Bab 2

  • Uploaded by: Tatroman Rettob
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 2 as PDF for free.

More details

  • Words: 3,449
  • Pages: 27
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan ISPA 2.1.1. Pengkajian 2.1.1.1. Data Umum a. Identitas Keluarga Identitas meliputi nama kepala keluarga (KK), Nama, pendidikan, pekerjaan, agama, suku/etnis, alamat b. Komposisi Keluarga

No Nama L/p Ag Hub Pend

Pek BCG

Polio Dpt Hep 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3

Campak

Ket

1 2 3

c.

Genogram Genogram 3 generasi d. Tipe Keluarga Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

e.

Suku bangsa Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait

f.

dengan kesehatan. Agama Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

g.

kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan. Status sosial ekonomi Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota

keluarga lainnya. Selain itu, status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga. h. Aktivitas/rekreasi Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan saja keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi tertentu, namun dengan menonton TV dan mendengarkan radio juga merupakan aktivitas rekreasi. 2.1.1.2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga Riwayat dan tahap perkembangan keluarga menurut Padila (2012), antara lain: a. Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak b.

tertua dari keluarga inti. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga, serta kendala mengapa tugas

perkembangan

tersebut

belum

terpenuhi.

Misalnya: keluarga tengah baya yang seharusnya sudah mampu mendirikan keluarga sendiri, tetapi belum mempunyai rumah sendiri sehingga beberapa tugas c.

tidak terpenuhi. Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai

riwayat

kesehatan

pada

keluarga inti yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga,

perhatian

terhadap

pencegahan

penyakit

(status

imuniasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman d.

terhadap pelayanan kesehatan. Riwayat keluarga sebelumnya Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga

dari pihak suami dan istri. 2.1.1.3. Data Lingkungan a. Karakteristik rumah Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan, jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air serta dilengkapi b.

dengan dena rumah. Karakteristik tetangga dan komunitas setempat Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat serta

c.

budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan. Mobilitas geografis keluarga Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan melihat

d.

kebiasaan keluarga berpindah tempat. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana interaksi keluarga dengan masyarakat

(Padila, 2012). 2.1.1.4. Struktur keluarga a. Pola Komunikasi Keluarga Mejelaskan mengenai cara anggota keluarga b. Strukutur kekuatan keluarga

berkomunikasi

antar

Kemampuan anggota Keluarga mengendalikan dan c.

mempengaruhi orang lain untuk mengubah perilaku. Struktur peran Menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga baik secara formal maupun informal. d. Nilai atau norma Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga yang berhubungan dengan kesehatan. 2.1.1.5. Fungs- fungsi Keluarga a. Fungsi afektif Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap b.

saling menghargai. Fungsi sosialisasi Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana anggota keluarga belajar

c.

disiplin, norma, budaya serta perilaku. Fungsi perawatan kesehatan Menurut padila (2012) Menjelaskan sejauh mana keluarga

menyediakan

makanan,

pakaian,

perlingdungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang

sakit,

menciptakan

meningkatkan

lingkungan

keehatan

dan

yang

keluarga

dapat mampu

memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat. Hal-hal yang dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah: 1) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap 2)

masalah. Untuk

mengetahui

mengambil

kemampuan

keluarga

mengenai

tindakan

keputusan

kesehatan yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah sejauh

mana

kemampuan

keluarga

mengerti

mengenai sifat dan luasnya masalah, apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga dan apakah

keluarga

merasa

menyerah

terhadap

masalah yang dialami. 3) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran,

komplikasi prognosa dan cara perawatannya serta sejauh mana keluarga mengetahui tentang sikap dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan. 4) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki, sejauh mana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi dan sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit yang diakibatakan 5)

lingkungan yang kotor. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas atau pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah

sejauh

keberadaan

mana

fasilitas

keluarga

kesehatan,

mengetahui sejauh

mana

keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan dan sejauh mana tingkat kepercayaan keluarga terhadap d.

petugas dan fasilitas kesehatan. Fungsi reproduksi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi kelarga adalah berapa jumlah anak, apakah rencana

keluarga berkaitan dengan jumlah anggota keluarga dan metode yang digunakan keluarga dalam mengendalikan e.

jumlah anggota keluarga. Fungsi ekonomi Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi ekonomi keluarga adalah sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan dan sejauh mana keluarga memanfaatkan sumber yang ada di masyarakat

dalam upaya peningkatan status kesehatan keluarga. 2.1.1.6. Stres dan koping keluarga a. Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga dan memerlukan penyelesaian dalam waktu b.

kurang dari enam bulan. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga dan memerlukan penyelesaian dalam waktu

c.

lebih dari enam bulan. Stressor yang digunakan yaitu strategi yang digunakan

keluarga dalam menhadapi permasalahan. 2.1.1.7. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga, metode yang digunakan sama dengan pemerisaan fisik klinik. 2.1.1.8. Harapan Keluarga Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan dan masalah kesehatan keluarga.

2.1.2. Analisa Data No

Data Ds :

1. 2. 3. 4. 5.

Keluarga mengatakan tingkat pendidikan terakhir keluarga SD Keluarga mengatakan tidak pernah mengikuti penyuluhan Keluarga mengatakan belum pernah mendapatkan informasi mengenai ISPA Keluarga mengatakan bahwa batuk pilek diderita karena pergantian cuaca Keluarga mengatakan bahwa sakit batuk pilek yang dideritanya dapat sembuh sendiri tanpa diobati, atau diobati dengan obat-obatan herbal

Do :

1. 2. I

Keluarga tidak bisa menjawab saat ditanyakan mengenai konsep ISPA Keluarga mencoba mengajukan pertayaan mengenai ISPA kepada petugas kesehatan

DS :

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Keluarga mengatakan mencuci tangan menggunakan air saja tanpa sabun Keluarga mengatakan tidak memiliki asuransi kesehatan untuk berobat Ibu mengatakan menggunakan KB suntik Ibu mengatakan bahwa suaminya merokok dan sebagian besar dilakukan di dalam rumah Keluarga mengatakan tidak tahu cara cuci tangan yang benar Dalam keluarga hanya Tn. N yang bekerja sebagai petani. Keluarga mengatakan masih membuang sampah rumah tangga di sungai -

Etiologi

Kurang pajanan informasi tentang kesehatan dasar keluargaDefisit pengetahuan

Masalah

Defisit pengetahuan b.d kurang pajanan informasi

DO :

II

1. Dinding rumah terbuat dari anyaman bambu 2. Hanya terdapat dua jendela namun tidak dapat dibuka 3. Pada siang hari cahaya tidak dapat masuk ke dalam rumah hanya ruang tamu saja yang memiliki penerangan cukup 4. Keluarga memasak menggunakan tungku kayu bakar 5. Dapur berdekatan dengan kandang ternak 6. Keluarga tidak dapat menjawab dengan saat ditanya tentang cara cuci tangan yang benar 7. Pendapatan keluarga dibawah UMR, keluarga tergolong keluarga pra sejahtera 8. Tidak terdapat penutup makanan di meja makan

Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b.d stasus ekonomi rendah, kurangnya kesadaran terhadap pelayanan kesehatan.

33

2.1.3. Diagnosa Keperawatan 2.1.2.1. Defisit pengetahuan b.d Kurang pajanan informasi 2.1.2.2. Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko b.d stasus ekonomi rendah, kurangnya kesadaran terhadap pelayanan kesehata 2.1.4. Prioritas Masalah Didalam menentukan prioritas masalah kesehatan keluarga menggunakan sistem scoring berdasarkan tipologi masalah dengan pedoman sebagai berikut: Tabel 2.3. Skoring Penentuan Prioritas Masalah Keluarg No Kriteria 1 Sifat masalah: a. Aktual b. Resiko c. Potensial 2 Kemungkinan masalah dapat diubah: a. Mudah b. Sebagian c. Tidak dapat 3 Potensi masalah untuk dicegah: a. Tinggi b. Cukup c. Rendah 4 Menonjolnya masalah: a. Segera b. Tidak perlu segera c. Tidak dirasakan

Nilai 3 2 1 2 1 0 3 2 1 2 1 0

Bobot 1

2

1

1

Cara menentukan nilai (Skoring) atau bobot suatu masalah adalah sebagai berikut: 1. Tentukan skor untuk setiap kriteria. 2. Skor dibagi dengan angkat tertinggi dan dikalikan dengan bobot 3. Jumlah skor untuk semua kriteria. 4. Tentukan skor, nilai tertinggi menentukan urutan nomor diagnosa keperawatan keluarga. Penentuan prioritas dengan kriteria skala: a. Untuk kriteria pertama, prioritas utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan biasanya disadari oleh keluarga. Untuk kriteria kedua perlu diperhatikan antara lain: 1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah. 2) Sumber daya keluarga: fisik, keuangan dan tenaga. 3) sumber daya perawat: pengetahuan, keterampilan dan waktu.

34

b.

4) Sumber daya lingkungan: fasilitas, organisasi dan dukungan. Untuk kriteria ketiga perlu diperhatikan: 1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah. 2) Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu. 3) Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah. 4) Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah.

2.1.5. Intervensi Keperawatan No

Diagnosa keperawatan Defisit Pengetahuan b.d kurang Pajanan informasi

Kriteria Evaluasi

TUM : Terdapat peningkatan pengetahuan Setelah dilakukan intervensi keluarga tentang ISPA 70% keperawatan selama 4 minggu diharapkan perilaku keluarga tentang upaya peningkatan kesehatan keluarga serta upaya pencegahan ISPA

Intervensi Kaji pengetahuan Terhadap penyakit ISPA. Memberikan pendidikan kesehatan tentang konsep, proses penularan, pencegahan, dan penatalaksanaan keperawatan ISPA. Ajarkan cara merawat anak dengan ISPA Evaluasi hasil pendidikan kesehatan tentang ISPA.

TUK 1 : Keluarga menyatakan paham tentang materi ISPA (konsep, proses penularan, pencegahan, penatalaksanaan keperawatan, dan prognosis) yang disampaikan

I

I

Tujuan

Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko kurang

TUM: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 4 minggu maka b.d perilaku yang menimbulkan resiko terhadap status kesehtan masyarakat

1.1. 1.2. 1.3.

6

Kaji pengetahuan awal keluarga tentang cuci tangan Pendidikan kesehatan tentang cuci tangan Alokasikan waktu untuk keluarga

7

pengetahuan, stasus ekonomi rendah, kurangnya kesadaran terhadap pelayanan kesehatan

dapat teratasi 1.1. Keluarga TUK 1: menyatakan paham tentang Perilaku keluarga untuk mencuci materi cuci tangan yang tangan yang baik dan benar dengan disampaikan melakukan cuci tangan 6 langkah 1) Seluruh anggota keluarga dengan benar meningkat 70% menyatakan bersedia untuk mencuci tangan 2) Di rumah tersedia sabun untuk mencuci tangan pada tempat mencuci tangan 3) Keluarga mampu cuci tangan 6 langkah dengan benar TUK 2 : Pengetahuan keluarga tentang 2. bahaya merokok meningkat menjadi 80%

1.4. 1.5. 1.6. 1.7.

bertanya tentang materi yang disampaikan Diskusi dengan keluarga tentang materi cuci tangan Persuasi keluarga agar bersedia untuk menerapkan cuci tangan yang baik dan benar Sarankan keluarga untuk menyediakan sabun cuci tangan pada tempat cuci tangan Evaluasi hasil pendidikan kesehatan tentang cuci tangan

Keluarga 2.1. Kaji pengetahuan keluarga tentang mengatakan paham mengenai merokok (dampak bagi tubuh dan materi yang disampaikan, perokok pasif) menunjukkan peningkatan 2.2. Berikan pendidikan kesehatan tentang pengetahuan dengan nilai ratadampak rokok bagi perokok aktif dan rata postest 80 pasif 1) Perilaku keluarga untuk tidak 2.3. Alokasikan waktu untuk keluarga merokok di dalam rumah bertanya tentang materi yang meningkat sebesar 80% disampaikan 2.4. Diskusi dengan keluarga tentang materi yang disampaikan 2.5. Persuasi keluarga agar bersedia untuk mengurangi perilaku merokok di dalam

8

rumah 2.6. Lakukan monitoring dan evaluasi terhadap perilaku merokok keluarga TUK 3: Pengetahuan dan perilaku keluarga tentang jajanan dan makanan sehat 3. Keluarga meningkat, mengatakan paham tentang konsep jajanan dan makanan sehat 1) Terdapat peningkatan perilaku untuk tidak mengkonsumsi jajanan yang tidak sehat dan menjaga makanan yang tersedia di rumah tetap bersi

3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6.

TUK 4: Pengetahuan dan perilaku keluarga tentang rumah sehat dapat meningkat

4.1.

Kaji pengetahuan keluarga tentang jajanan dan makanan sehat Berikan pendidikan kesehatan tentang jajanan dan makanan sehat Berikan waktu untuk menanyakan kembali hal-hal yang belum dimengerti oleh keluarga Evaluasi hasil pengetahuan keluarga Persuasi keluarga untuk selalu menyediakan sendiri masakan atau mengolah masakan sendiri Lakukan monitoring dan evaluasi tentang perilaku jajanan dan makanan keluarga

Kaji pengetahuan keluarga tentang rumah sehat 4. Keluarga 4.2. Berikan pendidikan kesehatan menunjukkan peningkatan tentang rumah sehat pengetahuan tentang rumah sehat 4.3. Alokasikan waktu untuk keluarga dengan nilai post test 80 bertanya tentang materi yang 1) Keluarga menunjukkan perilaku disampaikan pemenuhan rumah sehat 4.4. Diskusi dengan keluarga tentang

9

materi yang disampaikan Evaluasi tingkat pengetahuan keluarga 4.6. Persuasi keluarga untuk meningkatkan perilaku yang menunjukkan rumah terpenuhinya syarat-syarat rumah sehat 4.7. Lakukan monitoring dan evaluasi tentang rumah sehat 4.5.

TUK 5: Pengetahuan dan perilaku keluarga tentang kebersihan kandang dan lingkungan

5.

peningkatan 5.1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga pengetahuan tentang kebersihan tentang kebersihan kandang dan kandang dan lingkungan 80 lingkungan 1) Keluarga menunjukkan 5.2. Berikan pendidikan kesehatan tentang peningkatan perilaku kebersihan kebersihan kandang dan lingkungan kandang dan lingkungan 5.3. Alokasikan waktu untuk keluarga bertantya tentang materi yang belum dipahami 5.4. Diskusi dengan keluarga tentang materi yang disampaikan 5.5. Evaluasi tingkat pengetahuan keluarga tentang kebersiahan kandang dan lingkungan 5.6. Persuasi keluarga untuk meningkatkan perilaku kebersihan kandang dan lingkungan 5.7. Lakukan monitoring dan evaluasi tentang kebersihan kandang dan lingkungan

10

secara berkala

3.6.1. Evaluasi Keperawatan Implementasi Pelaksanaan tindakan keperawatan pada salah satu anggota keluarga dengan ISPA disesuaikan dengan interfensi yang telah direncanakan

Evaluasi 1) Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien ( hasil yang diamati ) dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. 2) Komponen SOAP/SOAPIER Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIER. Pengertian soapier adalah sebagai berikut : S : Subjektif perawat menuliskan keluhan pasien yang masi dirasakan setalah dilakukan tindakan keperawatan. O : Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan klien setela dilakukan tindakan keperawatan. A : Analisis Interprestasi dari data subjektif dan objektidf. Analisis merupakan suatu masalah atau diagnosis

6

7

keperawatan yang masih terjadi atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objrktif P : Planning Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya. I : Implementasi Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilaukan sesuai dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P (perencanaan). Janga lupa menuliskan tanggal dan jam pelaksanaan. E : Evaluasi Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan. R : Reassesmen Reassesmen adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap perencanaan setelah diketahi hasil evaluasi, apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.

2.2. Tinjauan umum tentang ISPA 2.2.1. Defenisi Infeksi saluran pernapsan akut adalah radang akut saluran pernapsan atas maupun bawah yang di sebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus, atau di sertai dengan radang parekim paru.ISPA adalah masuknya mikroorganismne (bakteri,virus,riketsi,) ke dalam saluran penapsan yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. Menurut sari ( 2013 ) Menurut Silalahi (2006), istilah ISPA meliputi 3 unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut: 1.

Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2.

Saluran pernafasan adalah organ mulai hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah, (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini jaringan paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract).

3.

Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat belangsung lebih dari 14 hari.

6

7

2.2.2. Penyebab ISPA Penyebab ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus streptokokus, stafilokokus, pnemokokus, hemofilus, bordetella, dan korinebacterium. Virus penyebabnya

antara

lain

golongan

mikrovirus,adenovirus,

koronavirus, pikornavirus, mikoplasma, herpesvirus. Bakteri dan virus yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Widoyono, 2008 ). ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran

pernafasan. Tetapi

ISPA yang

berlanjut

menjadi

pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasikan dengan keadaan lingkungan yang kurang sehat. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, beban Immunolis terlalu besar karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau kelebihan pemakaian Antibiotik (Soemantri,2008). 2.2.3. Faktor-faktor penyebab ISPA pada Keluarga

8

1.

Faktor agent adalah faktor penyebab penyakit, dimana faktor inilah yang menyebabkan adanya penyakit ISPA.

2.

Faktor lingkungan dimana lingkungan sebagai medianya.

2.2.4. Tanda dan Gejala ISPA Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam, adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu saluran pernafasan, anak menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali tidak mau minum (Nanda, 2015). 2.2.5. Klasifikasi ISPA 1.

Berdasarkan Lokasi Anatomik Penyakit ISPA dapat dibagi dua berdasarkan lokasi anatominya, yaitu: ISPA atas dan ISPA bawah. Contoh ISPA atas adalah batuk pilek, pharingitis, Otitis, flusalesma, sinusitis ,ISPA bawah diantaranya Brochiolitis dan Pneumonia yang sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan kematian.

2.3. Konsep pendidikan kesehatan 2.3.1. Pengertian pendidikan kesehatan Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Dan batasan ini tersirat unsure-unsur input (sasaran dan pendidik dari pendidikan), proses (upaya yang direncanakan

untuk

mempengaruhi

orang

lain)

dan output

9

(melakukan apa yang diharapkan).Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012) 2.3.2. Tujuan pendidikan kesehatan Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya perilaku tersebut (Notoadmojo, 2012) yaitu : a.

Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran, memberikan atau

meningkatkan

pengetahuan

masyarakat

tentang

pemeliharaan dan penigkatan kesehatan bagi dirinya sendiri, keluarganya maupun masyarakatnya. Disamping itu, dalam konteks promosi kesehatan juga memberikan pengertian tentang tradisi, kepercayaan masyarakat dan sebagainya, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan kesehatan. Bentuk promosi ini dilakukan dengan penyuluhan kesehatan, pameran kesehatan,

iklan-iklan

layanan

kesehatan,billboard,

dan

sebagainya. b.

Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat) Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan cara bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari dana untuk pengadaan sarana dan prasarana.

10

c.

Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin) Promosi

kesehatan

pada

faktor

ini

bermaksud

untuk

mengadakan pelatihan bagi tokoh agama, tokoh masyarakat, dan petugas kesehatan sendiri dengan tujuan agar sikap dan perilaku petugas dapat menjadi teladan, contoh atau acuan bagi masyarakat tentang hidup sehat. 2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan kesehatan Beberapa faktor yang perlu diperhatikan agar pendidikan kesehatan dapat mencapai sasaran (Saragih, 2010) yaitu : a.

Tingkat Pendidikan Pendidikan dapat mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap informasi baru yang diterimanya. Maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikannya, semakin mudah seseorang menerima informasi yang didapatnya.

b.

Tingkat Sosial Ekonomi Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi seseorang, semakin mudah pula dalam menerima informasi baru.

c.

Adat Istiadat Masyarakat kita masih sangat menghargai dan menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang tidak boleh diabaikan.

d.

Kepercayaan Masyarakat lebih memperhatikan informasi yang disampaikan oleh orang-orang yang sudah mereka kenal, karena sudah ada kepercayaan masyarakat dengan penyampai informasi.

11

e.

Ketersediaan waktu Di

masyarakat

Waktu

penyampaian

informasi

harus

memperhatikan tingkat aktifitas masyarakat untuk menjamin tingkat kehadiran masyarakat dalam penyuluhan. 2.3.4. Metode pendidikan kesehatan Menurut Notoadmojo (2012), berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode pendidikan ada 3 (tiga) yaitu: a.

Metode berdasarkan pendekatan perorangan Metode ini bersifat individual dan biasanya digunakan untuk membina perilaku baru, atau membina seorang yang mulai tertarik pada suatu perubahan

perilaku

atau

inovasi.

Dasar

digunakannya

pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Ada 2 bentuk pendekatannya yaitu : 1) Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and Counceling) 2) Wawancara b.

Metode

berdasarkan

berhubungan

dengan

pendekatan sasaran

kelompok

secara

Penyuluh

kelompok.

Dalam

penyampaian promosi kesehatan dengan metode ini kita perlu mempertimbangkan besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal dari sasaran. Ada 2 jenis tergantung besarnya kelompok, yaitu 1) Kelompok besar kelompok kecil

12

Metode berdasarkan pendekatan massa Metode pendekatan massa ini cocok untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada z,’masyarakat. Sehingga sasaran dari metode ini bersifat umum, dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social ekonomi, tingkat pendidikan, dan sebagainya, sehingga pesan-pesan kesehatan yang ingin disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh

massa.

6

7

Related Documents

Bab 2
June 2020 19
Bab 2
May 2020 26
Bab 2
May 2020 40
Bab 2
June 2020 23
Bab 2
April 2020 32
Bab 2
April 2020 37

More Documents from ""

Bab I Baru Perbaikan.docx
October 2019 39
Bab Ii Perbaikan.docx
November 2019 30
Bab Iii Perbaikan.docx
October 2019 34
Bab 2
October 2019 43