LBM 5 JIWA
STEP 1 1. IQ (Intelegent Questien ) : menjelaskan sifat fikiran yang mencakup kemampuan menalar , merencanakan, memecahkan masalah, memahami gagasan , menggunakan bahasa, daya tangkap dan beljaar, kecerdasan yg terkait dengan kemampuan kognitif per individu 2. PEMERIKSAAN INTELEGENSIA : Px yang berupa tes kemampuan yg berhub dgn proses kognitif berfikir, daya menghubungkan dan kemampuan dlam menilai serta mempertimbangkan STEP 2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Apa saja klasifikasi IQ ? dan apa interpretasi dari IQ 50 ? Jelaskan fase psikologi anak ? Bagaimana perkembangan normal anak usia 7 tahun ? Apa hub ibu yg suka makan seafood dgn keluhan dari anaknya? Mengapa kemampuan berbicara anaknya terhambat terutama di huruf r, l , s ? Mengapa anaknya cenderung pasif dan suka bermain dengan anak yang lebih kecil? Bagaimana alur diagnosis dri skenario ? Apa dx dan dd ? Apa etiolgi dari skenario ? Bagaimana tatalaksana dari skenario ?
STEP 7 1. Apa saja klasifikasi IQ ? dan apa interpretasi dari IQ 50 ? a. Retardasi mental ringan IQ berkisar 50 – 69 Pemahaman dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang mempengaruhi perkembangan kemandirian dapat menetap sampai dewasa Walaupun mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagian besar dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dapat mandiri penuh dalam merawat diri sendiri dan mencapai keterampilan praktis dan keterampilan rumah tangga, walaupun tingkat perkembangannya agak lambat daripada normal
Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat akademik dan banyak masalah khusus dalam membaca dan menulis Etiologi organik hanya dapat diidentifikasi pada sebagian kecil penderita Keadaan lain yang menyertai : autisme, gangguan perkembangan lain, epilepsi, gangguan tingkah laku atau disabilitas fisik dapat ditemukan dalam berbagai proporsi b. Retardasi mental sedang IQ biasanya berada dalam rentang 35 – 49 Umumnya ada profil kesenjangan (disparency) dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam keterampilan visuo-spasial daripada tugas-tugas yang tergantung pada bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan interaksi sosial dan percakapan sederhana Tingkat perkembangan bahasa bervariasi : ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, sedangkan yang lain hanya dapat berkomunikasi seadanya untuk kebutuhan dasar mereka etiologi organik dapat diidentifikasi pada kenbanyakan penyandang retardasi mental sedang autisme masa kanak atau gangguan perkembangan pervasif lainnya terdapat pada sebagian kecil kasus dan punya pengaruh besar pada gambaran klinis dan terapinya c. Retardasi mental berat IQ biasanya berada dalam rentang 20 – 34 Pada umumnya mirip dengan retardasi metal sedang dalam hal : Gambaran klinis Terdapatnya etiologi organik Kondisi yang menyertai Tingkat prestasi yang rendah Kebanyakan retardasi mental berat menderita gangguan motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya, menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan saraf pusat d. Retardasi mental sangat berat IQ biasanya di bawah 20
Pemahaman dan penggunaan bahasa terbatas, paling banter mengerti perintah dasar dan mengajukan permohonan sederhana Keterampilan visuo-spasial yang paling dasar dan sederhana tentang memilih dan mencocokkan mungkin dapat dicapainya dan dengan pengawasan dan petunjuk yang tepat penderita mungkin dapat sedikit ikut melakukan tugas praktis dan rumah tangga Suatu etiologi organik dapat diidentifikasi pada sebagian besar kasus Biasanya ada disabilitas neurologik dan fisik lain yang berat yang mempengaruhi mobilitas seperti epilepsi dan hendaya daya lihat dan daya dengar e. Retardasi mental lainnya Kategori ini digunakan bila penilaian dari tingkat retardasi mental dengan memakai prosedur biasa sangat sulit atau tidak mungkin dilakukan karena adanya gangguan sensorik atau fisik misalnya buta, bisu, tuli dan penderita yang perilakunya terganggu berat atau fisiknya tidak mampu f. Retardasi mental yang tidak tergolongkan Jelas terdapat retardasi mental tetapi tidak ada informasi yang cukup untuk menggolongkannya dalam salah satu kategori di atas PPDGJ III KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK RM IQ kira-kira 70 atau kurang pada tes IQ (Individual). Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif sekarang (yaitu: efektivitas orang tersebut untuk memenuhi standar-standar yang dituntut menurut usianya dan kelompok kulturalnya) pada sekurangnya dua bidang keterampilan berikut: komuikasi, merawat diri sendiri, dirumah, keterampilan interpersonal, menggunakan sarana masyarakat, mengarahkan diri sendiri, keteramplilan akademik fungsional, pekerjaan, kesehatan, liburan dan keamanan. Onset sebelum usia 18 tahun. KLASIFIKASI RM RM ringan: IQ 50-55 sampai kira-kira 70. RM sedang: IQ 35-40 sampai 50-55. RM berat: IQ 20-25 sampai 35-40. RM sangat berat: IQ dibawah 20 atau 25. Catatan: keparahan tidak ditentukan: jika terdapat kecurigaan kuat adanya RM tetapi IQ pasien tidak dapat diuji oleh tes IQ baku. Derajat RM
IQ
Usia prasekolah (05)
Usia sekolah (0-21 tahun)
Usia dewasa (>21 tahun)
Beberapa perkembangan motorik dapat berespons namun terbatas
Perkembangan motorik dan bicara sangat terbatas
Sangat berat
< 20
Retardasi jelas
Berat
20-34
Perkembangan Dapat motorik yang atau
berbicara Dapat belajar berperan
miskin
berkomunikasi namun latihan kejuruan tidak bermanfaat
sebagian dalam pemeliharaan diri sendiri di bawah pengawasan ketat
Sedang
35-49
Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, ditangani dengan pengawasan sedang
Latihan dalam ketrampilan social dan pekerjaan dapat bermanfaat, dapat pergi sendiri ke tempat yang telah dikenal
Dapat bekerja sendiri tanpa dilatih namun perlu pengawasan terutama jika berada dalam stress
Ringan
50-69
Dapat mengembangkan ketrampilan social dan komunikasi, retradarsi mental
Dapat belajar ketrampilan akademik sampai kelas 6 SD
Biasanya dapat mencapai ketrampilan social dan kejuruan namun perlu bantuan terutama bila stress
2. Jelaskan fase psikologi anak ? Bagaimana perkembangan normal anak usia 7 tahun ?
Menurut Harlimsyah (2007) perkembangan anak adalah segala perubahan yang terjadi pada diri anak dilihat dari aspek antara lain aspek fisik (motorik), emosi, kognitif dan personal sosial (bagaimana anak berinteraksi dengan lingkungan ). Aspek yang diketahui oleh orang tua yaitu: perkembangan fisik, perkembangan emosi, perkembangan kognitif dan perkembangan personal sosial. A. Aspek Perkembangan Kognitif Tahapan Perkembangan Kognitif sesuai dengan teori Piaget adalah: Tahap sensorimotor, usia 0 – 2 tahun. Pada masa ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja;
Tahap pra-operasional, usia 2 – 7 tahun. Masa ini kemampuan menerima rangsangan yang terbatas. Anak mulai berkembang kemampuan bahasanya, walaupun pemikirannya masih statis dan belum dapat berpikir abstrak, persepsi waktu dan tempat masih terbatas; Tahap konkret operasional, 7 – 11 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu menyelesaikan tugas-tugas menggabungkan, memisahkan, menyusun, menderetkan, melipat dan membagi; Tahap formal operasional, usia 11 – 15 tahun. Pada masa ini, anak sudah mampu berfikir tingkat tinggi, mampu berfikir abstrak.Dengan demikian dapat diketahui bahwa anak usia dini berada dalam tahap sensori motor dan pra-operasional. Pada tahap sensori motor ini kemampuan anak terbatas pada gerak-gerak refleks, bahas awal, waktu sekarang dan ruang yang dekat saja. Sedangkan anak yang duduk di Taman Kanak-Kanak berada dalam fase pra-operasional. Suatu fase perkembangan kognitif yang ditandai dengan berfungsinya kemampuan berpikir secara simbolis. Refleksi dari kemampuan berpikir ini dapat dilihat dari kemampuan anak untuk membayangkan benda-benda yang berada di sekitarnya secara mental. Kemampuan berpikir secara intuitif dan berpusat pada cara pandang anak itu sendiri atau egosentris.Vygotsky memandang bahwa system social sangat penting dalam pengembangan kognitif anak, orangtua, guru, teman berinteraksi dengan anak dan berkolaborasi untuk mengembangkan suatu pengertian. Jadi belajar terjadi dalam konteks social dan muncul suatu istilah zona perkembangan Proximal/Zona Proximal Development (ZPD). ZPD diartikan sebagai daerah potensial seseorang anak untuk belajar atau suatu tahap dimana kemampuan anak dapat ditingkatkan dengan bantuan orang lain yang lebih ahli (Papalia, 2008:56). Dalam tahap perkembangan selanjutnya, proses belajar anak usia dini dilakukan secara bertahap (scaffolding) yang membantu anak membangun pengetahuan sebelumnya dan menginternalisasi informasi baru baru. Dengan demikinan anak belajar secara bertahap sesuai dengan kemampuannya. B. Aspek Perkembangan Fisik Perkembangan motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot terkoordinasi (Hurlock: 1998). Keterampilan motorik anak terdiri atas keterampilan motorik kasar dan keterampilan motorik halus. Keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun lebih banyak berkembang pada motorik kasar, setelah usia 5 tahun baru.terjadi perkembangan motorik halus. Menurut Papalia (2008) tulang dan otot anak prasekolah semakin kuat, dan kapasitas paru mereka semakin besar memungkinkan mereka untuk berlari, melompat, dan memanjat lebih cepat, lebih jauh, dan lebih baik. Pada usia 4 tahun anak-anak masih suka jenis gerakan sederhana seperti berjingkrak-jingkrak, melompat, dan berlari kesana kemari, hanya demi kegiatan itu sendiri tapi mereka sudah berani mengambil resiko. Walaupun mereka sudah dapat memanjat tangga dengan satu kaki pada setiap tiang anak tangga untuk beberapa lama, mereka baru saja mulai dapat turun dengan cara yang sama. Pada usia 5 tahun, anak-anak bahkan lebih berani mengambil resiko dibandingkan ketika mereka berusia 4 tahun. Mereka lebih percaya diri melakukan ketangkasan yang mengerikan seperti memanjat suatu obyek,
berlari kencang dan suka berlomba dengan teman sebayanya bahkan orangtuanya (Santrock,1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat. Kadang-kadang anak-anak usia 4 tahun sulit membangun menara tinggi dengan balok karena mereka ingin menempatkan setiap balok secara sempurna, mereka mungkin tidak puas atas balok-balok yang telah disusun. Menurut Santrock (1995) pada usia 5 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak semakin meningkat. Tangan, lengan, dan tubuh bergerak bersama di bawah komando yang lebih baik dari mata. C. Aspek Perkembangan Bahasa Menurut penelitian para ahli Carnegie Corporation (Jalongo, 2007) menyatakan bahwa pengembangan fungsi otak lebih cepat dan luas sepanjang tahun pertama kehidupan anak, jadi lingkungan yang tidak cocok sangat merugikan perkembangan anak. Hayes & Ahrens (Jalongo, 2007) mengatakan seorang anak telah menguasai beberapa ribu atau kurang lebih meliputi 90% kata-kata dari percakapan yang didengar secara teratur. Hart & Risley (Morrow, 1993) mengatakan umur 2 tahun, anak-anak memproduksi rata-rata dari 338 ucapan yang dapat dimengerti dalam setiap jam, cakupan lebih luas adalah antara rentangan 42 sampai 672. 2 tahun lebih tua anak-anak dapat mengunakan kira-kira 134 kata-kata pada jam yang berbeda, dengan rentangan 18 untuk 286. Membaca dan menulis merupakan bagian dari belajar bahasa. Untuk bisa membaca dan menulis, anak perlu mengenal beberapa kata dan beranjak memahami kalimat. Dengan membaca anak juga semakin banyak menambah kosakata. Anak dapat belajar bahasa melalaui membaca buku cerita dengan nyaring. Hal ini dilakukan untuk mengajarkan anak tentang bunyi bahasa. Periode 5-6 tahun menurut Seefeldt dan Barbour (1998: 40-52) perkembangan kognitif termasuk bahasa ditandai dengan : adanya minat yang tinggi pada huruf-huruf dan angka, senang menyenangi alam, dapat mengingat kembali pengertian berdasarkan kata-kata, tulisan huruf tidak sama atau biasa saja, kosa kata yang dimiliki lebih dari 2500 kata, mengalami kesulitan untuk mengucapkan huruf r atau sh diakhir kata, sering salah pengertian dalam penggunaan kata dan bergerak dari fantasi ke dunia nyata atau realitis. Halliday (Jaggar dan Smith,1985:16) menyimpulkan bahwa orang dewasa dan saudara yang lebih tua perlu menyesuaikan diri dengan anak terutama dalam proses perolehan bahasa anak. Ia menyatakan bahwa guru mempunyai peranan penting dalam perkembangan bahasa anak terutama ketika anak mengalami kegagalan di sekolah, maka guru harus banyak memahami anak untuk menemukan cara baru dalam pembelajaran bahasa. D. Aspek Perkembangan Sosio-Emosional Masa TK merupakan masa kanak-kanak awal. Pola perilaku sosial yang terlihat pada masa kanak-kanak awal, seperti yang diungkap oleh Hurlock (1998:252) yaitu: kerjasama, persaingan, kemurahan hati, hasrat akan penerimaan sosial, simpati, empat, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru, perilaku kelekatan. Erik Erikson (1950) dalam Papalia dan Old, 2008:370 seorang ahli psikoanalisis mengidentifikasi perkembangan sosial anak: Tahap 1: Basic Trust vs Mistrust (percaya vs curiga), usia 0-2 tahun.Dalam tahap ini bila dalam merespon rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenamgkan akan tumbuh rasa percaya
diri, sebaliknya pengalaman yang kurang menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga; Tahap 2 : Autonomy vs Shame & Doubt (mandiri vs ragu), usia 2-3 tahun. Anak sudah mampu menguasai kegiatan meregang atau melemaskan seluruh otot-otot tubuhnya. Anak pada masa ini bila sudah merasa mampu menguasai anggota tubuhnya dapat meimbulkan rasa otonomi, sebaliknya bila lingkungan tidak memberi kepercayaan atau terlalu banyak bertindak untuk anak akan menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu; Tahap 3 : Initiative vs Guilt (berinisiatif vs bersalah), usia 4-5 tahun. Pada masa ini anak dapat menunjukkan sikap mulai lepas dari ikatan orang tua, anak dapat bergerak bebas dan berinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan rasa untuk berinisiatif, sebaliknya dapat menimbulkan rasa bersalah; Tahap 4 : industry vs inferiority (percaya diri vs rasa rendah diri), usia 6 tahun – pubertas. Anak telah dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki masa dewasa. Perlu memiliki suatu keterampilan tertentu. Bila anak mampu menguasai suatu keterampilan tertentu dapat menimbulkan rasa berhasil, sebaliknya bila tidak menguasai, menimbulkan rasa rendah diri. Dalam Pembahasan mengenai Perkembangan anak ini, disini akan dibahas beberapa diantaranya, antara lain : A. Perkembangan Psikoseksual ( Freud) Freud mengemukakan bahma perkembangan psikoseksual anak terdiri atas : Fase oral (0-11 bulan)Selama masa bayi, sumber kesenangan anak berpusat pada aktifitas oral : mengisap, mengigit, mengunyah, dan mengucap serta ketergantungan yang sangat tinggi dan selalu minta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman. Fase anal (1-3 tahun)Kehidupan anak berpusat pada kesenangan anak terhadap dirinya sendiri, sangat egoistik, mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dapat dilaksanakan anak adalah latihan kebersihan. Anak senang menahan feses, bahkan bermain-main dengan fesesnya sesuai dengan keinginanya. Untuk itu toilet training adalah waktu yang tepat dilakukan dalam periode ini. Fase phalik/oedipal ( 3-6 tahun )Kehidupan anak berpusat pada genetalia dan area tubuh yang sensitif. Anak mulai suka pada lain jenis. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin. Anak mulai memahami identitas gender ( anak sering meniru ibu atau bapak dalam berpakaian). Fase laten (6-12 tahun)Kepuasan anak mulai terintegrasi, anak akan menggunakan energi fisik dan psikologis untuk mengeksplorasi pengetahuan dan pengalamannya melalui aktifitas fisik maupun sosialnya. Pada awal fase laten ,anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin yang sama, demikian juga sebaliknya. Fase genital (12-18 tahun)Kepuasan anak akan kembali bangkit dan mengarah pada perasaan cinta yang matang terhadap lawan jenis. B. Perkembangan Psikososial ( Erik Erikson )
Percaya versus tidak percaya (0-1 tahun)Pada tahap ini bayi sudah terbentuk rasa percaya kepada seseorang baik orang tua maupun org yang mengasuhnya ataupun perawat yang merawatnya. Tahap otonomi versus rasa malu dan ragu (1-3 tahun)Anak sudah mulai mencoba dan mandiri dalam tugas tukem seperti dalam motorik kasar,halus : berjinjit , memanjat, berbicara. Sebaliknya perasaan malu dan ragu akan timbul apabila anak merasa dirinya terlalu dilindungi atau tidak diberikan kemamdirian atau kebebasan anak dan menuntut tinggi harapan anak. Tahap inisiatif versus rasa bersalah (3 – 6 tahun )Anak akan mulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara aktif dalam melakukan aktifitasnya melalui kemampuan indranya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasinya. Apabila dalam tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan timbul rasa bersalah pada diri anak. Industry versus inferiority (6-12 tahun)Anak akan belajar untuk bekerjasama dan bersaing dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan yang dilakukan bersama. Anak selalu berusaha untuk mencapai sesuatu yang diinginkan sehingga anak pada usia ini rajin dalam melakukan sesuatu. Apabila dalam tahap ini anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkunganya dan anak tidak berhasil memenuhinya maka akan timbul rasa inferiorty ( rendah diri). Reinforcement dari orang tua atau orang lain menjadi begitu penting untuk menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu. Tahap identitas dan kerancuan peran ( 12-18 tahun)Pada tahap ini terjadi perubahan dalam diri anak khususnya dalam fisik dan kematangan usia, perubahan hormonal, akan menunjukkan identitas dirinya seperti siapa saya kemudian. Apabila kondisi tidak sesuai dengan suasana hati maka dapat menyebabkan terjadinya kebingungan dalam peran. C. Perkembangan Kognitif ( Piaget ) Tahap sensorik – motorik (0-2 tahun)Anak mempunyai kemampuan dalam mengasimilasi dan mengakomodasi informasi dengan cara melihat, mendengar,menyentuh dan aktifitas motorik. Semua gerakan akan diarahkan kemulut dengan merasakan keingintahuan sesuatu dari apa yang dilihat didengar,disentuh Tahap praoperasional ( 2-7 tahun)Perkembangan anak masih bersifat egosentrik. Pikiran anak bersifat transduktif : menggangap semua sama , contohnya : seorang pria di keluarga adalah ayah, maka semua pria itu adalah ayah). Pikiran anak bersifat animisme : selalu memperhatikan adanya benda mati, contohnya : apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memukulnya kearah benda tersebut. Tahap Kongkret (7-11 tahun)Pemikiran anak meningkat atau bertambah logis dan koheren. Kemampuan berpikir anak sudah operasional, imajinatif dan dapat menggali objek untuk memecahkan suatu masalah. Tahap operational ( 11 -15 tahun)Anak dapat berpikir dengan pola yang abstrak menggunakan tanda atau simbol dan menggambarkan kesimpulan yang logis. Anak dapat membuat dugaan dan mengujinya dengan pemikiran yang abstrak,teoritis dan filosofis. Pola berfikir logis
membuat mereka mampu berfikir tentang apa yang orang lain juga memikirkannya dan berfikir untuk memecahkan masalah. 3. Apa hubungan ibu yg suka makan seafood dgn keluhan dari anaknya?
Toksisitas Timbal Timbal adalah bahan yang dapat meracuni lingkungan dan mempunyai dampak pada seluruh sistem di dalam tubuh. Pada anak-anak, timbal mennurunkan tingkat kecerdasan, pertumbuhan, dan pendengaran, menyebabkan anemia dan dapat menimbulkan gangguan pemusatan perhatian dan gangguan tingkah laku. Pemaparan yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan otak yang parah atau kematian. Sumber timbal ada di Cat, pabrik, air, tanah, udara, makanan, minuman, panik dan peralatan dapur serta keramik yang dipoles, obat-obat tradisional. Gejala keracunan timbal: gejala penyakit yang timbul setelah mencerna, menghisap dan menghirup timbal.3 Keracunan timbal ada beberapa yaitu akut, subakut dan kronis. Nilai ambang toksisitas timbal adalah 0,2 miligram /m3. Hal ini terjadi karena 80% tubuh manusia terdiri dari air. Akibat interaksi ini, terjadi proses ionisasi atau eksitasi atom-atom dalam sel yang bisa menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimiawi dari molekul DNA, atau terjadi mutasi titik (point mutation) dalam sel tersebut. Ini menyebabkan perubahan yang berat dari struktur kromosom (chromosome aberration). Perubahan struktur kromosom kemungkinan menyebabkan kerusakan pada tingkatan tertentu dalam suatu organ. Hal ini akan terjadi pada sel yang peka terhadap radiasi (sensitive organ). Namun, bisa terjadi sebaliknya, yaitu akibat interaksi dengan radiasi bisa sembuh dengan sendirinya melalui proses biologis dalam sel, disebut dengan proses perbaikan sendiri (cell repair). Hal ini tergantung pada kemampuan dan macam sel yang bersangkutan. Jika perbaikannya tidak sempurna, akan menghasilkan sel yang tetap hidup, tetapi sudah berubah. Di lain, pihak partikel radiasi dapat pula mengadakan interaksi dengan molekul air dalam sebuah sel. Dimungkinkan juga terjadi perubahan-perubahan sehingga terbentuk molekulmolekul baru, yaitu H2O2 dan HO2 yang amat beracun yang mengakibatkan kerusakan-kerusakan jaringan tubuh. Selain melalui kedua proses tersebut, radiasi dapat pula menyebabkan terjadinya reaksi-reaksi kimiawi lain dalam organ atau jaringan tubuh, seperti reaksi protein denaturalisasi dan perubahan enzimatis. Juga reaksi hormonal dalam jaringan, yang pada akhirnya akan lebih mempercepat proses kerusakan yang kronis dan tetap, terutama pada organ-organ yang tetap.
Senyawa/bahan kimia, mikroorganisme dan cemaran fisik berbahaya yang terdapat pada produk perikanan antara lain disebabkan oleh lingkungan tempat hidup ikan, termasuk lokasi budidaya. Logam berat terutama merkuri merupakan bahan cemaran yang perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan efek akumulatif seperti halnya penyakit Minamata di Jepang (Anon, 2000). Pada daerah perairan yang berdampingan/berdekatan dengan industri berat diduga tingkat pencemarannya lebih tinggi dibandingkan dengan perairan yang tidak berdekatan dengan industri berat. Hal ini disebabkan senyawa logam berat banyak digunakan dalam industri sebagai bahan baku, katalisator, fungisida maupun bahan tambahan lainnya. Menurut FDA di dalam Anon (1998), selain merkuri (Hg), jenis logam berat yang membahayakan kesehatan antara lain timbal (Pb), kadmium (Cd), arsen (As), khromiun (Cr) dan nikel (Ni). Jenis biota laut yang sangat potensial terkontaminasi logam berat adalah kekerangan mengingat cara makannya dengan menyaring air. Di samping itu, sifat kekerangan ini lebih banyak menetap (sessile) dan bukan termasuk migratory (Wahyuni & Hartati, 1991), sehingga biota ini sering digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada organisme laut. Berdasarkan Kep. Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 dan FAO/WHO (1976) kadar Hg maksimum pada biota laut yang boleh dikonsumsi sebesar 0,5 ppm dan kadar Pb sebesar 2 ppm. Menurut Inswiasri dkk. (1997), rata-rata kadar Hg dan Pb di perairan Teluk Jakarta masing-masing adalah 0,004 ppm dan berkisar antara 0,00 – 1,57 ppm. Kadar logam berat tersebut akan terakumulasi apabila limbah buangan industri di sekitar perairan Teluk Jakarta meningkat terutama oleh pabrik penghasil peralatan listrik, pabrik baterai dan industri penghasil tinta (Darmono, 1995). Logam berat (Hg dan Pb) dalam air kebanyakan berbentuk ion dan logam tersebut diserap oleh kerang secara langsung melalui air yang melewati membran insang atau melalui makanan. Selain melalui insang, logam berat juga masuk melalui kulit (kutikula) dan lapisan mukosa yang selanjutnya diangkut darah dan dapat tertimbun dalam jantung dan ginjal kerang (Noviana, 1994; Laws, 1981). Menurut Hutagalung (1991), kemampuan biota laut (ikan, udang dan moluska) dalam mengakumulasi logam berat di perairan tergantung pada jenis logam berat, jenis biota, lama pemaparan serta kondisi lingkungan seperti pH, suhu dan salinitas. Semakin besar ukuran biota air, maka akumulasi logam berat semakin meningkat. Toksisitas logam berat dalam kerang yang ditimbulkan akibat akumulasi dalam jaringan tubuh mengakibatkan keracunan dan kematian bagi biota air yang mengkonsumsinya (Sukiyanti, 1987). Sifat toksik logam Hg dalam bentuk senyawa HgCl2 dengan konsentrasi 0,027 ppm menyebabkan kematian pada larva bivalvia (muloska) dan konsentrasi Pb sekitar 2,75 ppm mulai bersifat letal bagi biota perairan seperti krustasea (Mulyaningsih, 1998). Berdasarkan sifat kimia dan fisikanya, maka tingkat atau daya racun logam berat terhadap hewan air dapat diurutkan (dari tinggi ke rendah) sebagai berikut merkuri (Hg), kadmium (Cd), seng (Zn), timah hitam (Pb), krom (Cr), nikel (Ni), dan kobalt (Co) (Sutamihardja dkk, 1982). Hg2+ >Cd2+ > Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+> Cr2+ >Sn2+ > Zn2+ 4. Mengapa kemampuan berbicara anaknya terhambat terutama di huruf r, l , s ? Jenis retardasi mental : A. Mental retardation ringan atau semu (Cultural familial retardation), disebabkan oleh kondisi lingkungan dan sosial ekonomi keluarga yang tidak mendukung.
B. Mental retardation berat, disebabkan oleh faktor genetik yang dibedakan menjadi: I. Down syndrome, yang terdiri dari : Trisomy 21, terjadi kelebihan kromosom pada pasangan kromosom 21 yang terdiri atas tiga kromosom. Biasanya terjadi pada anak-anak yang berasal dari ibu yang mengandung pada usia kritis yaitu usia di bawah 20 tahun atau di atas 40 tahun. Mosaicism, terjadi karena adanya kegagalan dalam perkembangan sel secara sempurna sehingga menimbulkan kelebihan atau kekurangan kromosom pada tubuh. Translocation, terjadi akibat adanya pasangan kromosom yang melekat pada pasangan kromosom lainnya, sehingga menimbulakan gangguan terhadap fungsi intelektual penderitanya. II. Phenylketonuria (PKU), kemampauan tubuh untuk mengubah phenylalanin menjadi tirosin terganggu sehingga tidak memenuhi persyaratan yang dibutuhkan tubuh. III. Tay Sachs Disease, terjadi pembesaran pada tengkorak sehingga menimbulkan kemunduran sistem syaraf. Penyakit ini biasa terdeteksi pada usia 6 bulan. Akibat penyakit ini penderita kehilangan kemampuan intelektual dan otot-ototnya menjadi lemah. Intoksikasi logam beratdefek SSPgangguan pada pusat motorikbicara terhambat. Harold I, dkk. (1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Rupa Aksara. Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Berikut ini adalah beberapa penyebab gangguan bicara. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya. Beberapa penelitian menunjukkan penyebab gangguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Namun bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah sebagai berikut: GANGGUAN PENDENGARAN. Anak yang mengalami gangguan pendengaran kurang mendengar pembicaraan disekitarnya. Gangguan pendengaran selalu harus difikirkan bila ada keterlambatan bicara. Terdapat beberapa penyebab gangguan pendengaran, bisa karena infeksi, trauma atau kelainan bawaan. Infeksi bisa terjadi bila mengalami infeksi yang berulang pada organ dalam sistem pendengaran. Kelainan bawaan biasanya karena kelainan genetik, infeksi ibu saat kehamilan, obat-obatan yang dikonsumsi ibu saat hamil, atau bila terdapat keluarga yang mempunyai riwayat ketulian. Gangguan pendengaran bisa juga saat bayi bila terjadi infeksi berat, infeksi otak, pemakaian obat-obatan tertentu atau kuning yang berat (hiperbilirubin). Pengobatan dengan pemasangan alat bantu dengar akan sangat membantu bila kelainan ini dideteksi sejak awal. Pada anak yang mengalami gangguan pendengaran
tetapi kepandaian normal, perkembangan berbahasa sampai 6-9 bulan tampaknya normal dan tidak ada kemunduran. Kemudian menggumam akan hilang disusul hilangnya suara lain dan anak tampaknya sangat pendiam. Adanya kemunduran ini juga seringkali dicurigai sebagai kelainan saraf degeneratif. KELAINAN ORGAN BICARA. Kelainan ini meliputi lidah pendek, kelainan bentuk gigi dan mandibula (rahang bawah), kelainan bibir sumbing (palatoschizis/cleft palate), deviasi septum nasi, adenoid atau kelainan laring. Pada lidah pendek terjadi kesulitan menjulurkan lidah sehingga kesulitan mengucapkan huruf ”t”, ”n” dan ”l”. Kelainan bentuk gigi dan mandibula mengakibatkan suara desah seperti ”f”, ”v”, ”s”, ”z” dan ”th”. Kelainan bibir sumbing bisa mengakibatkan penyimpangan resonansi berupa rinolaliaaperta, yaitu terjadi suara hidung pada huruf bertekanan tinggi seperti ”s”, ”k”, dan ”g”. KETERLAMBATAN BICARA, BERBAHAYA ATAU TIDAK BERBAHAYADr Widodo Judarwanto SpA 5. Mengapa anaknya cenderung pasif dan suka bermain dengan anak yang lebih kecil? 6. Bagaimana alur diagnosis dri skenario ? Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik: A. Uji Laboratorium - Uji intelegensi standar dan uji perkembangan - Pengukuran fungsi adaptif B. EEG (Elektro Esenflogram) - Gejala kejang yang dicurigai - Kesulitan mengerti bahasa yang berat C. CT ata MRI - Pembesaran kepala - Dicurigai kelainan otak yang luas - Kejang lokal - Dicurigai adanya tumor intra kranial Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius. 7. Apa dx dan dd ? AUTISME Definisi: Istilah autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri dan “isme” yang berarti suatu aliran, sehingga dapat diartikan sebagai suatu paham tertarik pada dunianya sendiri (Suryana, 2004). Ciri-ciri autisme: Menurut American Psychiatric Association dalam buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition Text Revision (DSM IV-TR, 2004), kriteria diagnostik untuk dari gangguan autistik adalah sebagai berikut: A. Jumlah dari 6 (atau lebih) item dari (1), (2) dan (3), dengan setidaknya dua dari (1), dan satu dari masing-masing (2) dan (3): 1. Kerusakan kualitatif dalam interaksi sosial, yang dimanifestasikan dengan setidak-tidaknya dua dari hal berikut: a) Kerusakan yang dapat ditandai dari penggunaan beberapa perilaku non verbal seperti tatapan langsung, ekspresi wajah, postur tubuh dan gestur untuk mengatur interaksi sosial.
b) Kegagalan untuk mengembangkan hubungan teman sebaya yang tepat menurut tahap perkembangan. c) Kekurangan dalam mencoba secara spontanitas untuk berbagi kesenangan, ketertarikan atau pencapaian dengan orang lain (seperti dengan kurangnya menunjukkan atau membawa objek ketertarikan). d) Kekurangan dalam timbal balik sosial atau emosional. 2. Kerusakan kualitatif dalam komunikasi yang dimanifestasikan pada setidaktidaknya satu dari hal berikut: a) Penundaan dalam atau kekurangan penuh pada perkembangan bahasa (tidak disertai dengan usaha untuk menggantinya melalui beragam alternatif dari komunikasi, seperti gestur atau mimik). b) Pada individu dengan bicara yang cukup, kerusakan ditandai dengan kemampuan untuk memulai atau mempertahankan percakapan dengan orang lain. c) Penggunaan bahasa yang berulang-ulang dan berbentuk tetap atau bahasa yang aneh. d) Kekurangan divariasikan, dengan permainan berpura-pura yang spontan atau permainan imitasi sosial yang sesuai dengan tahap perkembangan. 3. Dibatasinya pola-pola perilaku yang berulang-ulang dan berbentuk tetap, ketertarikan dan aktivitas, yang dimanifestasikan pada setidak-tidaknya satu dari hal berikut: a) Meliputi preokupasi dengan satu atau lebih pola ketertarikan yang berbentuk tetap dan terhalang, yang intensitas atau fokusnya abnormal. b) Ketidakfleksibilitasan pada rutinitas non fungsional atau ritual yang spesifik. c) Sikap motorik yang berbentuk tetap dan berulang (tepukan atau mengepakkan tangan dan jari, atau pergerakan yang kompleks dari keseluruhan tubuh). d) Preokupasi yang tetap dengan bagian dari objek B. Fungsi yang tertunda atau abnormal setidak-tidaknya dalam 1 dari area berikut, dengan permulaan terjadi pada usia 3 tahun: (1) interaksi sosial, (2) bahasa yang digunakan dalam komunikasi sosial atau (3) permainan simbolik atau imajinatif. C. Gangguan tidak lebih baik bila dimasukkan dalam Rett’s Disorder atau Childhood Disintegrative Disorder. Tingkat kecerdasan anak autis: Pusponegoro dan Solek (2007) menyebutkan bahwa tingkat kecerdasan anak autis dibagi mejadi 3 (tiga) bagian, yaitu: a) Low Functioning (IQ rendah) Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori low functioning (IQ rendah), maka dikemudian hari hampir dipastikan penderita ini tidak dapat diharapkan untuk hidup mandiri, sepanjang hidup penderita memerlukan bantuan orang lain. b) Medium Functioning (IQ sedang) Apabila penderita masuk ke dalam kategori medium functioning (IQ sedang), maka dikemudian hari masih bisa hidup bermasyarakat dan penderita ini masih bisa masuk sekolah khusus yang memang dibuat untuk anak penderita autis. c) High Functioning (IQ tinggi) Apabila penderitanya masuk ke dalam kategori high functioning (IQ ”tinggi”), maka dikemudian hari bisa hidup mandiri bahkan mungkin sukses dalam pekerjaannya, dapat juga hidup berkeluarga.
RETARDASI MENTAL Definisi: 1. Retardasi mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi (WHO, MENKES 1990). 2. Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal (Carter CH, Toback C). Etiologi: Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari Retardasi Mental. Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab Retardasi Mental: Non organik: Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis. Faktor sosiokultural. Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik. Penelantaran anak. Organik: Faktor Pra-konsepsi Abnormalitas single gene (penyakit-penyakit metabolik, kelainan neurocutaneous). Kelainan kromosom. Faktor Pre-natal Gangguan pertumbuhan otak trimester I Kelainan kromosom Infeksi intra uterin, misal HIV Zat-zat teratogen (alkohol, radiasi) Disfungsi plasenta Kelainan konginetal dari otak Gangguan pertumbuhan otak trimester II dan III Infeksi intra uterin, misal HIV Zat-zat teratogen (alkohol, kokain, logam-logam berat) Ibu DM, PKU Toksemia gravidarum Disfungsi plasenta Ibu malnutrisi Faktor Peri-natal Sangat prematur Asfeksia neotorum Trauma lahir Meningitis Kelainan metabolik Faktor Post Natal Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat Neurotoksin CVA Anoksia, misalnya tenggelam Metabolik, misalnya gizi buruk, kelainan hormonal Infeksi, misalnya meningitis ensefalitis
Patofisiologi: Retardasi Mental termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal (IQ 70-75 atau kurang) dan disertai keterbatasanketerbatasan sedikitnya dua area fungsi adaptif yaitu berbicara dan berbahasa, ketrampilan merawat diri, kerumahtanggaan, ketrampilan sosial, penggunaan sarana prasarana komunitas, pengarahan diri kesehatan dan keamanan akademik fungsional bersantai dan bekerja. Pada Retardasi Mental terjadi kerusakan muskuloskeletal. Kerusakan neurologis itu meliputi: kerusakan otak, kelainan kongenital dan mikrosefal. Sedangkan kerusakan muskuloskeletal meliputi: anomali ekstremitas konganital, masukan kalori/nutrisi tidak mencukupi, distorsi muskular. Kerusakan neurologis dan kerusakan muskuloskeletal akan menyebabkan terjadinya kurang kesadaran tentang bahaya dan kerusakan fungsi motorik dari otot sehingga akan muncul berbagai masalah dalam keperawatan. Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius. Maramis, W. F. (1995). Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga Univesity Press. Pdiatri. Buku Kedokteran. Jakarta: EGC. ADHD Definisi: ADHD merupkan kependekan dari attention deficit hyperactivity disorder, (Attention = perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity = hiperaktif, dan Disorder = gangguan). Atau dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai hiperaktif. Jadi, jika didefinisikan, secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif,dan impulsif yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka. Etiologi: Bahan kajian lebih lanjut akan dikemukakan hasil penelitian Faron dkk, 2000, Kuntsi dkk, 2000, Barkley, 20003 (dalam MIF Baihaqi & Sugiarmin, 2006), yang mengatakan bahwa terdapat faktor yang berpengaruh terhadap munculnya ADHD, yaitu: Faktor genetika Bukti penelitian menyatakan bahwa faktor genetika merupakan faktor penting dalam memunculkan tingkah laku ADHD. Satu pertiga dari anggota keluarga ADHD memiliki gangguan, yaitu jik orang tua mengalami ADHD, maka anaknya beresiko ADHD sebesar 60 %. Pada anak kembar, jika salah satu mengalami. ADHD, maka saudaranya 70-80 % juga beresiko mengalami ADHD. Pada studi gen khusus beberapa penemuan menunjukkan bahwa molekul genetika gen-gen tertentu dapat menyebabkan munculnya ADHD.Dengan demikian temuan-temun dari aspek keluarga, anak kembar, dan gen-gen tertentu menyatakan bahwa ADHD ada kaitannya dengan keturunan. Faktor neurobiologis Beberapa dugaan dari penemuan tentang neurobiologis diantaranya bahwa terdapat persamaan antara ciri-ciri yang muncul pada ADHD dengan yang muncul pada kerusakan fungsi lobus prefrontl. Demikian juga penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes neuropsikologis yang dihubungkan dengan fungsi lobus
prefrontal. Temuan melalui MRI (pemeriksaan otak dengan teknologi tinggi)menunjukan ada ketidaknormalan pada bagian otak depan. Bagian ini meliputi korteks prefrontal yang saling berhubungan dengan bagian dalam bawah korteks serebral secara kolektif dikenal sebagai basal ganglia. Bagian otak ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons, dan organisasi respons. Kerusakan-kerusakan daerah ini memunculkan ciriciri yang serupa dengan ciri-ciri pada ADHD. Informasi lain bahwa anak ADHD mempunyai korteks prefrontal lebih kecil dibanding anak yang tidak ADHD. Ciri-ciri ADHD: a. Inatensi Yang dimaksud adalah bahwa sebagai individu penyandang gangguan ini tampak mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya. Mereka sangat mudah teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat inderanya atau oleh perasaan yang timbul pada saat itu. Dengan demikian mereka hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas atau tugas dalam jangka waktu yang pendek, sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi dari lingkungannya. b. Impulsifitas Yang dimaksud adalah suatu gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak disertai dengan pemikiran. Mereka sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga sangat cepat bereaksi. Mereka sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya. Perilaku ini biasanya menyulitkan yang bersangkutan maupun lingkungannya. c. Hiperaktivitas Yang dimaksud adalah suatu gerakan yang berlebuhan melebihi gerakan yang dilakukan secara umum anak seusianya. Biasanya sejak bayi mereka banyak bergerak dan sulit untuk ditenangkan. Jika dibandingkan dengan individu yang aktif tapi produktif, perilaku hiperaktif tampak tidak bertujuan. Mereka tidak mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas motoriknya, sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan tidak penting. Gerakannya dilakukan terus menerus tanpa lelah, sehingga kesulitan untuk memusatkan perhatian. American Psychiatric Assosiations (2005). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM IV). Washington, DC. American Psychiatric Associations. Alberto, P. A,. & Anne, C. A,. (1986). Applied Behavior Analysis for Teachers. Ohio: Merrill Publishing Company. Grad, L. Flick. (1998). ADD/ADHD Behavior-change Resource Kit. New York: The Center for Applied Research in Education. 8. Apa etiologi dari skenario ? FAKTOR PENYEBAB Faktor sosial ekonomi, genetik & lingkungan sosial. Kerusakan fisik otak. Usia ibu hamil, radiasi, infeksi virus. Phenylketunuria (PKU) atau gangguan metabolisme bawaan. Kelainan Kromosom Down Sindrom. Diagnosis: Hambatan bahasa, daya ingat, keterampilan bina diri, memecahkan masalah (pada usia 30 tahun), rata-rata IQ kurang dari 50 (penurunan terus terjadi mulai usia 1 s/d 30
tahun). Catatan: penderita down sindrom kebanyakan hidup tidak lebih dari 40 tahun. Sindrom X Rapuh. Fenotip: Kepala besar & Panjang, perawakan pendek. Diagnosis: gangguan hiperaktivitas, gangguan belajar & gangguan pervasif. Catatan: Fungsi Intelektual mulai menurun pada periode pubertal.
Penjelasan A. Infeksi dan atau intoksinasi Infeksi yang terjadi pada masa prenatal dapat berakibat buruk pada perkembangan janin, yaitu rusaknya jaringan otak. Begitu juga dengan terjadinya intoksinasi, jaringan otak juga dapat rusak yang pada akhirnya menimbulkan retardasi mental. Infeksi dapat terjadi karena masuknya rubella, sifilis, toksoplasma, dll. ke dalam tubuah ibu yang sedang mengandung. Begitu pula halnya dengan intoksinasi, karena masuknya “racun” atau obat yang semestinya dibutuhkan. B. Terjadinya rudapaksa dan / atau sebab fisik lain Rudapaksa sebelum lahir serta trauma lainnya, seperti hiper radiasi, alat kontrasepsi, dan usaha melakukan abortus dapat mengakibatkan kelainan berupa retardasi mental. Pada waktu proses kelahiran (perinatal) kepala bayi dapat mengalami tekanan sehingga timbul pendarahan di dalam otak. Mungkin juga karena terjadi kekurangan oksigen yang kemudian menyebabkan terjadinya degenerasi sel-sel korteks otak yang kelak mengakibatkan retardasi mental. C. Gangguan metabolisme, pertumbuhan atau gizi Semua retardasi mental yang langsung disebabkan oleh gangguan metabolisme (misalnya gangguan metabolism karbohidrat dan protein), gangguan pertumbuhan, dan gizi buruk termasuk dalam kelompok ini. Gangguan gizi yang berat dan berlangsung lama sebelum anak berusia 4 tahun sangat mempengaruhi perkembangan otak dan dapat mengakibatkan retardasi mental. Keadaan seperti itu dapat diperbaiki dengan memberikan gizi yang mencukupi sebelum anak berusia 6 tahun, sesudah itu biarpun anak tersebut dibanjiri dengan makanan yang bergizi, inteligensi yang rendah tersebut sangat sukar untuk ditingkatkan. D. Penyakit otak yang nyata Dalam kelompok ini termasuk retardasi mental akibat beberapa reaksi sel-sel otak yang nyata, yang dapat bersifat degeneratif, radang, dst. Penyakit otak yang terjadi sejak lahir atau bayi dapat menyebabkan penderita mengalamai keterbelakangan mental. E. Penyakit atau pengaruh prenatal Keadaan ini dapat diketahui sudah ada sejak dalam kandungan, tetapi tidak diketahui etiologinya, termasuk anomaly cranial primer dan defek congenital yang tak diketahui sebabnya. F. Kelainan kromosom Kelainan kromosom mungkin terjadi pada aspek jumlah maupun bentuknya. Kelainan pada jumlah kromosom menyebabkan sindroma down yang dulu sering disebut mongoloid. . G. Prematuritas Retardasi mental yang termasuk ini termasuk retrdasi mental yang berhubungan dengan keadaan bayi yang pada waktu lahir berat badannya kurang dari 2500 gram dan/atau dengan masa kehamilan kurang dari 38 minggu. H. Akibat gangguan jiwa yang berat
Retardasi mental juga dapat terjadi karena adanya gangguan jiwa yang berat pada masa kanak-kanak. I. Deprivasi psikososial Devripasi artinya tidak terpenuhinya kebutuhan. Tidak terpenuhinya kebutuhan psikososial awal-awal perkembangan ternyata juga dapat menyebabkan terjadinya retardasi mental pada anak. 9. Bagaimana tatalaksana dari skenario ? Penatalaksanaan Medis Terapi terbaik adalah pencegahan primer, sekunder dan tersier: A. Pencegahan primer Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan atau menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan. Tindakan ini termasuk pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum, usaha terus menerus dari profesional bidang kesehatan, konseling keluarga dan genetik dapat membantu. B. Pencegahan sekunder Tujuannya mempersingkat perjalanan penyakit. C. Pencegahan tertier Tujuannya menekan kecacatan yang terjadi Dalam pelaksanaannya, kedua jenis ii dilakukan bersamaan meliputi: Pendidikan untuk anak mancakup latihan ketrampilan adaptif, sosial dan kejuruan. Terapi pra luka agresif dan melukai diri Kognitif dan psikodinamika Pendidikan keluarga Intervensi farmakologis: - Obat-obatan psikotropika (Tioridasin/Mellaril) untuk remaja dengan perilaku yang membahayakan diri sendiri. - Psikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-tanda gangguan konsentrasi/gangguan hiperaktif. - Antidepresan (Imipramin/Trofanil) - Karbamazepin (Tegretol) dan Propanolol (Inderal) Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jil. 1. Ed. 3. Jakarta: Media Aesculapius.