Tugas Bu Nadya A B C(1).docx

  • Uploaded by: Cucueka
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Bu Nadya A B C(1).docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,143
  • Pages: 14
Batas akhir upload penugasan adalah Jumat, 8 Maret 2019 pukul 23.59, dan diskusi dimulai tanggal 11-12 Maret 2019 Uraian penugasan: 1. Tugas bersifat individu 2. Tiap mahasiswa wajib membuat uraian (mind map) yang meliputi seluruh topik antara lain: a. CVP (pengertian, tujuan, indikasi, keadaan yang mempengaruhi nilai CVP, prosedur pengukuran CVP) b. MAP(pengertian, tujuan, indikasi, keadaan yang mempengaruhi nilai MAP) c. Balance cairan (pengertian, tujuan, indikasi, keadaan yang mempengaruhi balance cairan) d. BGA (pengertian, tujuan, indikasi, keadaan yang mempengaruhi nilai BGA, interpretasi,) e. GCS f. ICP (konsep TIK dan PTIK, indikasi pengukuran ICP, kondisi yang mempengaruhi nilai ICP, prosedur pengukuran ICP) 3. Total keseluruhan tugas tidak boleh lebih dari 3 halaman 4. Tulis nama dan nim mahasiswa 5. Tiap mahasiswa harus aktif dalam diskusi, baik melempar topik diskusi ataupun menjawab pertanyaan dalam diskusi

CENTRAL VENOUS PRESSURE (CVP) pengertian, tujuan, indikasi, keadaan yang mempengaruhi nilai CVP, prosedur pengukuran CVP) A.

Pengertian

CVP (Central Veneus Pressur) adalah tekanan didalam atrium kanan pada vena besar dalam rongga toraks dan letak ujung kateter pada vena kava superior tepat didistal atrium kanan. Pengukuran CVP / RJP (Right Arterial Pressure) dengan menggunakan manometer Nilai normal CVP 5 – 10 cm H2O, dan pada orang yang menggunakan ventilator naik 3 – 5 cm H2O.

B.

Tujuan 1. Untuk mengkaji status cairan intravaskuler pasien 2. Menentukan tekanan dalam atrium kanan dan vena sentral

C.

Indikasi

·

Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium.

·

Pengukuran oksigenasi vena sentral.

· Nutrisi parenteral dan pemberian cairan hipertonik atau cairan yang mengiritasi yang perlu pengenceran segera dalam sistem sirkulasi. ·

Sebagai jalan masuk vena bila semua tempat IV lainnya telah lemah.

· Pasien dengan trauma berat disertai dengan perdarahan yang banyak yang dapat menimbulkan syok. ·

Pasien dengan tindakan pembedahan yang besar seperti open heart, trepanasi.

·

Pasien dengan kelainan ginjal (ARF, oliguria).

·

Pasien dengan gagal jantung.

·

Pasien yang diberikan tranfusi darah dalam jumlah yang besar (transfusi masif).

·

Monitor status volume cairan dan fungsi ventrikel

· Acuan untuk pemberian cairan, diuretic dan obat – obat vasoaktif jika alat monitor invasif lain tidak ada. · Pemberian obat yang cenderung menyebabkan phlebitis dalam vena perifer (caustic), seperti: calcium chloride, chemotherapy ,hypertonic saline, potassium chloride, amiodarone

D.

Kapan CVP harus diukur

1.

Klien hipotensi yang tidak berespon terhadap manajemen klinis dasar

2.

Hipovolemi berkelanjutan sekunder akibat pergeseran cairan atau kehilangan cairan

3.

Pasien yang membutuhkan infus inotropik

E.

Kontraindikasi dan kewaspadaan

1. Peningkatan CVP menunjukkan peningkatan cardiac output, infark / gagal vntrikel kanan, meningkatnya volume vaskular, perikarditis, konstriktif dan hipertensi pulmonal. Hasil pengukuran CVP, menunjukkan peningkatan false (salah) jika pada kondisi COPD, tension pneumothoraks, ventilasi tekanan positif. 2.

Dislokasi ujung kateter jalur vena cava superior mengakibatkan hasil tidak akurat.

3. Penurunan CVP dapat terjadi akibat hipovolemia, vasodilatasi akibat obat dan syok dari berbagai penyebab.

F. ·

Faktor‐faktor yang mempengaruhi pengukuran tekanan vena sentral : Volume darah vena sentral

o Venous return/cardiac output o Volume darah total o Tonus vaskuler regional ·

Pemenuhan kompartemen sentral

o Tonus vaskuler

o Pemenuhan ventrikel kanan ·

Penyakit myokard

·

Penyakit perikard

·

Tamponade

·

Penyakit katup tricuspid

o Stenosis o Regurgitasi ·

Ritme jantung

o Ritme junctional o Fibrilasi atrium o Disosiasi atrioventrikular ·

Level transducer

o Posisi pasien ·

Tekanan intrathorakal

o Respirasi o Intermittent positive‐presure ventilation o Positive end‐expiratory pressure o Tension pneumothorax

G.

Lokasi pemantauan

·

Vena Jugularis interna kanan atau kiri (lebih umum pada kanan)

·

Vena subklavia kanan atau kiri, tetapi duktus toraks rendah pada kanan

Vena brakialis, yang mungkin tertekuk dan berkembang menjadi phlebitis Lumen proksimal kateter arteri pulmonalis, di atrium kanan atau tepat di atas vena kava superior H.

Komplikasi

·

Pneumothoraks

·

Emboli udara

·

Kelebihan cairan

·

Sepsis

·

Infeksi local atau sistemik (mis. endokarditis)

·

Emboli pumuner

·

Disritmia

·

Erosi vena cava superior yang mengakibatkan hemothoraks dan tamponade jantung

· Sumbatan pada kateter akibat stopcock yang tidak tepat menyebabkan pemberian cairan infus melambat ·

Perdarahan karena selang terlepas dari kateter vena central ----Lapor Segera

I.

Prosedur

1.

Pengkajian

Yang perlu dikaji pada pasien yang terpasang CVP adalah tanda-tanda komplikasi yang ditimbulkan oleh pemasangan alat. ·

Kaji akan kebutuhan pemasangan CVP dan pengukuran CVP

·

Keluhan nyeri, napas sesak, rasa tidak nyaman.

·

Keluhan verbal adanya kelelahan atau kelemahan.

·

Frekuensi napas, suara napas

·

Tanda – tanda kemerahan / pus pada lokasi pemasangan.

·

Adanya gumpalan darah / gelembung udara pada cateter.

·

Kesesuaian posisi jalur infus set.

·

Tanda-tanda vital

2.

Perencanaan

a)

Persiapan alat

·

Sarung tangan disposable

·

Piala ginjal

·

Perlak atau alas

·

CVP manometer air

·

Cairan dan selang IV

·

Alat tulis

b)

Persiapan pasien

o Menjaga privacy klien o Jelaskan dan informasikan prosedur yang akan dilakukan c)

Pelaksanaan

o Perawat mencuci tangan o Memakai sarung tangan disposable o Dekatkan alat yang digunakan o Posisi pasien supine (telentang) dengan kepala tempat tidur rata / ditinggikan 30˚ o Tandai lokasi sudut phlebostatic (axis mid – axillaris dengan ICS 4 ------ titik 0) untuk membaca hasil pengukuran. Lokasi ini sejajar dengan atrium kanan. Pengukuran harus dilakukan pada posisi yang sama, kalau perlu tandai permukaan kulit o Stopcock OFF ke manometer. Isi selang dengan cairan infus o Sambungkan selang manometer ke jalur vena sentral lalu dialirkan untuk cek kepatenan o Letakkan manometer air sejajar titik 0, yaitu ICS 4 linea midaxilaris o Stopcock OFF ke arah pasien. Isi manometer dengan cairan infus sampai dengan 25 cm. Hati – hati jangan sampai berlebihan karena akan mengkontaminasi manometer. o Stopcock OFF ke infus sehingga cairan akan turun fluktuasi sesuai dengan pernapasan o Ukur CVP saat cairan berhenti (stabil). Perhatikan cara melihat ukuran sejajar mata saat akhir ekspirasi.

o Stopcock OFF ke manometer untuk mencegah aliran cairan manometer ke pasien. Alirkan infus kembali ke jalur vena sentral o Catat hasil dan posisi pasien d)

Evaluasi

o Lihat kembali posisi vena central, sumbatan ataupun perdarahan o Laporkan adanya hasil ukuran CVP yang tidak normal e)

Dokumentasi

o Catat waktu dilakukan pengukuran CVP o Catat hasil pengukuran CVP

J.

Peranan Perawat

1.

Sebelum Pemasangan

·

Mempersiapkan alat untuk penusukan dan alat-alat untuk pemantauan

· Mempersiapkan pasien; memberikan penjelasan, tujuan pemantauan, dan mengatur posisi sesuai dengan daerah pemasangan 2. ·

Saat Pemasangan Memelihara alat-alat selalu steril

· Memantau tanda dan gejala komplikasi yang dapat terjadi pada saat pemasangan seperti gangguan irama jantung, perdarahan · 3. ·

Membuat klien merasa nyaman dan aman selama prosedur dilakukan Setelah Pemasangan Mendapatkan nilai yang akurat dengan cara:

1) melakukan Zero Balance: menentukan titik nol/letak atrium, yaitu pertemuan antara garis ICS IV dengan midaksila, 2) Zero balance: dilakukan pd setiap pergantian dinas , atau gelombang tidak sesuai dg kondisi klien 3)

melakukan kalibrasi untuk mengetahui fungsi monitor/transduser, setiap shift.

·

Mengkorelasikan nilai yg terlihat pada monitor dengan keadaan klinis klien.

·

Mencatat nilai tekanan dan kecenderungan perubahan hemodinamik.

·

Memantau perubahan hemodinamik setelah pemberian obat-obatan.

· Mencegah terjadi komplikasi & mengetahui gejala & tanda komplikasi (spt. Emboli udara, balon pecah, aritmia, kelebihan cairan,hematom, infeksi,penumotorak, rupture arteri pulmonalis, & infark pulmonal). ·

Memberikan rasa nyaman dan aman pada klien.

· Memastikan letak alat2 yang terpasang pada posisi yang tepat dan cara memantau gelombang tekanan pada monitor dan melakukan pemeriksaan foto toraks (CVP, Swan gans).

MAP MAP(pengertian, tujuan, indikasi, keadaan yang mempengaruhi nilai MAP DEFINISI: Hasil pengukuran (sistolik dan diastolik), maka perlu mencari tekanan arteri yang sebenarnya, yang disebut Mean Arterial Pressure (MAP) yaitu Tekanan darah arteri rata-rata, yang bisa didapatkan dengan sebuah rumus yaitu: MAP = (S+2D)/3 Keterangan: MAP = Mean Arterial Pressure/tekanan arteri rata-rata

Arteri puncture adalah suatu metode pengambilan darah yang melalui pembuluh darah arteri. Pengambilan darah arteri melalui fungsi untuk memeriksa gas-gas dalam darah yang berhubungan dengan fungsi respirasi dan metabolisme. 2. Tujuannya : 1. Mengetahui keadaan O2 dan metabolisme sel. 2. Efisiensi pertukaran O2 dan CO2. 3. Kemampuan HB dalam mengangkut O2 dan CO2. 4. Tingkat tekanan O2 dalam darah arteri. 3. Indikasi Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik. · Pasien dengan edema pulmo. · Pasien akut respiratori distress

sindrome (ARDS). · Infark Miokard. · Pneumonia. · Klien syok. · Post pembedahan coronary arteri baypas. · Resusitasi carniac arrest. · Klien dengan perubahan status respiratori. · Anestesi yang terlalu lama. 4. Kontra indikasi Pengambilan darah arteri tidak dilakukan pada pasien yang sedang menjalani terapi anti koagulan, dan pasien dengan riwayat gangguan pembekuan darah. 5. Lokasi 1. Arteri Radialis, merupakan pilihan pertama yang paling aman dipakai untuk fungsi arteri kecuali terdapat banyak bekas tusukan atau haematoem juga apabila Allen test negatif. 2. Arteri Dorsalis Pedis, merupakan pilihan kedua. 3. Arteri Brachialis, merupakan pilihan ketiga karena lebih banyak resikonya bila terjadi obstruksi pembuluh darah. 4. Arteri Femoralis, merupakan pilihan terakhir apabila pada semua arteri diatas tidak dapat diambil. Bila terdapat obstruksi pembuluh darah akan menghambat aliran darah ke seluruh tubuh / tungkai bawah dan bila yang dapat mengakibatkan berlangsung lama dapat menyebabkan kematian jaringan. Arteri femoralis berdekatan dengan vena besar, sehingga dapat terjadi percampuran antara darah vena dan arteri.

TUJUAN 1. Mengetahui tekanan darah arteri rata-rata pasien 2. Meningkatkan atau menurunkan tekanan darah pasien

INDIKASI 1. Pasien dengan gangguan perfusi (aliran darah) 2. Pasien yang mengalami cedera kepala 3. Pasien yang menderita aneurysm tertentu 4. Pasien yang mengalami septic shock dan menggunakan obat vasopresor 5. Pasien yang menggunakan obat infus vasodilator (GTN)

Keadaan Yang mempengaruhi MAP 1. Posisi tubuh : Baroresepsor akan merespon saaat tekanan darah turun dan berusaha menstabilankan tekanan darah 2. Aktivitas fisik : Aktivitas fisik membutuhkan energi sehingga butuh aliran yang lebih cepat untuk suplai O2 dan nutrisi (tekanan darah naik) 3. Temperatur : menggunakan sistem renin-angiontensin –vasokontriksi perifer

4. Usia : semakin bertambah umur semakin tinggi tekan darah (berkurangnya elastisitas pembuluh darah ) 5. Jenis kelamin : Wanita cenderung memiliki tekanan darah rendah karena komposisi tubuhnya yang lebih banyak lemak sehingga butuh O2 lebih untuk pembakaran 6. Emosi : Emosi Akan menaikan tekanan darah karena pusat pengatur emosi akan menset baroresepsor untuk menaikan tekanan darah

BALANCE CAIRAN (pengertian, tujuan, indikasi, keadaan yang mempengaruhi balance cairan) a. Definisi : Balance cairan menggambarkan keseimbangan antara intake dan output cairan terutama untuk pasien yang memerlukan pengawasan terhadap kelebihan atau kekurangan cairan.Misalnya pasien kelebihan volume cairan : CKD, Pasien kekurangan volume cairan : pasien diare, perdarahan ( hemoragik ). Tanda positif menggambarkan bahwa cairan masuk (input ) lebih banyak dibandingkan dengan cairan yang keluar ( output ),

Balance cairan atau keseimbangan cairan adalah keseimbangan antara pemasukan cairan (intake) dan pengeluaran cairan (output). Masukan cairan orang dewasa normalnya adalah 1500 ml sampai 3500 ml. Pengeluaran cairan orang dewasa normalnya adalah 1500 ml.

b. Faktor-faktor Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah : Usia

Temperatur lingkungan

Jenis kelamin

Diet

Sel-sel lemak

Pengobatan

Stres

Kondisi sakit

Sakit

c. Tujuan : Mengetahui status Cairan tubuh Mengetahui jumlah cairan masuk (intake) Mengetahui jumlah cairan keluar (output) Mengetahui balance cairan Menentukan kebutuhan cairan.

Indikasi Gangguan Keseimbangan Cairan dan eletrolit tubuh 1. Dehidrasi 2. Syok hipovolemik

Gangguan Keseimbangan Elektrolit 1. Hiponatremia Definisi : kadar Na+ serum di bawah normal (<> Causa : CHF, gangguan ginjal dan sindroma nefrotik, hipotiroid, penyakit Addison Tanda dan Gejala : Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam beberapa jam, pasien mungkin mual, muntah, sakit kepala dan keram otot. Jika Na plasma turun 10 mEq/L dalam satu jam, bisa terjadi sakit kepala hebat, letargi, kejang, disorientasi dan koma. Mungkin pasien memiliki tanda-tanda penyakit dasar (seperti gagal jantung, penyakit Addison). Jika hiponatremia terjadi sekunder akibat kehilangan cairan, mungkin ada tanda-tanda syok seperti hipotensi dan takikardi. 2. Hipernatremia Definisi : Na+ serum di atas normal (>145 mEq/L) Causa : Kehilangan Na+ melalui ginjal misalnya pada terapi diuretik, diuresis osmotik, diabetes insipidus, sekrosis tubulus akut, uropati pasca obstruksi, nefropati hiperkalsemik; atau karena hiperalimentasi dan pemberian cairan hipertonik lain. Tanda dan Gejala : iritabilitas otot, bingung, ataksia, tremor, kejang dan koma yang sekunder terhadap hipernatremia. 3. Hipokalemia Definisi : kadar K+ serum di bawah normal (<> Etiologi Kehilangan K+ melalui saluran cerna (misalnya pada muntah-muntah, sedot nasogastrik, diare, sindrom malabsorpsi, penyalahgunaan pencahar) Diuretik Asupan K+ yang tidak cukup dari diet Ekskresi berlebihan melalui ginjal Maldistribusi K+

Hiperaldosteron Tanda dan Gejala : Lemah (terutama otot-otot proksimal), mungkin arefleksia, hipotensi ortostatik, penurunan motilitas saluran cerna yang menyebabkan ileus. Hiperpolarisasi myokard terjadi pada hipokalemia dan dapat menyebabkan denyut ektopik ventrikel, reentry phenomena, dan kelainan konduksi. EKG sering memperlihatkan gelombang T datar, gelombang U, dan depresi segmen ST.

4. Hiperkalemia Definisi : kadar K+ serum di atas normal (> 5,5 mEq/L) Etiologi : Ekskresi renal tidak adekuat; misalnya pada gagal ginjal akut atau kronik, diuretik hemat kalium, penghambat ACE. beban kalium dari nekrosis sel yang masif yang disebabkan trauma (crush injuries), pembedahan mayor, luka bakar, emboli arteri akut, hemolisis, perdarahan saluran cerna atau rhabdomyolisis. Sumber eksogen meliputi suplementasi kalium dan pengganti garam, transfusi darah dan penisilin dosis tinggi juga harus dipikirkan. Perpindahan dari intra ke ekstraseluler; misalnya pada asidosis, digitalisasi, defisiensi insulin atau peningkatan cepat dari osmolalitas darah. Insufisiensi adrenal Pseudohiperkalemia. Sekunder terhadap hemolisis sampel darah atau pemasangan torniket terlalu lama Hipoaldosteron

Related Documents

B@bu
October 2019 37
Tugas B
November 2019 7
Tugas Mankof Bu Hanny.pptx
December 2019 16

More Documents from "Anonymous OzgEr1FNvd"