1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Indonesia
merupakan
negara
berkembang
yang
mempunyai
kepadatan penduduk cukup tinggi. Penyebaran penduduk tidak merata dimana penduduk Indonesia terkonsentrasi pada suatu daerah tertentu. Disamping
itu
mengakibatkan
kondisi
perekonomian
peningkatanjumlah
indonesia
penduduk
yang
miskin.
terpuruk Hal
ini
memungkinkan peningkatan sejumlah penyakit termasuk penyakt kulit, utamanya penyakit parasit yaitu skabies. Skabies ( the itch, gudik, budukan, gatal agogo ) adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya ( Kapita Selekta Kedokteran,2000;110 ). Penyakit ini ditularkan dengan kontak jarak dekat dan dapat ditemukan pada orang - orang yang hidup dengan kondisi higiene di bawah standard. Skabies telah menyebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah beriklim tropis dan sub tropis. Faktor penunjang penyakit ini antara lain oleh beberapa faktor antara lain ; keadaan sosial ekonomi yang rendah, higiene buruk, sering berganti pasangan seksual, kesalahan diagnosis, dan peerkembangan
demografis
serta
ekologik
(
Kapita
Selekta
Kedokteran,2000;110 ). Transmisi
atau
perpindahan
skabies
antar
penderita
dapat
berkembang melalui kontak langsung dari orang ke orang yang akrab dan erat serta kontak kulit yang cukup lama. Kontak langsung terjadi bila orang tersebut hidup dan tidur bersama seperti : hidup di asrama maupun Pondok
2
Pesantren. Selain itu juga dapat melalui pakaian yang digunakan atau alat mandi yang tidak terpisahkan. Begitu jugayang terjadi di Pondok Pesantren Singo Walisongo Desa Becok Kecamatan Karangmojo berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di Pondok pesantren Singo Walisongo ddapatkan mash banak perilaku yang kurng memenuhi yarat kesehatan misalnya ; bertukr pakaan antar teman, berwudlu dalam satu kolam, mencuci dengan menggunakan air dalam satu kolam. Upaya penegahan penulran penyakit skabies sangt diperlkan untuk mencegah semakin meningkatnya angka kejadian penyakit skabies. Maka dari itu berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingi mengetahui pengetahuan santri tentang penyakit skabies dan sikap santri dalam penceghan penularan penyakit skabies serta hubungan pengetahan dan sikap santri dalam pencegahan penularan penyakit skabies. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang peneliti dapat merumuskan masalah penelitian yaitu bagaimana " hubungan antara pengetahuan dengan sikap santri dalam pencegahan penularan penyakit skabies ? " 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Menganalisa hubungan antara pengetahuan dengan sikap santri dalam pencegahan penularan penyakit skabies di Pondok Pesantren Singo Walisongo Desa Becok Kecamatan Karangmojo Kabupaten Magetan.
3
1.3.2 Tujuan Khusus 1. Identifikasi pengetahuan santri tentang penyakit skabies di Pondok Pesantren Singo Wali songo Desa Becok Kecamatan Karangmojo Kabupaten Magetan 2. Identifikasi sikap santri dalam pencegahan penularan penyakit skabies di Pondok Pesantren Singo Walisongo Desa Becok Kecamatan Karangmojo Kabupaten Magetan. 3. Menganalisa hubungan antara pengethun dengan sikap santri dalam mencegh penularan penyakit skabies di Pondok pesantren Singo Walisongo Desa Becok Kecamatan Karangmojo Kabupaten Magetan. 1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi peneliti Menambah wawasan peneliti tentang pengetahuan dan sikap santri dalam pencegahan penyakit skabies di Pondok Pesantren. 1.4.2 Bagi Pondok Pesantren 1. Dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai pengetahuan santri dan penyakit skabies 2. Dapat memberikan gambaran tentang sikap santri dalam upaya mencegah penularan penyakit skabies. 1.4.3 Bagi Perawat / Puskesmas 1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan di Pondok Pesantren khususnya dalam memberikan penyuluhan tentang kebersihan diri dan penyakit skabies. 2. Memberikan masukan kepada perawat tentang tehnik yang tepat dalam meningkatkan derajat kesehatan di Pondok Pesantren.
4
1.5 Relevansi Masalah kesehatn masyarakat dapat bermula dari pola perilaku kelompok masyarakat dalam banyak hal diantaranya adalah yang berkaitan dengan pemeliharaan kebershan diri ( personal hygiene ). Kebiasaan kebiasaan yang telah melekat dan membudaya dalam hal pemeliharaan kebersihan diri ( personal hygiene ) karena faktor ketidak tahuan / kurangnya pengetahuan, akan memberikan kontribusi yang besar dalam upaya meningkatakan angka kesakitan di masyarakat. Keberadaan perawat kesehatan masyarakat sangat dperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi di masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan yang optimal.
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan diuraikan tentang teori yang mengandung variabel - variabel mendasar dari penelitian. Penjelasan teori dimulai dari konsep pengetahuan, konsep sikap, hubungan pengetahuan dengan skap, penyakit skabies, santri dan Pondok Pesantren, kerangka konsep dan hipotesa. 2.1 Pengetahuan menurut kamus umum bahasa Indonesia, penetahuan mempunyai du pengertian. Pertama, pengetahuan adalah segala apa yang diketahui, kepandaian,.Kedua pengetahuan adalah segala apa yang dikethui berkenaan dengan sesuatu hal ( Depdikbud, 1997 ) Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensori khususnya mata dan telinga terhadap obyek tertentu.Oleh Balcon dan David Home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin. Menurut Immanuel Kant pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengaalman. Teori Phyrro mengatakan bnahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan. Dari berbagai pandangan tentang pengetahun dapat diperoleh berbagai sumber macam pengetahuan : 1. Ide 2. Kenyataan 3. Kegiatan dari akal budi 4. Pengalaman 5. Sintesis budi atau meragukn karena tak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti ( Soelaeman, 1989 : 158 )
6
Pengetahun merupakan pikiran atau pemahaman diluar atau tanapa kegiatan metode ilmiah, sifatnya dapat dogmatis, banyak spekulasi dan tidak berpijak pada kenyataan empiris. Sumber pengetahuan dapat berupa 1. Hasil pengalaman brdasarkan akal sehat ( common sense ) yang disertai mencoba -coba. 2. Intuisi yaitu pengetahuan yang diperoleh tanpa penalaran. 3. Wahyu merupakan pengeahuan yang iberikn Tuhan kepada para Nabi atau Utusan - Nya. Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif, mencakup 6 tingkatan, yaitu : 1.Tahu Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu artinya dapat mengingat atau mengingat kembali suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami Artinya kemampuan untuk menjelaskan an menginterpretasikan dengan benar tentangobyek yang diketahui. 3. Penerapan Yaitu kemampuan untuk menggunkan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan hukum, rumus, metode dalam situasi nyata. 4. Analisis Artinya adalah kemampuan untuk menguraikan obyek kedalam bagian -bagian lebh kecil, tetapi masih di dalam suatu struktur obyek tersebut dan masih terkait satu sama lain. 5.Sintesis yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang beru atau
7
kemampuan untk menyusun formulasi baru dari formulasi formulasi yang ada. 6. Evaluasi Yaitu kemampuan untuk melaukan penilaian terhadap suatu obyek. ( Sunaryo, 2004: 25 ) Faktor - faktor yang mempengaruhi Pengetahuan : 1. Faktor internal, terdiri dari ; 1. usia Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun ( Hurlock, 1995 ). Semakin cukup umur , tingkat pngetahuan seseorang akan lebih matang dalm berfikir. 2. Intelegensi. Daya membuat reaksi atau penyesuaian yang tepat dan cepat baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman pangalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta - fakta atau kodisi - kondisi baru ( Purwodarminto , 1989 ). 3. Pemahaman Kemampuan seseorang untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar ( Notoatmojo,1997 ). 4. keyakinan Kepercayaan yang sungguh - sunggu, kepastian, ketentuan,. Bagian agama atau religi yang berwujud konsep- konsep yang
8
menjadi keyakinan ( kepercayaan ) para penganutnya. ( Purwodarminto , 1989 ) 5. Sistem nilai atau kepercayaan Anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata ( purwodarminto ,1989 ) 6. Gaya hidup. Gaya hidup dijaman modern seperti ini dengan banyaknya film dan sarana hiburan yang memberikan contoh " model pergaulan modern " biasanya mendorong mereka kepada pemakaian berkelompok ( Hasmi, E, 2000 ). 2. Faktor eksternal, terdri dari : 1. Pendidikan ormal / informal Menurut Kuncoroningrat ( 1997 ) semakn tinggi tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. 2. Pergaulan / lingkungan sosial Pergaulan lingkungan sosial ada yang memberikan dampak positif dan negatif. Orang yang pergaulannya atau sering bergaul dengan orang -orang yang mempunyai pengetahuan tinggi maka secara langsung maupun tdak lansung pengetahuan yang dia milik akan bertambah pula. 3. Sarana nformsi Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu semakin banyak dan semakin jelas pula pengetian / pengetahuan yang diperoleh ( Notoadmojo, 1997,109 ). 4. Sosial, ekonomi, budaya Seseorang dengan derajat ekonomi menengah keatas tentunya dia akan mengenyam pendidikan yang lebih tinggi
9
bila ada kemauan dari indvidu tersebut. Dan ini berarti pula pengetahuan yang dimiliki semakn banyak pula. 5. Latar belakang pendidikan keluarga Semakin
tinggi
latar
belakang
pendidikan
keluarga
seseorang, misalnya sarjana maka semakin banyak pula pengetahuannnya, karena pengaruh dari anggota keluarga tersebut 2.2 Sikap 2.2.1 Pengertian Apa sebenarnya yang dmaksud sikap itu ?.Menurut beberapa ahli : a. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek ( Notoatmojo S.1997 ) b. Skap meruapakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai obyek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya ( Bimo Wagito, 2001 ). c. Sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten ( Abu Ahmadi ,1999 ). d.Menurut Gerungan (1996), attitude diartikan dengan sikap terhadap obyek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, tetapi sikap tersebut disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan objek tadi. e. Menurut Secord dan Backman (1995) adalah " Keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
10
predipsosisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek dilingkungan sekitarnya". Dari uraian di atas, penulis merumuskan bahwa yangdimaksud sikap adalah : "Kecenderungan betindak dari indivdi, berupa respons tertutup terhaap sstimulus atuaupun objek tertentu". 2.2.2 Ciri - ciri sikap Ciri -ciri sikap sebagaimana dikemukakan oleh para ahli, seperti Gerungan (1996), Abu Ahmadi (1999), Sarlito Wirawan Sarwono (2000), Bimo Walgito (2001), pada intinya sama, yaitu : a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari ( learnability ) dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan indvidu dalam hubungan dengan objek. b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehngga dapat dipelajari. c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek sikap. D Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan / banyak objek. e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar. f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan. 2.2.3 Faktor - faktor yang mempengaruh perubahan sikap 1. Faktor intern Faktor ini berasal dari dalam individu. Faktor intern ini menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat dan perhatian (faktorpsikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus (faktor fisiologis).
11
2. Faktor eksternal Faktor ini berasal dari luar indvidu, berupa stimulus untuk membentuk dan mengubah sikap.Stimulus tersebut bersifat langsung misalnya individu dengan individu. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu melalui perantara, seperti: alat komunikasi dan media massa baik elektronik maupun nonelektronik. 2.2.4 Tingkatan sikap Menurut Notoatmojo S (1997) sikap memiliki 4 tingkatan,dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu : 1. Menerima ( receiving ) Pada tingkat ini, individu ingin dan memperhatikan rangsangan ( stimlus ) yang diberikan. 2. Merespon ( responding ) Pada tingkat ini, sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya, mengerajkan dan menyelesaikan tugas yang diberikan 3. Menghargai ( valuing ) Pada tingkat ini, sikap individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. 4. Bertanggung jawab ( responsible ) Pada tingkat ini , sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala risiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. 2.2.5 Pembentukan dan Perubahan Sikap Menurut Sarlito Wirawan Sarwono ( 2000 ), ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu :
12
1. Adopsi Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui kejadian yang terjadi berulang - ulang dan terus menrus sehingga lama kelamaan secara bertahap hal tersebut akan diserap oeh individu, dan akan mempengarui pembentukan serta perubahan terhadap sikap indvidu. 2. Diferensiasi Diferensiasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena sudah dimilkinya pengetahuan, pengalaman, intelegensi, dan bertambahnya umur. 3. Integrasi Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi secara tahap demi tahap, diawali dari macam macam pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tersebut sehingga pada akhirnya akan membentuk sikap terhadap objek tersebut. 4. Trauma Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu kejadian secara tiba -tiba dan mengejutkan sehingga meningglkan kesan mendalam diri individu tersebut 5. Generalisasi Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena pengalaman traumatik pada dii individu terhadap hal tertentu, dapat menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau sebaliknya.
13
2.3 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pengetahuan berhubungan dengan persepsi artinya seberapa benar pengetahuann orang mengenal suatu objek akan menentukan persepsi mereka terhadap objek tersebut. Persepsi berkaitan dengan cara individu memandang suatu obyek dan dipengaruhi oleh informasi yang diperoleh melalui proses pengindraan. Kemampuan seseorang untuk mempersepsikan suatu objek akan berpengaruh pada seberapa tepat orang bersikap Sarwono, 1993 ). Pengetahuan yang diperoleh secara benar didukung pengalaman dan standar diri ( value ) maka akan diikuti persepsi dan sikap yang tepat. Pengetahuan yang baik terhadap suatu objek akan membentuk suatu sikap yang positif terhadap objek dan tedensi perilaku yang positif. Perilku yang dihasilkan bersifat lebih langgeng dalam kehidupan keseharian ( Roger dalam Notoatmojo, 1993 ) Menurut teori postulat konsistens dari Goleman 1999 , bahwa sikap menunjukkan hasil pengeathuan yang dimiliki seseorang dan menjadi prediksi yang akurat dari apa yang akan dialkukan seseorang bila dihadapkan pada obyek sikap. Dari berbagai penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan adn siap,.Sikap seseorang terhadap obyek perilaku sangat ditentukan oleh sebearpa besar ia memahami tentang obyek tersebut. 2.4 Penyakit Skabies 2.4.1 Pengertian Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabei var.hominis dan produknya
14
2.4.2 Penyebab ( etiologi ) Sarcoptes scabei varian hominis 2.4.3 Patogenesis Kelainan kulit disebabkan tungau skabies dan garukan gatal akibat sensitasi terhadap sekret dan ekskret tungau kurang lebih sebulan setelah ifestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papul, vesikel,, urtika, dll. Dengan garukan dapat timbul erosi, kusta, dan infeksi sekunder 2.4.4 Manifestasi klinis. Diagnosis dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal berikut : 1. Pruritus nokturna ( Gatal pada malam hari ) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. 2. Umumnya ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh aggota keluarga. 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat -tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu -abuan, berbentuk garis atau berkelok, rata- rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel.Jika tmbul infeksi sekunder ruam kulit menjadi polimorfi ( pustula, ekskoriasi).Tempat predileksi baisanya daerah dengan srtatum korneum tipis, yaitu sela -sela jari tangan pergelangan tangan bagian volar siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan. Dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada orang dewasa dan remaja dapat timbul pada kepala dan wajah. 4. Menemukan tungau merupakan hal yang paling diagnostik.
15
Pada pasien yang selalu menjaga higiene, lesi yang timbul hanya sedikit sehingga diagnostik kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit berlangsung lama dapat timbul likenifikasi, mpetig, dan furunkulosis. 2.4.5 Transmisi ( cara penularan ) Cara penularan penyakit skabies dapat melalui 2 cara : yaitu kontak langsung ( kulit dengn kulit ), misalnya berjabat tngan, tidur bersama, maupun hubungan seksual dan kontak tak langsung ( melalui benda ), misalnya saling berganti pakian, alat mandi, sprei, bantal. 2.4.6 Penatalaksanaan 1. Pada pasien diminta agar mandi dengan air yang hangat dan sabun guna menghilangkan debris yang mengelupas dari krusta dan kemudian kulit dibiarkan kering benar serta menjadi dingin. 2. Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbuklan iritasi dan toksik, tiak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian,mudah diperoleh dan harganya murah. Jenis obat topikal : 1. Belerang endap ( sulfur presipitatum ) 4- 20 % dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5% daam minyak sangat aman dan efektif. Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat menimbulkan iritasi. 2. Emulsi benzil - benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini sulit
16
diperoleh, sering memberi iritasi, dan kadang-kadang makin gatal setelah dipakai. 3. Gama benzena heksa klorida (gameksan) 1% dalam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Obat ini tadak dianjurkan pada anak dibawah 6 tahun dan wanita hamil karena toksik terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cukup sekali selama 8 jam.Jika masih ada gejala, diulangi seminggu kemudian. 4. Krotamiton 10% dalam krim atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra.Krim (eurax) hanya efektif pada 50-60% pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian rerakhir. 5. Krim permetrin 5% merupakan obat yang paling efektif dan aman karena sangat mematikan untuk parasit S, scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.Seluruh anggota keluarga dan pasangan seksual harus diobati, temasuk pasien dengan hiposensitisasi. 2.4.7 Penegahan Penularan Penyakit Skabies 2.4.7.1 Konsep dasar terjadinya penyakit Banyak teori yang dikemukakan para ahli mengenai timbulnya penyakit
diantaranya
epidemiologi triangle ).
model
segitiga
epidemiologi
(
the
17
Host ( penjamu )
Agent ( penyebab penyakit )
Environment ( environment )
Menurut model ini, apabila ada perubahan dari salah satu faktor,maka akan terjadi perubahan keseimbangan diantara mereka yang berakibat akan bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. 2.4.7.2 Proses Terjadinya Penyakit Menular Terjadinya suatu penyakit menular karena interaksi antara penjamu, agent dan ingkungan yang mempunyai beberapa komponen yaitu : penyebab penyakit, reservoir dari penyebab penyakit, tempat keluarnya penyakit-penyakit tersebut dari penjamu, cara transmisi dari orang ke orang, tempat masuknya penyebab penyakit tersebut ke penjamu yng baru, kerentanan penjamu. 2.4.7.3 Pencegahan Penularan Penyakit Skabies Seperti sudah dijelaskan bahwa timbulnya penyakit disebabkan krena adanya ketdak seimbangan anara fakor lingkunga, tuan rumah,dan penyebaaab penyakit. Usaha pencegahan penyakit terdiri dari 5 tingkatan :
18
1. Health Promotion ( mempertinggi nilai kesehatan ),usahanya : a. Penyuluhan kesehatan Meliputi : pengertian penyakit skabies, penyebab, tanda dan gejala maupun komplikasi penyakit skabies. b. Meningkatkan
kebersihan
perorangan
meliputi
:
kebersihan kulit, kuku, rambut, kebersihan pakaian dan tempat tidur. c. Memperbaiki dan meningkatkan hygiene lingkungan. 2. Specifik Protection ( perlindungan khusus ) Usahanya : isolasi penderita dengan penyakit skabies. 3. Early Diagnosis Prompt Preventive Treatment Yaitu usaha mendiagnosa pada tingkat permulaan dan memberikan pertolongan pengobatan pencegahan dengan tepat, yang
meliputi
:
masalah,penyelenggaaraan
mengumpulkan
data
/
laboratorium,
pemeriksaan
atau
menentukan orang sakit dengan seksama ( intensi case finding ), pengawasan penyakit ( follow up care ), perawatan keluarga ( home nursing ). 4. Disability limitation Yaitu usaha pembatasan kecacatan mendalam yang diakibatkan gangguan
suatu
penyakit,
gangguan
kemampuan
bekerja.Usahanya meliputi : a. Pengobatan dan perawatan yang diteliti b. Kunjungan rumah pada penderita 5. Rehabilitasi Yaitu usaha mengembalikan keadaan seseorang yang telah menderita sakit kepada keadaan semula, agar mereka dengan
19
kemampuan yang optimal dapat menyesuaikan hidup ditengah masyarakat. 2.5 Santri dan Pondok Pesantren Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, Santri adalah orang yang mendalami agama islam atau orang yang beribadat dengan sungguh sungguh di pondok pesantren. Sedangkan Pondok Pesantren adalah adalah tempat untuk tinggal dan belajar para santri.
20
21
2.7 Hipotesa Ho : Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap santri dalam pencegahan penularan penyakit skabies. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap santri dalam pencegahan penularan penyakt skabies.
22
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang desain penelitian, populasi, sampel, sampling, variabel penelitian, definisi operasional, pengolahan data dan analisa data, masalah etika dan keterbatasan. 3.1 Desain Penelitian pada penelitian ini menggunakan desain penelitian "Croos Sectional ", yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang bsama ( Notoatmojo,2005 ) Penelitian ini menggunakan jenis penelitian korelasional yaitu peneliti dapat mencari, menjelaskan hubungan dan menguji berdasarkan teori yang ada, penelitian ini bertujuan untk menunjukkan hubungan antara dua variabel ( Nursalam,2003 ) 3.2 Populasi, Sampel, dan Sampling 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian adalah setiap subjek (misalnya manusia; pasiae) yang meenuhi kriteria yang telah ditetapkan ( Notoatmojo,2005 ). Pada penelitian ini populasinya adalah seluruh santri Pondok pesantren Singo Walisongo Desa Becok Kecamatan karangmojo Kabupaten Magetan. 3.2.2 Sampel Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menetapan sampel, yaitu :
23
1. Representatif Sampel yang representatif adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada. Untuk memperoleh hasil atau kesimpulan penelitian yang menggambarkan keadaan populasi penelitian, maka sampel yang diambil harus mewakili populasi yang ada 2. Sampel harus cukup banyak Polit dan Hungler (1993) menyatakan bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh. Untuk menentukan jumlah sampel minimal yang dipandng sesuai, diambil dengan menggunakann rumus sebagai berikut : n=N 1+N (d )2 Keterangan : n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi D = Tingkat signifikasi (p) Untuk menghndari adanya kekeliruan dalam meilih sampel, mendapatkan sampel yang representatif dan hasil penelitian yang seobyektif mungkin, maka kami menetapkan kriteria sampel sebagai berikut : 3.2.2.1 Kriteria Inklusi Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari suatu populasi target yang akan diteliti (Nursalam,2003). Kriteria Inklusi dari peneltian ni adalah ; 1. Santri Pondok pesantren Singo Walisongo Desa Becok Kecamatan Karangmojo Kabup[aten Magetan yang tinggal di pondok. 2. Bersedia menjadi responden.
24
3.2.2.2 Kriteria Eksklusi Kritera eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab ( Nursalam,2003 ).Kreiteria eksklusi dari penelitian ini adalah :
☺ Santri Pondok Pesantren Singo Walisongo Desa Becok Kecamatan Karangmojo Kabupaten Magetan yang pada saat penelitian sedang tidak berada di Pondok. 3.2.3 Sampling sampling adalah suatu proses dalam menyelidiki porsi dari populasi
untuk
dapat
mewakili
populasi
(Nursalam,2003).
Cara
pengambilan sampel dari penelitian adalah probability setiap subyek dalam populasi mempunyi suatu kesempatan untuk terpilih sebagai sampel lebih dari 0 (Nursalam, 2003). Dan salah satu bagian dari probability sampling yang digunakan simple random sampling yaitu cara pengambilan sampel dari semu anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi itu. Cara ini dilakukan karena anggota populasi homogen. 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian adalah di Pondok Pesantren Singo Walisongo Desa Becok kecamatan Karangmojo Kabupaten Magetan. 3.4 Identifikasi Variabel Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap sesuau (benda, manusia,dll) (Soeparto, Taat Putra, dan Haryanto, 2000:54).Dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua variabel yaitu : variabel independent dan variabel dependent.
25
3.4.1 Variabel Independent. Adalah variabel
yang nilainya menentukan variabel lain
(Nursalam,2003). Variabel independent dalam penelitian ini adalah pengetahuan santri tentang penyakit skabies. 3.4.2 Variabel Dependent Adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain atau faktor yang diamati dan diukur untuk menentukanada tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2003). Variabel dependent dari penelitisn ni adalh sikap santri dalam mencegah penularan penyakit skabies.
26
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional
Parameter
Alat Ukur
Skala
Skor
Indepen dent: Pengeta huan
Segala sesuatu yang dimiliki santri tentang penyakit skabies di Pondok Pesantren Singo Walisongo
- Pengertian - Tanda dan gejala - Cara penularan - Penata laksanaan penyakit skabies
Kuesio ner
Ordinal
Jawaban : Benar = 1 Salah = 0
Depen Respon 1.Menerima dent : santri dalam pengertian sikap upaya penyakit pencegahan skabies penulran sebagai penyakit penyakit skabies di menular. Pondok 2.Merespon Pesantren positif Singo pencegahan Walisongo penularan penyakit skabies. 3.Menghargai pencegahan penularan. 4.bertanggung jawab terhadap upaya penceghan penularan penyakit skabies.
Kuesio ner
Dengan kategori penilaian: 1.Pengetahuan tinggi : 10-14 2.Pengetahuan sedang : 5-9 3.Pengetahuan rendah : < 5 Ordinal
Menggunakan skala : Pernyataan positif -Sangat setuju = 4 -Setuju = 3 -Tidak setuju=1 -Sangat tidak setuju= <5 Pernyataan negatif -Sangat setuju =0 -Setuju = 1 -Ragu-ragu =2 -Tidak setuju =3 -Sangat tidak setuju = 4 Dengankategori penilaian : - Sikap positif :>27 -Sikap ragu-ragu: 13-26 -Sikap negatif:<13
27