Bab 123 Baru.docx

  • Uploaded by: Mega Unzila
  • 0
  • 0
  • July 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Bab 123 Baru.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,724
  • Pages: 41
BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.

1.1 Latar Belakang Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bila mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Wim de Jong, etal ,2005 dalam Nanda Nic Noc 2013).

Apendisitis adalah radang pada usus buntu dalam Bahasa latinnya appendiks vermivormis, yaitu suatu organ yang berbentuk kerucut memanjang dengan Panjang 6-9 cm dengan pangkal terletak pada bagian pangkal usus besar bernama sekum yang terletak pada perut kanan bawah (Handaya, 2018).

Di Indonesia insiden apendiksitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari (Depkes, 2016). Kasus apendiksitis pada tahun 2016 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien apendisitis sebanyak 75.601 orang. Survei di 12 provinsi ( Jawa Tengah, Sumatera Barat, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Bali, Riau, Jambi, Sumatra Utara, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur) di Indonesia tahun 2008 menunjukan jumlah penduduk apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.236 orang. Tahun 2009, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat apendisitis.

1

2

Berdasarkan data Rekam Medik yang diperoleh dari Ruang Mahoni II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Jakarta diperoleh data dari bulan Januari sampai Desember 2018, jumlah pasien dengan diagnosa apendiksitis yaitu sebanyak 32 kasus atau sekitar 2% dari jumlah keseluruhan pasien rawat yang berjumlah 1.547 orang diruang Mahoni II.

Kegawatan bila apendisitis tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses, selain itu komplikasi yang timbul dari apendiksitis yaitu abses subrenikus dan fokal sepsis intra abdomen lain.

Komplikasi yang terjadi bila apendisitis tidak segera ditangani akan mengakibatkan perforasi apendis, peritonitis, abses dan kematian. Komplikasi pasca operasi apendiks (appendectomy) biasanya infeksi pada luka atau timbulnya abses.

Berdasarkan komplikasi yang timbul maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis yaitu melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif kita dapat melakukan Pendidikan kesehatan dengan memberikan leaflet mengenai apendisitis, menganjurkan untuk pola makan tinggi serat, upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu menganjurkan untuk kepelayanan kesehatan, puskesmas, klinik, upaya kuratif yang dapat dilakukan yaitu berkolaborasi dengan tim medis yang lain yaitu dokter bedah untuk melakukan tindakan apendiktomi, pemberian pengobatan, dan menganjurkan pasien untuk mematuhi terapi pengobatan, serta upaya rehabilitatif yang dapat dilakukan yaitu menganjurkan pasien meneruskan terapi pengobatan yang telah diberikan dan periksa kembali kerumah sakit tepat pada waktu yang ditentukan.

Berdasarkan pentingnya peran perawat maka penulis membuat karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pada pasien apendisitis.

3

1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1

Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis dapat memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Apendisitis di Ruang Mahoni II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Jakarta.

1.2.2

Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan apendisitis. b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan apendisitis. c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan apendisitis. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan apendisitis. e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan apendisitis. f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada pasien dengan apendisitis. g. Mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat dan mencari solusi pada pasien dengan apendisitis. h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi pada pasien dengan apendiksitis dengan benar, teliti, dan terlengkap.

1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Apendisitis di ruang Mahoni II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2019 sampai 12 Februari 2019.

4

1.4 Metode Penulisan Metode penulisan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah menggunakan penulisan deskriptif yaitu pengumpulan data dengan melakukan observasi terhadap semua keadaan yang terjadi.

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode studi kasus, observasi, pemeriksaan fiaik, dokumentasi dan studi kepustakaan : a. Studi kasus Studi kasus dapat memberikan informasi penting mengenai hubungan antar variable serta proses-proses yang memerlukan penjelasan dan pemahaman lebih luas. b. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan indra mata. c. Pemeriksaan fisik Pengumpulan data hanya dapat dilakukan dengan Teknik pemeriksaan fisik head to toe. d. Dokumentasi Suatu Teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen untuk mendapatkan data atau informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. e. Studi kepustakaan (Library research) untuk memperoleh data sekunder yaitu data yang diperoleh penulis untuk memanfaatkan data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh pihak lain dalam bentuk publikasi ilmiah seperti buku, jurnal, majalah ilmiah dan sebagainya.

5

1.5 Sistematika Penulisan Dalam makalah ini terdapat lima bab yang ditampilkan diantaranya sebagai berikut : Bab satu berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua berisi tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, patofisiologi, etiologi, proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, terapi, tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Bab tiga berisi tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian keperawatan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab empat berisi pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab lima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka. Lampiran.

BAB 2 TINJAUAN TEORI

Bab ini menggambarkan tentang tinjauan teori yang menjelaskan tentang konsep penyakit apendisitis yang terdiri dari pengertian, patofisiologi, etiologi, proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan terapi, tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan. Tinjauan teori selanjutnya adalah tentang asuhan keperawatan pada Ny. S yang mengalami apendiksitis yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan yang terkait dengan penulisan karya tulis ilmiah apendisitis.

2.1

Pengertian Apendisitis adalah radang pada usus buntu dalam Bahasa latinnya appendiks vermivormis, yaitu suatu organ yang berbentuk kerucut memanjang dengan Panjang 6-9 cm dengan pangkal terletak pada bagian pangkal usus besar bernama sekum yang terletak pada perut kanan bawah (Handaya, 2018).

Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan segera akan terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus (Williams & Wilkins dalam Indri dkk., 2014).

Apendisitis merupaka suatu proses obstruksi (hiperplasi limpo nodi submukosa, fekolith, benda asing, tumor) kemudian diikuti proses infeksi dan disusul oleh peradangan dari apendiks verniformis (Nugroho, 2011).

Apendisitis perforasi merupakan komplikasi utama dari apendiks dimana apendiks telah pecah sehingg isi apendiks keluar menuju rongga perinium yang dapat menyebabkan peritonitis atau abses (Manurung, 2018).

Klasifikasi apendisitis terbagi atas 3 yakni : a. Apendisitis akut Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan limfe, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks, dan cacing askaris yang dapat menyebabkan sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasite (E. histolytica). b. Apendisitis rekurens Apendisitis rekurens yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut. c. Apendisitis kronis Apendisitis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltrasi sel inflamasi kronik), dan keluhan menghilang setelah apendiktomi.

2.2

Patofisiologi 2.2.1 Etiologi Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya, diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striker, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris. Penelitian epidemologi menunjukkan peranan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakit apendisitis (Mardalena, 2018).

2.2.2 Proses Perjalanan Penyakit Tanda patogenik primer diduga karena obstruksi lumen dan ulserasi mukosa menjadi langkah awal terjadinya apendisitis. Obstruksi lumen yang tertutup disebabkan oleh hambatan pada bagian proksimal. Selanjutnya, terjadi peningkatan sekresi normal dari mukosa apendiks yang distensi secara terus menerus karena multiplikasi cepat dari bakteri. Obstruksi juga menyebabkan mucus yng diproduksi mukosa terbendung. Semakin lama, mucus tersebut semakin banyak, namun elastisitas dinding apendiks terbatas sehingga meningkatkan tekanan intralumen.

Tekanan yang meningkat tersebut akan menyebabkan apendiks mengalami hipoksia, hambatan aliran limfe, ulserasi mukosa dan invasi bakteri. Infeksi memperberat pembengkakan apendiks (edema) dan thrombosis pada pembuluh darah intramural (dinding apendiks) menyebabkan iskemik. Pada tahap ini mungkin terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Bila sekresi mucus terus menerus berlanjut, tekanan akan terus meningkat dan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, serta bakteri akan menembus dinding. Bila kemudian arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren (Mardalena, 2018).

2.2.3 Manifestasi Klinik Menurut Manurung (2017), manifestasi klinis apendisitis meliputi: a. Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. b. Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan. c. Nyeri tekan lepas dijumpai. d. Terdapat konstipasi datau diare. e. Nyeri lumbal, bila apendiks melingkar dibelakang sekum. f. Nyeri defekasi, bila apendiks berada dekat rektal. g. Nyeri kemih, jika ujung apendiks berada didekat kandung kemih atau ureter. h. Pemeriksaan rektal positif jika ujung apendiks berada diujung pelvis. i. Tanda rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah yang secara paradoksal menyebabkan nyeri kuadran kanan. j. Apabila apendiks sudah rupture, nyeri menjadi menyebar, disertai abdomen terjadi akibat ileus paralitik. k. Pada pasien lansia tanda dan gejala apendiks sangat bervariasi. Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi rupture apendiks.

2.2.4 Komplikasi a. Komplikasi utama adalah perforasi apendiks yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses apendiks. b. Tromboflebitis supuratif, perluasan mikroorganisme patogen yang mengikuti aliran darah disepanjang vena dan cabang-cabang yang bersifat akut. c. Abses subfrenikus (abses intra abdomen) merupakan pengumpulan cairan antara diafragma dan hati atau limfa. d. Obstruksi intestinal, kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik (Manurung, 2017).

2.3

Penatalaksanaan 2.3.1 Terapi a. Persiapan pre operatif Infus intravena digunakan untuk meningkatkan fungsi ginjal adekuat dan menggantikan cairan yang hilang. Aspirin diberikan untuk mengurangi peningkatan suhu. Terapi antibiotic dapat diberikan untuk mencegah infeksi. Bila ada kemungkinan atau terbukti ileus paralitik, selang nasogastric dapat dipasang. Enema tidak diberikan karena dapat menimbulkan perforasi. b. Penanganan post operatid Tempatka pasien pada posisi semifowler karena dapat mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri. Analgetik diberikan untuk mengurangi nyeri. Cairan per-oral dapat diberikan bila dapat mentoleransi. Pasien yang mengalami dehidrasi sebelum pembedahan diberikan cairan secara intravena. Instruksi untuk menemui ahli bedah untuk mengangkat jahitan pada hari ke 5-7. Aktivitas normal dapat dilakukan 2-4 minggu (Manurung, 2017).

2.3.2 Tindakan Medis Yang Bertujuan Untuk Pengobatan Menurut Manurung (2018), pemeriksaan penunjang apendiks meliputi: a. Anamnesa 1. Nyeri (mula-mula di daerah epigastrium, kemudia menjalar ke titik Mc Burney. 2. Muntah (rangsang visceral) 3. Panas (infeksi akut) b. Pemeriksaan fisik 1. Status generalis a) Tampak kesakitan b) Demam (lebih dari 37,7oC). c) Perbedaan suhu rektal >1/2oC. d) Fleksi ringan art coxae dextra.

2. Status lokalis. 3. Defenmuskuler (+) : muscullus rectur abdominis 4. Rovsing sign (+) : pada penekanan perut bagian kontra Mcburney (kiri) terasa nyeri di McBurney karena tekanan tersebut merangsang peristaltic usus dan juga udara dalam usus, sehingga bergerak dan menggerakkan peritonuim sekitar apendiks yang sedang meradang sehingga terasa nyeri. 5. Psoas sign (+) : m. psoas ditekan maka akan terasa sakit di titik McBurney (pada appendiks retrocaecal) karena merangsang peritonium sekitar apendiks yang juga meradang 6. Obturator sign (+) : fleksi dan endorotasi articulation costa pada posisi supine, bila nyeri berarti kontak dengan m. obturator internus, artinya appendiks di pelvis. 7. Peritonium umum (perforasi) a) Nyeri diseluruh abdomen b) Pekak hati hilang c) Bising usus hilang 8. Rectal touche : nyeri tekan pada jam 9-12. c. Laboraturium a. Hb normal b. Leukosit normal atau meningkat (bila lanjut umumnya leukositosis, >10,000/mm3. c. Hitung jenis : segmen lebih banyak d. LED (Laju endap darah)

2.4

Pengkajian Keperawatan a. Identitas pasien b. Keluhan utama pasien Pasien mengeluh rasa nyeri disekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Nyeri perut kanan bawah mungkin timbul beberapa jam dan kemudian nyeri dipusat atau di epigastrium akan dirasakan setelahnya. Sifat keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, atau hilang/timbul dalam waktu yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya pasien mengeluh rasa mual dan muntah, panas. c. Riwayat kesehatan masa lalu. d. Diet dan kebiasaan makan makanan rendah serat e. Kebiasaan eliminasi f. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik keadaan umum pasien tampak sakit ringan / sedang / berat. 1. Sirkulasi : Takikardia 2. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal 3. Aktivitas/istirahat : Malaise 4. Eliminasi : Konstipasi pada awal, diare kadang-kadang 5. Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus 6. Nyeri.kenyamanan, nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Nyeri meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan atau posisi duduk tegak 7. Demam lebih dari 38oC 8. Data psikologis pasien nampak gelisah 9. Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan 10. Pada pemeriksaan rectal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.

g. Pemeriksaan penunjang 1. Tanda-tanda

peritonitis

kuadran

kanan

bawah.

Gambaran

perselubungan mungkin terlihat “ileal atau caecal ileus” (gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum. 2. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrate. 3. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. 4. Peningkatan leukosit, neutrofilia, tanpa eosinophil. 5. Pada enema barium apendiks tidak terisi. 6. Pemeriksaan USG untuk menemukan fekalit non kalsifikasi, apendiks non perforasi, abses apendiks (Mardalena, 2018).

2.5

Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan apendisitis menurut Haryanto & Sulistyowati (2015), yaitu: a. Diagnosa pre-operasi 1. Ansietas berhubungan dengan adanya perubahan status kesehatan. 2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada apendiks. b. Diagnosa post-operasi 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perlukaan bekas operasi dari program medikasi. 2. Nyeri akut berhubungan dengan perlukaan pada bekas operasi prosedur medikasi. 3. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya pertahanan tubuh primer dan sekunder yang tidak adekuat akibat prosedur invasif.

2.6

Perencanaan Keperawatan Perencanaan keperawatan menurut Haryanto & Sulistyowati (2015), yaitu: a. Diagnosa pre-operasi 1. Ansietas berhubungan dengan adanya perubahan status kesehatan. Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama diharapkan kecemasan hilang atau berkurang.

Kriteria Hasil : pasien mengatakan perasaan cemasnya berkurang atau hilang, terciptanya lingkungdan yang aman dan nyaman bagi pasien, pasien tampak rileks, tandatanda vital dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80-100 kali/menit, frekuensi napas 18-20 kali/menit, suhu 36,5-37oC. Intervensi : a) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan Rasional : agar tercipta hubungan saling percaya

b) Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis Rasional : memberikan informasi terkait diagnosis, perawatan dan prognosis c) Dorong keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat Rasional : agar tidak terjadi kecemasan yang berlanjut d) Atur penggunaan obat-obatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat Rasional : memberikan obat yang tepat untuk mengurangi kecemasan 2. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada apendiks. Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang

Kriteria Hasil : pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala 0-3, ekspresi wajah rileks, tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80-100 kali/menit, frekuensi napas 18-20 kali/menit, suhu 36,5-37oC. Intervensi

:

a) Mengkaji karakteristik nyeri Rasional : untuk mengetahui karakterisik nyeri b) Ajarkan Teknik relaksasi atau distraksi Rasional : untuk mengurangi nyeri c) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman Rasional : memberikan kenyamanan pada pasien d) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan Rasional : untuk mengetahui tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik Rasional : untuk memberi terapi yang tepat

b. Diagnosa post-operasi 1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perlukaan bekas operasi dari program medikasi. Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan

kerusakan integritas kulit dapat teratasi Kriteria Hasil

: integritas kulit yang baik dan bisa dipertahankan,

tidak ada luka atau lesi pada kulit, perfusi jaringan baik, menunjukkan proses penyembuhan luka Intervensi

:

a) Observasi kondisi luka operasi dengan tepat Rasional : mengetahui kondisi luka operasi b) Monitor kulit adanya ruam dan lecet Rasional : untuk mengetahui adanya ruam dan lecet c) Monitor sumber tekan dan gesekan Rasional : untuk mengetahui adanya sumber tekan dan gesekan d) Periksa kulit dan selaput lender terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan ekstremitas, edema atau drainase Rasional : untuk mengecek kondisi kulit 2. Nyeri akut berhubungan dengan perlukaan pada bekas operasi prosedur medikasi. Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri berkurang atau hilang

Kriteria Hasil : pasien mengatakan nyeri hilang atau berkurang dengan skala nyeri 0-3, ekspresi wajah rileks, tandatanda vital dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80-100 kali/menit, frekuensi napas 18-20 kali/menit, suhu 36,5-37oC. Intervensi

:

a) Mengkaji karakteristik nyeri Rasional : untuk mengetahui karakterisik nyeri b) Ajarkan Teknik relaksasi atau distraksi Rasional : untuk mengurangi nyeri

c) Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman Rasional : memberikan kenyamanan pada pasien d) Monitor tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan Rasional : untuk mengetahui tekanan darah, nadi, suhu dan pernapasan e) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik Rasional : untuk memberi terapi yang tepat 3. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya pertahanan tubuh primer dan sekunder yang tidak adekuat akibat prosedur invasif. Tujuan

: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan risiko infeksi dapat teratasi

Kriteria hasil

: tidak ada tanda-tanda infeksi didaerah luka, tandatanda vital dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi nadi 80-100 kali/menit, frekuensi napas 18-20 kali/menit, suhu 36,5-37oC.

Intervensi

:

a) Monitor tanda-tanda infeksi b) Ajarkan cara cuci tangan Rasional : untuk mengajarkan cara cuci tangan yang benar c) Pastikan Teknik perawatan luka yang tepat Rasional : agar luka cepat sembuh dan tidak terjadi infeksi d) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic Rasional : mempercepat penyembuhan luka

2.7

Pelaksanaan Keperawatan Pada tahap tindakan keperawatan ini tugas perawat adalah membantu pasien untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan yang telah ditetapkann. Pada tahap ini dimulai setelah rencana tindakan disusun. Peran perawat di dalam tahap ini yaitu mengimplementasikan rencana tindakan yang telah diidentifikasikan dalam rencana asuhan keperawatan (Hutahean, 2010 Hal : 41). Menurut Sumijatun (2017), terdapat 3 kategori intervensi keperawatan, yaitu: a. Intervensi mandiri Kegiatan yang dilakukan perawat berdasarkan pengetahuan dan keterampilan. Intervensi tersebut mencakup perawatan fisik, pengkajian lanjutan, support emosi dan kenyamanan, Pendidikan, konseling, penanganan lingkungan dan membuat rujukan kepada professional kesehatan lain. b. Intervensi tergantung Kegiatan yang dilakukan oleh perawat berdasarkan program dari dokter. c. Intervensi kolaboratif Tindakan yang dilakukan perawat bersama-sama dengan anggota tim kesehatan lain seperti terapi fisik, pekerja social, ahli diet dan dokter. Kegiatan perawat kolaboratif mencerminkan tumpang tindihnya tanggung jawab dan hubungan kolegal diantar petugas kesehatan.

2.8

Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan tindakan

intelektual

untuk

melengkapi

proses

keperawatan

yang

menggambarkan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap tindakan keperawatan dalam mencapai tujuan keperawatan dan merevisi data dasar perencanaan jika masalah keperawatan belum dapat teratasi. Evaluasi ini dilakukan dengan melihat apakah masalah yang dialami pasien sudah dapat teratasi atau masih memerlukan tindakan keperawatan lebih lanjut (Hutahean, 2010 Hal: 41-42).

BAB 3 TINJAUAN KASUS

Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Asukan Keperawatan pada Ny. S dengan apendiksitis di Ruang Mahoni II Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto Jakarta. Asuhan Keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 10 sampai dengan 12 Februari 2019 dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

3.1 Pengkajian Keperawatan a. Identitas Pasien N.y Sunariyah, perempuan, usia 29 tahun, menikah, agama islam, suku bangsa jawa, Pendidikan SMA, Bahasa yang digunakan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Jl. Dukuh V RT 06 RW 03 Kramat Jati Jakarta Timur, sumber biaya BPJS, sumber informasi pasien.

b. Resume Pasien datang ke IGD RS POLRI pada tanggal 09 Februari 2019 pukul 22.14 wib. Pasien dating dengan keluhan pusing, mual, muntah dua kali, nyeri perut kanan bawah, demam satu hari, badan lemas, BAB dab BAK lancer, riwayat tidak ada. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, pasien tampak lemas, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 110/80 mmhg, frekuensi nadi 87 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36,5oC, hasil pemeriksaan laboraturium pada tanggal 10 februari 2019, hemoglobin 14,5 g/dl, leukosit 17,600 u/l, hematocrit 43%, trombosit 231,000/ul.

Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri, tindakan keperawatan mandiri yaitu mengukur tanda-tanda vital, memberi posisi nyaman, mengajarkan Teknik relaksasi napas dalam, kolaborasi yaitu, pemasangan IVFD RL 500 14 tetes/menit, mengambil sampel darah, memberikan injeksi rantin 1x50mg via intravena, memberikan injeksi ketorolac 1x30mg via intravena, dan memberikan paracetamol tablet 500mg. tujuan belum tercapai, tindakan keperawatan dilanjutkan.

Pasien mendapatkan perawatan di Ruang Mahoni II dan masuk keperawatan pada tanggal 10 Februari 2019 pukul 16.00 wib, pasien direncanakan tindakan apendiktomi pada tanggal 12 Februari 2019, pada ruang perawatan pasien di instruksikan puasa pada tanggal 10 Februari 2019 pukul 16.00 wib. Masalah keperawatan yang muncul nyeri. Tindakan yang sudah dilakukan diruangan perawatan adalah mengukur tanda-tanda vital, melanjutkan terapi IVFD RL 14 tetes/menit, pada tanggal 10 februari 2019 pasien konsul untuk memeriksa keadaan sebelum melakukan tindakan operasi antara lain, pemeriksaan lab yaitu Hematologi 1, hemoglobin 14,5* g/dl (12-14, leukosit 17,600* u/l (5000-10,000), hematocrit 43% (37-43, trombosit 231,000 (150,000-400,000), hematologi, masa perdarahan 1 menit (1-6), masa pembekuan 11 menit (10-15), PT (pasien) 12,6* (9,3-11,4) PT (control) 10,4, APTT (pasien) 36,2 (29,0-40,2), APTT (control) 33,2, kimia klinik, SGOT/AST (37C) 11,1 u/l, SGPT/ALT (37C) 10,3 u/l, ureum 36 mg/dl, creatinine 1,2 mg/dl, estimasi GFR (CKD-EPI) 61 ml/min/1,73m2, glukosa darah sewaktu 150 mg/dl, elektrolit natrium 133* mmol/l, kalium 3,4* mmol/l, chloride 107 mmol/l, serologi/immunologi, HBsAg (Penyaring) NON REAKTIF, ANTI HCV (PENYARING) NON REAKTIF, URINE LENGKAP, warna KUNING, kejernihan KERUH*, berat jenis 1030 (1000-1030), reaksi pH 6,0 (5-8,5), protein +*, bilirubin -, glukosa -, keton -, darah/Hb +*, nitrit +*, urobilonogen 0,1 (0,1-1,0 IU), lekosit ++*, sedimen leukosit 14-15* /LPB (0-5), eritrosit 7-8* /LPB (1-3), sel epitel +, silinder -, kristal -, lain-lain -, TES KEHAMILAN NEGATIF, Hasil pemeriksaan radiologi USG pada tanggal 12 Februari 2019

Apendisitis Perforasi, setelah itu dilakukan konsul anastesi dan disetujui untuk dilakukan tindakan operasi.

Pasien dilakukan tindakan laparatomi pada tanggal 12 Februari 2019 pukul 10.30 wib dan selesai pukul 15.00 wib, pasien mendapatkan anastesi spinal, setelah tindakan operasi selesai pasien kembali tiba di Ruang Mahoni II pukul 15.30 wib dengan keadaan umu lemah, kesadaran compos mentis, pasien mengatakan lemas, pusing dan nyeri pada bagian bekas operasi, kondisi luka operasi dibalut perban secara rapih dan bersih ±8cm. evaluasi keperawatan secara umum masalah nyeri belum teratasi, tujuan belum tercapai, tindakan keperawatan dilanjutkan.

c. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang Keluhan utama sakit perut bagian kanan bawah. Faktor pencetus saat bergerak, timbulnya keluhan mendadak, lamanya ±10 menit, upaya mengatasi berobat ke klinik. 2. Riwayat kesehatan masalalu Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sebelumnya, tidak ada alergi obat, dan tidak ada riwayat pemakaian obat yang digunakan. 3. Riwayat kesehatan keluarga (Genogram dan Keterangan tiga gemerasi dari pasien)

Dari genogram dan riwayat kesehatan keluarga dapat disimpulkan bahwa pasien tinggal satu rumah dengan suami dan satu orang anaknya. Orang tua perempuan dari suami pasien meninggal sejak 3 tahun yang lalu. Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit yang menjadi factor risiko terjadinya apendisitis.

4. Riwayat Psikososial dan Spiritual Orang yang terdekat

dengan pasien adalah suami dan anak, pola

komunikasi baik, pembuat keputusan melalui musyawarah, kegiatan masyarakat yang diikuti adalah mengikuti arisan RT. Dampak penyakit klien terhadap keluarg yaitu keluarga khawatir terhadap penyakit yang diderita pasien. Masalah yang mempengaruhi pasien adalah tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Mekanisme koping terhadap stress makan. Hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat beraktivitas seperti biasa, harapan setelah menjalani perawatan adalah sembuh, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit tidak nafsu makan dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa. Pasien tidak memiliki nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan, aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan adalah sholat dan berdoa. Kondisi lingkungan rumah bersih dan rapih.

5. Pola kebiasaan sebelum dan di rumah sakit a) Pola nutrisi Frekuensi makan sebelum sakit 3 kali/hari dirumah sakit 3 kali/hari, nafsu makan sebelum sakit baik dirumah sakit tidak baik, porsi makanan sebelum sakit 1 porsi sesudah sakit ½ porsi, makanan yang tidak disukau tidak ada, makanan yang membuat alergi tidak ada, makanan pantangan tidak ada, makanan diet tidak ada, penggunaan obat-obatan sebelum makan tidak ada, penggunaan alat bantu tidak ada.

b) Pola eliminasi Frekuensi BAK sebelum sakit 7 kali/hari dirumah sakit 7 kali/hari, warna sebelum sakit kuning jernih dirumah sakit kuning jernih, keluhan tidak ada, penggunaan alat bantu tidak ada. Frekuensi BAB sebelum sakit 1 kali/hari dirumah sakit tidab BAB, waktu tidak tentu, warna kecoklatan konsistensi padat, keluhan sebelum sakit tidak ada dirumah sakit tidak bisa BAB, pasien tidak menggunakan laksatif. c) Pola personal hygiene Frekuensi mandi sebelum sakit 2 kali/hari dirumah sakit 1 kali/hari, waktu mandi sebelum sakit pagi dan sore dirumah sakit pagi, frekuensi oral hygiene sebelum sakit 2 kali/hari dirumah sakit pasien tidak melakukan oral hygiene, frekuensi cuci rambut sebelum sakit 6 kali/hari dirumah sakit pasien tidak mencuci rambut. d) Pola istirahat dan tidur Lama tidur siang sebelum sakit 2 jam/hari dirumah sakit 3 jam/hari, lama tidur malam sebelum sakit 7 jam/hari dirumah sakit 6 jam/hari, tidak ada kebiasaan sebelum tidur. e) Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan Pasien tidak merokok dan tidak meminum minuman keras atau NABZA.

d. Pengkajian fisik 1. Pemeriksaan fisik umum Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tinggi badan 160 cm, berat badan sebelum sakit 58 kg sesudah sakit 56 kg, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening. Berat badan ideal (TB – 100) -10% (TB-100), (160-100) -10% (160-100)= 54 kg, indeks masa tubuh 56/1,602 = 56/2,56 = 21,9.

2. Sistem penglihatan Posisi mata simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil anisokor, otot-otot mata tidak ada kelaian, fungsi penglihatan baik, tidak ada tanda-tanda radang, tiak memakai kaca mata, tidak memakai lenda kontak, reaki terhadap cahaya baik. 3. Sistem pendengaran Daun telinga normal, karakteristik serumen tidak berbau, kondisi telinga tengah baik, tidak terlihat adanya cairan yang keluar dari telinga dan tidak ada perasaan penuh pada telinga, pasien tidak mengalami tinnitus, fungsi pendengaran normal, pasien tidak mengalami gangguan keseimbangan dan pasien tidak menggunakan alat bantu pendengaran. 4. Sistem wicara Pasien tidak mengalami gangguan dalam system wicara 5. Sistem pernafasan Jalan napas bersih, tidak sesak, pasien tidak menggunaka otot bantu pernafasan, frekuensi pernafasan 20 kali/menit, irama teratur, jenis pernafasan spontan, kedalaman dalam, pasien tidak batuk dan tidak ada sputum. Pada palpasi dada didapatkan tidak ada nyeri tekan pada dada. Perkusi dada didapatkan suara napas vesikuler, tidak ada nyeri saat bernafas dan tidak ada penggunaan alat bantu napas. 6. Sistem kardiovaskuler Nadi 87 kali/menit dengan irama teratur dan denyut kuat. Tekanan darah 110/70 mmHg. Tidak ada distensi vena jugularis kanan dankiri. Temperatur kulit hangat dan suhu 36oC, warna kulit kemerahan, pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema. Kecepatan denyut apical 87 kali/menit dengan irama teratur, tidak ada kelainan bunyi jantung dan tidak ada sakit dada. 7. Sistem hematologi Pasien tidak tampak pucat dan tidak ada perdarahana.

8. Sistem syaraf pusat Pasien tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis dengan penilaian GCS 15 (E: 4, M:6, V:5). Tidak ada tanda-tanda peningkatan TIK, tidak ada gangguan system persyarafan, pemeriksaan reflek fisiologis normal dan tidak ada reflek patologis. 9. Sistem pencernaan Keadaan mulut seperti: gigi tidak ada caries, tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatitis, lidah pasien tidak kotor, salifa pasien normal, saat dilakukan pengkajian pasien tidak ada muntah. Saat dilakukan pengkajian terdapat nyeri pada daerah perut bagian kanan bawah ±3hari saat ditekan dengan skala nyeri 8 seperti ditusuk-tusuk. Bising usus 5 kali/menit, tidak ada diare, pasien konstipasi 2 hari, hepar tidak teraba, abdomen kembung. 10. Sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton dan tidak terdapat luka gangrene. 11. Sistem urogenital Balance cairan pasien dalam 24 jam adalah : Intake : pasien minum 1000ml, infus 1500ml, air metabolism (5x56) 280, jadi intake Ny. S dalam 24 jam yaitu 1000+1500+280 = 2780 ml/24jam. Output : pasien BAK 1900ml, IWL (15x56) 840, jadi output Ny. S dalam 24jam yaitu 1900+840 = 2740 ml/24jam. Balance cairan Ny. S dalam 24 jam adalah intake – output = 2780 – 2740 = +40 ml. tidak ada perubahan pola berkemih, BAK berwarna kuning jernih, tidak ada distensi/ketegangan kantung kemih dan tidak ada keluhan sakit pinggang. 12. System integumen Turgor kulit elastis, temperature kulit hangat, warna kulit kemerahan, keadaan kulit baik, tidak ada kelainan kulit, kondisi kulit daerah pemasangan infus baik, tekstur rambut baik dan bersih.

13. Sistem muskuloskeletal Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak ada sakit pada tulang, sendi, kulit. Tidak ada fraktur pada ekstremitas atas maupun ekstremitas bawah, tidak ada kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktur tulang belakang, tonus otot baik dan penilaian kekuatan otot dengan nilai 5 yang artinya dapat bergerak bebas.

Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit) : Pasien mengetahui tentang penyakitnya yaitu usus buntu.

e. Data penunjang Hasil LAB pada tanggal 10 februari 2019 Hematologi 1: hemoglobin 14,5* g/dl (12-14), leukosit 17,600* u/l (500010,000), hematocrit 43% (37-43), trombosit 231,000 /ul (150,000-400,000). Hematologi: masa perdarahan 1 menit (1-6), masa pembekuan 11 menit (1015), PT (pasien) 12,6* (9,3-11,4), PT (control) 10,4, APTT (pasien) 36,2 (29,0-40,2), APTT (control) 33,2. Kimia klinik: SGOT/AST (37C) 11,1 u/l, SGPT/AST (37C) 10,3 u/l, ureum 36 mg/dl, creatinine 1,2 mg/dl, estimasi GFR (CKD-EPI) 61 ml/min/1,73 m2, glukosa darah sewaktu 150 mg/dl, elektrolit: natrium 133* mmol/L, kalium 3,4* mmol/L, chloride 107 mmol/L. Serologi/immunologi: HBsAg (Penyaring) NON REAKTIF, ANTI HCV (PENYARING) NON REAKTIF. Urine lengkap: warna KUNING, kejernihan KERUH*, berat jenis 1030 (1000-1030), reaksi/pH 6,0 (5-8,5), protein +*, bilirubin -, glukosa -, keton -, darah/Hb +*, nitrit +*, urobilinogen 0,1 (0,1-1,0 IU), lekosit ++*, sedimen: leukosit 14-15* /LPB (0-5), eritrosit 7-8* /LPB (1-3), sel epitel +, silinder -, kristal -, lain-lain -, TES KEHAMILAN : NEGATIF Hasil Radiologi USG pada tanggal 12 februari 2019 Apendisitis Perforasi.

f. Penatalaksanaan IVFD RL 500ml 14 tetes/menit, injeksi ceftriaxone 2gr (pukul 17.00 wib), injeksi rantin 50mg (pukul 05.00 dan 17.00 wib), injeksi ketorolac 30mg (pukul 05.00, 12.00 dan 18.00 wib), paracetamol tablet 500mg (pukul 05.00, 12.00 dan 18.00 wib)

g. Analisa Data Berdasarkan data yang terkumpul pada tanggal 10 Februari 2019 maka penulis mengelompokkan pada Analisa data sebagai berikut : No.

Data

Masalah

Etiologi

Nyeri

Inflamasi Apendiks

Resiko Penyebaran

Inflamasi Apendiks

PRE OP 1.

DS: Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah saat bergerak, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 8, hilang timbul dan menyebar DO: -

Keadaan umum lemah

-

Kesadaran compos mentis

-

Pasien

tampak

meringis

kesakitan -

Nyeri tekan pada abdomen regio kanan bawah

-

TTV : tekanan darah 110/70 mmHg,

frekuensi

nadi

87

kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36oC. -

Hasil

Radiologi

USG

:

Apendisitis Perforasi 2.

DS: Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah dan menyebar ±3hari DO: -

Keadaan umum lemah

-

Kesadaran compos mentis

Infeksi

-

TTV : tekanan drah 110/70 mmHg,

frekuensi

nadi

87

kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36oC - Hasil Lab : leukosit 17,600 u/L POST OP 3.

DS: -

Nyeri

Pasien mengatakan nyeri pada

Luka Insisi Pembedahan

bagian bekas operasinya -

Pasien mengatakan nyeri saat bergerak, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 7, hilang timbul

DO: -

Keadaan umum lemah

-

Kesadaran compos mentis

-

Pasien

tampak

meringis

kesakitan -

TTV : tekanan darah 110/70 mmHg,

frekuensi

nadi

98

kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 35,9oC 4.

DS:

Intoleransi Aktivitas

Kelemahan

Resiko Infeksi

Luka Insisi

Pasien mengatakan lemas DO: -

Keadaan umum lemah

-

Kesadaran compos mentis

-

Pasien

dibantu

aktivitasnya

dengan keluarga -

TTV : tekanan darah 110/70 mmHG, frekuensi nadi 98 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 35,9oC

5.

DS: Pasien mengatakan nyeri pada bagian bekas operasinya DO: -

Keadaan umum lemah

-

Kesadaran compos mentis

Pembedahan

-

Terdapat

balutan

luka

sepanjang ±8cm diabdomen -

TTV : tekanan darah 110/70 mmHg,

frekuensi

nadi

98

kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 35,9oC 6.

DS: Pasien mengatakan pusing

Resiko Perlambatan

Efek Agen

Pemulihan Pascabedah

Farmakologis

DO: -

Keadaan umum lemah

-

Kesadaran compos mentis

-

Pasien tampak masih dalam efek anastesi

-

TTV : tekanan darah 110/70 mmHg,

frekuensi

nadi

98

kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 35,9oC

3.2 Diagnosa Keperawatan Setelah data terkumpul dan dianalisa, maka dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan diantaranya : Diagnosa Keperawatan Pre OP: a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi apendiks b. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan inflamasi apendiks Diagnosa Keperawatan Post OP: a. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pembedahan b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan c. Resiko infeksi berhubungan dengan luka insisi pembedahan d. Resiko perlambatan pemulihan pasca bedah berhubungan dengan efek agen farmakologis

3.3 Perencanaan, Pelaksanaan & Evaluasi Keperawatan Post-Operasi a. Nyeri berhubungan dengan inflamasi apendiks yang ditandai dengan : Data subjektif

: Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah saat bergerak, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 8, hilang timbul dan menyebar.

Data objektif

: Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, pasien tampak meringis kesakitan, nyeri tekan pada abdomen regio kanan bawah, TTV : tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 87 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36oC, Hasil Radiologi USG : Apendisitis Perforasi.

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah keperawatan nyeri dapat teratasi.

Kriteria hasil

: pasien rileks, skala nyeri dalam batas normal (0-3), tanda-tanda vital dalam batas normal 120/80 mmHg, frekuensi nadi 60-90 kali/menit, frekuensi napas 1620 kali/menit, suhu 36,5-37,5oC.

Rencana Tindakan

:

1. Kaji keadaan umum 2. Kaji kesadaran 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Mengkaji karakteristik nyeri 5. Ajarkan Teknik relaksasi atau distraksi 6. Berikan kesempatan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman. 7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgetik

Pelaksanaan keperawatan Tanggal 10 Februari 2019 Pukul 08.00 WIB mengkaji keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital hasil : keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis GCS 15 E4,M6,V5, tekanan darah: 110/70 mmHg, frekuensi napas: 20 kali/menit, frekuensi nadi: 87 kali/menit, suhu: 36oC. Pukul 08.20 WIB, mengkaji karakteristik nyeri hasil: pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah saat bergerak, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 8, hilang timbul dan menyebar. Pukul 08.30 WIB mengajarkan Teknik relaksasi napas dalam hasil : pasien mengikuti instruksi dan pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang. Pukul 08.45 WIB memberi posisi semi fowler hasil: pasien tampak nyaman, pukul 09.20 WIB membantu aktivitas hasil: aktivitas pasien dibantu. Pukul 12.00 WIB memberii terapi injeksi obat ketorolac 30 mg via drip infus hasil: obat masuk dengan lancar dan benar. Pukul 15.00 WIB (TIM) mengkaji keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital hasil: keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36oC. Pukul 15.20 WIB mengkaji karakteristik nyeri hasil: pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah saat bergerak, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 8, hilang timbul dan menyebar. Pukul 15.30 WIB mengajarkan Teknik relaksasi napas dalam hasil : pasien mengikuti instruksi dan pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang. Pukul 15.45 WIB memberi posisi semi fowler hasil: pasien tampak nyaman, pukul 16.20 WIB membantu aktivitas hasil: aktivitas pasien dibantu. Pukul 17.00 WIB memberi terapi injeksi obat ceftriaxone 2gr Pukul 12.00 WIB memberii terapi injeksi obat ketorolac 30 mg via drip infus hasil: obat masuk dengan lancar dan benar.

Evaluasi keperawatan Tanggal 10 Februari 2019 pukul 15.00 WIB

Subjektif

: Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah saat bergerak, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 8, hilang timbul dan menyebar.

Objektif

: Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15 E4,M6,V5, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36oC, pasien mengikuti instruksi dan pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang, pasien tampak nyaman, aktivitas pasien dibantu.

Analisa

: Masalah keperawatan nyeri belum teratasi

Perencanaan : Intervensi dilanjutkan 1. Kaji keadaan umum 2. Kaji kesadaran 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Mengkaji karakteristik nyeri 5. Ajarkan Teknik relaksasi napas dalam 6. Beri posisi nyaman semi fowler 7. Bantu aktivitas

Pelaksanaan keperawatan Tanggal 11 Februari 2019 Pukul 08.00 WIB mengkaji keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital hasil keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15, E4,M6,V5, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 98 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 35,9oC, mengkaji karakteristik

nyeri hasil pasien

mengatakan sakit perut bagian kanan bawah saat bergerak, seperti ditusuktusuk, skala nyeri 8, hilang timbul dan menyebar, pukul 08.30 WIB

mengajarkan Teknik relaksasi napas dalam hasil pasien mengikuti instruksi dan pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang, pukul 08.45 WIB memberi posisi semi fowler hasil pasien tampak nyaman, pukul 09.20 WIB membantu aktivitas hasil aktivitas pasien dibantu, pukul 12.00 WIB memberii terapi injeksi obat ketorolac 30 mg via drip infus hasil obat masuk dengan lancar dan benar.

Evaluasi keperawatan Tanggal 11 Februari 2019 pukul 15.00 WIB Subjektif

: Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah saat bergerak, seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 8, hilang timbul dan menyebar.

Objektif

: Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15 E4,M6,V5, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 98 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 35,9oC, pasien mengikuti instruksi dan pasien mengatakan nyerinya sedikit berkurang, pasien tampak nyaman, aktivitas pasien dibantu.

Analisa

: Masalah keperawatan nyeri belum teratasi

Perencanaan : Intervensi dilanjutkan 1. Kaji keadaan umum 2. Kaji kesadaran 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Mengkaji karakteristik nyeri

5. Ajarkan Teknik relaksasi napas dalam 6. Beri posisi nyaman semi fowler 7. Bantu aktivitas

b. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan inflamasi apendiks yang ditandai dengan : Data subjektif

: Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah dan menyebar ±3hari.

Data objektif

: Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15, E4,M6,V5, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36oC, hasil lab leukosit 17,600 u/L.

Tujuan

: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam diharapkan masalah keperawatan

Kriteria hasil

: Tidak ada tanda-tanda infeksi, hasil lab normal leukosit 5000-10.000 u/L.

Rencana Tindakan

:

1. Kaji keadaan umum 2. Kaji kesadaran 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Kaji tanda-tanda infeksi 5. Ajarkan cara cuci tangan 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik

Perencanaan keperawatan Tanggal 10 Februari 2019 Pukul 08.00 WIB mengkaji keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital hasil keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15, E4,M6,V5, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36oC, pukul 09.00 WIB mengkaji tanda-tanda infeksi hasil lab leukosit 17,600 u/L, pukul 09.30 WIB mengajarkan cara cuci

tangan hasil pasien dan keluarga pasien memahami cara cuci tangan yang benar.

Evaluasi keperawatan Tanggal 10 Februari 2019 pukul 15.00 WIB Subjektif

: Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah dan menyebar ±3hari

Objektif

: Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15, E4,M6,V5, tekanan darah 110/80 mmHg, frekuensi nadi 90 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36oC, hasil lab leukosit 17,600 u/L, pasien dan keluarga pasien memahami cara cuci tangan yang benar.

Analisa

: Masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi belum teratasi

Perencanaan : Intervensi dilanjutkan 1. Kaji keadaan umum 2. Kaji kesadaran 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Kaji tanda-tanda infeksi 5. Ajarkan cara cuci tangan 6. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic

Perencanaan keperawatan Tanggal 11 Februari 2019 Pukul 08.00 WIB mengkaji keadaan umum, kesadaran dan tanda-tanda vital hasil keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15, E4,M6,V5, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 98 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 35,9oC, pukul 09.00 WIB mengkaji tanda-tanda infeksi hasil lab leukosit 17,600 u/L.

Evaluasi keperawatan Tanggal 11 Februari 2019 pukul 15.00 WIB Subjektif

: Pasien mengatakan sakit perut bagian kanan bawah dan menyebar

Objektif

: Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, GCS 15, E4,M6,V5, tekanan darah 110/70 mmHg, frekuensi nadi 98 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 35,9oC, hasil lab leukosit 17,600 u/L

Analisa

: Masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi belum teratasi.

Perencanaan : Intervensi dilanjutkan 1. Kaji keadaan umum 2. Kaji kesadaran 3. Monitor tanda-tanda vital 4. Kaji tanda-tanda infeksi 5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik.

Post-Operasi Perencanaan keperawatan Tanggal 12 Februari 2019 pukul

BAB 4 PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas setiap permasalahan yang di dapat pada Pasien dan membandingkan dengan teori yang ada meliputi kesamaan dan kesenjangan yang disertai dengan faktor pendukung dan penghambat dalam lingkup pembahasan mencangkup tahap-tahap dan proses keperawatan terdiri dari pengkajian

keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.

4.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................

4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................

4.3 Perencanaan Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................

4.4 Pelaksanaan Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................

4.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................

BAB 5 PENUTUP

Bab ini penulis akan menggambarkan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan Ny. S dengan apendiksitis.

5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................

5.2 Saran ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................

Related Documents

Bab 123.doc
June 2020 25
Fix Bab 123.docx
May 2020 20
Thypoid Bab 123.docx
May 2020 13
Bab 123-1.docx
June 2020 8
Bab 123.docx
May 2020 9

More Documents from "Andre"

Bab 12 Ne.docx
July 2020 13
Bab 123 Baru.docx
July 2020 14
Bab 1.docx
July 2020 5
Bab 2.docx
July 2020 9
Vine.docx
December 2019 83