BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan karya tulis ilmiah.
1.1 Latar Belakang Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks yang berbahaya dan jika tidak ditangani dengan segera akan terjadi infeksi berat yang bias menyebabkan pecahnya lumen usus (Williams & Wilkins dalam Indri dkk, 2014).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bila mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Wim de Jong, etal ,2005 dalam
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer, 2010).
Di Indonesia insiden apendiksitis cukup tinggi, terlihat dengan adanya peningkatan jumlah pasien dari tahun ketahun. Berdasarkan data yang diperoleh dari (Depkes, 2016). Kasus apendiksitis pada tahun 2016 sebanyak 65.755 orang dan pada tahun 2017 jumlah pasien apendisitis sebanyak 75.601 orang. Survei di 12 provinsi ( Jawa Tengah, Sumatera Barat, Jawa Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Kalimantan Timur, Bali, Riau, Jambi, Sumatra Utara, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur) di Indonesia tahun 2008 menunjukan jumlah penduduk apendisitis yang dirawat di rumah sakit sebanyak 3.251 kasus. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
1
yaitu sebanyak 1.236 orang. Tahun 2009, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat apendisitis. Departemen Kesehatan Republik Indonesia menganggap apendisitis merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena mempunyai dampak besar pada kesehatan masyarakat (Setyaningrum, 2013).
2
3
Berdasarkan data Rekam Medik yang diperoleh dari Ruang Mahoni II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Jakarta diperoleh data dari bulan Januari sampai Desember 2018, jumlah pasien dengan diagnosa apendiksitis yaitu sebanyak 32 kasus atau sekitar 2% dari jumlah keseluruhan pasien rawat yang berjumlah 1.547 orang diruang Mahoni II.
Kegawatan bila apendisitis tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan perforasi apendiks, yang dapat berkembang menjadi peritonitis atau abses, selain itu komplikasi yang timbul dari apendiksitis yaitu abses subrenikus dan fokal sepsis intra abdomen lain.
Komplikasi
Berdasarkan komplikasi yang timbul maka peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan apendisitis yaitu melalui upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya promotif kita dapat melakukan Pendidikan kesehatan dengan memberikan leaflet mengenai apendisitis, menganjurkan untuk pola makan tinggi serat, upaya preventif yang dapat dilakukan yaitu menganjurkan untuk kepelayanan kesehatan, puskesmas, klinik, upaya kuratif yang dapat dilakukan yaitu berkolaborasi dengan tim medis yang lain yaitu dokter bedah untuk melakukan tindakan apendiktomi, pemberian pengobatan, dan menganjurkan pasien untuk mematuhi terapi pengobatan, serta upaya rehabilitatif yang dapat dilakukan yaitu menganjurkan pasien meneruskan terapi pengobatan yang telah diberikan dan periksa kembali kerumah sakit tepat pada waktu yang ditentukan.
Berdasarkan pentingnya peran perawat maka penulis membuat karya tulis ilmiah tentang asuhan keperawatan pada pasien apendisitis
4
1.2 Tujuan Penulisan 1.2.1
Tujuan Umum Tujuan umum dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah agar penulis dapat memperoleh pengalaman yang nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Apendisitis di Ruang Mahoni II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Jakarta.
1.2.2
Tujuan Khusus a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan apendisitis. b. Mampu menentukan masalah keperawatan pada pasien dengan apendisitis. c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan apendisitis. d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan apendisitis. e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan apendisitis. f. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus pada pasien dengan apendisitis. g. Mampu mengidentifikasi faktor – faktor pendukung, penghambat dan mencari solusi pada pasien dengan apendisitis. h. Mampu mendokumentasikan semua kegiatan keperawatan dalam bentuk narasi pada pasien dengan apendiksitis dengan benar, teliti, dan terlengkap.
5
1.3 Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penulisan karya tulis ilmiah ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Apendisitis di ruang Mahoni II Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto Jakarta yang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2019 sampai 12 Februari 2019.
1.4 Metode Penulisan Metode penulisan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah menggunakan penulisan deskriptif yaitu pengumpulan data dengan melakukan observasi terhadap semua keadaan yang terjadi.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode studi lapangan (field research)dan studi kepustakaan (library research) : a. Studi kasus b. Observasi Observasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang menggunakan indra mata. c. Pemeriksaan fisik Pengumpulan data hanya dapat dilakukan dengan Teknik pemeriksaan fisik head to toe d. dokumentasi e. Studi kepustakaan (Library research) untuk memperoleh data sekunder yaitu data yang diperoleh penulis untuk memanfaatkan data yang terlebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh pihak lain dalam bentuk publikasi ilmiah seperti buku, jurnal, majalah ilmiah dan sebagainya.
6
1.5 Sistematika Penulisan Dalam makalah ini terdapat lima bab yang ditampilkan diantaranya sebagai berikut : Bab satu berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab dua berisi tinjauan teori yang terdiri dari pengertian, patofisiologi, etiologi, proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan, terapi, tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan, pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan. Bab tiga berisi tinjauan kasus yang terdiri dari pengkajian keperawatan diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Bab empat berisi pembahasan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Bab lima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran. Daftar Pustaka. Lampiran.
BAB 2 TINJAUAN TEORI
Bab ini menggambarkan tentang tinjauan teori yang menjelaskan tentang konsep penyakit apendiksitis yang terdiri dari pengertian, patofisiologi, etiologi, proses perjalanan penyakit, manifestasi klinik, komplikasi, penatalaksanaan terapi, tindakan medis yang bertujuan untuk pengobatan. Tinjauan teori selanjutnya adalah tentang asuhan keperawatan pada Ny. S yang mengalami apendiksitis yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan yang terkait dengan penulisan karya tulis ilmiah apendisitis.
2.1
Pengertian Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10-30 tahun (Mansjoer, 2010).
Apendisitis merupakan peradangan pada Apendiks yang berbahaya jika tidak ditangani dengan segera di mana terjadi infeksi berat yang bisa menyebabkan pecahnya lumen usus (Williams & Wilkins, 2011).
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum (cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang umumnya berbahaya (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), apendisitis diklasifikasikan menjadi 3 yaitu : a. Apendisitis akut Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteria. Dan faktor pencetusnya disebabkan oleh sumbatan lumen apendiks. Selain itu hyperplasia jaringan limf, fikalit (tinja/batu), tumor apendiks dan cacing askaris yang dapat menyebabkan 9 sumbatan dan juga erosi mukosa apendiks karena parasite (E. histolytica). b. Apendisitis rekurens Apendisitis rekures yaitu jika ada riwayat nyeri berulang diperut kanan bawah yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan yang apendiksitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun apendisitis tidak pernah kembali kebentuk aslinya karena terjadi fibrosis dan jaringan parut. c. Apendisitis kronis Apendiditis kronis memiliki semua gejala riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik (fibrosis menyeluruh di dinding apendiks, sumbatan parsial atau lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan infiltasi sel inflamasi kronik), dan keluhan menghilang setelah apendiktomi.
2.2
Patofisiologi 2.2.1 Etiologi Faktor penyebab utama terjadinya apendisitis akut adalah obstruksi pada lumen apendiks vermiformis.Terdapatnya mucus yang tebal atau adanya massa 15 feses yang masuk ke dalam apendiks melalui caecum merupakan penyebab terjadinya obsruksi. Mukus maupun feses kemudian mengeras seperti batu (fekalit) lalu menutup lubang penghubung antara apendiks dengan caecum (Jay & Marks, 2016).
Erosi mukosa apendiks vermiformis akibat parasit E.histolytica merupakan penyebab lain yang dapat menimbulkan apendisitis (Sjamsuhidayat, 2010).
Kebiasaan makan makanan yang rendah serat serta kandungan lemak dan gula yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya apendisitis. Serta pengaruh konstipasi juga dapat menimbulkan apendisitis, konstipasi dapat menaikkan tekanan intrasekal yang kemudian dapat berakibat munculnya sumbatan fungsional apendiks vermiformis dan meningkatkan pertumbuhan kuman flora kolon. Ditemukannya bakteri aerob dan anaerob pada kasus apendisitis seperti Escherichia coli menunjukkan bakteri yang terlibat dalam apendisitis sama dengan penyakit kolon lainnya, saat gejala semakin berat organisme seperti Proteus, Klebsiella, Streptococcus dan Pseudomonas dapat ditemukan (Norton, et al., 2008).
2.2.2 Proses Perjalanan Penyakit Apendisitis biasanya disebabkan oleh penyumbatan lumen apendiks oleh hiperplasia folokel limfoid, fekalit, benda asing, striktutur karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, atau neoplasma. Obstruksi tersebut menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa mengalami bendungan. Makin lama mukus tersebut makin banyak, namun elastisitas dinding apendiks mempunyai keterbatasan sehingga menyebabkan peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yang meningkat tersebut akan menghambat aliran limfe yang mengakibatkan edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri epigastrium. Apabila sekresi mukus terus berlanjut, tekanan akan terus meningkat. Hal tersebut akan menyebabkan obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dinding. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritonium setempat sehingga menimbulkan nyeri di daerah kanan bawah. Keadaan ini disebut dengan apendisitis supuraktif akut.
Apabila kemudian aliran arteri terganggu akan terjadi infark dinding apendiks yang diikuti dengan gangren. Stadium disebut dengan apendisitis gangrenosa. Bila dinding yang rapuh itu pecah, akan terjadi apendisitis perforasi. Bila proses di atas berjalan lambat, omentum dan usus yang berdekatan akan bergerak ke arah apendiks hingga timbul suatu massa lokal yang disebut infiltrat apendikularis. Oleh karena itu tindakan yang paling tepat adalah apendiktomi, jika tidak dilakukan tindakan segera 14 mungkin maka peradangan apendiks tersebut dapat menjadi abses atau menghilang (Mansjoer, 2012).
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus (Munir, 2011).
2.2.3 Manifestasi Klinik Menurut Baughman & Hackley (2016), manifestasi klinis apendisitis meliputi: a. Nyeri kuadran bawah biasanya disertai dengan demam derajat rendah, mual dan seringkali muntah. b. Pada titik McBurney (terletak dipertengahan antara umbilicus dan spina anterior dari ilium) nyeri tekan setempat karena tekanan dan sedikit kaku dari bagian bawah otot rektus kanan. c. Nyeri alih mungkin saja ada, letak apendiks mengakibatkan sejumlah nyeri tekan, spasm otot, dan konstipasi atau diare kambuhan. d. Tanda rovsing (dapat diketahui dengan mempalpasi kuadran kanan bawah, yang menyebabkan nyeri pada kuadran kiri bawah).
e. Jika terjadi rupture apendiks, maka nyeri akan menjadi lebih melebar; terjadi distensi abdomen akibat ileus paralitik dan kondisi memburuk.
2.2.4 Komplikasi Komplikasi yang sering terjadi apabila apendisitis tidak ditangani dengan baik adalah terjadinya perforasi dan peritonitis. Pada anak sering terjadi perforasi yang disebabkan oleh dinding apendiks yang masih tipis, daya tahan tubuh masih masih lemah, dan omentum anak yang masih belum berkembang. Sedangkan komplikasi yang sering terjadi setelah operasi adalah infeksi, terutama infeksi pada luka subkutan dan rongga abdomen (Sjamsuhidayat, 2010).
Komplikasi yang terjadi pasca operasi menurut Mansjoer (2012) : a. Perforasi apendiks Perforasi adalah pecahnya appendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal sakit, tetapi meningkat tajam sesudah 24 jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif pada 70% kasus dengan gambaran klinis yang timbul dari 36 jam sejak sakit, panas lebih dari 38,5 derajat celcius, tampak toksik, nyeri tekan seluruh perut dan leukositosis. Perforasi dapat menyebabkan peritonitis. 16 b. Peritonitis Peritonitis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila
infeksi
tersebar
luas
pada
permukaan
peritoneum
menyebabkan timbulnya peritonitis umum. Aktivitas peristaltic berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus meregang dan hilangnya cairan elektrolit mengakibatkan dehidrasi, syok, gangguan sirkulasi dan oligouria. Peritonitis disertai rasa sakit perut yang semakin hebat, nyeri abdomen, demam dan leukositosis.
c. Abses Abses merupakan peradangan apendisitis yang berisi pus. Teraba masa lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Masa ini mula-mula berupa flegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus. Hal ini terjadi bila apendisitis gangrene atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum.
2.3
Penatalaksanaan 2.3.1 Terapi Peritonitis umum yang terjadi dapat dilakukan operasi untuk menutup asal perforasi dan tindakan penunjang adalah tirah baring dalam posisi semi fowler, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian 9 penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dan dilanjutkan antibiotik yang sesuai hasil kultur, tranfusi untuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif. Apabila terbentuk abses apendik, terapi dini yang dapat diberikan adalah kombinasi antibiotik (ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Menggunakan sediaan ini, maka abses akan menghilang dan dapat dilakukan apendektomi 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif dan abses yang menonjol ke arah rektum atau vagina dengan fluktuasi positif harus segera dilakukan drainase (Mansjoer, 2012).
2.3.2 Tindakan Medis Yang Bertujuan Untuk Pengobatan Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang apendiks meliputi : a. Pemeriksaan fisik 1. Inspeksi : akan tampak adanya pembengkakan (swelling)rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi). 2. Palpasi : didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri(Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.
3. Dengan tindakan tungkai bawah kanan dan paha diteku kuat/tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka rasa nyeri di perut semakin parah (proas sign). 4. Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. 5. Suhu dubur yang lebih tinggi dari suhu ketiak, lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu. 6. Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji psoas akan positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol.
b. Pemeriksaan Laboratorium Kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga 10.00018.000/mm3 . Jika peningkatan lebih dari itu, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
c. Pemeriksaan Radiologi 1. Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. 2. Ultrasonografi (USG) 3. CT Scan 4. Kausu kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen dan apendikogram.
2.4
Pengkajian Keperawatan
2.5
Diagnosa Keperawatan
2.6
Perencanaan Keperawatan
2.7
Pelaksanaan Keperawatan
2.8
Evaluasi Keperawatan
BAB 3 TINJAUAN KASUS
Pada bab ini penulis akan menguraikan tentang Asukan Keperawatan pada Ny. S dengan apendiksitis di Ruang Mahoni II Rumah Sakit Bhayangkara TK I Raden Said Sukanto Jakarta. Asuhan Keperawatan dilakukan selama 3 hari mulai dari tanggal 10 sampai dengan 12 Februari 2019 dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
3.1 Pengkajian Keperawatan a. Identitas Pasien N.y Sunariyah, perempuan, usia 29 tahun, menikah, agama islam, suku bangsa jawa, Pendidikan SMA, Bahasa yang digunakan Indonesia, pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Jl. Dukuh V RT 06 RW 03 Kramat Jati Jakarta Timur, sumber biaya BPJS, sumber informasi pasien. b. Resume Pasien dating ke IGD RS POLRI pada tanggal 09 Februari 2019 pukul 22.14 wib. Pasien dating dengan keluhan pusing, mual, muntah dua kali, nyeri perut kanan bawah, demam satu hari, badan lemas, BAB dab BAK lancer, riwayat tidak ada. Keadaan umum lemah, kesadaran compos mentis, pasien tampak lemas, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah 110/80 mmhg, frekuensi nadi 87 kali/menit, frekuensi napas 20 kali/menit, suhu 36,5oC, hasil pemeriksaan laboraturium pada tanggal 10 februari 2019, hemoglobin 14,5 g/dl, leukosit 17,600 u/l, hematocrit 43%, trombosit 231,000/ul.
Masalah keperawatan yang muncul adalah nyeri, tindakan keperawatan mandiri yaitu mengukur tanda-tanda vital, memberi posisi nyaman, mengajarkan Teknik relaksasi napas dalam, kolaborasi yaitu, pemasangan IVFD RL 500 14 tetes/menit, mengambil sampel darah, memberikan injeksi rantin 1x50mg via intravena, memberikan injeksi ketorolac 1x30mg via intravena, dan memberikan paracetamol tablet 500mg. tujuan belum tercapai, tindakan keperawatan dilanjutkan.
Pasien mendapatkan perawatan di Ruang Mahoni II dan masuk keparwatan pada tanggal 10 Februari 2019 pukul 16.00 wib, pasien direncanakan tindakan apendiktomi pada tanggal 12 Februari 2019, pada ruang perawatan
pasien di instruksikan puasa pada tanggal 10 Februari 2019 pukul 16.00 wib. Masalah keperawatan yang muncul nyeri. Tindakan yang sudah dilakukan diruangan perawatan adalah mengukur tanda-tanda vital, melanjutkan terapi IVFD RL 14 tetes/menit, pada tanggal 10 februari 2019 pasien konsul untuk memeriksa keadaan sebelum melakukan tindakan operasi antara lain, pemeriksaan lab yaitu Hematologi 1, hemoglobin 14,5* g/dl (12-14, leukosit 17,600* u/l (5000-10,000), hematocrit 43% (37-43, trombosit 231,000 (150,000-400,000), hematologi, masa perdarahan 1 menit (1-6), masa pembekuan 11 menit (10-15), PT (pasien) 12,6* (9,3-11,4) PT (control) 10,4, APTT (pasien) 36,2 (29,0-40,2), APTT (control) 33,2, kimia klinik, SGOT/AST (37C) 11,1 u/l, SGPT/ALT (37C) 10,3 u/l, ureum 36 mg/dl, creatinine 1,2 mg/dl, estimasi GFR (CKD-EPI) 61 ml/min/1,73m2, glukosa darah sewaktu 150 mg/dl, elektrolit natrium 133* mmol/l, kalium 3,4* mmol/l, chloride 107 mmol/l, serologi/immunologi, HBsAg (Penyaring) NON REAKTIF, ANTI HCV (PENYARING) NON REAKTIF, URINE LENGKAP, warna KUNING, kejernihan KERUH*, berat jenis 1030 (1000-1030), reaksi pH 6,0 (5-8,5), protein +*, bilirubin -, glukosa -, keton -, darah/Hb +*, nitrit +*, urobilonogen 0,1 (0,1-1,0 IU), lekosit ++*, sedimen leukosit 14-15* /LPB (0-5), eritrosit 7-8* /LPB (1-3), sel epitel +, silinder -, kristal -, lain-lain -, TES KEHAMILAN NEGATIF, Hasil pemeriksaan radiologi USG pada tanggal 12 Februari 2019 Apendisitis Perforasi, setelah itu dilakukan konsul anastesi dan disetujui untuk dilakukan tindakan operasi.
Pasien dilakukan tindakan laparatomi pada tanggal 12 Februari 2019 pukul 10.30 wib dan selesai pukul 15.00 wib, pasien mendapatkan anastesi spinal, setelah tindakan operasi selesai pasien kembali tiba di Ruang Mahoni II pukul 15.30 wib dengan keadaan umu lemah, kesadaran compos mentis, pasien mengatakan lemas, pusing dan nyeri pada bagian bekas operasi, kondisi luka operasi dibalut perbam secara rapih dan bersih ±8cm. evaluasi keperawatan secara umum masalah nyeri belum teratasi, tujuan belum tercapai, tindakan keperawatan dilanjutkan.
c. Riwayat Kesehatan Riwayat kesehatan sekarang: keluhan utama sakit perut bagian kanan bawah, factor pencetus saat bergerak, timbulnya keluhan mendadak, lamanya ±10 menit, upaya mengatasi berobat ke klinik. Riwayat kesehatan masalalu : riwayat penyakit sebelumnya tidak ada, riwayat alergi tidak ada, riwayat pemakaian obat tidak ada Riwayat kesehatan keluarga :
Penyakit yang ada pernah diderita oleh anggota keluarga yang menjadi factor risiko : tidak ada. Riwayat psikososial dan spiritual : orang terdekat orang tua, suami dan anak. Pola komunikasi baik, pembuat keputusan diri sendiri, kegiatan dimasyarakat arisan, dampak penyakit klien terhadap keluarga: keluarga khawatir terhadap penyakit yang diderita pasien, masalah yang mempengaruhi klien : tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa, mekanisme koping terhadap stress : makan, persepsi klien terhadap penyakitnya, hal yang sangat dipikirkan saat ini : cepat sembuh dari penyakitnya dan dapat beraktivitas seperti buasa, harapan setelah menjalani perawatan : sembuh, perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit L tidak nafsu makan dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa, system nilai kepercayaan, nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan : tidak ada, aktivitas agama/kepercayaan yang dilakukan : sholat dan berdoa, kondisi lingkungan rumah bersih.
Pola kebiasaan Pola nutrisi Frekuensi makan sebelum sakit 3 kali/hari dirumah sakit 3 kali/hari, nafsu makan sebelum sakit baik dirumah sakit tidak baik, porsi makanan sebelum sakit 1 porsi sesudah sakit ½ porsi, makanan yang tidak disukau tidak ada, makanan yang membuat alergi tidak ada, makanan pantangan tidak ada,
makanan diet tidak ada, penggunaan obat-obatan sebelum makan tidak ada, penggunaan alat bantu tidak ada Pola eliminasi Bak : frekuensi sebelum sakit 7 kali/hari dirumah sakit 7kali/hari, warna sebelum sakit kuning jernih dirumah sakit kuning jernih, keluhan tidak ada, penggunaan alat bantu tidak ada, Bab : frekuensi sebelum sakit
3.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
3.3 Perencanaan, Pelaksanaan & Evaluasi Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
BAB 4 PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas setiap permasalahan yang di dapat pada Pasien dan membandingkan dengan teori yang ada meliputi kesamaan dan kesenjangan yang disertai dengan faktor pendukung dan penghambat dalam lingkup pembahasan mencangkup tahap-tahap dan proses keperawatan terdiri dari pengkajian keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.
4.1 Pengkajian Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
4.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
4.3 Perencanaan Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
4.4 Pelaksanaan Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
4.5 Evaluasi Keperawatan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
BAB 5 PENUTUP
Bab ini penulis akan menggambarkan kesimpulan dan saran berdasarkan hasil studi kasus asuhan keperawatan Ny. S dengan apendiksitis.
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................
5.2 Saran ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ........................................................................................................................... ...........................................................................................................................