Batu Pengguligan.docx

  • Uploaded by: CINTYA
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Batu Pengguligan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 422
  • Pages: 2
BATU PENGGULIGAN

Batu Pengguligan sudah ada sejak zaman dulu. Batu ini biasanya terdapat di rumahrumah penduduk masyarakat Bali. Selain itu batu tersebut juga sangat membantu aktivitas para perempuan Bali menyelesaikan tugasnya yaitu menghaluskan bubu masakan di dapur. Dulu para perempuan Bali berlomba-lomba mencari batu yang berukuran besar di telabah. Hanya di telabahlah terdapat batu pengguligan. Mereka akan sangat gembira ketika menemukan batu yang besar dan sesuai dengan ukuran yang diinginkannya. Para perempuan dengan mengenakan kamen berurukuran sekitar lima meter yang lilit di badan berdondong nyuun atau mengikat batu yang mereka dapatkan dengan talin sampi dipunggunya. Batu pengguligan di taruh pada batu yang lebih tinggi yang berada dekat dengan dapur. Selain digunakan untuk menghaluskan bumbu dapur batu pengguligan juga digunakan untuk ngulig boreh. Boreh merupakan obat tradisional yang digunakan pada kaki, tangan, punggung dan kening. Boreh terbuat dari beras dan cekuh. Sebelumnya beras direndam dalam kau kurang lebih 20 menit. Hal itu dilakukan agar saat proses pengguligan beras mudah hancur. Beras diulig sedikit demi sedikit kemudian dicampur dengan cekuh dan air secukupnya. Campuran cekuh pada beras saat mengulig bermanfaat untuk menimbulkan efek hangat pada tubuh. Selanjutnya mereka akan melepaskan pakaian yang dikenankan dan boreh dilumuri pada bagian kaki, tangan, punggung, dan wajah. Saat tubuh sudah dilumuri dengan

boreh para perempuan tidak hanya diam menunggu boreh kering pada tubuh. Tetapi ada aktivitas yang mereka lakukan. Misalnya saja mejejaitan dan membuat banten. Setelah boreh kering pada tubuh, boreh diusap dengan mengenakan tangan. Hal itu dilakukan agar boreh tidak mengotori lantai karena sangat sulit untuk dibersihkan. Setelah mandi tubuh akan terasa segar dan hangat. Para perempuan Bali juga membuat boreh tatkala anak, cucu, dan suaminya sakit. Kini tradisi membuat boreh sudah jarang dilakukan. Para perempuan Bali yang telah terbiasa dengan kehidupan modern dan praktis menggap boreh sebagai obat yang kolot. Mereka pergi ke dokter atau klinik terdekat untuk memeriksakan diri dan mengonsumsi obat tablet serta sirup yang ditebus di apotek. Hanya para Lansia saja yang masih membuat boreh sebagai obat tradisional. Mereka juga membuat boreh dengan campuran kunyit dan bunga sandat. Berkat adanya boreh sebagai warisan tradional masyarakat bali, banyak para UMKM melirik boreh sebagai peluang usaha. Salah satu sebagai lulur. Banyak para pengusaha membuat produk menggunakan cekuh, kunyit, dan beras sebagai bahan utama untuk membuat lulur, misalnya saja lulur sekar jagat dll. Boreh juga masuk ke dalam bagian treatmen yang di tawar kepada konsumen atau wisatawan yang berkunjung ke SPA. Jadi sikap gengsi para perempuan milenial Bali tidak menggunakan boreh karena takut tangannya yang mulus dan lentik terjepit oleh batu ketika mengulig boreh sangat disayangkan.

Related Documents

14 Batu-batu Yang Aneh
April 2020 33
Batu Ginjal.docx
December 2019 30
Zaman Batu
June 2020 21
Batu Arum.docx
December 2019 29
Batu Ginjal.docx
May 2020 13

More Documents from "Putri Dewanti"