Bahan Sgd Jiwa Lbm 3.docx

  • Uploaded by: Yustisya Ineke Febyan
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bahan Sgd Jiwa Lbm 3.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,043
  • Pages: 13
Skenario

Step 3 1. Apa yang dimaksud cemas ?

2. Faktor resiko gangguan cemas? Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan seseorang meliputi beberapa aspek antara lain, terdapat komponen genetik terhadap kecemasan, scan otak dapat melihat perbedaan terutama pada pasien kecemasan yang respons dengan signal berbahaya, sistem

pemrosesan informasi dalam seseorang berjalan dengan singkat (hal ini dapat direspons dengan suatu ancaman sebelum yang bersangkutan menyadari ancaman tersebut), akar dari gangguan kecemasan mungkin tidak akan menjadi pemisahan mekanisme yang menyertainya namun terjadi pemisahan mekanisme yang mengendalikan respons kecemasan dan yang menyebabkan situasi diluar kontrol (Sani, 2012) Teori Psikoanalitik Sigmeun Freud menyatakan dalam bukunya “ 1926 Inhibitons, Symptoms, Anxiety” bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan yang tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan pelepasan sadar. Sebagai suatu sinyal, kecemasan menyadarkan ego untuk mengambil tindakan defensif terhadap tekanan dari dalam. Jika kecemasan naik di atas tingkatan rendah intensitas karakter fungsinya sebagai suatu sinyal, ia akan timbul sebagai serangan panik.

Teori Perilaku Rasa cemas dianggap timbul sebagai respon dari stimulus lingkungan yang spesifik. Contohnya, seorang anak laki-laki yang dibesarkan oleh ibunya yang memperlakukannya semena-mena, akan segera merasa cemas bila ia bertemu ibunya. Melalui proses generalisasi, ia akan menjadi tidak percaya dengan wanita. Bahkan seorang anak dapat meniru sifat orang tuanya yang cemas.

Teori Eksistensi Pada gangguan cemas menyeluruh, tidak didapatkan stimulus rasa cemas yang bersifat kronis. Inti dari teori eksistensi adalah seseorang merasa hidup di dalam dunia yang tidak bertujuan. Rasa cemas adalah respon mereka terhadap rasa kekosongan eksistensi dan arti.

Berdasarkan aspek biologis, didapatkan beberapa teori yang mendasari timbulnya cemas yang patologis antara lain: •

Sistem saraf otonom



Neurotransmiter

Neurotransmiter

A. Norepinephrine Gejala kronis yang ditunjukan oleh pasien dengan gangguan cemas berupa serangan panik, insomnia, terkejut, dan autonomic hyperarousal, merupakan karakteristik dari peningkatan fungsi noradrenergik. Teori umum dari keterlibatan norepinephrine pada gangguan cemas, adalah pasien tersebut memiliki kemampuan regulasi sistem noradrenergik yang buruk terkait dengan peningkatan aktivitas yang mendadak. Sel-sel dari sistem noradrenergik terlokalisasi secara primer pada locus ceruleus pada rostral pons, dan memiliki akson yang menjurus pada korteks serebri, sistem limbik, medula oblongata, dan medula spinalis. Percobaan pada primata menunjukan bila diberi stimulus pada daerah tersebut menimbulkan rasa takut dan bila dilakukan inhibisi, primata tersebut tidak menunjukan adanya rasa takut. Studi pada manusia, didapatkan pasien dengan gangguan serangan panik, bila diberikan agonis reseptor β-adrenergik ( Isoproterenol ) dan antagonis reseptor α-2 adrenergik dapat mencetuskan serangan panik secara lebih sering dan lebih berat. Kebalikannya, clonidine, agonis reseptor α-2 menunjukan pengurangan gejala cemas.

B. Serotonin Ditemukannya banyak reseptor serotonin telah mencetuskan pencarian peran serotonin dalam gangguan cemas. Berbagai stress dapat menimbulkan peningkatan 5hydroxytryptamine pada prefrontal korteks, nukleus accumbens, amygdala, dan hipotalamus lateral. Penelitian tersebut juga dilakukan berdasarkan penggunaan obatobatan serotonergik seperti clomipramine pada gangguan obsesif kompulsif. Efektivitas pada penggunaan obat buspirone juga menunjukkan kemungkinan relasi antara serotonin dan rasa cemas. Sel-sel tubuh yang memiliki reseptor serotonergik ditemukan dominan pada raphe nuclei pada rostral brainstem dan menuju pada korteks serebri, sistem limbik, dan hipotalamus.

C. GABA Peran GABA pada gangguan cemas sangat terlihat dari efektivitas obat-obatan benzodiazepine, yang meningkatkan aktivitas GABA pada reseptor GABA tipe A. Walaupun benzodiazepine potensi rendah paling efektif terhadap gejala gangguan cemas

menyeluruh, benzodiazepine potensi tinggi seperti alprazolam dan clonazepam ditemukan efektif pada terapi gangguan serangan panik

Pada suatu studi struktur dengan CT scan dan MRI menunjukan peningkatan ukuran ventrikel otak terkait dengan lamanya pasien mengkonsumsi obat benzodiazepine. Pada satu studi MRI, sebuah defek spesifik pada lobus temporal kanan ditemukan pada pasien dengan gangguan serangan panik. Beberapa studi pencitraan otak lainnya juga menunjukan adanya penemuan abnormal pada hemisfer kanan otak, tapi tidak ada pada hemisfer kiri. fMRI, SPECT, dan EEG menunjukan penemuan abnormal pada korteks frontal pasien dengan gangguan cemas, yang ditemukan juga pada area oksipital, temporal, dan girus hippocampal. Pada gangguan obsesif kompulsif diduga terdapat kelainan pada nukleus kaudatus. Pada PTSD, fMRI menunjukan pengingkatan aktivitas pada amygdala.

Sistem Saraf Otonom Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat stimulus terhadap sistem saraf otonom adalah: •

sistem kardiovaskuler (palpitasi)



muskuloskeletal (nyeri kepala)



gastrointestinal (diare)



respirasi (takipneu)

Sistem saraf otonom pada pasien dengan gangguan cemas, terutama pada pasien dengan gangguan serangan panik, mempertunjukan peningkatan tonus simpatetik, yang beradaptasi lambat pada stimuli repetitif dan berlebih pada stimuli yang sedang.

Berdasarkan pertimbangan neuroanatomis, daerah sistem limbik dan korteks serebri dianggap memegang peran penting dalam proses terjadinya cemas.

Korteks Serebri Korteks serebri bagian frontal berhubungan dengan regio parahippocampal, cingulate gyrus, dan hipotalamus, sehingga diduga berkaitan dengan gangguan cemas. Korteks temporal juga dikaitkan dengan gangguan cemas. Hal ini diduga karena adanya

kemiripan antara presentasi klinis dan EEG pada pasien dengan epilepsy lobus temporal dan gangguan obsesif kompulsif.

Sistem Limbik Selain menerima inervasi dari noradrenergik dan serotonergik, sistem limbik juga memiliki reseptor GABA dalam jumlah yang banyak. Ablasi dan stimulasi pada primata juga menunjukan jikalau sistem limbik berpengaruh pada respon cemas dan takut. Dua area pada sistem limbik menarik perhatian peneliti, yakni peningkatan aktivitas pada septohippocampal, yang diduga berkaitan dengan rasa cemas, dan cingulate gyrus, yang diduga berkaitan dengan gangguan obsesif kompulsif. Gangguan Cemas, Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa, Universitas Tarumanegara 3. Gejala gangguan cemas Gejala-gejala cemas pada dasarnya terdiri dari dua komponen yakni, kesadaran terhadap sensasi fisiologis ( palpitasi atau berkeringat ) dan kesadaran terhadap rasa gugup atau takut. Selain dari gejala motorik dan viseral, rasa cemas juga mempengaruhi kemampuan berpikir, persepsi, dan belajar. Umumnya hal tersebut menyebabkan rasa bingung dan distorsi persepsi. Distorsi ini dapat menganggu belajar dengan menurunkan kemampuan memusatkan perhatian, menurunkan daya ingat dan menganggu kemampuan untuk menghubungkan satu hal dengan lainnya. Aspek yang penting pada rasa cemas, umumnya orang dengan rasa cemas akan melakukan seleksi terhadap hal-hal disekitar mereka yang dapat membenarkan persepsi mereka mengenai suatu hal yang menimbulkan rasa cemas. Gangguan

Cemas,

Kepaniteraan

Klinik

Ilmu

Kedokteran

Jiwa,

Tarumanegara

Menurut Stuard & Sudden (1998) membagi respon kecemasan meliputi : a. Respon fisiologis 1. Kardiovaskuler Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah tinggi, rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, dan denyut nadi meningkat

Universitas

2. Pernafasan Nafas cepat, nafas pendek, tekanan pada dada, nafas dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, terengah-engah. 3. Neuromuskuler Reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang kelemahan umum, kaki goyah, gerakan yang janggal. 4. Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, diare. 5. Tractus Uriarius Tidak dapat menahan kencing, selalu ingin berkemih. 6. Kulit Wajah kemerahan, berkeringat setempat (telapak tangan), gatal dan rasa panas yang dingin pada, wajah pucat, berkeringat seluruh tubuh. b. Respon Perilaku Respon perilaku terhadap kecemasan meliputi : gelisah, ketegangan fisik, tremor, gugup, bicara cepat, kurang terkoordinasi, cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal, melarikan dari masalah, menghindari dan hiperventilasi. c. Respon Kognitif Respon kognitif terhadap kecemasan meliputi : konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir, bidang persepsi menurun, produktivitas menurun, binggung, sangat waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan obyektifitas, takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual dan takut pada cedera atau kematian. d. Respon Afektif Respon afektif terhadap kecemasan meliputi : mudah terganggu, tidak sadar, gelisah, tegang nervous, ketakutan dan gugup. Andri & Yenny, Dewi P. 2007. Teori Kecemasan Berdasarkan Psikoanalisis Klasik dan

Berbagai Mekanisme Pertahanan terhadap Kecemasan. Jurnal Maj Kedokt Indon, 57 (7): Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 4. Mengapa cemas terjadi hiperaktifitas otonom dan ketegangan motorik? 5. Perbedaan takut, cemas normal, cemas patologis Takut Ansietas yang disebabkan oleh bahaya yang nyata dan dikenali secara sadar. (Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)

KECEMASAN NORMAL ( DSM IV ) Perasaan tersebut ditandai dengan rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samarsamar, diawali dengan sebuah sebab yang jelas. seringkali disertai gejala otonom seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada, dan gangguan lambung ringan. Seseorang yg cemas mungkin juga merasa gelisah Cemas Normal suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitasnya sendiri dan arti hidup. Ex. anak masuk sekolah pertama kali (Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)

KECEMASAN PATOLOGIS (DSM IV) Kecemasan yang didasari tanpa sebab yang jelas dan tidak berpotensi untuk mengancam jiwanya. Mngkin disertai dengan gejala otonom seperti kecemasan normal. Kecemasan yang patologis adalah kecemasan yang berlebihan terhadap stimuli internal atau eksternal, dan tidak berfungsi untuk menyelamatkan keutuhan jiwanya. Cemas Patologis respon yang tidak sesuai terhadap stimulus yang diberikan berdasarkan pada intensitas atau durasinya. (Sinopsis Psikiatri, Kaplan & Sadock ed. 7 jilid dua)

6. Macam macam gangguan cemas Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders ( DSM-IV), gangguan cemas terdiri dari :

(1) Serangan panik dengan atau tanpa agoraphobia; (2) Agoraphobia dengan atau tanpa Serangan panik; (3) Fobia spesifik; (4) Fobia sosial; (5) Gangguan Obsesif-Kompulsif; (6) Post Traumatic Stress Disorder ( PTSD ); (7) Gangguan Stress Akut;

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III, gangguan cemas dikaitkan dalam gangguan neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stress (F40-48). F40–F48

GANGGUAN

NEUROTIK,

GANGGUAN

GANGGUAN YANG BERKAITAN DENGAN STRES

F40 Gangguan Anxieta Fobik F40.0 Agorafobia .00 Tanpa gangguan panik .01 Dengan gangguan panik F40.1 Fobia sosial F40.2 Fobia khas (terisolasi) F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya F40.9 Gangguan anxietas fobik YTT

F41 Gangguan Anxietas Lainnya F41.0 Gangguan panik (anxietas paroksismal episodik) F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya F41.8 Gangguan anxietas lainnya YDT F41.9 Gangguan anxietas YTT

SOMATOFORM

DAN

F42 Gangguan Obsesif-Kompulsif F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan F42.1 Predominan tindakan kompulsif (obsesional ritual) F42.2 Campuran tindakan dan pikiran obsesional F42.8 Gangguan obsesif kompulsif lainnya F42.9 Gangguan obsesif kompulsif YTT

F43 Reaksi Terhadap Stres Berat dan Gangguan Penyesuaian (F43.0-F43.9) F44 Gangguan Disosiatif (Konversi) (F44.0-F44.9) F45 Gangguan Somatoform (F45.0-F45.9) F48 Gangguan Neurotik Lainnya (F48.0-F48.9) 7. Apa yang dimaksud gangguan cemas menyeluruh

PPDGJ hal 74 Pedoman Diagnostik Menurut PPDGJ III. Penderita harus menunjukkan kecemasan sebagai gejala primer yang berlangsung hamper setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau hanya menonjolpada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau “mengambang”. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut : a) Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit konsentrasi, dsb) b) Ketegangan motoric (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan c) Overaktivitas otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala, mulut kering, tung berdebar-debar, sesak nafas, keluhan kembung, pusing kepala, mulut kering, dsb).

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatic brulang yang menonjol. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama. Gangguan anxietas menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi (F32), gankap dari episode depresi (F32), gangguan anxietas fobik (F40), gangguan panic (F41.0), gangguan obsesif kompulsif (F42.) 8. Apa yang dimaksud panic?

9. Apa beda gangguan cemas menyeluruh dan panic? Cemas dan panic

10. Apa yang dimaksud obsesif kompulsif

11. Apa beda phobia, panic, obsesi kompulsif Fobia adalah rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti Agorafobia : rasa takut terhadp tempat yang terbuka Akrofobia : fobia tempat yang tinggi 12. Asuhan keperawatan gangguan cemas 13. Terapi keperawatan 14. Tingkatan cemas 1. Kecemasan ringan (Mild Anxiety) - berhubungan dgn ketegangan dlm kehidupan sehari-hari - menyebabkan seseorang menjadi waspada, lapang persepsinya meluas, menajamkan indera - dapat memotivasi individu utk belajar & mampu memecahkan masalah scr efektif & menghasilkan pertumbuhan & kreativitas Contoh :  Seseorang yg menghadapi ujian akhir  Pasangan yg akan memasuki jenjang pernikahan  Individu yg akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yg lebih tinggi  Individu yg tiba-tiba dikejar anjing

• • •

2. Kecemasan sedang (Moderate Anxiety) - memusatkan perhatian pd hal-hal yg penting & mengenyampingkan yg lain - perhatian seseorang menjadi selektif, namun dpt melakukan sesuatu yg lebih terarah (dgn arahan orang lain) Contoh : Pasangan yg menghadapi kelahiran anak pertama dgn resiko tinggi Keluarga yg menghadapi perpecahan Individu yg mengalami konflik dlm pekerjaan 3. Kecemasan berat (Severe Anxiety)

• •

- lapangan persepsi individu sgt sempit - perhatian terpusat pd hal yg spesifik & tdk dpt berpikir ttg halhal lain - semua perilaku ditujukan utk mengurangi ketegangan - diperlukan banyak arahan/perintah utk dpt terfokus pd area lain Contoh : Individu yg mengalami kehilangan harta benda & orang yg dicintai karena bencana alam, kebakaran, dll Individu dlm penyanderaan

15. Tujuan, sasaran terapi, Tx farmakologi

Related Documents

Bahan Sgd Jiwa Lbm 3.docx
November 2019 31
Bahan Sgd Lbm 1 Kb.docx
November 2019 43
Sgd Lbm 5 Jiwa.docx
December 2019 43
Sgd Lbm 1.docx
April 2020 40
Sgd Lbm 2 Neo.docx
May 2020 28

More Documents from "Iik Nueruel 'cie-vieree'"

Bahan Sgd Lbm 1 Kb.docx
November 2019 43
109978_bahan Jadi_pdf.pdf
November 2019 12
Bahan Sgd Jiwa Lbm 3.docx
November 2019 31
Pone.0194087.pdf
May 2020 6
Lp Ckd R.25.docx
June 2020 7