BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan suatu sistem pengaturan kebijakan-kebijakan institusi yang berfungsi sebagai pengontrol
bagi
pelaksanaan
kebijakan
K3
yang
diterapkan
oleh
institusi.Dalam Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012 tentang Kesehatan, menyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal diatas bahwa Rumah Sakit (RS)termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, seperti: penyakit infeksi dan resiko kecelakaan (tertusuk benda tajam dan sumber-sumber cidera lainnya). Keberhasilan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit tidak lepas dari sikap kepatuhan personal baik dari pihak perawat maupun pihak manajemen atas dalam melaksanaan peraturan dan kebijakan Peraturan K3 untuk mendukung pencapaian zero accident di rumah sakit. Data WHO (2004): Dari 35 juta pekerja kesehatan bahwa 3 juta terpajan patogen darah (2 juta terpajan virus HBV, 0.9 juta terpajan virus HBC dan 170.000 terpajan virus HIV/AIDS). Probabilitas penularan HIV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HIV 4: 1000. Risiko penularan HBV setelah luka tusuk jarum suntik yang terkontaminasi HBV 27–37: 100. Penelitian terhadap perawat perinatologi di RSUD Tugurejo Semarang, dalam satu tahun terakhir perawat mengalami kecelakaan kerja (tertusuk jarum) tertinggi 14 kali (Kurnia, 2013). Perawat dan pekarya kesehatan di RSI Malang, 100% tidak menggunakan handscoen saat mengambil sampel dahak, dan 90% tidak menggunakan sarung tangan (handscoen) saat memasang infuse (Heny, 2005).Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) pada petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekam dengan baik,
1
data kecelakaan di Rumah Sakit belum ada laporannya. Hasil survei Nopember 2014, dalam rentang tahun 2009 sampai tahun 2011, terdapat 2 orang perawat di Ruangan Interna menderita penyakit Hepatitis, diduga tertular dari pasien, kemudian dilanjutkan dengan survei pada bulan Januari 2015 di Ruang ICU dan Interna, pada 10 perawat hasilnya pencapaian rata-rata keselamatan dan kesehatan kerja perawat di Rumah Sakit Benyamin Guluh Kab. Kolaka adalah 56%, yang artinya K3RS belum optimal (Standar Kemenkes MFK dan PPI 100%). Terjadinya risiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja perawat disebabkan karena masih adanya sikap ketidakpatuhan personal baik dari pihak perawat maupun pihak manajemen dalam melaksanakan peraturan dan kebijakan Peraturan K3 untuk mendukung pencapaian zero accident di rumah sakit.Selain itu, adanya faktor kondisi lingkungan yang tidak aman di dalam rumah sakit juga ikut menjadi faktor yang berpengaruh dalam terjadinya risiko bahaya keselamatan kesehatan kerja perawat di rumah sakit. Hal ini tentu akan menyebabkan meningkatnya kejadian infeksi nosokomial di rumah sakit tersebut, sehingga memicu resiko terjadinya risiko kecelakaan kerja perawat dan penularan penyakit dari pasien ke pekerja termasuk perawat, dari pasien ke pasien, dari pekerja ke pasien, maupun dari dan kepada masyarakat pengunjung RS. Maka dari itu, untuk meminimalisasi kejadi risiko kecelakaan kerja perawat dalam rumah sakit maupun di lingkungan kerja perawat yang lain dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai manajemen risiko Keselamatan Kesehatan Kerja keperawatan dalam rumah sakit maupun tempat kesehatan lainnya.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian K3 dan manajemen K3 dalam keperawatan? 2. Bagaimana proses manajemen dan pengendalian risiko K3 dalam keperawatan? 3. Bagaimana manajemen risiko K3 dalam keperawatan di dalam gedung dan di luar gedung?
2
4. Bagaimana asuhan keperawatan terkait dengan K3 dalam keperawatan? 5. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan dan manusia pada patient safety?
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian K3 dan manajemen K3 dalam keperawatan? 2. Untuk mengetahui proses manajemen dan pengendalian risiko K3 dalam keperawatan? 3. Untuk mengetahui manajemen risiko K3 dalam keperawatan di dalam gedung dan di luar gedung? 4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan terkait dengan K3 dalam keperawatan? 5. Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan dan manusia pada patient safety?
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja 2.2 Faktor Resiko Di Tempat Kerja Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja, penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor manusianya. Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard” maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya pengendaliannya dilaksanakan dengan baik. Ditempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat dipengaruhi oleh (Ferry Effendi, 2009): 1) Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya penempatan
pekerja
yang
sesuai
dengan
kemampuannya
perlu
diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja. 2) Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan, kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll. 3) Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik, kimia,
biologik,
ergonomik,
maupun
4
aspek
psikososial.
Kondisi
lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll) dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan atau penyakit akibat kerja. Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (Ferry Effendi, 2009). Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya (Ferry Effendi, 2009).
2.3 Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah penyebab dasar (basic causes) dan penyebab langsung (immediate causes): 1. Penyebab dasar a) Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya kemampuan fisik, mental, dan psikologis, kurang atau lemahnya pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress, dan motivasi yang tidak cukup atau salah. b) Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan kemampuan
kepemimpinan
(engineering),
pembelian
dan/ atau
atau
pengawasan,
pengadaan
barang,
rekayasa perawatan
(maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau bahanbahan, standart-standart kerja, serta berbagai penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja. 2. Penyebab langsung a) Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standart/ unsafe condition), yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya peralatan
5
pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak memadai atau tidak memenuhi syarat, bahan dan peralatan yang rusak, terlalu sesak atau sempit, sistem-sistem tanda peringatan yang kurang memadai, bahayabahaya kebakaran dan ledakan, kerapian atau tata letak (houskeeping) yang buruk, lingkungan berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan lainnya), bising, paparan radiasi, serta ventilasi dan penerangan yang kurang (Sugeng B, 2003). b) Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standart/ unsafe act), yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang dapat menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa wewenang, gagal untuk memberi peringatan dan pengamanan, bekerja dengan kecepatan yang salah, menyebabkan alat-alat keselamatan tidak berfungsi, memindahkan alat-alat keselamatan, menggunakan alat yang rusak, menggunakan alat dengan cara yang salah, serta kegagalan memakai alat pelindung atau keselamatan diri secara benar (Sugeng B, 2003).
2.4 Tujuan Penerapan Kesehatan kerja dalam Keperawatan Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci sebagai berikut (Rachman, 1990): 1) Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu dalam keadaan sehat dan selamat. 2) Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya hambatan.
2.5 Proses Manajemen dan pengendalian risiko K3 dalam Keperawatan PUNYANYA JIAN
2.6 Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di industri adalah sebagai berikut (Nasrul Effendi, 1998):
6
1.
Fungsi perawat a. Mengkaji masalah kesehatan b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap pekerja d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
2.
Tugas perawat a. Mengawasi lingkungan pekerja b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan di rumah kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah kesehatan f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap pekerja g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja dan keluarganya i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.
2.7 Asuhan Keperawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 2.7.1 Pengkajian Dan Analisa Data Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan Pengkajian 1. Inti (core) a. Histori - Kapan anda mulai bekerja? - Sejak usia berapa anda mulai bekerja? - Apa yang memotivasi anda untuk bekerja? - Pengalaman bekerja apa yang anda miliki? b. Demografi
7
Nama Jenis kelamin Usia Pendidikan Kecelakaan kerja Pekerjaan sampingan Kebiasaan Olahraga
: : : : : : : :
2. Subsistem - Lingkungan fisik Bagaimana pengaruh lingungan Anda dengan proses bekerja? - Keamanan dan transportasi Bagaimana pengaruh keamanan dan transportasi yang Anda gunakan ke tempet kerja? - Politik dan pemerintahan Bagaimana jaminan yang diberikan pemerintah terhadap pekerjaan Anda? - Pelayanan umum dan kesehatan Bagaimana pelayanan dan kesehatan yang diberikan oleh tempat Anda bekerja? - Komunikasi Bagaimana komunikasi Anda dengan rekan kerja Anda? - Ekonomi Bagaimana pengaruh pekerjaan Anda terhadap keadaan ekonomi Anda? - Rekreasi Bagaimana pengaruh rekreasi terhadap kualitas kerja Anda? Analisa data a. Berdasarkan prioritas : - Bagaimana keterkaitan risiko pekerjaan anda dg keselamatan kesehatan anda? - Bagaimana keadaan sarana yg anda dapat di tempat kerja? - Bagaimana hubungan keamana pekerja dengan kesehatan keluarga? - Bagaimana keamaan perusahaan menjamin pekerjaan/kesehatan anda b. Berdasarkan data fokus : -Apa saja resiko kecelakaan yang sering terjadi terkait keselamatan kerja Anda? -Bagaimana cara anda untuk memperbaiki pebrilaku yg tidak sehat? -Bagaimana pengaruh lingkungan yang tidak sehat terhadap keselamatan bekerja anda? -Apa saja penyakit yang muncul dan disebabkan oleh pekerja anda?
2.7.2 Diagnosis Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
8
Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (Sugeng B, 2003): 1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan, riwayat penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini. 2. Riwayat pekerjaan a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut) b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat pelindun diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol) c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan. 3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan tidak bekerja a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau hilang. b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja. c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari data penyakit di perusahaan. 4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik. b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis. c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis. 5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosispembacaan standart ILO). b. Pemeriksaan audiometri. c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine. 6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygine perusahaan yang memerlukan:
9
a. Kerjasama dengan tenaga ahli hygine perusahaan. b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data yang ada. c. Pengenalan secara lengsung sistem kerja dan lama pemakaian. 7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama. b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasehat (kaitannya dengan kompensasi). 2.7.2 Contoh Asuhan Keperawatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Diagnosa Keperawatan Resiko peningkatan penyakit akibat kerja berhubungan dengan kurang pengetahuan perawat tentang standar keselamatan dan kesehatan kerja, dan tidak menggunakan APD.
Outcomes
Intervensi Keperawatan
Tujuan: Penyuluhan kepada Setelah dilakukan tindakan perawat keperawatan selama 3 minggu Pemaparan materi pada diharapkan perawat terhindar dari perawat mengenai kecelakaan kerja yang disebabkan berbagai kecelakaan kerja oleh kurangnya pengetahuan yang dapat terjadi baik di perawat mengenai standar rumah sakit maupun di kesehatan dan keselamatan kerja tempat kerja yang dan risiko tidak menggunakan lainnya. APD dengan kriteria hasil: Rasional:Meningkatkan a. Meningkatnya pengetahuan pengetahuan perawat pekerja tentang keamanan terkait dengan risiko saat bekerja dengan kecelakaan kerja yang menggunakan APD dapat terjadi. b. Memakai APD disetiap Pemaparan materi pada kegiatan keperawatan yang perawat mengenai risiko memerlukan perlindungan yang bisa terjadi akibat tidak menggunakan APD Rasional: Meningkatnya pengetahuan perawat dan semakin termotivasinya perawat agar selalu memakai APD.
10
Pengenalan alat yang digunakan untuk melindungi perawat Rasional: Meningkatkan pengetahuan perawat mengenai alat-alat yang digunakan untuk melindungi perawat. Memasang poster tentang akibat yang ditimbulkan jika tidak menggunakan APD Rasional: Selalu mengingatkan perawat akan pentingnya memakai APD. Mempraktikan cara penggunaan APD langsung oleh perawat senior. Rasional: Meningkatkan pencapaian pemahaman dan pengetahuan perawat mengenai cara pemakaian APD yang benar.
2.8 Pengaruh Faktor Lingkungan dan Manusia pada Patient Safety TUGAS RAGIL
Daftar Pustaka Tukatman, dkk.2015. ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PERAWAT DALAM PENANGANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT BENYAMIN GULUH KABUPATEN KOLAKA. Jurnal Ners Universitas
Airlangga,
10
(2)
:343-347.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=423623&val=7436&titl
11
e=Analysis%20of%20Nurse%C3%A2%E2%82%AC%E2%84%A2s%20Oc cupational%20Health%20in%20Managing%20Patients%20in%20Benyami n%20Guluh%20Hospital%20Kolaka%20Regency Efendi, Ferry & Makhfud.2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan.Jakarta : Salemba Medika. A.M. Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja.Semarang : Badan Penerbit UNDIP. Rachman, Abdul.et Al .1990. Pedoman Studi Hiperkes pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi. Jakarta: Depkes RI Nasrul Effendy. 1998. Dasar-dasar kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Kata Pengantar
Puji syukur penulismunajadkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Manajemen Risiko K3 dalam Keperawatan”. Makalah ini berisikan tentang informasi mengenai cara memanajemen risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang terjadi dalam keperawatan untuk meminimalisasi tingkat kecelakaan kerja yang dialami oleh perawat. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
12
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Surabaya, 23 Agustus 2017
PENULIS
Daftar isi edit sini aja Daftar Isi
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii BAB 1 PENDAHULAN ...................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2 BAB 2TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................3
13
2.1 Konsep Komunikasi Interpersonal ............................................................................. 3 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal................................................................. 3 2.1.2 Model Komunikasi Interpersonal ....................................................................... 4 2.1.3 Efektifitas Komunikasi Interpersonal ................................................................. 6 2.2 Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga ................................................................ 10 2.2.1 Definisi Keluarga ................................................................................................ 10 2.2.2 Tipe Keluarga ..................................................................................................... 10 2.2.3 Komunikasi Keluarga ......................................................................................... 11 2.3 Komunikasi Terapeutik Perawat dalam Keluarga ...................................................... 13 2.4 Hambatan Komunikasi Perawat dengan Keluarga Klien ........................................... 15 BAB 3 SKENARIO KOMUNIKASI ................................................................................. 17 3.1 Dialog Komunikasi Terapeutik ................................................................................. 17 BAB 4 PENUTUP................................................................................................................ 24 4.1 Kesimpulan ................................................................................................................. 24 4.2 Saran ........................................................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 25
14