BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Menurut UU RI No. 18 Tahun 2014 pasal 1, Kesehatan Jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya, sedangkan orang dengan gangguan jiwa adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, serta dapat menimbulkan hambatan dalam menjalankan fungsinya sebagai manusia. Berdasarkan hasil survey World
Healt
Organization
(WHO 2007),
menyatakan bahwa tingkat gangguan jiwa di Indonesia cukup tinggi dan hampir diatas rata-rata di tingkat gangguan kesehatan jiwa di dunia. Salah satunya Halusinasi merupakan salah satu penyakit jiwa yang sering ditemui di indonesia. Halusinasi adalah perubahan persepsi sensori dimana pasien merasakan sensasi yang tidak ada berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan perabaan (Damaiyanti, 2013). Menurut yosep (2011) mengatakan lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia mengalami halusinasi, dan halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusiansi penciuman dan halusinasi pengecapan. Halusinasi merupakan gangguan peyerapan atau persepsi panca indera tanpa adanya rangsangan dari luar sehingga pasien
1
2
berespon terhadap rangsangan yang tidak nyata yang hanya di rasakan oleh pasien dan tidak dapat di buktikan (Nasition, 2003). Menurut Keliat, 2009 untuk membantu pasien dalam upaya pengendalian halusinasi, perawat dapat melatih pasien dengan menggunakan empat cara yang sudah terbukti. ke empat cara pengendalian halusinasi adalah menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal, minum obat secara teratur. Perkembangan kebudayaan masyarakat semakin banyak membawa perubahan situasi individu dalam berbagai segi kehidupan manusia, baik dari segi positif maupun negatif, sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, social, maupun status kesehatan seseorang. Sejalan dengan perkembangan teknologi, semakin meningkat masalah yang harus dihadapi seseorang, sehingga keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang yang dapat meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa. Sebagaimana keadaan
krisis ekonomi telah menyebabkan meningkatnya
jumlah penderita gangguan jiwa dan masalah gangguan jiwa terjadi hampir diseluruh negara di dunia. WHO (2014) memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25% diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu. Gangguan jiwa yang mencapai 13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada tahun 2030. Menurut survey saat ini gangguan jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang didunia terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan
3
penggunaan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofernia, serta hampir 1 juta melakukan bunuh diri setiap tahun. Berdasarkan data hasil rekam medik dari puskesmas un tahun 2016-2017 pasien gangguan jiwa berjumlah 15 orang. Sedangkan dari tahun 2018-2019 pasien jiwa berkurang dari 15 orang menjadi 9 orang karena 2 orang meninggal dan 4 orang berpindah tempat tinggal ke daerah lain. 9 orang pasien diantaranya adalah 1 orang gangguan penggunaan hapza, 3 orang epilepsi, depresi 1 orang., dan 4 orang halusinasi pendengaran. Menurut pemegang program jiwa pada pasien halusinasi pendengaran yang ada di wilayah kerjah puskesmas un klien tampak bingun, gelisah,bicara sendiri
sering duduk sendiri, melamun. dan bersikap seperti mendengar
sesuatu. Berdasarkan Uraian di atas penulis tertarik untuk mengambil judul studi kasus
“Asuhan Keperawatan pada Pasien Halusinasi Pendengaran
Dalam Upaya Pengendalian Halusinasi Di Wilayah Kerja Puskesmas Un” sebagai bahan penelitian penulisan karya tulis ilmiah melalui pendekatan studi kasus. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan pada pasien halusinasi pendengaran dalam upaya pengendalian halusinasi di wilayah kerja Puskesmas Un.
4
1.3. Tujuan Studi Kasus Menggambarkan asuhan keperawatan pada pasien halusinasi pendengaran dalam upaya pengendalian halusinasi di wilayah kerja Puskesmas Un. 1.4. Manfaat Studi Kasus Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi : 1.4.1. Bagi Puskesmas Dapat mengembangkan proses asuhan keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran
dalam
upaya
pengendalian
halusinasi
pendengaran. 1.4.2. Bagi peneliti Sebagai halusinasi
ilmu pengetahuan pendengaran
dan
tentang
upaya
bagaimana cara untuk
pengendalian melakukan
asuhan keperawatan pada pasien halusinasi serta upaya pengendalian halusinasinya. 1.4.3. Bagi institusi Pendidikan Sebagai institusi
sumber
dalam
informasi
dan
bacaan
bagi
kepustakaan
asuhan keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran dalam upaya pengendalian halusinasi. 1.4.4. Bagi klien dan Keluarga Sebagai bahan masukan bagi klien dalam mengatasi halusinasinya, dan juga dapat memberikan kepuasan bagi keluarga klien atas asuhan keperawatan yang di lakukan.