIMA KASIH

Related Documents

Malaria
June 2020 37
Malaria
November 2019 72
Malaria!!!
November 2019 58
Malaria
May 2020 40
Malaria
November 2019 50
Malaria
November 2019 8

More Documents from ""