Askep Hiv Remaja.docx

  • Uploaded by: novasanjayayase
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Hiv Remaja.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,887
  • Pages: 12
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN REMAJA HIV/AIDS

A. Pengkajian a. Identitas pasien.  Nama  Umur  Jenis kelamin  Suku/bangsa  Agama  Status perkawinan  Pendidikan/pekerjaan  Bahasa yang digunakan  Alamat

:Tn. ABC : 24 Tahun : Laki-laki : Banten/Indonesia. : Kristen Katholik : Belum kawin : SMA Makasar : Indonesia : Jl. Garuda

b. Alasan masuk rumah sakit  Alasan dirawat : mencret sejak 1 bulan yang lalu, malam keringat dingin dan kadang demam serta tubuh terasa lemah.  Keluhan utama : Diare tak terkontrol tanpa merasakan sakit perut penyebab tidak diketahui, dengan faktor yang memperberat adalah bila bergerak dan usaha yang dilakukan adalah diam. c. Riwayat kesehatan  Riwayat kesehatan sebelum sakit ini : pasien sebelumnya tidak pernah sakit serius kecuali batuk dan pilek.  Riwayat kesehatan sekarang : Sejak 8 tahun, yang lalu pasien mengkonsumsi obat putaw dengan cara suntik. Karena menggunakan obat terlarang akhirnya dikucilkan oleh saudara-saudaranya. Klien memakai obat karena merasa terpukul akibat ditinggal menginggal ibunya. Sejak 1 bulan yang lalu klin mencretmencret 3-5 kali sehari. Sejak 15 hari yang lalu mencretnya makin keras dan tak terkontrol. Klien tgl 10-1-2016, memeriksakan diri ke UGD RSUD nabire.  Riwayat kesehatan keluarga : Kedua orang tua sudah meninggal, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau PMS. Tidak ada penyakit bawaan dalam keluarga klien.

B. Pengkajian Kasus Kelolaan a) Aktivitas hidup sehari – hari Aktivitas seharihari A. Makan dan minum 1. Nutrisi

2. Minum

B. Eliminasi

C. Istirahat dan tidur

D. Aktivitas

E. Kebersihan diri

Pre-masuk rumah sakit Pola makan tidak teratur, tetapi tidak ada napsu makan, terutama jika sudah memakai obat. Minum air putih dengan jumlah tidak tentu kadang minuman keras.

Di rumah sakit

Pola makan 3 kali/hari bubur, namun tidak ada napsu makan, nyeri saat menelan, makan hanya 1/2 porsi. Minum air putih 2-3 gelas dan teh hangat 2-3 gelas. Mencret 5 X/hari,, seperti Mencret dengan lendir, tidak bercampur frekuensi 5-7 X/hari, darah dan berbau. BAK 2 encer, tidak ada isi X hari dan tidak ada tanpa diikuti sakit perut kelainan. dan BAK 2 X/hari serta tidak ada kelainan. Pasien tidak bisa istirahat Pasien istirahat di dan tidur karena terus tempat tidur saja. keluar memcret serta Pasien tidak bisa perasaan tidak menentu istirahat dan tidur akibat tidak dapat putaw karena terus keluar sejak 20 hari. mencret serta perasaan tidak menentu akibat tidak dapat putaw sejak 20 hari. Pasien sebagai guide Pasien mengatakan freelance sejak sebulan tidak bisa melakukan tidak bekerja. aktivitasnya karena lemah, merasa tidak berdaya dan cepat lelah. Pasien partial care. Jarang dilakukan. Mandi dibantu petugas, dan menggosok gigi dilakukan di tempat tidur. Hambatan dalam

F. Rekreasi

Tidak ada, hanya dengan memakai putaw.

melakukan kebersihan diri adalah lemah . Hanya ingin bercerita dengan petugas.

b) Psikososial.  Psikologis : pasien belum tahu penyakit yang dialaminya, klien hanya merasa ditelantarkan oleh teman dan keluarganya. Klien punya kaka di Bandung, tetapi sejak lama tidak berkomunikasi.Klien tidak percaya dengan kondisinya sekarang. Mekanisme koping pasrah. Klien ingin diperlakukan manusiawi. Klien pada tanggal 14-1-2002 bermaksud melakukan bunuh diri dengan menjatuhkan diri dari lantai II akibat merasa tidak berguna lagi.  Sosial : sejak 8 tahun sudah berkomunikasi dengan keluarga sejak ayah dan ibunya meninggal, teman-temanya sebagian pemakai putaw yang sekarang entah dimana.  Spiritual : Pada waktu sehat sangat jarang ke Gereja. Klien minta didampingi Pastur Jelanti dari Menara Kathedral Surabaya.

C. Pemeriksaan Fisik TTV : Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 37,8oC BB : 40 kg  Head to toe :  Kepala: Bentuk bulat, dan ukuran normal, kulit kepala nampak kotor dan berbau, Rambut ikal, nampak kurang bersih.  Mata (penglihatan). Ketajaman penglihatan dapat melihat, konjungtiva anemis, refleks cahaya mata baik, tidak menggunakan alat bantu kacamata.  Hidung (penciuman).





    





Bentuk dan posisi normal, tidak ada deviasi septum, epistaksis, rhinoroe, peradangan mukosa dan polip. Fungsi penciuman normal. Telinga (pendengaran). Serumen dan cairan, perdarahan dan otorhoe, peradangan, pemakaian alat bantu, semuanya tidak ditemukan pada pasien. Ketajaman pendengaran dan fungsi pendengaran normal. Mulut dan gigi. Ada bau mulut, perdarahan dan peradangan tidak ada, ada karang gigi/karies. Lidah bercak-bercak putih dan tidak hiperemik serta tidak ada peradangan pada faring. Leher. Kelenjar getah bening tidak membesar, dapat diraba, tekanan vena jugularis tidak meningkat, dan tidak ada kaku kuduk/tengkuk. Thoraks. Pada inspeksi dada simetris, bentuk dada normal. Auskultasi bunyi paru normal. Bunyi jantung S1 dan S2 tunggal. Tidak ada murmur. Abdomen. Inspeksi tidak ada asites, palpasi hati dan limpa tidak membesar, ada nyeri tekan, perkusi bunyi redup, bising usus 14 X/menit. Repoduksi Penis normal, lesi tidak ada. Ekstremitas Klien masih mampu duduk berdiri dan berjalan sedikit, tetapi cepat lelah. Ektremitas atas kanan terdapat tatoo dan pada tangan kiri tampak tanda bekas suntikan. Integumen. Kulit keriput, pucat, akral hangat.

Pemeriksaan Penunjang a) Laboratorium : Tanggal : 10-1 2016 Hb : 8,7 Leukosit : 8,8 Trombosit : 208 PCV : 0,25 b) Terapi : tanggal 14-1-2016  Diet TKTP  RL 14 X/mnt  Cotimoxazol : 2 X II tab  Corosorb : 3 X 1 tab  Valium : 3 X 1 tab

 Klasifikasi Data Data Subyektif  Pasien mengatakan lemah, cepat lelah, bila melaukan aktivitas, terbatas.  Pasien mengatakan kadang demam.  Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan  Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari  Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan temantemannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur Jelantik dari Gereja Katedral.

Data Obyektif  Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus,dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N: 120 x/ mnt R: 22 x/ mnt SB: 37,8oC  BB : 40 kg Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit  Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis

 Analisa Data Data Ds : Pasien mengatakan kadang demam Do : Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 38,oC Ds : Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari. Do : Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit Ds : Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan. Do : Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis

Penyebab

Masalah

Immunocompromised

Resiko Infeksi

Diare intake cairan

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan

Intake yang tidak adekuat

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ds : Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan temantemannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur. Do : Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal 14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri dari lantai II.

Harga diri rendah

Resiko bunuh diri

D. Diagnosa Keperawatan berdasarkan Prioritas a) Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat b) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat c) Resiko infeksi b/d immunocompromised d) Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIV/AIDS (DIAGNOSA, INTERVENSI,)

No.

Diagnosa Keperawatan

1

Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan yang berlebihan, diare berat, ditandai dengan : Ds : Pasien mengatakan diare sejak 1 bulan yang lalu, mengatakan menceret 5-7 kali/hari, kadang demam dan keringat pada malam hari, minum 2-3 gelas/hari. Do : Turgor masih baik, inkontinensia alvi, BAB encer, membran mukosa kering, bising usus meningkat 20 X/menit

Tujuan Keseimbangan cairan dan elektrolit dipertahankan dengan kriteria intake seimbang output, turgor normal, membran mukosa lembab, kadar urine normal, tidak diare setelh 3 hari perawatan.



   

2

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake yang tidak adekuat ditandai dengan : Ds :

Setelah satu 4 hari perawatan pasien mempunyai intake kalori dan protein yang



Rencana Keperawatan Intervensi Monitor tanda-tanda dehidrasi.

Monitor intake dan ouput

Anjurkan untuk minum peroral Atur pemberian infus dan eletrolit : RL 20 tetes/menit. Kolaborasi pemberian antidiare antimikroba

Monitor kemampuan mengunyah dan menelan.



  





Rasional Volume cairan deplesi merupakan komplikasi dan dapat dikoreksi. Melihat kebutuhan cairan yang masuk dan keluar. Sebagai kompensasi akibat peningkatan output. Memenuhi kebutuhan intake yang peroral yang tidak terpenuhi. Mencegah kehilangan cairan tubuh lewat diare (BAB).

Mengetahui jenis makanan yang lebih cocok

Pasien mengatakan tidak ada nafsu makan, saat menelan sakit, mengatakan tidak bisa menghabiskan porsi yang disiapkan. Do : Lemah, 4 hari tidak makan, mulut kotor, lemah, holitosis, lidah ada bercak-bercak keputihan, Hb 8,7g/dl, pucat, konjungtiva anemis

adekuat untuk memenuhi kebutuhan metaboliknya dengan kriteria pasien makan, serum albumin dan protein dalam batas normal, menghabiskan porsi yang disiapkan, tidak nyeri saat menelan, mulut bersih.







3

Resiko infeksi b/d immunocompromised ditandai dengan : Ds : Pasien mengatakan kadang demam Do : Keadaan umum : Pasien tampak lemah, kurus, dan pucat Kesadaran : Compos Mentis TD : 110/70 mmHg N : 120 x/ mnt R : 22 x/ mnt SB : 37,8oC

Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan komplikasinya dengan kriteria tak ada tanda-tanda infeksi baru, lab tidak ada infeksi oportunis, tanda vital dalam batas normal, tidak ada luka atau eksudat.

 





Monitor intake dan ouput.



Rencanakan diet dengan pasien dan orang penting lainnya.Anjurkan oral hygiene sebelum makan.



Anjurkan untuk beri makanan ringan sedikit tapi sering.Timbang TB/BB



Monitor tanda-tanda infeksi baru. gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen. Atur pemberian antiinfeksi

 





Untuk membandingkan kebutuhan dengan suplai sehingga diharapkan tidak terjadi kurang nutrisi Untuk mengurangi kotoran dalam mulut yang dapat menurunkan nafsu makan.

Untuk mengatasi penurunan keluhan makan Untuk pengobatan dini

Mencegah pasien terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit.

Mencegah bertambahnya infeksi

Mempertahankan kadar

4

Resiko bunuh diri b/d harga diri rendah ditandai Setelah 4 hari klien tidak dengan : membahayakan dirinya Ds : sendiri secara fisik. Klien merasa diasingkan oleh keluarga dan temantemannya, klien tidak punya uang lagi, klien merasa frustasi karena tidak punya teman dan merasa terisolasi. Minta dipanggilkan Pastur. Do : Mencoba melakukan percobaan bunuh diri tanggal 14-1-2016, dengan berusaha menceburkan diri dari lantai II.









 



sesuai order . Waspada pada setiap ancaman bunuh diri

darah yang terapeutik.  Karena tanda tersebut sebagai tanda permintaan tolong

Jauhkan semua benda berbahaya dari lingkungan klien



Observasi secara ketat



Observasi jika klien minum obat



Komunikasikan kepedulian perawat kepada klien.



Waspada jika tiba-tiba menjadi tenang dan tampak tentram



Dukung perilaku positif klien.



Untuk mencegah penggunaan benda tersebut untuk tindakan bunuh diri Untuk mencegah jika ditemukan gejala perilaku bunuh diri Obat mengandung antidepresan dapat mengurangi perilaku bunuh diri klien. Untuk meningkatkan harga diri klien Karena hal tersebut merupakan suatu cara mengelabui petugas. Meningkatkan harga diri klien

Related Documents


More Documents from "lusiyana"