Bab Ii Revisi Ketikan Fix 10.docx

  • Uploaded by: Melita Ramadhani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab Ii Revisi Ketikan Fix 10.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,571
  • Pages: 55
1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan peristiwa dimana bertemunya sel telur atau ovum dengan sel sperma dan akan berlangsung sekitar 9 bulan, ataupun 40 minggu dalam kehamilan yang akan di hitung dari pertama periode menstruasi hingga periode terakhir. Selama proses kehamilan ibu harus melakukan pemeriksaan kehamilan. Dengan pemeriksaan kehamilan secara rutin ibu dapat terhindar beberapa factor resiko yang dapat terjadi selama proses kehamilan seperti perdarahan selama kehamilan dan bisa terjadinya anemia pada kehamilan.(Wagiyo dan Putrono, 2016 ) Menurut WHO tahun 2016 kehamilan dengan anemia ialah masalah kesehatan masyarakat dan negara, penyebab utama dari kejadiaan ini belum adanya asupan makanan yang kaya akan zat besi yang tidak memadai. Wanita hamil dengan anemia tertinggi di negara Afrika Sub-Sahara sekitar (57%). Diikuti oleh wanita hamil di Southeas sekitar (24,1%). Anemia pada kehamilan merupakan keadaan komplikasi akibat berbagai perubahan anatomik dan fisiologi dalam tubuh ibu. Pada proses kehamilan tubuh ibu mengalami perubahan yang signifikan. Jumlah darah dalam tubuh ibu meningkat sekitar 20-30%, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan zat besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin. Hemoglobin ini merupakan

2

protein dalam sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel lain dalam tubuh. Ketika hamil, tubuh memerlukan darah hingga 30% untuk berbagi dengan bayinya. Biasanya selama kehamilan terjadi hiperplasi erythroid dari sumsum tulang, dan meningkatnya massa eritrosit, namun peningkatan dalam hasil volume plasma menyebabkan hemodilusi (hydremia kehamilan) (Proverawati Atikah, 2011) Penyebab hemodilusi akan mengurangi kadar Hb dari trimester pertama, kedua, dan ketiga sekitar <11 g/dl atau kadar hematokritnya turun sampai di bawah 37%. Penurunan kadar hemoglobin ini akan menyebabkan berkurangnya cadangan zat besi dan kurangnya gizi (malnutrisi) yang dibutuhkan janin sehingga membahayakan ibu dan janin (Wagiyo dan Putrono, 2016 ). Dari hasil penelitian Nurdina 2017 faktor yang menyebabkan terjadinya anemia salah satunya adalah status gizi pada ibu sangat berperan dalam proses kehamilan dan kepatuhan ibu mengkonsumsi zat besi. Data dari Riskesdas tahun 2018 proporsi angka kejadian kehamilan dengan anemia 48,9%, Tingginya angka kejadian kehamilan dengan anemia di Indonesia belum mencapai target di tahun 2017 menurut profil kesehatan Indonesia, untuk ibu hamil yang mendapat kan tablet FE3 sekitar 90%. Data dari Profil kesehatan Kalimantan timur tahun 2017 ibu hamil yang mendapatkan FE3 berkisar 27,91% rendahnya pemberian tablet penambah darah pada wanita hamil ini belum mencapai target renstra 90%.

3

Penyebab umum dari anemia pada kehamilan adalah kurangnya zat besi pada ibu. Pada tubuh ibu akan mengalami peningkatan zat besi sebelum bayinya, tetapi tidak perlu terlalu khawatir tentag bayinya karena ia akan memastikan bahwa mendapatkan cukup asupan zat besi pada ibu. Jika tubuh ibu tidak memiliki cukup zat besi, maka tidak dapat membuat sel-sel darah merah yang dibutuhkan untuk membuat darah ekstra maka dapat meningkatkan resiko tinggi anemia pada ibu dan bayi (Proverawati Atikah, 2011) Dampak anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko tinggi anemia pada ibu dan bayi. Dampak pada ibu dapat menyebabkan selama dua trimester pertama, maka beresiko lebih besar untuk memiliki bayi lahir premature atau BBLR dan pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko kehilangan darah selama persalinan sehingga lebih sulit untuk melawan infeksi (Proverawati Atikah, 2011). Menurut penelitian Masruroh tahun 2014 diketahui bahwa dari 590 ibu hamil yang mengalami anemia 60,5% dan kejadian abortus sebanyak (51,2%). Mengingat besarnya dampak anemia terhadap ibu hamil dan janinnya maka solusi untuk mencegah anemia pada kehamilan ini yaitu dengan nutrisi yang baik, anjuran untuk makan-makanan yang tinggi kandungan zat besi seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, telur dan kacang kacangan. Selain itu pemberian vitamin untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan asam folat (Proverawati Atikah, 2011) Pada klien ibu hamil dengan anemia akan timbul masalah keperawatan yaitu perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh, resiko terjadi gangguan

4

pertumbuhan dan perkembangan janin, intoleransi aktivitas, kurang pengetahuan tentang anemia dan dampak terhadap ibu dan bayinya berhubungan dengan kurangnya informasi. Apabila masalah keperawatan diatas tidak diatasi akan berdampak buruk pada ibu dan bayinya. Untuk mengatasi masalah keperawatan yang terjadi maka peran serta dukungan keluarga terutama dukungan dari suami untuk ibu dan janinnya sangat di butuhkan untuk teratasinya masalah keperawatan pada klien ibu hamil dengan anemia. Selain peran keluarga terdapat juga peran serta perawat dalam melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah keperawatan anemia pada ibu hamil (Wagiyo dan Putrono, 2016 ). Tindakan keperawatan juga berperan penting dalam mengatasi anemia tersebut seperti pemberian suplemen zat besi dan edukasi tentang nutrisi yang baik pada ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia. Dalam tindakan keperawatan teori Nola J. Pender sangat berperan penting dalam proses kehamilan ibu untuk mengatasi anemia pada kehamilannya seperti edukasi untuk menganjurkan ibu tentang pentingnya mengkonsumsi tablet zat besi setidaknya 27 mg zat besi setiap harinya, dan Pendidikan kesehatan tentang pentingnya nutrisi pada ibu hamil dengan anemia (Proverawati Atikah, 2011) Berdasarkan data kota Balikpapan tahun 2017 ibu hamil dengan anemia yang mendapatkan FE3 sekitar 13.077 orang dengan presentase sekitar 94,68% dan dampak bahaya dari akibat anemia pada ibu hamil dibutuhkan pertolongan dari petugas kesehatan salah satunya perawat. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Asuhan Keperawatan Pada Ibu

5

Hamil Dengan Anemia menurut teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Klien Ibu Hamil Dengan Anemia menurut teori Nola J. Pender Di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Tahun 2019” C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mendeskripsikan hasil asuhan keperawatan pada klien Ibu Hamil Dengan Anemia Menurut Teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Tahun 2019. 2. Tujuan Khusus a. Mengkaji klien Ibu Hamil Dengan Anemia Menurut Teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Tahun 2019 b. Menegakkan diagnosis keperawatan klien Ibu Hamil Dengan Anemia Menurut Teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Tahun 2019 c. Menyusun perencanaan keperawatan klien Ibu Hamil Dengan Anemia Menurut Teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Tahun 2019

6

d. Melaksanakan intervensi keperawatan klien Ibu Hamil Dengan Anemia Menurut Teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Tahun 2019 e. Mengevaluasi klien Ibu Hamil Dengan Anemia Menurut Teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Tahun 2019 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan pengalaman belajar dilapangan dan dapat meningkatkan pengetahuan peneliti tentang Bagaimanakah Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Klien Ibu Hamil Dengan Anemia menurut teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan Tahun 2019. 2. Bagi tempat penelitian Dari hasil penelitian ini di harapkan dapat memperbaharui ilmu keperawatan dan dapat dijadikan dokumentasi ilmiah untuk merangsang minat peneliti selanjutnya. 3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan Menambah keluasan ilmu terutama dalam pemanfaatan Asuhan Keperawatan Pada Klien Ibu Hamil Dengan Anemia menurut teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan.

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kehamilan Normal 1. Pengertian Kehamilan adalah peristiwa yang didahului bertemunya sel telur atau ovum dengan sel sperma dan akan berlangsung selama kira-kira 10 bulan lunar, atau 9 bulankalender, atau 40 minggu, atau 280 hari yang dihitung dari hari pertama priode menstruasi terakhir Last Menstrual period. 2. Proses terjadinya kehamilan Saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama atau coitus), dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan dilepaskan cairan mani berisi sel-sel seperma kedalam saluran reproduksi wanita. Jika senggama terjadi sekitar masa ovulasi (disebut masa subur wanita), maka ada kemungkinan sel sperma akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan saat ovulasi. Pertemuan atau penyatuan sel sperma dengan sel telur inilah yang disebut pembuahan atau fertilisasi. Dalam keadaan normal in vivo, pembuahan terjadi di daerah tuba falopi, umumnya didaerah ampula atau infundibulum. Perkembangan teknologi kini memungkinkan penatalaksanaan kasus infertilitas (tidak dapat mempunyai anak) dengan cara mengambil oosit wanita dan dibuahi dengan sperma pria diluar tubuh. Setelah terbentuk,

8

embrio tersebut dimasukkan kembali ke dalam Rahim untuk pertumbuhan selanjutnya. Teknik ini pembuahan in vitro, dalam istilah awam bayi tabung. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk kedalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi myometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Kemudian, spermatozoa mengalami peristiwa reaksi kapasitasi, yaitu selama beberapa jam, protein plasma dan glikoprotein yang berada dalam cairan mani diluruhkan. Reaksi akrosom yaitu setelah dekat dengan oosit, sel sperma yang telah menjalani kapasitasi akan terpengaruh oleh zat-zat dari corona radiate ovum, sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan corona radiate. Pada saat ini dilepaskan hyaluronidase yang dapat melarutkan corona radiate, trypsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pellucida untuk mencapai ovum. Sekali sebuah spermatozoa menyentuh zona pellucida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang cepat. Sekali telah terjadi penembusan zona oleh satu sperma, terjadi reaksi khusus di zona pellucida yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Setelah sel sperma mencapai oosit, terjadi : a. Reaksi zona atau reaksi kortikal pada selaput zona pellucida. b. Oositmenyelesaikan pembelahan miosis keduanya, menghasilkan oosit definitif yang kemudian menjadi pronukleus wanita.

9

c. Inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria. d. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi 3. Proses Perkembangan zigot a. Hasil utama pembuahan 1) Penggenapan kembali jumlah kromosom dari pengganbungan dari paruh haploid dari ayah dan dari ibu menjadi satu bakal individu baru dengan jumlah kromosom diploid. 2) Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, tergantung dari kromosom X dan Y yang dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut. 3) Permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan dan perkembangan embrio ( embriogenesis ). 4) Pembelahan atau perkembangan awal embrio. Zigot mulai mengalami pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel-sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan, zigot memasuki tingkat 16 sel, disebut stadium morula ( kira-kira pada hari ke-3 sampai 4 pascafertilisasi ). Morula terdiri dari inner cell mass ( kumpulan sel-sel dalam sebelah dalam, yang akan tumbuh menjadi jaringan-jaringan embrio sampai janin ) dan outer cell mass (lapisan sel disebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblas sampai plasenta)

10

Kira-kira pada hari ke-5 sampai 6, di rongga sela-sela inner cell mass merembes menembus cairan zona pellucida,membentuk ruang antar sel. Ruang antarsel kemudian bersatu dan memenuhi sebagian massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul pada salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan sel luar. Pada stadium ini, zigot tersebut berada dalam stadium blastula atau pembentukan blastokista. Inner cell mass kemudian disebut embrioblas dan outer cell mass kemudian disebut sebagai trofoblas. b. Implantasi Pada akhir minggu pertama (hari ke-5 sampai 7) zigot mencapai cavum uteri. Pada saat ini, uterus berada pada dalam fase sekresi lendir di bawah pengaruh progresteron dari korpus luteum yang masih aktif, sehingga lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dengan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuska berbagai reaksi seluler, sehingga sel-sel trofoblas zigot tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus ( terjadi iplantasi ). Setelah implantasi, sel-sel trofoblas tertana dalam endometrium terus berkemang, membentuk jaringan bersama dengan sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian

11

berfungsi sebagai sumber nutisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin. c. Plasenta, tali pusat, selaput janin, dan cairan amnion. Setelah minngu pertama (hari 7-8), sel sel trofoblas yang terletak diatas embrioblas yang berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dab berdiferensiasi menjadi da lapis yang berbeda: 1) Sitotrofoblas adalah selapis sel kuboid, berbatas tegas inti tungal, di sebelah dalam (dekat embrioblas ). 2) Rinsititotrofoblas adalah selapis sel tanpa batas tegas, disebelah luar (berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi plasenta di antara masa embrioblas dengan lapisan sititrofoblas berbentuk suatu celah yang makin lama makin besar, yang nantinya akan menjadi rongga amnion. 3) Sel-sel embrioblas juga berdiferensi menjadi dua lapis yang berbeda, yaitu epiblas atau selapis sel kolumnar tinggi, di bagian dalam, berbatasan dengan bakal ronnga amnion. 4) Hipoblas, yaitu selapis sel kuboid kecil, di bagian luar, berbatasn dengan rongga blastokista (bakal rongga kuning telur), unit sel-sel blast ini akan berkembang menjadi janin.

12

5) Kutub embrional, sel-sel adri hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput heuser), selaput ini bersama hipoblas membentuk dinding bakal yolk sach ( kandung kuning telur ). Ronnga yang terjadi disebut rongga eksoselom (exocoelomic space ) atau kandung kuning telur sederhana. Dari struktur-struktur tersebut kemudian akan terbentuk kandung kuning telur, lempeng korion dan rongga koroin. Pada lokasi bekas implantasi blastokista di permukaan dinding uters terbentuk lapisan fibrin sebagai bagian dari proses penyembuhan luka. 6) Jaringan endometrium disekitar blastoista yang berimplantasi mengalami reaksi desidua, berupa hipersekresi, peningkatan lemak dan glikogen, serta edema. Selanjutnya endometrium yang berubah di daerah –daerah sekitar implantasi blastokista disebut desidua. Perubahan ini kemudian meluas ke seluruh bagian endometrium dalam kavum uteri. Pada stadium ini, zigot disebut berada dalam stadium bilaminar (cakram berlapis dua). d. Plasenta Pada hari 8-9, perkembangan trofoblas sangat cepat, dari selapis sel tumbuh menjadi berlapis-lapis. Terbentuk rongga-rongga vakuola yang banyak pada lapisan sinsitiotrofoblas (selanjutnya disebut sinsitium) yang

13

akhirnya saling berhubungan. Stadium ini disebut stadium berongga (lacunar stage). pertumbuhan sinsitium kedalam stroma endometrium makin dalam kemudian terjadi perusakan endotel kapiler di sekitarnya, sehingga rongga-rongga sinsitium (sistem lakuna) tersebut dialiri masuk oleh darah ibu, membentuk sinosoid-sinosoid. Peristiwa ini menjadi awal terbentuknya sistem sirkulasi uteroplasenta atau sistem sirkulasi fetomaternal. Menjelang akhir minggu kedua ( hari 13-14 ), seluruh lingkaran blastokista telah terbenam dalam uterus dan diliputi pertumbuhan trofoblas yang telah daliri darah ibu. Meski demikian, hanya sistem trofoblas di darah dekat embrioblas saja yang berkebang lebih aktif dibanding daerah lainnya. Pada

awal

minggu

ketiga,

mesodern

ekstraembrional

somatopleural yang terdapat jonjot-jonjot primer (bagian dari selaput korion di daerah kutub embrional) ikut menginvasi ke dalam jonjot sehingga membentuk jonjot sekunder (secondary stem vill) yang terdiri dari inti mesoderm dilapisi selapis sel sitotrofoblas dan sinsitiotrofoblas. Menjelang akhir minggu ketiga, dengan kararakteristik angiogenik yang dimilikinya, mesoderm dalam jonjot tersebut berdiferensiasi menjadi sel darah dan pembuluh kapiler, sehingga jonjot yang tadinya hanya selular kemudian menadi suatu jaringan vaskular(disebut jonjot tersier atau tertiary stem villi)rongga korion makin lama makin luas,

14

sehingga jaringan embrional makin terpisah dari sitotrofoblas atau selaput korion, hanya dihubungkan oleh sedikit jaringan mesoderm yang keudian menjadi tangkai penghubung (connecting stalk). Mesoderm connecting stalk yang juga memiliki kemampuan angiogenik, kemudian akan berkembang menjadi pembuluh darah dan connecting stalk tersebut menjadi tali pusat. e. Tali pusat Setelah infiltrasi pembuluh darah trofoblas ke dalam sirkulasi uterus, seiring dengan perkembangan trofoblas menjadi plasenta dewasa, terbentuklah komponen sirkulasi utero-plasenta dihubungkan dengan sirkulasi janin. Meskipun demikian darah ibu dan darah janin tetap tidak bercampur menjadi satu ( disebut sistem hemochorial ) tetap terpisah dengan dinding pembuluh darah janin dan lapisan korion. Dengan demikian, komponen sirkulasi dari ibu (maternal) berhubungan dengan sirkulasi dari janin (fetal) melalui plasenta dan tali pusat. Sistem tersebut dinamakan sirkulasi fetomaternal. 4. Tanda-tanda diduga hamil a. Amenora (haid tidak datang) b. Payudara tegang c. Mengidam ( ingin makanan khusus) d. Mual dan muntah di pagi hari (morning sickness) e. Hipersalivasi

15

f. Konstipasi g. Pigmentasi kulit 5. Tanda kemungkinan hamil a. Pembesaran rahim dan perut b. Tanda hegar c. Tanda chadwik d. Tanda discasek e. Teraba ballotement f. Reaksi pemeriksaan kehamilan positif 6. Tanda pasti hamil a. Gerakan dan keberadaan janin dalam janin terasa b. Pemeriksaan USG c. Terdengar denyut jantung janin 7. Tahap perkembangan janin a)

Usia 0-4 minggu Pada minggu-minggu awal janin memiliki panjang tubuh kurang lebih 2 mm. Perkembangan juga ditandai dengan munculnya cikal bakal otak, sum-sum tulang belakang uyang masih sederhana dan tanda-tanda wajah yang akan terbentuk. Pada akhir minggu ke-3 atau awal minggu ke-4, mulai terbentuk ruas-ruas badan (somit) sebagai karakteristik pertumbuhan periode ini.

16

b) Usia kehamilan 4-8 minggu Ketika ,mencapai usia 4 minggu, jantung janin mulai berdetak dan semua organ tubuh lainnya mulai terbentuk. Muncul tulang-tulang belakang wajah, mata, kaki, dan tangan. c)

Usia kehamilan 8-12 minggu Organ organ tubuh utama janin telah terbentuk. Kepalanya berukuran lebih besar dari badanya, sehingga mampu menampung otak yang terus berkembang dengan pesat. Dagu, hidung, dan kelopak mata mulai terbentuk dan terlihat jelas. Di dalam rahim, janin mulai diliputi cairan ketuban dan dapat melakukan aktivitas seperti menendang dengan lembut. Organ-organ utama janin kini telah terbentuk.

d) Usia kehamilan 12-16 minggu Paru-paru janin mulai berkembang dan jantungnya dapat didengar melalui ultrasonografi (USG). Wajahnya mulai dapat menunjukan ekspresi tertentu dan mulai tumbuh alis dan bulu mata. Janin sudah mulai dapat memutar kepalanya dan membuka mulut. Rambutnya mulai tumbuh kasar dan berwarna. e)

Usia kehamilan 16-20 minggu Janin mulai bereaksi terhadap suara ibunya. Akar-akar gigi tetap telah muncul dibelakang gigi susu. Tubuhnya ditumbuhi bulu halus yang disebut lanugo. Janin dapat menghisap jempol dan bereaksi terhadap suara ibunya.

17

Ujung-ujung indera pengecap mulai berkembang dan dapat membedakan rasa manis dan pahit dan sidik jari mulai nampak. f)

Usia kehamilan 20-24 minggu Besar tubuh janin mulai sebanding dengan besar badannya. Alat kelaminya mulai terbentu, cuping hidungnya mulai terbuka, mulai melakukan gerakan pernafasan. Pusat-pusat tulangnya mulai mengeras. Selain itu, janin mulai memiliki waktu-waktu tertentu untuk tidur.

g) Usia kehamilan 24-28 minggu Dibawah kulit, lemak sudah mulai menumpuk, seangkan pada kulit kepalanya rambut mulai bertumbuhan, kelopak matanya membuka, dan otaknya mulai aktif. Janin dapat mendengar, baik suara dari dalam maupun dari luar (lingkungan). Janin dapat mengenali suara ibunya dan detak jantungnya bertambah cepat jika ibunya berbicara atau boleh dikatakan pada masa ini merupakan masa-masa bagi sang janinmempersiapkan diri menghadapi hari kelahirannya. h) Usia kehamilan 28-36 minggu Walaupun gerakanya sudah mulai terbatas karena beratnya yang semakin bertambah, namun matanya sudah mulai berkedip bila melihat cahaya melalui dinding perut ibunya. Kepalanya mulai mengarah ke bawah. Paru-parunya belum sempurna.

18

i)

Usia kehamilan 38 minggu Kepalanya

sudah

berada

di

rongga

panggul,

seolah-olah

mempersiapkan diri bagi kelahiran. Ia kerap berlatih bernafas, menghisap dan menelan. Rambut-rambut halus disekujur tubuhnya mulai menghilang. Ususnya berisi mekonium (tinja pada bayi baru lahir ) biasanya akan dikeluarkan dua hari setelah lahir,. Saat ini persalinan sudah amat dekat dan dapat terjadi kapan saja.

B. Konsep Dasar Ibu Hamil Dengan Anemia 1.

Pengertian Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III kadar atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relative mudah, bahkan murah (Wagiyo dan Putrono, 2016)

2. Etiologi Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12, dan asam folat. Selebihnya merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetic, penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya (Wagiyo dan Putrono, 2016).

19

Pada umumnya, anemia ibu hamil disebabkan oleh kurang gizi (malnutrisi), kurang zat besi dalam diit, malabsorpsi, perdarahan antepartum, kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid, dan penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria, dan lain-lain (Wagiyo dan Putrono, 2016) 3. Klasifikasi Klasifikasi Anemia dalam kehamilan dibagi menjadi 4 yaitu: (Wagiyo dan Putrono, 2016) a. Anemia Defisiensi Besi Anemia dalam kehamilan yang paling sering di jumpai ialah anemia akibat kekurangan besi. Hal ini di sebabkan oleh kurang masuknya unsur besi dan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena terlampau banyak zat besi keluar dari badan, misalnya ketika perdarahan. Keperluan besi bertambah dalam kehmilan terutama pada trimester terakhir. Keperluan zat besi untuk wanita hamil 17 mg. b. Anemia Megaloblastik Anemia Megaloblastik adalah anemia yang khas ditandai oleh adanya sel megaloblast dalam sumsum tulang. Sel megaloblast adalah sel precursor eritrosit dengan bentuk sel yang besar disertai adanya kes, di mana mturasi sitoplasma normal tetapi inti besar dengan susunan kromosom yang longgar.

20

c. Anemia Hipoplastik Anemia pada wanita hamil yang disebabkan sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru dinamakan anemia hipoplastik dalam kehamilan. Penyabab anemia hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun, atau obat-obatan. Dalam hal yang terakhir anemianya dianggap hanya sebagai komplikasi kehamilan. d. Anemia Hemolitik Anemia Hemolitik disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar menjadi hamil. Apabila hamil, maka anemianya dapat menjadi berat. Sebaliknya, mungkin pula

bahwa kehamilan

menyebabkan krisis hemolitik pada wanita yang sebelumnya tidak menderita anemia. 4. Patofisiologi Anemia kehamilan dapat disebabkan oeh banyak faktor, antara lain; kurang zat besi; kehilangan darah yang berlebihan; proses penghancuran eritrosit dalam tubuh sebelum waktunya; peningkatan kebutuhan zat besi. Selama kehamilan, kebutuhan oksigen lebih tinggi sehingga memicu peningkatan produksi eritropenin. Akibatnya, volume plasma bertambah dan sel darah merah meningkat. Namun, peningkatan volume plasma terjadi dalam proporsi yang lebih besar jika dibandingkan

21

dengan peningkatan eritrosit sehingga terjadi penurunan konsentrasi Hb (Proverawati, 2011). Anemia pada kehamilan akan mengakibatkan transport O2 ke ibu menurun dan Nutrisi ke janin dan plasenta menurun. Dengan terjadinya penurunan transport O2 yang tidak mengetahui akan mengakibatkan aliran darah kejaringan menurun dan terjadi hipoksia, ibu akan mengalami intoleransi aktivitas dan terjadinya syok pada ibu. Nutrisi yang menurun pada janin dan plasenta menyebabkan suplai 02 tidak terpenuhi janin akan kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah mengakibatkan gangguan perfusi jaringan pada janin dan ibu, janin kekurangan zat besi menyebabkan resiko terhambatnya pertumbuhan dan

perkembangan

janin

mengakibatkan

ibu

akan

mengalami

kecemasan, dan kekuatan slaput plasenta yang menurun beresiko terjadinya ketuban pecah dini dan menyebabkan kelahiran premature atau BBLR (Proverawati, 2011) volume plasma yang terekspansi menurunkan hematokrit (Ht), konsentrasi hemoglobin darah (Hb) dan hitung eritrosit, tetapi tidak menurunkan jumlah Hb atau eritrosit dalam sirkulasi. Sehingga meningkatkan perfusi plasenta dan membantu penghantaran oksigen serta nutrisi ke janin (Proverawati, 2011) Ekspansi volume plasma mulai pada minggu ke 6 kehamilan dan mencapai maksimum pada minggu ke 24 kehamilan, tetapi dapat terus

22

meningkat sampai minggu ke 37. Pada titik puncaknya, volume plasma sekitar 40% lebih tinggi pada ibu hamil. Penurunan hematokrit, konsentrasi hemoglobin, dan hitung eritrosit biasanya tampak pada minggu ke 7 sampai ke 8 kehamilan dan terus menurun sampai minggu ke 16 sampai 22 ketika titik keseimbangan tercapai. (wagiyo dan Putrono, 2016). 5. Komplikasi Komplikasi kehamilan dengan anemia (Wagiyo dan Putrono, 2016): Anemia dalam kehamilan memberi pengruh kurang baik pada ibu, baik dalam kehamilan, persalinan maupun saat masa nifas, dan masa selanjutnya. Berbagai masalah dapat timbul akibat anemia, seperti: a.

Abortus, partus prematurus.

b.

Partus lama karena intertia uteri, perdarahan post partum karena atonia uteri.

c.

Shock, infeksi, baik intrapartum maupun post partum

d.

Anemia yang sangat berat dengan Hb kurang dari 4g/100ml yang menyebabkan dekompensasi kordis

6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Penunjang (Wagiyo dan Putrono, 2016) a. Pemeriksaan laboratorium 1) Tes penyaring, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan bentuk morfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi

23

pengkajian

pada

komponen-komponen

berikut

ini:

kadar

hemoglobin, indeks eritrosit, ( MCV, MCV, Dan MCHC), apusan darah tepi. 2) Pemeriksaan darah seri anemia: hitung leukosit, trombosit, laju endap darah ( LED ), dan hitung retikulosit. a) Pemeriksaan sumsum tulang: Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai keadaan system hematopoesis. b) Pemeriksaan

atas

indikasi

khusus:

Pemeriksaan

ini

untuk

mengkonfirmasi dugaan diagnosis awal yang memiliki komponen berikut ini: 1)) Anemia defisiensi besi: serum iron, TIBC, saturasi transferrin, dan ferritin serum. 2)) Anemia megaloblastik: asam folat darah/eritrosit, vitamin B12. 3)) Anemia hemolitik: hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb. 4)) Anemia pada leukeumia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia. 3) Pemeriksaan laboratorium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam urat, faal hati, biakan kuman. 4) Radiologi: toraks, bone survey, USG, atau linfangiografi 5) Pemeriksaan sitogenetik

24

6) Pemeriksaan biologi molekuler (PCR = polymerase chain raction, FISH = fluorescence in situ hybridization) 7. Penatalaksanaan a. Penatalaksanaan Secara Medis 1) Anemia aplastic Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan antithimocyte globulin yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet 2) Anemia pada penyakit ginjal Pada pasien dialasis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat kalau tersedia, dapat diberikan eriropoetin rekombinan 3) Anemia pada penyakit kronis Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan untuk aenmianya. Dengan menangani kelainan yang mendasanya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya. 4) Anemia pada defisiensi besi dan asam folat Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus 3X10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr%.

25

5) Anemia megaloblastic a) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin12, bila defisiensi disebabkan oleh absorbs atau tidak tersedianya faktor instrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM. b) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus diteruskan selama hidup pasien yang mendirita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi c) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3X5 mg/hari. d) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi, penanganannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM. e) Anemia pascaperdarhan Dengan memberikan transfusi darah. Dalam keadaan darurat diberikan cairan infus apa saja yang tersedia. 6) Anemia hemolitik Dengan pemberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolysis a. Penatalaksanaan Keperawatan di rumah Pendidikan kesehatan pada ibu hamil yang menderita anemia adalah dengan menkonsumsi nutrisi yang baik untuk mencegah terjadinya anemia jika sedang hamil, makan makanan yang tinggi

26

kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daging merah, sereal, telur, dan kacang tanah) yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Selain itu pemebrian vitamin adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup asam besi dan folat, dan pastikan tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat besi setiap hari, yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan yang tinggi kandungan zat besi (Proverawati, 2011).

C. Konsep Masalah Keperawatan 1. Pengertian Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan mengidentifikasi respon individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). 2. Kriteria mayor dan minor Kriteria mayor adalah tanda dan gejala yang ditemukan sekitar 80%100% untuk validasi diagnosa. Sedangkan criteria mayor adalah tanda dan gejala yang tidak harus ditemukan, namun dapat mendukung penegakan diagnosis (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).

27

3. Faktor yang berhubungan Kondisi atau situasi yang berkaitan dengan suatu masalah yang dapat menunjang kelengkapan data untuk menegakan suatu diagnosis atau masalah keperawatan.

28

4. Pantway Kehamilan

Defisiensi zat besi

Mal nutrisi pada ibu hamil

Volume plasma

Kebutuhan zat besi

Hemodilusi Hiperemesis gravidarum

Hb Mual

Intake nutrisi

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

ANEMIA PADA IBU HAMIL

Nutrisi ke janin dan plasenta

Transpor O2 ke ibu

Kebutuhan O2 tidak terpenuhi Suplai O2 tidak terpenuhi

Aliran darah ke jaringan menurun

Hipoksia, lemah, pucat

Intoleransi aktivitas Bagan 2.1

Janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah

Syok

Sumber: Wagiyo (2016), Proverawati (2011)

Gangguan perfusi jaringan

Janin kekurangan zat besi

Kekuatan slaput plasenta

Resiko terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan janin Penurunan fungsi respirasi

Gangguan perfusi jaringan pada ibu dan janin

Ketuban pecah dini

Kelahiran prematur

Ansietas

BBLR

29

5. Masalah Keperawatan Pada Ibu Hamil Dengan Anemia Masalah keperawatan yang sering terjadi pada klien Ibu Hamil Dengan Anemia menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,2017) yaitu: a. Defisit nutrisi Definisi : nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme. Batasan karakteristik : 1) Data mayor: Subjektif : Objektif : a) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal 2) Data minor: Subjektif : a) Cepat kenyang setelah makan b) Kram/nyeri abdomen c) Nafsu makan menurun Objektif : a) Bising usus hiperaktif b) Otot pengunyah lemah c) Otot menelan lemah d) Membran mukosa pucat e) Sariawan f) Serum albumin turun

30

g) Rambut rontok berlebihan h) Diare 3) Kondisi klinis terkait a) Stroke b) Parkinson c) Mobius syndrome d) Cerebral palsy e) Cleft lip f) Cleft palate g) Amyotropic lateral sclerosis h) Kerusakan neuromuscular i) Luka bakar j) Kanker k) Infeksi l) AIDS m) Penyakit kronis n) Enterokolitis o) Fibrosis Kistik b. Intoleransi aktivitas Definisi : Ketidak cukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari Batasan karakteristik : 1) Data mayor:

31

Subjektif : a) Mengeluh lelah Objektif : 1) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat 2) Data minor Subjektif : a) Dispnea saat/setelah aktivitas b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas c) Merasa lemah Objektif : a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia d) Sianosis 3) Kondisi klinis terkait a) Anemia b) Gagal jantung kongesti c) Penyakit jantung coroner d) Penyakit katup jantung e) Aritmia f) Penyakit paru obstruktif kronis ( PPOK ) g) Gangguan metabolic

32

h) Gangguan musculoskeletal c. Syok Definisi: akan mengalami ketidak cukupan aliran darah kejaringan tubuh,yang dapat mengakibatkan disfungsi seluler yang mengancam jiwa. Batasan karakteristik : 1) Data mayor: Subjektif : Objektif : 2) Data minor: Subjektif : Objektif : 3) Kondisi klinis terkait a) Perdarahan b) Trauma Multipel c) Pneumotoraks d) Infark miokard e) Kardiomiopati f) Cedera menula g) Anafilaksis h) Sepsis i) Koagulasi intravaskuler diseminata

33

j) Sindroma respons inflamasi sistemik d. Gangguan perfusi Perifer Definisi: Mengalami penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat mengganggu metabolisme tubuh Batasan karakteristik : a. Data mayor: Subjektif : Objektif : b. Data minor: Subjektif : Objektif : 3) Kondisi klinis terkait: a.) Arterosklerosis b) Reynaud’s disease c) Trombosis arteri d) Atritis rheumatoid e) Lericher’s Syndrome f) Aneurisma g) Buerger’s Disease h) Varises i) Diabetes mellitus j) Hipotensi

34

k) Kanker e. Ansietas Definisi : Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman Batasan karakteristik : a) Data mayor: Subjektif : a) Merasa bingung b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi c) Sulit berkonsentrasi Objektif : a) Tampak gelisah b) Tampak tegang c) Sulit tidur b) Data minor: Subjektif : a) Mengeluh pusing b) Anoreksia c) Palpitasi d) Merasa tidak berdaya

35

Objektif : a) Frekuensi nafas meningkat b) Frekuensi nadi meningkat c) Tekanan darah meningkat d) Diaforesis e) Tremor f) Muka tampak pucat g) Suara bergetar h) Kontak mata buruk i) Sering berkemih j) Berorientasi pada masa lalu 3) Kondisi klinis terkait a) Penyakit kronis progresif ( mis. Kanker, penyakit autoimun) b) Penyakit akut c) Hospitalisasi d) Rencana operasi e) Kondisi diagnosis penyakit belum jelas f) Penyakit neurologis g) Tahap tumbuh kembang

36

D. Konsep Teori Nola J. Pender Promosi kesehatan didefinisikan sebagai perilaku dimotivasi oleh keinginan untuk meningkatkan potensi kesehatan manusia. Menurut teori nilai harapan, perilaku sehat bersifat rasional dan ekonomis. Seseorang akan mulai bertindak dari perilakunya yang akan tetap digunakan dalam dirinya Ini adalah sebuah pendekatan untuk kesehatan. Di sisi lain, perlindungan kesehatan atau pencegahan penyakit digambarkan sebagai keinginan perilaku termotivasi untuk secara aktif menghindari penyakit, mendeteksi lebih dini, atau mempertahankan berfungsi dalam batasan penyakit. Perawat dapat mengembangkan dan melaksanakan intervensi promosi kesehatan kepada individu, kelompok, dan keluarga. Perawat harus bekerja ke arah pemberdayaan untuk perawatan diri dan meningkatkan kapasitas klien untuk perawatan diri melalui pendidikan dan pengembangan. 1. Model Promosi Kesehatan Dari Nola J. Pender Model bergerak menuju pemahaman multifungsi dari sifat alami seseorang yang berhubungan dengan hubungan interpersonal alami mereka dan berinteraksi dengan lingkungan fisik saat mereka memiliki pengalaman terhadap kesehatan. Karena model ini, perawat memiliki kemajuan dalam pendekatan kesehatan kepada masyarakat, menangani tidak hanya sisi kuratif, tetapi juga sebagai pencegahan penyakit dan promosi kesehatan.

37

Bagan 2.2 Kerangka teori Nola J. Pender (Dikutip dari Tomey, Alligood. 2006).

2. Penjelasan model Health Promotion Model Pender Health Promotion Model ini diusulkan sebagai kerangka untuk mengintegrasikan keperawatan dan perspektif ilmu perilaku pada faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan. Model ini akan digunakan sebagai panduan untuk menjelajahi proses biofisik yang memotivasi individu untuk terlibat dalam perilaku yang diarahkan untuk peningkatan kesehatan. Model ini telah digunakan secara luas sebagai kerangka kerja untuk

38

penelitian yang bertujuan untuk memprediksi kesehatan mempromosikan gaya hidup serta perilaku tertentu. Konsep utama dari Health Promotion Model adalah karakteristik individu dan pengalaman (perilaku sebelum berhubungan dan faktor pribadi), perilaku - kognisi tertentu dan yang mempengaruhi (manfaat yang dirasakan dari tindakan, pengaruh self efficacy, pengaruh aktivitas terkait, pengaruh interpersonal, dan situasional), dan hasil perilaku (komitmen untuk sebuah rencana tindakan, tuntutan bersaing langsung dan preferensi dan kesehatan mempromosikan perilaku). E. Konsep Asuhan Keperawatan Ibu hamil dengan anemia 1. Pengkajian a. Pengkajian ibu hamil secara umum: Inspeksi dan Palpasi Leopold I, Leopold II, Leopold III, Leopold IVPerkusi Pemeriksaan Fisik Keadaan Umum seperti : Penampilan Umum, Tanda Distres, Warna Kulit, Tinggi dan bentuk tubuh, Perkembangan seksual, BB/TB, Postur dan gaya berjalan, Cara berpakaian, Ekspresi wajah, Tingkat kesadaran: GCS, Keadaan Emosional: TB, BB, LILA;Pemeriksaan TTV: Tekanan darah, Nadi, Suhu, dan pernapasan, Pemeriksaan Ekstermitas Atas seperti; Pemeriksaan Kepala, Pemeriksaan Mata seperti gerakan mata dan visus, Pemeriksaan Telinga, Pemeriksaan Hidung, Pemeriksaan Mulut dan Faring, Pemeriksaan Leher, Pemeriksaan Dada dan Paru, Pemeriksaan

39

Kardiovaskuler,

Pemeriksaan

Payudara,

Pemeriksaan

Genetalia,

Pemeriksaan Muskuloskeletal, Pemeriksaan Neurologi, Pemeriksaan Ekstermitas bawah b. Konsep pengkajian ibu hamil dengan anemia: Anamnesa 1) Usia : Wanita usia < 20 tahun atau >35 tahun merupakan factor predisposisi terjadinya anemia selama kehamilan. 2) Keluhan utama: cdepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang, malaise, lidah luka, konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah), mual dan muntah pada hamil muda, dan palpitasi. 3) Aktivitas:

keletihan,

kelemahan,

malaise

umum,

kehilangan

produktivitas, penurunan semangat kerja, toleransi terhadap latihan rendah, dan kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak. 4) Sirkulasi: riwayat kehilangan darah kronis, palpitasi, dan Capillary Refill Time (CRT) lebih dari tiga detik. 5) Integritas ego: cemas, gelisah, dan ketakutan. 6) Eliminasi: Konstipasi dan sering kencing 7) Mencatat dan memperhatikan makanan atau cairan yang dikonsumsi 8) Mencatat perubahan nafsu makan, misalnya ketika terjadi penurunan 9) Mual atau muntah 10) Nyeri, terutama jika terjadi di daerah abdomen dan kepala 11) Pernapasan pendek saat istirahat maupun aktivitas

40

12) Seksual, dapat terjadi perdarahan pervagina, pendarahan akut sebelumnya dan tinggi fundus tidak sesuai dengan umurnya Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi: Konjungtiva pucat, wajah pucat 2) Palpasi: turgor kulit, capillary refil, pembesaran limfa, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus. 3) Auskultasi: auskultasi denyut jantung janin dan denyut jantung ibu Pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan adalah pemeriksaan laboratorium: 1) Pemeriksaan Hb, Kadar Hb <10 mg/% 2) Kadar Ht menurun (normal 37%-41%) 3) Peningkatan biblirubin total (pada anemia hemolitik) 4) Terlihat retikulositosis dan sferositosis pada apusan darah tepi 5) Terdapat pansitopenia, sumsum tulang kosong diganti lemak c. Menurut teori Nola J. Pender pengkajian ibu hamil dengan anemia Pengkajian Umum Identitas Pasien, Keluhan saat ini, Alasan masuk RS, Pengobatan yang didapat, Pernah menderita penyakit kronis, Pengobatan yang didapat, Riwayat alergi, Riwayat penyakit keluarga, Riwayat penyakit yang tidak diturunkan, Riwayat Obstetri dan Gynecology, Riwayat Menstruasi, Riwayat ANC, Status Obstetri, TFU, Kontraksi, Perdarahan, ganti

41

pembalut, Luka perineum, Kondisi jahitan, Riwayat Perkawinan, Riwayat Ginekology, Riwayat KB 2. Diagnosa Keperawatan a. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen c. Syok berhubungan dengan Hipoksia d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Hipotensi e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 3. Intervensi Keperawatan Intervensi keperawatan pada klien Ibu Hamil Dengan Anemia menurut (Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan Diagnosa Nanda, NIC, NOC) yaitu: a. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurang asupan makanan 1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama . . .x. . . jam diharapkan klien dapat makan sendiri dengan asupan makanan yang dibutuhkan. 2) Kriteria hasil a) Status nutrisi: ketersediaan zat gizi untuk memenuhi kebutuhan metabolik b) Status nutrisi: asupan

42

c) Makanan dan cairan: Kulitas makanan dan cairan yang diasup ke dalam tubuh selama priode 24 jam d) Status menelan: perjalanan makanan padat atau cairan secara aman dari mulut ke lambung e) Mampu makan secara mandiri f) Mengungkapkan kepuasan makan dan terhadap kemampuan untuk makan sendiri g) Menerima suapan dari pemberi asuhan 3) Intervensi a) Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional: Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi b) Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional: Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan c) Timbang berat badan tiap hari Rasional: Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi d) Berikan makanan sedikit dan frekuensi sering dan makanan diantara waktu makan Rasional:

Makan

sedikit

dapat

menurunkan

kelemahan

meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster

dan

43

e) Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flaktus, dan gejala lain yang berhubungan. Rasional: Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia hipoksia pada organ f) Konsul pada ahli gizi Rasional: Membantu dalam membuat rencana diet untuk

memenuhi

kebutuhan individual g) Pantau pemeriksaan laboratorium mis: Hb/Ht, albumin, protein, transferin, besi serum, B12, asam folat, elektrolit serum. Rasional: meningkatkan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet nutrisi yang dibutuhkan b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen 1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …x. . . jam diharapkan klien bertoleransi terhadap aktivitas (termasuk aktivitas seharihari) 2) Kriteria hasil a) Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan respirasi b) Mampu melakukan aktivitas sehari hari secara mandiri c) Tanda-tanda vital normal d) Sirkulasi status baik

44

e) Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat 3) Intervensi a) Bantu klien untuk mengidentivikasi aktivitas yang mampu dilakukan. Rasional: Mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan b) Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik, psikologis, dan social Rasional: kelelahan dapat digambarkan dari respon psikologis klien yang tidak efektif. Memberikan kesempatan pada klien untuk menceritakan

perasaannya

dapat

membantu

mengurangi

beban

psikologis klien c) Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan Rasional: Untuk mengetahui aktivitas yang diperlukan klien d) Bantu untuk mendapatkan alat bantu aktivitas seperti kursi roda Rasional: Membantu klien dalam melakukan aktivitas e) Monitor respon fisik, emosi, social, dan spiritual Rasioanal: kelelahan fisik dan emosi membuat klien menjadi tidak kooperatif dalam melakukan atau melaksanakan aktivitas c. Syok berhubungan dengan Hipoksia 1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama . . .x. . . jam diharapkan mencegah terjadinya syok

45

2) Kriteria hasil a) Nadi dalam batas yang diharapkan b) Irama jantung dalam batas yang diharapkan c) Frekuensi nafas dalam batas yang diharapkan d) Natrium serum dalam batas normal e) Kalium serum dalam batas normal f) Klorida serum dalam batas normal g) Kalsium serum dalam batas normal h) Magnesium serum dalam batas normal i) PH darah serum dalam batas normal 3) Intervensi a) Pantau nilai Hb Rasional: Untuk mengetahui Hb normal pada ibu b) Monitor suhu dan pernafasan Rasional: untuk mengetahui normal tidak nya suhu dan

pernafasan

c) Monitor tanda awal syok Rasional: mengetahui tanda-tanda terjadi nya syok d) Berikan cairan IV atau oral yang tepat Rasional: Untuk memenuhi kebutuhan cairan elektrolit dan proses penyembuhan e) Ajarkan keluarga dan pasien tentang tanda dan gejala datangnya syok

46

Rasional: agar keluarga mengetahui tanda-tanda dan gejala datangnya syok pada pasien d. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan Hipotensi 1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama . . .x. . . jam diharapkan ketidak efektifan perfusi jaringan teratasi 2) Kriteria hasil a) Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang diharapkan b) CVP dalam batas normal c) Nadi perifer kuat dan simetris d) Tidak ada udem perifer dana sites e) Denyut jantung, AGD, ejeksi fraksi dalam batas normal f) Bunyi jantung abnormal tidak ada e) Nyeri dada tidak ada kelelahan yang ekstrim tidak ada 3) Intervensi a) Monitor tanda-tanda vital Rasional: mengetahui kestabilan tanda-tanda vital b) Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung Rasional: Mengetahui stabilan pernapasan klien c) Monitor adanya perubahan tekanan darah Rasional: mengetahui stabilan tekanan darah klien d) Berika terapi IV dengan tepat Rasional: Menghindari kesalahan terapi terhadap klien

47

e. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan 1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama . . .x. . . jam diharapkan menyatakan pemahaman proses penyakit, prosedur diagnostik, dan rencana pengobatan 2) Kriteria hasil a) Klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas b) Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan tehnik untuk mengontrol cemas c) Vital sign dalam batas normal d) Postur tubuh, ekspresi wajah, Bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya kecemasan 3) Intervensi a) Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia Rasional: Memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat. Menurut ansietas dan

dengan

meningkatkan kerja sama dala program terapi Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik Rasional: meningkatkan

Ansietas/takut

tentang

ketidak

tahuan

tingkat stress, yang selanjutnya meningkatkan

48

beban jantung. Pengetahuan tentang apa yang diperkirakan menurut ansietas b) Instruksikan dan peragakan pemberian mandiri preparat besi oral Rasional: Penggantian besi biasanya membutuhkan waktu 3-6 bulan, sementara injeksi vitamin B12mungkin perlu untuk selama hidup pasien c) Diskusikan pentingnya meminum obat yang diresepkan Rasional: Kelebihan dosis obat besi dapat menjadi toksit d) Tinjau perubahan diet yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan diet khusus Rasional: daging merah, hati, kuning telur, sayur berdaun hijau, dan buah yang dikeringkan adalah sumber besi. Sayur hijau, hati,dan buah asam adalah sumber asam folat dan vitamin C (meningkatkan absorpsi besi) 4. Implementasi Keperawatan Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran informasi yang releven dengan perawatan kesehatan yang berkelanjutan dari pasien

49

5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah di tetapkan untuk melihat keberhasilannya

50

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan/Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan merupakan deskriptif analitik yaitu survey atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Menurut Nursalam (2013) desain penelitian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat mempengaruhi akurasi suatu hasil. Bentuk studi kasus ini mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan Klien Ibu Hamil dengan Anemia menurut teori Nola J. Pender di Puskesmas Muara Rapak

Balikpapan

yang

meliputi

pengkajian,

diagnosa

keperawatan,

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan dokumentasi. B. Subyek Penelitian Adapun subyek penelitian yang akan diteliti berjumlah dua kasus yang sama dengan kriteria: 1.

Dua ibu hamil dengan anemia yang kunjungan untuk pemeriksaan di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan

2.

Dua ibu hamil dengan anemia yang bersedia dilakukan asuhan keperawatan

3.

Dua ibu hamil usia >20 tahun dengan anemia yang bersedia dilakukan asuhan keperawatan

51

4.

Dua ibu hamil anemia dengan kadar Hb <11 gr% di usia kehamilan ke 20 minggu untuk pemberian Tablet FE3

C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) Definisi operasional menjelaskan semua istilah yang digunakan dan batan yang berhubungan dengan judul penelitian “Asuhan Keperawatan Pada Klien Ibu Hamil Dengan Anemia Menurut Teori Nola J. Pender Di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan” 1.

Asuhan keperawatan Asuhan keperawatan adalah bentuk pelayanan keperawatan yang professional yang diberikan kepada klien secara komprehensif dengan menggunakan

proses

keperawatan,

meliputi

pengkajian,

diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi pada ibu hamil dengan anemia menurut teori adaptasi Nola J. Pender, untuk melihat perbedaan kemampuan adaptasi dari kedua pasien. 2.

Ibu Hamil Dengan Anemia Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. Anemia dalam kehamilan disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relative mudah, bahkan murah.

52

D. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Muara Rapak Balikpapan. Penelitian ini dilakukan selama 6 hari dengan memberikan Asuhan keperawatan pada klien Ibu Hamil Dengan Anemia menurut teori Nola J. Pender pada tahun 2019. E. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian ini dilakukan mlalui tahap sebagai berikut : 1. Mahasiswa melakukan penyusunan usulan penelitian dengan menggunakan studi kasus. 2. Mahasiswa melakukan ujian proposal, setelah proposal disetujui oleh penguji maka penelitian akan dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. 3. Politeknik Kemenkes Kaltim mengirimkan surat ke RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo 4. Setelah surat dari Politeknik Kemenkes Kaltim masuk, maka mahasiswa baru dapat melakukan studi kasus. 5. Mahasiswa melapor kepada Kepala Ruangan dan CI ruangan bersama Kepala ruangan, CI serta penguji, mahasiswa menentukan klien studi kasus sesuai dengan kriteria inklusi untuk dilakukan Asuhan Keperawatan. 6. Mahasiswa melakukan Bina Hubungan Saling Percaya kepada klien yang telah ditentukan. 7.

Setelah Bina Hubungan Saling Percaya berhasil dilakukan, kemudian mahasiswa melkukan pengkajian kepada klien melalui pengisian format pengkajian, observasi, dan wawancara.

53

8.

Setelah pengkajian telah dilakukan mahasiswa mengumpulkan data fokus untuk menegakkan diagnosa

9.

Mahasiswa melakukan perencanaan Asuhan Keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun.

10. Mahasiswa melakukan tindakan Asuhan Keperawatan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. 11. Mahasiswa melakukan evaluasi Asuhan Keperawatan yan telah diberikan kepada klien 12. Kemudian mahasiswa melakukan dokumentasi keperawatan F. Metode dan instrument Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Pada sub bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang digunakan, antara lain : a. Wawancara yaitu hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama, riwayat peyakit sekarang-dahulu-keluarga dan lain-lain. Sumber data dari klien, keluarga, dan perawat. b. Observasi dan pemeriksaan fisik Observasi yang dilakukan dapat berupa (observasi tanda-tanda vital, frekuensi jantung, irama jantung, frekuensi pernafasan, dan obsevasi edema ekstermitas. Observasi dan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi pada sistem tubuh klien. c. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik).

54

2. Instrumen Pengumpulan Data Alat atau instrument pengumpulan data menggunakan format pengkajian Asuhan Keperawatan Maternitas mengacu pada Teori Nola J. Pender dan lembar observasi yang berlaku di Poltekkes Kemenkes Kaltim (Terlampir). G. Keabsahan Data Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data/informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Penelitian ini keabsahan dan ditujukan dengan integritas penelitin dalam melakukan asuhan keperawatan dan menggali sumber informasi dari klien dan keluarga yaitu menggunakan itegritas penelitian (karena penelitian menjadi instrument utama), keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan, sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien, perawat, dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti H. Analisis Data Pada studi kasus, analisi data diolah menggunakan aturan-aturan yang disesuaikan dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Dalam analisis data, data yang dikumpulkan dikaitkan dengan konsep, teori, prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dan menentukan masalah keperawatan. Cara analisis data : 1. Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul.

55

2. Mengelompokan data berdasarkan kebutuhan bio-psoko-sosial-spiritual 3. Membandingkan

data-data

hasil

pengkajian,

diagnosa,

perencanaan,

implementasi, dan evaluasi yang abnormal dengan konsep teori antara 2 responden 4. Membuat kesimpulan tentang kesenjangan (masalah keperawatan) yang ditemukan

Related Documents

Bab Ii Revisi Fix (1).docx
October 2019 26
Bab Ii (revisi)
June 2020 20
Bab Ii Last Revisi
June 2020 31
Bab Ii. Revisi
November 2019 35
Bab Ii Fix
October 2019 35

More Documents from "riska oktarinda utami"