BAB IV HASIL 4.1 Hasil 4.1.1 Gambaran lokasi pengambilan data Pada bab ini di jelakan tentang asuhan keperawatan pada Tn. F dan Tn. M dengan gangguan persepsi sensori halusinasi yang dilaksanakan pada tanggal 22- 25 Mei 2017 di Bangsal Sena Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta. Asuhan keperawatan dimulai dai pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi. 4.1.2 Pengkajian 1. Identitas Klien Tabel 4.1 Identitas klien Identitas Klien Inisial Umur Jenis Kelamin Alamat Pendidikan Tanggal Pengkajian No Rm Informan Pekerjaan Agama
Klien 1 Tn. F 33 tahun Laki- Laki Solo SMP 22 Mei 2017 jam : 11:00 wib 046xxx Pasien, perawat dan keluarga Buruh harian lepas Kristen
Klien 2 Tn. M 27 tahun Laki- Laki Sragen SMA 22 Mei 2017 jam 13:00 wib 044xxx Pasien, perawat dan keluarga Buruh Islam
2. Alasan Masuk Tabel 4.2 Alasan masuk Klien 1 Klien datang ke Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta di IGD pada tanggal 17 Mei 2017 jam 10:00 wib diantar oleh keluarganya. Keluarga mengatakan 2 hari yang lalu saat dirumah klien gaduh, gelisah,
Klien 2 Klien datang ke Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Arif Zainudin Surakarta di IGD pada tanggal 18 Mei 2017 jam 12:00 wib diantar oleh keluarganya. Keluarga mengatakan saat dirumah kurang lebih 2 minggu klien
marah- marah, berbicara sendiri. Setelah di IGD klien dibawa ke Bangsal Puntadewa dan pada tanggal 18 Mei 2017 klien dipindahkan ke Bangsal Sena untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan selanjutnya.
mengamuk, menyerang tetangga, dan berbicara kacau. Setelah di IGD klien dibawa ke Bangsal Puntadewa dan pada tanggal 19 Mei 2017 klien dipindahkan ke Bangsal Sena untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan selanjutnya.
Masalah Keperawatan Klien 1 dan 2 : Resiko Perilaku Kekerasan 3. Faktor Presdisposisi dan Presipitasi Tabel 4.3 Faktor presdisposisi dan presipitasi
a. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu
b. Pengobatan Sebelumny a
c. Pengalaman 1) Aniaya fisik
Klien 1 Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya pada tahun 2015, pernah dirawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta sebanyak 5 kali yang pertama pada bulan Januari 2015, kedua bulan Juli 2015, ketiga bulan Februari 2016, keempat bulan Agustus 2016.
Klien 2 Klien mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa sebelumya pada tahun 2016 pada bulan Januari di rawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Arif Zainudin Surakarta, klien sudah masuk rumah sakit jiwa 2 kali.
Klien mengatakan bosan
Klien mengatakan malas
minum obat rutin kontrol.
dan tidak minum obat dan untuk kontrol.
Klien mengatakan pernah menjadi korban aniaya fisik pada umur 32 tahun.
malas
Klien mengatakan pernah menyerang tetangganya pada umur 27 tahun, sebelum dibawa ke rumah sakit jiwa
2) Aniaya seksual
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak pernah mengalami pernah mengalami aniaya seksual. aniaya seksual.
3) Penolakan
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan di lingkungannya.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penolakan di lingkungannya.
4) Kekerasan dalam Keluarga
Klien megatakan pernah menjadi saksi kekerasan dalam keluarga pada umur 30 tahun.
Klien mengatakan tidak pernah mengalami kekerasan dalam keluarga.
5) Tindakan kriminal
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan tidak pernah melakukan pernah melakukan
tindakan kriminal d. Adakah Keluarga Mengalami jiwa.
anggota Klien mengatakan yang keluarganya tidak ada gangguan yang mengalami gangguan jiwa.
e. Faktor presipitasi
tindakan kriminal. Klien mengatakan keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Klien mengatakan stress Klien mengatakan stress karena dikeluarkan dari karena ditinggal oleh pekerjaanya dan tidak kekasihnya. kunjung mendapatkan pekerjaan.
4. Fisik Tabel 4.4 Fisik
Tekanan Darah Nadi RR Suhu Tinggi Badan Berat Badan Keluhan Fisik
Klien 1 110/90 mmHg 90x/menit 20x/menit 36 0C 169 cm 60 kg Tidak ada
Klien 2 120/80 mmHg 90x/menit 22x/menit 36,5 0C 172 cm 55 kg Tidak ada
5. Psikososial a. Genogram 1) Klien 1
33 th Gambar 4.1 Genogram Tn. F Penjelasan : klien adalah anak pertama dari 4 bersaudara, klien belum menikah, klien tinggal serumah bersama kedua orangtuanya dan 3 saudara lainnya. Tidak
ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. 2) Klien 2
27 th Gambar 4.2 Genogram Tn. M Penjelasan : klien adalah anak tunggal, klien tinggal serumah dengan kedua orangtuanya, di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Keterangan: : Laki- laki : Perempuan X
: Meninggal : Klien/ pasien
------
: Tinggal serumah
b. Konsep diri Tabel 4.5 Konsep Diri
1) Citra tubuh
2) Identitas
Klien 1 Klien mengatakan suka dengan semua anggota tubuhnya, tetapi lebih suka dengan matanya.
Klien 2 Klien mengatakan suka dengan semua anggota tubuhnya, tetapi lebih suka dengan rambutnya.
Klien mengatakan seorang laki- laki berusia 33 tahun, belum menikah, berpendidikan
Klien mengatakan seorang laki- laki berusia 27 tahun, belum menikah, berpendidikan
terakhir SMP, klien belum puas sebagai lakilaki karena belum menikah dan bekerja.
terakhir SMA, klien belum puas sebagai lakilaki karena belum bisa membahagiakan orang tua, bekerja dan menikah.
3) Peran
Klien mengatakan sebagai seorang anak, dimasyarakat klien sebagai masyarakat biasa.
Klien mengatakan sebagai seorang anak, dimasyarakat klien sebagai masyarakat biasa.
4) Ideal diri
Klien mengatakan ingin cepat pulang , ingin berkumpul bersama keluarga, ingin bekerja dan menikah.
Klien mengatakan ingin cepat pulang , ingin berkumpul bersama keluarga, ingin bekerja dan menikah.
5) Harga diri
Klien mengatakan tidak Klien mengatakan malu berada di rumah merasa malu berada di sakit jiwa. rumah sakit jiwa
Masalah Keperawatan klien 1 dan 2 : Harga Diri Rendah c. Hubungan sosial Tabel 4.6 Hubungan sosial Klien 1
Klien 2
1) Orang terdekat
Klien mengatakan orang Klien mengatakan orang yang paling terdekat yang paling terdekat yaitu ibu. yaitu ibu.
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan di lingkungan sekitar.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien mengatakan ada hambatan.
Klien mengatakan apabila dirumah klien ikut karangtaruna dan kerja bakti di lingkunganya.
tidak Klien mengatakan ada hambatan.
tidak
Masalah Keperawatan Klien 1 : Isolasi Sosial d. Spiritual Tabel 4.7 Spiritual Klien 1
Klien 2
1) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan bahwa Klien mengatakan bahwa sakitnya ini adalah sakitnya ini adalah takdir. takdir.
2) Kegiatan ibadah
Klien
megatakan Klien
mengatakan
beragama kristen, selama beragama islam, klien sakit klien tidak melakukan ibadah 5 melakukan ibadah. waktu.
6. Status Mental Tabel 4.8 Status mental Klien 1
Klien 2
1) Penampilan
Penampilan rapi, rambut tidak tersisir rapi, tetapi tidak acakacakan, pakaian klien sesuai, kuku klien tidak panjang.
Penampilan klien rapi, baju sesuai, rambut tersisir rapi, rambut panjang, kuku klien tidak panjang.
2) Pembicaraan
Nada bicara klien pelan, menjawab seperlunya dan singkat sesuai pertanyaan yang diajukan, klien suka berbicara sendiri.
Nada bicara klien pelan, menjawab seperlunya dan singkat sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, klien suka berbicara sendiri.
3) Aktifitas motorik
Klien terlihat lesu, kurang bersemangat, dan sering duduk menyendiri, klien mengatakan malas melakukan kegiatan diruangan, klien sering mondar- mandir, klien sering memandang satu arah.
Klien terlihat lesu, kurang bersemangat dan sering duduk menyendiri, klien sering mondarmandir, ADL diarahkan oleh perawat.
4) Alam perasaan
Klien mengatakan ketakutan jika mendengar bisikanbisikan itu datang.
Klien mengatakan khawatir jika mendengar bisikan- bisikan itu datang.
5) Afek
Afek klien datar.
Afek klien labil, emosinya cepat berubahubah, kadang senag, sedih dan gelisah.
Saat wawancara klien tidak kooperatif, klien dapat menjawab beberapa pertanyaan saja yang diajukan, saat diajak bicara klien cepat bosan (kurang lebih dalam waktu 10 menit) dan menghindar, kontak mata kurang.
Saat wawancara klien tidak kooperatif, klien dapat menjawab beberapa pertanyaan saja yang diajukan, saat diajak bicara klien cepat bosan (kurang lebih dalam waktu 5 menit) dan menghindar, kontak mata kurang.
6) Interaksi wawancara
7) Persepsi
selama
Klien mengatakan Klien mengatakan mendengar suarasuara mendengar suara- suara bisikan yang yang berisikan suara
menyuruhnya untuk bertengkar dengan orang lain, suara itu muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 3 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 2 menit, suara itu muncul saat klien melamun, apabila suara- suara itu muncul klien marah dan jengkel.
perintah (tidak boleh sholat dan melakukan aktifitas), suara itu muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 4 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 5 menit, klien mengatakan suara itu muncul saat sendirian dan waktu bangun tidur, apabila suara- suar itu muncul klien klien tidak takut tetapi menanggapinya.
8) Proses pikir
Klien saat diajak Klien saat diajak berbicara langsung ke berbicara langsung ke topik pembicaraan. topik pembicaraan.
9) Isi pikir dan waham
Saat pengkajian tidak ditemukan fobia, obsesi, pikiran magis dan waham.
Saat pengkajian tidak ditemukan fobia, obsesi, pikiran magis dan waham.
10) Tingkat kesadaran
Kesadaran klien tenang , tidak terjadi disorientasi.
Kesadaran klien tenang , tidak terjadi disorientasi.
11) Memori
Klien masih dapat mengingat yang terjadi selama 1 hari, 1 minggu dan masih dapat mengingat masalalunya.
Klien masih dapat mengingat yang terjadi selama 1 hari, 1 minggu dan masih dapat mengingat masalalunya.
Klien berkonsentrasi penuh, klien dapat menyebutkan angka 110 dan dapat menyebutkan angka 101.
Klien berkonsentrasi penuh, klien dapat menyebutkan angka 110 dan dapat menyebutkan angka 101.
13) Kemampuan penilaian
Klien tidak mengalami gangguan penilaian, terbukti pada waktu klien ditanya ngepel dulu apa disapu dulu? Klien menjawab disapu dulu biar bersih lalu dipel.
Klien tidak mengalami gangguan penilaian, terbukti pada waktu klien ditanya ngepel dulu apa disapu dulu? Klien menjawab disapu dulu biar bersih lalu dipel.
14) Daya tilik diri
Klien menyadari bahwa Klien tidak dirinya mengalami bahwa gangguan jiwa. mengalami jiwa.
12) Tingkat berhitung
konsentrasi
menyadari dirinya gangguan
Masalah Keperawatan Klien 1 dan 2 : Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran
7. Kebutuhan persiapan pulang Tabel 4.9 Kebutuhan persiapan pulang Klien 1
Klien 2
1) Makan
Klien makan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) habis seporsi dengan menu yang berbeda yang disediakan rumah sakit, klien makan sendiri tanpa bantuan.
Klien makan 3 kali sehari (pagi, siang dan sore) habis seporsi dengan menu yang berbeda yang disediakan rumah sakit, klien makan sendiri tanpa bantuan.
2) BAB/ BAK
Klien BAB 1 kali sehari dan BAK 4- 6 kali sehari, klien melakukan sendiri tanpa bantuan.
Klien BAB 1 kali sehari dan BAK 4- 6 kali sehari, klien melakukan sendiri tanpa bantuan.
3) Mandi
Klien mandi 2 kali sehari tiap pagi dan sore hari dengan memakai sabun, menggosok gigi setiap mandi dan 2 hari sekali keramas.
Klien mandi 2 kali sehari tiap pagi dan sore hari dengan memakai sabun, menggosok gigi setiap mandi dan 2 hari sekali keramas.
4) Berpakaian/ berhias
Klien mampu memakai pakaiannya sendiri tanpa bantuan, klien berpakaian cukup rapi.
Klien mampu memakai pakaiannya sendiri tanpa bantuan, klien berpakaian cukup rapi.
5) Istirahat dan tidur
Klien dapat istirahat cukup, klien tidak pernah tidur siang, waktu malam tidur jam 19.00 – 05.00 wib, kadangkadang klien terbangun.
Klien dapat istirahat cukup, klien tidak pernah tidur siang, waktu malam tidur jam 20.00 – 05.00 wib, kadangkadang klien terbangun.
6) Pengguanaan obat
Klien minum obat 2 kali sehari (pagi dan sore) klien minum obat sesuai dosis dan anjuran yang telah ditentukan oleh dokter secara rutin dan teratur.
Klien minum obat 2 kali sehari (pagi dan sore) klien minum obat sesuai dosis dan anjuran yang telah ditentukan oleh dokter secara rutin dan teratur.
7) Aktifitas rumah
Klien mengatakan Klien Mengatakan apabila didalam rumah apabila didalam Rumah klien menyapu lantai dan klien mencuci piring. mencuci piring.
didalam
8) Aktifitas diluar rumah
Klien mengatakan apabila diluar rumah klien berkumpul dengan teman- temannya.
Klien Mengatakan apabila diluar Rumah klien berkumpul dengan teman- temannya.
8. Mekanisme koping Tabel 4.10 Mekanisme koping Klien 1
Klien 2
Klien mengatakan jika mendapatkan Klien mengatakan jika mendapatkan masalah klien lebih memilih untuk masalah klien bercerita dengan ibunya memendamnya sendiri (menyendiri) untuk memecah masalahnya. Denga n alasan malu menceritakan masalahnya pada orang lain.
Masalah Keperawatan Klien 1 : Isoalasi Sosial 9. Masalah psikososial dan lingkungan Tabel 4.11 Masalah psikososial dan lingkungan Klien 1
Klien 2
Klien selalu menghindar lingkungan sekitar.
dari Klien selalu menghindar dari lingkungan Sekitar
Masalah Keperawatan Klien 1 dan 2 : Isolasi Sosial 10. Pengetahuan kurang tentang Tabel 4.12 Pengetahuan kurang tentang Klien 1
Klien 2
Klien kurang mengetahui tentang jenis obat, fungsi obat, kontraindiksi obat dan cara minum obat.
Klien kurang mengetahui tentang halusinasi.
Masalah Keperawatan Klien 1 dan 2 : Kurang Pengetahuan 11. Aspek medis Tabel 4.13 Aspek medis Klien 1 a. Diagnosa medis b. Terapi medis
F.20.3
Klien 2 F.20.3
a. Risperidone 2 mg (2x1)
a. Haloperidol 5 mg (2x1)
b.Thihexyphenidyl 2 mg (2x1)
b.Thihexyphenidyl (2x1)
c. Chlorpromazine 100 mg (1x1)
c.Chlorpromazine (1x1)
12. Daftar masalah keperawatan Tabel 4.14 Daftar masalah keperawatan Klien 1
Klien 2
2 Mg 100 Mg
a. Gangguan persepsi sensori halusinasi Pendengaran
a. Gangguan persepsi halusinasi pendengaran
b. Isolasi social
b. Isolasi sosial
c. Resiko perilaku kekerasan
c. Resiko perilaku kekerasan
sensori
d. Harga Diri Rendah e. Kurang Pengetahuan
4.1.3 Analisa Data Tabel 4.15 Analisa data Hari/ Tanggal/ Jam
Data Fokus
Masalah Keperawatan Klien 1
Senin, 22 Mei 2017 jam 11:00 WIB
DS: Klien mengatakan mendengar suara- suara bisikan yang menyuruhnya untuk bertengkar dengan orang lain, suara itu muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 3 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 2 menit, suara itu muncul saat klien melamun, apabila suara- suara itu muncul klien marah dan jengkel.
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
DO: Klien tampak mondar- mandir Klien suka menyendiri Klien sering memandang 1 arah Klien berbicara sendiri DS: Klien mengatakan senang menyendiri DO: Afek datar Menghindar dari lingkungan Kontak mata kurang Klien kurang bersemangat, lesu Klien tidak kooperatif
Isolasi Sosial
DS:
Resiko Kekerasan
Perilaku
Keluarga mengatakan saat dirumah klien marah- marah, gaduh dan gelisah. DO: Klien tampak mondar- mandir Klien 2 Senin, 22 Mei 2017 jam 13:00 WIB
DS: Klien mengatakan mendengar suara- suara yang berisikan suara perintah (tidak boleh sholat dan melakukan aktifitas), suara itu muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 4 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 5 menit, klien mengatakan suara itu muncul saat sendirian dan waktu bangun tidur, apabila suara- suar itu muncul klien tidak takut tetapi malah menanggapinya.
Gangguan sensori pendengaran.
persepsi halusinasi
DO: Klien tampak mondar- mandir Klien suka menyendiri Klien berbicara sendiri DS: Klien mengatakan senang menyendiri
Isolasi Sosial
DO: Klien menghindar dari lingkungan Kontak mata kurang Klien kurang bersemangat, lesu Klien tidak kooperatif DS: Keluarga mengatakan saat dirumah klien Resiko mengamuk, menyerang tentangga dan Kekerasan berbicara kacau. DO: Klien tampak mondar- mandir
Perilaku
4.1.4 Pohon Masalah
Resiko perilaku kekerasan (diri sendiri, orang lain, lingkungan dan verbal) (Effect)
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
(Core Problem)
Isolasi Sosial
(Causa)
Gambar 4.3 Pohon masalah 4.1.5 Diagnosa Keperawatan Tabel 4.16 Diagnosa keperawata Klien 1
Klien 2
a. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
a. Gangguan persepsi sensori halusinasi Pendengaran
b. Isolasi sosial
b. Isolasi social
c. Resiko perilaku kekerasan
c. Resiko perilaku kekerasan
4.1.6 Rencana/ Intervensi keperawatan Tabel 4.17 Intervensi
Diagnosa keperawatan
Rencana/ intervensi keperawatan Tujuan
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP) b. Klien dapat mengenali halusinasinya c. Klien dapat mengontrol halusinasinya d. Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Intervensi
Setelah dilakukan 1x interaksi diharapkan klien mampu: a. Menyebutkan jenis, isi, waktu, frekuensi, situasi dan respon klien terhadap halusinasi. b. Memperagakan cara menghardik
Setelah dilakukan 1x interaksi diharapkan klien mampu: a. Meyebutkan cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan b. Menyebutkan 6 benar tentang obat (frekuensi, jenis, guna, cara dan kontinuitas obat)
Setelah dilakukan 1x interaksi diharapkan klien mampu: a. Menyebutkan cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan b. Memperagakan cara bercakap- cakap dengan orang lain
SP 1 a. Bina hubungan saling pecaya (BHSP) b. Identifikasi jenis halusinasi c. Identifikasi isi halusinasi d. Identifikasi waktu halusinasi e. Identifikasi frekuensi halusinasi f. Identifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi g. Identifikasi respon klien terhadap halusinasinya h. Ajarkan pada klien cara menghardaik i. Anjurkan pada klien untuk memasukkan ke dalam jadwal harian SP 2 : a. Evaluasi jadwal kegiatan harian b. Validasi menghardik c. Jelaskan 6 benar tentang obat (jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan koninuitas obat ) d. Latih cara minum obat e. Menyusun jadwal minum obat SP 3: a. Evaluasi jadwal kegiatan harian b. Latih klien mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap dengan orang lain c. Anjurkan pada klien untuk memasukkan ke jadwal harian
Setelah dilakukan 1x interaksi diharapkan klien SP 4: mampu: a. Evaluasi jadwal a. Menyebutkan cara kegiatan harian klien mengontrol halusinasi b. Latih cara mengontrol yang sudah diajarkan halusinasi dengan b. Memperagakan cara beraktivitas mengontrol halusinasi dengan beraktifitas
4.1.7 Implementasi Keperawatan Tabel 4.18 Implementas Diagnosa Keperawatan
22 Mei 2017
23 Mei 2017
24 Mei 2017
25 mei 2017
Implementasi
Implementasi
10:00
10:00
Klien 1 Implementasi Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
11:00 Ds:
Klien mengatakan mendengar suara- suara yang berisikan perintah untuk bertengkar dengan orang lain, suara muncul saat melamun dan sendirian, suara muncul kurang lebih 2 menit, suara muncul kurang lebih 3 kali sehari (pagi, sian dan malam), klien mengatakan jengkel dan marah apabila suara itu muncul.
Do:
Implementasi 10:00 Ds:
Klien mengatakan masih mendengar suarasuara, frekuensi masih 3 kali sehari,suara itu muncul kurang lebih 2 menit, waktunya masih (pagi, siang dan malam), suara muncul saat melamun dan sendirian, klien diam saja saat suara- suara itu muncul.
Ds:
Klien mengatakan masih mendengar suara- suara itu, frekuensi 2 kali sehari, muncul pada pagi dam malam hari,suara itu muncul kurang lebih 2 menit, suara itu muncul saat klien melamun dan sendirian, saat suara itu muncul klien diam saja.
Ds: Klien mengatakan masih mendengar suara- suara itu, frekuensi 2 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 2 menit, muncul pada pagi dan malamhari, apabila suara itu muncul klien diam saja.
Do: Klien sendiri
tampak
berbicara
Kontak mata ada Do: Do:
Klien sudah tidak gelisah
Klien tampak gelisah
Klien tampak sendiri
berbicara
Klien berbicara sendiri
Kontak mata ada klien
Tindakan :
Klien mondar- mandir
Kontak mata kurang
sudah tidak gelisah
Klien suka menyendiri
Tindakan SP 2:
Tindakan SP 3 dan 4:
Klien
a. Mengevaluasi jadwal harian b. Memvalidasi cara menghardik c. Menjelaskan 6 benar tentang obat (jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan kontinuitas minum obat) d. melatih cara minum obat e. Menyusun jadwal minum obat
a. Mengevaluasi jadwal harian b. Memvalidasi cara menghardik dan minum obat c. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap d. Melatih mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan ruitin/ aktivitas (merapikan tempat tidur)
Klien berbicara sendiri
sering memandang 1 arah
Tindakan SP 1: a. Membina hubungan saling percaya (BHSP) b. Mendiskusikan dengan klien isi halusinasi, frekuensi,jenis, situasi pencetus, waktu dan repon klien c. Melatih cara mengahrdik halusinasi d. Memasukkan ke dalam jadwal harian
Diagnosa Keperawatan
22 mei 2017
23 Mei 2017
24 Mei 2017
a. Mengevaluasi cara Mengontrol halusinasi yang Sudah diajarkan yaitu menghardik, minum obat, bercakap- cakap dengan Orang lain dan melakukan aktivitas.
25 Mei 2017
Klien 2 Implementasi Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Implementasi
13:00 Ds:
11:00 Ds:
Klien mengatakan mendengar suara- suara yang berisikan perintah (tidak boleh sholat dan melakukan aktifitas), suara muncul pada pagi, siang dan malam, frekuensi 4 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 5 menit, suara muncul saat melamun dan bangun tidur, apabila suara itu muncul klien tidak marah tetapi malah menanggapinya.
Do: Klien tampak mandir
mondar
Implementasi
11:00 Ds:
10:00 Ds: Klien mengatakan masih mendengar suara- suara itu, frekuensi 2 kali sehari, suara muncul kurang lebih 3 menit, suara muncul pada pagi dan malam hari, suara itu muncul saat melamun dan bangun tidur, apabila suara itu muncul klien tidak marah tetapi malah menanggapinya.
Klien mengatakan masih mendengar suarasuara, frekuensi 4 kali sehari, suara muncul pada pagi, siang dan malam hari, suara muncul kurang lebih 5 menit, suara itu muncul saat melamun dan bangun tidur, apabila suara itu muncul klien tidak marah tetapi malah menanggapinya.
Klien mengatakan masih mendengar suara- suara, frekuensi 3 kali sehari (pagi dan malam), suara muncul kurang lebih 3 menit, suara itu muncul saat melamun dan bangun tidur, apanila suara itu muncul klien tidak marah tetapi malah menaggapinya.
Do:
Do:
Kontak mat ada
Kontak mata kurang
Klien tampak berbicara sendiri
Klien sudah tidak gelisah
Klien berbicara sendiri Klien tampak gelisah
Klien suka menyendiri Klien berbicara sendiri
Implementasi
Dx:
Do: Klien sendiri
Kontak mata ada Klien gelisah
sudah
tidak
tampak
berbicara
Tindakan: a. Mengevaluasi cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan yaitu menghardik, minum obat, bercakapcakap
Dx:
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Tindakan SP 2:
Tindakan SP 1: a. Membina hubungan saling percaya (BHSP) b. Mendiskusikan dengan klien isi halusinasi, frekuensi,jenis, situasi pencetus, waktu dan repon klien c. Melatih cara mengahrdik halusinasi d. Memasukkan ke dalam jadwal harian
a. Mengevaluasi jadwal harian b. Memvalidasi cara menghardik c. Menjelaskan 6 benar tentang obat (jenis, guna, dosis, frekuensi, cara dan kontinuitas minum obat) d. melatih cara minum obat e. Menyusun jadwal minum obat
Dx:
dengan orang lain dan melakukan aktivitas.
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Tindakan SP 3 dan 4: a.
b.
Mengevaluasi jadwal harian
Memvalidasi cara yang sudah diajarkan c. Melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap d. Melatih mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan ruitin/ aktivitas (merapikan tempat tidur)
4.1.8 Evaluasi Tabel 4.19 Evaluasi
Dx
Hari 1
Hari 2
Hari 3
Hari 4
Klien 1
S:
S:
S:
S:
Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
Klien mengatakan mendengar suarasuara yang berisikan perintah untuk bertengkar, muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 3 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 2 menit, suara muncul saat melamun dan sendirian, apabila suara itu muncul klien marah dan jengkel.
Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan yaitu dengan cara menghardik.
Klien mengatakan suara- suara itu mulai berkurang frekuensi 2 kali Sehari kurang lebih 2 manit
Klien mengatakan masih mendengar suarasuara itu frekuensi 2 kali kurang lebih 2 menit.
Klien mengatakan cara menghardik yaitu menutup kuping lalu berkata pergi- pergi, saya tidak mau dengar kamu, kamu suara palsu. O: Klien menyebutkan dan hobi Klien dapat tangan perawat
dapat nama berjabat dengan
Klien mengatakan sudah berlatih menghardik pada pukul 13:00 dan 16:00 dengan mandiri. Klien mengatakan minum obat Risperidone, CPZ dan THP, warna orange namanya CPZ minumnya 1 kali sehari pada pagi hari berguna untuk obat penenang, warna putih namanya THP diminum pada pagi dan sore hari berguna untuk badan rileks, tidak kaku dan warna kuning bernama risperidone diminum pada pagi dan sore hari berguna untuk obat gangguan mental.
Klien mengatakan masih Ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan yaitu dengan Menghardik dan minum obat.
Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik, minum obat, bercaka- cakap dengan orang lain Klien mengatakan dan melakukan tolong Ajak saya aktifitas. ngobrol supaya halusinasi saya hilang O: Klien mengatakan Merapikan tempat tidur Yaitu yang pertama merapiakan sprei, Lalu bantal Kemudian lipat selimut. O: Klien dapat Menyebutkan cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara Menghardik dan minum obat.
Klien mampu mendemonstrasinakan Klien mampu cara mengontrol mengenal isi, Klien mampu Halusinasi dengan frekuensi, situasi menyebutkan 6 benar bercakapcakap yang dapat muncul tentang obat dengan orang lain halusinasi, waktu, perasaan saat Klien mampu minum Klien mampu halusinasi muncul. obat mempraktekkan O:
Klien mampu melakukan cara menghardik tanpa bantuan perawat.
A: halusinasi pendengaran ada
A:
P:
mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas kegiatan masih rutin harian A:
Klien mampu mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakapcakap dengan orang lain dan melakukan aktivitas. A: Halusinasi berkurang P: a. Anjurkan pada klien untuk melakukan cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan apabila halusinasinya muncul.
Halusinasi masih ada
a. Anjurkan pada Halusinasi klien untuk Pendengaran P: memasukkan Berkurang minum obat ke a. Anjurkan pada P: jadwal harian klien untuk latihan menghardik pada b. Evaluasi pada cara a. Anjurkan jam 13:00 dan klien untuk latihan minum obat 16:00 bercakapcakap c. Kontrak untuk pada Jam 14:00 b. Anjurkan pada melatih cara dan melakrapikan klien untuk mengontrol tempat tidur jam mendemonstrasika halusinasi dengan 17:00 n menghardik jika bercakapcakap halusinasi muncul pada dengan orang lain b. Anjurkan klien untuk dan melakukan c. Evaluasi mempraktekkan aktivitas. menghardik cara mengontrol Halusinasi jika d. Kontrak waktu halusinasi muncul cara yang kedua yaitu minum obat.
c. Mengevaluasi Manfaat dan kemampuan mengontrol Halusinas i yang sudah diajarkan.
Klien 2
S:
S:
S:
S:
Klien mengatakan mendengar suarasuara yang berisikan perintah (tidak boleh sholat dan melakukan aktifitas), suara muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 4 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 5 menit, suara muncul saat sendirian dan bangun tidur, apabila suara itu muncul klien tdak marah tetapi malah menanggapinya.
Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan yaitu dengan menghardik.
Klien mengatakan masih mendengar suarasuara itu frekuensi 3 kali sehari kurang lebih 3 menit.
Klien mengatakan masih mendengar suarasuara frekuensi 2 kali sehari kurang laebih 2 menit.
Klien cara yaitu kuping pergitidak kamu, palsu. O:
mengatakan menghardik menutup lalu berkata pergi, saya mau dengar kamu suara
Klien mengatakan sudah berlatih cara menghardik pada pukul 13:00 dan pada pukul 16:00 tidak berlatih. Klien mengatakan minum oabt CPZ, HLP dan THP, warna orange namanya CPZ minum nya 1 kali sehari yaitu pagi hari, berguna untuk obat penenang , warnanya merah muda namanya HLP minumnya 2 kali sehari pada pagi dan sore hari berguna untuk berfikir jernih dan warna putih namanya THP
Klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarka yaitu dengan Menghardik dan minum obat.
Klien mengatakan sedikit lupa dengan cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan
O: Klien mengatakan mampu tolong ajak saya Klien mendemonstrasikan Mengobrol supaya mengontrol halusinasi saya hilang cara halusinasi yaitu Klien mengatakan menghardik, minum Merapikan tempat obat, bercakaptidur Yaitu yang cakap dengan orang pertama merapiakan lain dan melakukan sprei, Lalu bantal aktivitas. Kemudian lipat A: selimut. O: Klien Menyebutkan
Halusinasi berkurang dapat P: cara a. Anjurkan
pada
Klien menyebutkan dan hobinya.
dapat minum 2 kali sehari nama pada pagi dan sore hari berguna untuk obat agar rileks dan Klien mampu badan tidak kaku. berjabat tangan dengan perawat. O:
mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan yaitu cara menghardikdan minum obat.
Klien mampu mengontrol halusinasi Klien mampu Klien mapu dengan bercakapmengenal isi, menyebutkan 6 benar cakap dengan orang frekuensi, situasi tentang obat lain yang dapat muncul halusinasi, waktu, Klien mampu minum Klien mampu perasaan saat obat mempraktekkan halusinasi muncul. mengontrol halusinasi A: dengan melakukan Klien mampu Halusinasi aktivitas (merapikan melakukan cara pendengaran tempat tidur) menghardik dengan berkurang bantuan perawat. A: P: A: Halusinasi masih ada a. Anjurkan pada Halusinasi masih ada klien untuk P: memasukkan P: a. Anjurkan pada minum obat ke klien untuk latihan a. Anjurkan pada jadwal harian bercakapcakap klien untuk latihan pda jam 14:00 dan cara menghardik pada b. Evaluasi Merapikan tempat minum obat jam 13:00 dan tidur jam 17:00 16:00 c. Kontrak untuk pada melatih cara b. Anjurkan b. Anjurkan pada klien untuk mengontrol klien untuk mempraktekkan halusinasi dengan mendemonstrasika cara mengontrol bercakapcakap n menghardik jika Halusinasi jika dengan orang lain halusinasi muncul halusinasi muncul dan melakukan c. Evaluasi aktivitas c. Mengevaluasi menghardik manfaat dan d. Kontrak waktu cara yang kedua yaitu minum obat.
kemampuan mengontrol Halusinasi yang sudah diajarkan.
klien untuk melakukan cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan apabila halusinasinya muncul.
BAB V PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan pada Tn. F dan Tn. M dengan gangguan persepsi sensori halusinasi Di Ruang Sena Rumah Sakit Jiwa Daerah Banyumas. Pembahasan pada bab ini berisi perbandingan antara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang disajikan. Asuhan Keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pembahasan 1.
Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar umum dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Lyer et.al, 1996 dalam buku Muhith, 2015). Data yang dikumpulkan melalaui data biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa, dapat berupa faktor, presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan yang dimiliki klien. (Afnuhazi, 2015). Teknik pengkajian yang dilakukan penulis adalah dengan menggunakan cara autoanamnesa dan alloanamnesa.
Keluhan utama Tn. F dan Tn. M adalah mangalami halusinasi pendengaran. Saat dibawa di Rumah Sakit Jiwa Banyumas alasan masuk Tn F adalah keluarga mengatakan 2 hari yang lalu saat dirumah klien gaduh, gelisah, marah- marah, dan berbicara sendiri. Sedangkan alasan masuk Tn. M adalah keluarga mengatakan saat dirumah kurang lebih 2 minggu klien mengamuk, menyerang tetangga, dan berbicara kacau. Halusinasi pendengaran adalah Paling sering dijumpai dapat berupa bunyi mendenging atau sura bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut ditujukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan berdebat dengan suara-suara tersebut ( Damaiyanti, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa melakukan menghardik dapat menurunkan frekuensi halusinasi (dalam jurnal penelitian Arief, 2013). Berdasarkan keluhan dan alasan masuk Tn. F dan Tn. M dapat disimpulkan bahwa strategi pelaksanaan 1 atau SP1 dapat digunakan untuk menangani gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran dan dapat mencegah komplikasi lebih lanjut akibat halusinasi pendengaran. Dalam melakukan SP1 salah satu tujuan yang diharapkan adalah dapat mengurangi frekuensi halusinasi.
2.
Diagnosa Keperawatan Menurut Direja (2011) diagnosa keperawatan merupakan suatu peryataan yang menjelaskan respon manusia terhadapstatus kesehatan atau resiko perubahan dari kelompok dimana perawat secara
accontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun, membatasi dan berubah. Menurut Damaiyanti (2014) pohon masalah halusinasi dapat mengakibatkan klien mengalami kehilangan kontrol pada dirinya, sehingga bisa membahayakan diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Hal ini terjadi jika halusinasi sudah sampai pada fase keempat, dimana klien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh isi halusinasinya. Masalah yang menyebabkan halusinasi itu adalah isolasi sosial, maka klien menjadi menarik diri dari lingkungannya. Hal ini sesuai dengan data pada Tn.F dan Tn.M dimana ditemukan isolasi sosial: menarik diri ditandai dengan pada Tn.F yaitu klien senang menyendiri, afek klien datar, menghindar dari lingkungan, kurang bersemangat, lesu, kontak mata kurang, saat wawancara klien tidak kooperatif dan ditemukan resiko perilaku kekerasan ditandai dengan keluarga mengatakan saat dirumah klien marah- marah, gaduh dan gelisah, klien tampak mondar- mandir. Sedangkan pada Tn.M ditemukan isolasi sosial: menari diri ditandai dengan klien senang menyendiri, klien menghindar dari lingkungannya, klien kurang bersemangan, lesu, kontak mata kurang, saat wawancara klien tidak kooperatif dan ditemukan resiko perilaku kekerasan ditandai dengan keluarga mengatakan saat dirumah klien mengamuk, menyerang tetangga dan berbicara kacau, klien tampak mondar- mandir. Berdasarkan masalah- masalah tersebut, maka disusun pohon masalah
yaitu isolasi sosial (menarik diri) sebagai causa, gangguan persepsi sensori halusinasi sebagai core problem dan perilaku kekerasan sebagai effect. Penulis mengangkat diagnosa keperawatan utama yaitu gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran pada Tn.F dan Tn.M sebagai prioritas masalah utama yang didukung dengan pada Tn.F data subjektif yaitu klien mengatakan mendengar suara- suara bisikan yang berisikan perintah untuk bertengkar dengan orang lain, suara itu muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 3 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 2 menit, suara itu muncul saat melamun, apabila suarasuara itu muncul klien merasa jengkel dan marah, data objektif klien klien tampak mondar- mandir, klien suka menyendiri, klien berbicara sendiri, klien sering memandang satu arah. Sedangkan pada Tn.M data subjektif klien mengatakan mendengar suara- suara bisikan yang berisikan perintah (tidak boleh sholat dan melakukan aktifitas), suara muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 4 kali sehari, suara muncul kurang lebih 5 menit, suara itu muncul saat sendirian dan bangun tidur, saat suara muncul klien tidak takut tetapi malah menanggapinya, data objektif klien tampak mondar- mandir, klien suka menyendiri, klien berbicara sendiri.
3.
Intervensi Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang suatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012) Berdasarkan data yang didapat dari Tn. F yaitu data subjektif klien mengatakan mendengar suara- suara yang menyuruhnya untuk bertengkar dengan orang lain, suara itu muncul pada pagi, siang dan malam hai, frekuensi 3 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 2 menit, suara itu muncul saat melamun dan sendirian, apabila suara itu muncul klien merasa marah dan jengkel. Sedangkan data objektif klien tampak mondar- mandir, klien suka menyendiri, klien sering memandang satu arah, klien berbicara sendiri. Pada Tn. M didapat data subjektif klien mengatakan mendengar suara- suara yang berisikan perintah (tidak boleh sholat dan melakukan aktifitas), suara itu muncul pada pagi, siang dan malam hari, suara itu muncul kurang lebih 5 menit, klien mengatakan suara itu muncul saat sendirian dan bangun tidur, apabila
suara
itu
muncul
klien
tidak
marah
tetapi
malah
menanggapinya. Sedangkan data objektif klien tampak mondar- mandir, klien suka menyendiri, klien berbicara sendiri. Strategi pelaksanaan yaitu instrumen paduan pelaksanaan intervensi keperawatan jiwa yang digunakan sebagai acuan bagi
perawat saat interaksi atau berkomunikasi secara teurapetik kepada klien dengan gangguan jiwa (Muhith, 2015) Tujuan pertama yaitu membina hubungan saling percaya (BHSP), dengan kriteria hasil pada Tn. F dan Tn. M menunjukkan terjalinya interaksi yang santai, wajah bersahabat, mau berjabat tangan, klien mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, klien mau duduk berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang dihadapinya.Tujuan yang kedua yaitu dapat memanfaatkan obat dengan baik, dengan kriteria hasil pada Tn. F dan Tn. M menujukkan dapat menyebutkan
manfaat,
dosis
dan
efek
samping
obat,
dapat
mendemonstrasikan penggunaan obat secara benar, dapat memahami akibat berhenti minum obat. Tujuan yang ketiga yaitu dapat mengenali halusinasinya, dengan kriteria hasil pada Tn. F dan Tn. M menujukkan dapat menyebutkan (waktu, isi, frekuensi timbulnya halusinasi), dapat mengungkapkan perasaan terhadap halusinasi. Tujuan yang keempat yaitu dapat mengontrol halusinasi, dengan kriteria hasil pada Tn. F dan Tn. M menunjukkan dapat menyebutkan tindakan yang biasa dilakukan untuk mengendalikan halusinasinya, dapat menyebutkan cara baru, dapat memilih cara mengatasi haluisnasi seperti yang telah didiskusikan (Menurut Buku Panduan Rumah Sakit Jiwa Daerah Banyumas, 2017)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4x24 jam diharapkan dapat menurunkan frekuensi halusinasi pendengaran setelah dilakukan strategi pelaksanaan 1 atau SP1 di Bangsal Sena Rumah Sakit Jiwa Daerah Banyumas.
4.
Implementasi Tindakan keperawatan merupakan standar dari asuhan yang berhubungan dengan aktivitas keperawatan profesional yang dilakukan oleh perawat, dimana implementasi dilakukan dilakukan pada pasien, keluarga dan komunitas berdasarkan rencana keperawatan yang dibuat. Dalam mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk mencegah penyakit meningkat, mempertahankan dan memulihkan kesehatan fisik dan mental. (Damaiyanti, 2014). Implementasi yang dilakukan penulis berbeda dengan teori pada yang disampaikan pada Bab II, pada tanggal 22- 25 Mei 2017 penulis melakukan tindakan strategi pelaksanaan menurut Buku Panduan Rumah Sakit Jiwa Daerah Banyumas (2017) strategi pelaksanaan pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran, strategi yang pertama yaitu mengajarkan cara menghardik, strategi pelaksanaan yang kedua yaitu dengan minum obat, strategi pelaksanaan yang yang ketiga yaitu bercakap- cakap dengan orang lain, dan strategi pelaksanaan yang keempat yaitu dengan cara melakukan aktifitas.
Implementasi
hari
pertama
penulis
melakukan
Strategi
pelaksanaan yang pertama dengan respon pada Tn. F klien kurang kooperatif, klien dapat mendemonstrasikan cara menghardik tanpa bantuan perawat. Sedangkan Tn. M klien kurang kooperatif, klien dapat mendemonstrasikan cara menghardik dengan bantuan. Implementasi hari kedua penulis melakukan strategi pelaksanaan yang kedua dengan respon pada Tn. F klien dapat menyebutkan obat- obat yng diminumnya, klien dapat mendemonstrasikan cara minum obat. Sedangkan pada Tn. F klien dapat menyebutkan obat- obat yng diminumnya, klien dapat mendemonstrasikan cara minum obat. Implemetasi hari ketiga penulis melakukan strategi pelaksanaan yang ketiga dan keempat dengan respon pada Tn. F klien kooperatif, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap dengan orang lain dan melakukan aktifitas ( merapikan tempat tidur. Sedangkan Tn. M klien kurang kooperatif, klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap dengan orang lain dan melakukan aktifitas (merapikan tempat tidur) dengan bantuan. Implementasi hari keempat penulis mengevaluasi cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan dengan respon pada Tn. F klien masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan dan dapat mendemonstrasikan. Sedangkan pada Tn. M klien sedikit lupa cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan dan klien dapat mendemonsstrasika.
Faktor- faktor yang memungkinkan mempengaruhi terjadi perbedaan respon pada Tn. F dan Tn. M menurut penulis sesuai dengan lamanya dirawat di Rumah Sakit Jiwa. 5. Evaluasi
Tahap evaluasi adalah kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan (Nursalam, 2009). Menurut Dermawan (2012) penulisan evaluasi berdasarkan pada SOAP, S (Subjective data atau data subjektif), O (Objective data atau data objektif), A (Analysis atau analisis), P (Plant of care atau rencana asuhan keperawatan). Evaluasi pada diagnosa gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran yang dilakukan pada tanggal 22 Mei 2017 pada Tn. F (Klien 1) didapatkan data subjektif klien mengatakan mendengar suarasuara yang berisikan perintah untuk bertengkar, muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 3 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 2 menit, suara muncul saat melamun dan sendirian, apabila suara itu muncul klien marah dan jengkel, klien mengatakan cara menghardik yaitu menutup kuping lalu berkata pergi- pergi, saya tidak mau dengar kamu, kamu suara palsu. Data objektif klien dapat menyebutkan nama dan hobi, klien dapat berjabat tangan dengan perawat, klien mampu mengenal isi, frekuensi, situasi yang dapat muncul halusinasi, waktu, perasaan saat halusinasi muncul, klien mampu melakukan cara menghardik tanpa bantuan perawat. Analisis halusinasi masih ada.
Rencana keperawatan Anjurkan pada klien untuk latihan menghardik pada
jam
13:00
dan
16:00,
anjurkan
pada
klien
untuk
mendemonstrasikan menghardik jika halusinasi muncul, evaluasi menghardik, kontrak waktu cara yang kedua yaitu minum obat. Saat melakukan tindakan penulis sedikit mengalami kendala karena klien kurang kooperatif. Pada Tn. M (klien 2) Data subjektif klien mengatakan mendengar suara- suara yang berisikan perintah (tidak boleh sholat dan melakukan aktifitas), suara muncul pada pagi, siang dan malam hari, frekuensi 4 kali sehari, suara itu muncul kurang lebih 5 menit, suara muncul saat sendirian dan bangun tidur, apabila suara itu muncul klien tdak marah tetapi malah menanggapinya, klien mengatakan cara menghardik yaitu menutup kuping lalu berkata pergi- pergi, saya tidak mau dengar kamu, kamu suara palsu. Data objektif klien dapat menyebutkan nama dan hobinya, klien mampu berjabat tangan dengan perawat, klien mampu mengenal isi, frekuensi, situasi yang dapat muncul halusinasi, waktu, perasaan saat halusinasi muncul, klien mampu melakukan cara menghardik dengan bantuan perawat. Analisis halusinasi masih ada. Renacana keperawatan Anjurkan pada klien untuk latihan menghardik pada
jam
13:00
dan
16:00,
anjurkan
pada
klien
untuk
mendemonstrasikan menghardik jika halusinasi muncul, evaluasi menghardik, kontrak waktu cara yang kedua yaitu minum obat. Saat melakukan tindakan penulis sedikit mengalami kendala karena klien kurang kooperatif.
Evaluasi pada tanggal 23 Mei 2017 pada Tn. F (klien 1) didapatkan data subjektif klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan yaitu dengan cara menghardik, klien mengatakan sudah berlatih menghardik pada pukul 13:00 dan 16:00 dengan mandiri, klien mengatakan minum obat Risperidone, CPZ dan THP, warna orange namanya CPZ minumnya 1 kali sehari pada pagi hari berguna untuk obat penenang, warna putih namanya THP diminum pada pagi dan sore hari berguna untuk badan rileks, tidak kaku dan warna kuning bernama risperidone diminum pada pagi dan sore hari berguna untuk obat gangguan mental. Data objektif klien mampu menyebutkan 6 benar tentang obat, klien mampu minum obat. Analisis halusinasi masih ada. Rencana keperawatan anjurkan pada klien untuk memasukkan minum obat ke jadwal harian, evaluasi cara minum obat, kontrak untuk melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap dengan orang lain. Penulis mengalami sedikit kendala karena klien kurang kooperatif. Pada Tn. M (klien 2) didapatkan data subjektif klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan yaitu dengan menghardik, klien mengatakan sudah berlatih cara menghardik pada pukul 13:00 dan pada pukul 16:00 tidak berlatih, klien mengatakan minum oabt CPZ, Haldol dan THP, warna orange namanya CPZ minum nya 1 kali sehari yaitu pagi hari, berguna untuk obat penenang , warnanya merah muda namanya haldol minumnya 2 kali sehari pada pagi dan sore hari berguna untuk berfikir jernih dan warna
putih namanya THP minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari berguna untuk obat agar rileks dan badan tidak kaku. Data objektif klien mapu menyebutkan 6 benar tentang obat, klien mampu minum obat. Analisis halusinasi masih ada. Rencana keperawatan anjurkan pada klien untuk memasukkan minum obat ke jadwal harian, evaluasi cara minum obat, kontrak untuk melatih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap dengan orang lain. Penulis mengalami sedikit kendala karena klien kurang kooperatif. Evaluasi pada tanggal 24 Mei 2017 pada Tn. F (klien 1) didapatkan data subjektif klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan yaitu dengan menghardik dan minum obat, klien mengatakan tolong ajak saya ngobrol supaya halusinasi saya hilang, klien mengatakan merapikan tempat tidur yaitu yang pertama merapikan sprei, lalu merapikan bantal kemudian melipat selimut. Data objektif klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik dan minum obat, klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap- cakap dengan orang lain, klien mampu mempraktekkan mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas kegiatan rutin harian. Analisis halusinasi berkurang. Rencana keperawatan anjurkan pada klien untuk latihan bercakap- cakap pada jam 14:00 dan 17:00, anjurkan pada klien untuk mempraktekkan cara mengontrol halusinasi jika halusinasi muncul, mengevaluasi manfaat dan kemampuan mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan. Penulis tidak mengalami kendala karena klien kooperatif.
Pada Tn. M (klien 2 ) didapatkan data subjektif klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarka yaitu dengan menghardik dan minum obat, klien mengatakan tolong ajak saya mengobrol supaya halusinasi saya hilang, klien mengatakan merapikan tempat tidur yaitu yang pertama merapikan sprei, lalu merapikan bantal kemudian melipat selimut. Data objektif klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik dan minum obat, klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, klien mampu mempraktekkan mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas kegiatan rutin harian. Analisis halusinasi berkurang. Rencana keperawatan anjurkan pada klien untuk latihan bercakap- cakap pada jam 14:00 dan 17:00, anjurkan pada klien untuk mempraktekkan cara mengontrol halusinasi jika halusinasi muncul, mengevaluasi manfaat dan kemampuan mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan. Penulis tidak mengalami kendala karena klien kooperatif. Evaluasi pada tanggal 25 mei 2017 pada Tn. F (klien 1) didapatkan data subjektif klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik, minum obat, bercaka- cakap dengan orang lain dan melakukan aktifitas. Data objektif klien mampu mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap- cakap dengan orang lain dan melakukan aktifitas. Analisis halusinasi berkurang. Rencana keperawatan anjurkan pada klien untuk melakukan cara mengontrol halusinasi yang sudah
diajarkan apabila halusinasinya muncul. Penulis tidak mengalami kendala karena klien kooperatif. Pada Tn. M (klien 2) didapatkan data subjektif klien mengatakan masih ingat cara mengontrol halusinasi yaitu dengan cara menghardik, minum obat, bercaka- cakap dengan orang lain dan melakukan aktifitas. Data objektif klien mampu mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap- cakap dengan orang lain dan melakukan aktifitas. Analisis halusinasi berkurang. Rencana keperawatan anjurkan pada klien untuk melakukan cara mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan apabila halusinasinya muncul. Penulis tidak mengalami kendala karena klien kooperatif. Menurut penulis evaluasi pada Tn. F dan Tn. M di Bangsal Sena Rumah Sakit Jiwa Daerah Banyumas dengan diagnosa keperawatan gangguan
persepsi
sensori
halusinasi
pendengaran
dengan
menggunakan SP cukup efektif untuk mengurangi frekuensi halusinasi.