ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIV AIDS DENGAN HEPATITIS
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
DIAN NOVAN SETIAWAN HIJRIYATI WULANDARI PURWANINGSIH RUDI OKTAVIANTO TH. YUNI ERAWATI TUTI INDRAWANA
/ / / / /
NIM : 142012018185P NIM : 142012018306P NIM : 142012018309P NIM : 142012018311P NIM : 142012018212P NIM : 142012018214P
(KELAS II-C KONVERSI )
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HIV AIDS DENGAN HEPATITIS
A. PENDAHULUAN 1. Hubungan HIV AIDS dengan Hepatitis Berbicara mengenai virus hepatitis tidak bias terlepas dari masalah HIV dan AIDS , mengingat Indonesia merupakan daerah dengan epidemic HIV yang terkonsentrasi pada populasi beresiko. Jika virus Hepatitis A dan E dapat ditularkan melalui fecal oral dapat dicegah melalui hidup bersih dan sehat. Sedangkan Hepatitis B dan D yang umumnya ditularkan melalui media cairan tubuh ( darah, cairan semen dan vagina ) dan hepatitis C yang ditularkan melalui kontak dengan darah penderita ini memiliki kesamaan media penularan HIV. Oleh karena itu penderita hepatitis B,C dan Dmemiliki kemungkinan untuk tertular virus HIV. Orang yang HIV AIDS sering terkena virus Hepatitis sekitar sepertiganya memiliki penyakit infeksi bersamaan dengan HBV atau HCV, yang dalam jangka panjang akan menyebabkan kematian. Virus hepatitis dengan lebih cepat menyerang kerusakan hati pada penderika HIV dibandingkan mereka yang tidk terinfeksi HIV Koinfeksi adalah infeksi simultan oleh dua virus. Salah satu kasus koinfeksi yang sering terjadi adalah infeksi Hepatitis B Virus (HBV),HCV pada orang yang telah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Hal ini terjadi karena kedua virus tersebut memiliki kesamaan jalur transmisi.
2. Contoh Jurnal Penelitian Koinfeksi human immunodeficiency virus dan hepatitis b virus pada orang bertato di cimahi Patricia Gita Naully, S.Si., M.Si Program Studi Analis Kesehatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jenderal Achmad Yani Cimahi
[email protected]
ABSTRAK Koinfeksi adalah infeksi simultan oleh dua virus. Salah satu kasus koinfeksi yang sering terjadi adalah infeksi Hepatitis B Virus (HBV) pada orang yang telah terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV). Hal ini terjadi karena kedua virus tersebut memiliki kesamaan jalur transmisi, salah satunya melalui pembuatan tato menggunakan jarum yang terkontaminasi. Peminat tato di Indonesia semakin bertambah, begitu pula di kota Cimahi. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan keberadaan kasus koinfeksi HIVHBV pada orang bertato di Cimahi. Pengambilan spesimen berupa serum dilakukan pada 50 orang responden yang telah memenuhi kriteria yaitu mengisi informed consent, berdomisili di Cimahi, memiliki tato permanen, tidak berganti-ganti pasangan, tidak menggunakan narkoba jarum suntik, dan belum pernah melakukan transfusi darah. Keberadaan anti-HIV dan HBsAg dalam serum dideteksi menggunakan imunokromatografi dengan tingkat sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Dari 50 orang responden yang terdiri dari 25 orang perempuan dan 25 orang laki-laki dengan rentang usia antara 17-48 tahun, didapatkan dua orang (4%) yang positif terinfeksi HIV dan satu orang (2%) positif terinfeksi HBV. Penelitian ini membuktikan adanya satu kasus koinfeksi HIV-HBV yang terjadi pada orang bertato di Cimahi. Kata Kunci: anti- HIV, HBsAg, koinfeksi, tato HIV adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. HIV akan mengurangi jumlah sel T di dalam tubuh dan dapat menyebabkan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). AIDS adalah kegagalan sistem kekebalan tubuh secara progresif yang memungkinkan terjadinya infeksi oportunistik seperti Hepatitis, kandidiasis mulut, tuberkulosis, dan Cytomegalovirus (Sarma dan Oliveras, 2013). Selain infeksi oportunistik, orang yang terinfeksi HIV juga dapat mengalami koinfeksi yaitu infeksi simultan oleh dua virus. Salah satu kasus koinfeksi yang sering terjadi pada penderita HIV adalah infeksi HBV (Riyaniarti dkk, 2015). HBV adalah virus yang menginfeksi organ hati. Sebanyak 70-90% penderita HIV di Amerika Serikat juga terinfeksi oleh HBV. 90% penderita HIV yang menggunakan jarum suntik tidak steril juga terpapar oleh hepatitis B (positif antiHBc) dan 60% memiliki riwayat infeksi dengan adanya antibodi permukaan hepatitis B (anti-HBs)
(Harania dkk, 2008). Pada 260 pasien yang dinyatakan positif HIV di salah satu Rumah Sakit di Nigeria, 11,5% diantaranya positif terinfeksi HBV dan 2,3% diantaranya positif terinfeksi Hepatitis C Virus (HCV)(Adewole dkk, 2009). Berdasarkan penelitian Sepsatya (2011), angka kejadian koinfeksi HIVhepatitis pada salah satu Rumah Sakit di Semarang dari tahun 2009 hingga 2010 cukup tinggi, yaitu sebanyak 36 pasien dari 132 pasien HIV, dengan angka koinfeksi hepatitis B lebih tinggi dibandingkan koinfeksi hepatitis C dan campuran hepatitis B dan C, yaitu 26 pasien (19,7%). Koinfeksi HBV pada pasien HIV dapat meningkatkan resiko hepatotoksik akibat toksisitas obat antiretroviral (Riyaniarti dkk, 2015). Studi yang dilakukan pada 5293 pasien selama 16 tahun (Januari 1984 - Maret 2000) menunjukkan bahwa individu dengan koinfeksi HIV-HBV memiliki resiko kematian sebanyak 14 kali lebih besar dibandingkan individu yang tidak terinfeksi HIV dan hepatitis B (Bratanata dkk, 2015). Koinfeksi HBV diketahui dapat ditemukan pada penderita HIV karena kesamaan jalur transmisinya (Mohammadi dkk., 2009). Kedua virus tersebut dapat ditransmisikan secara vertikal dari ibu ke anak dan secara horizontal melalui interaksi seksual, transfusi darah, penggunaan narkoba jarum suntik, dan pembuatan tato menggunakan jarum yang terkontaminasi (Patel dkk, 2014). Kini tato tidak hanya digunakan oleh para penjahat atau suatu komunitas tertentu, tetapi banyak anak muda yang menjadikannya sebagai gaya hidup. Tren pembuatan tato juga melanda kota Cimahi. Tren ini perlu diwaspadai mengingat cukup tingginya angka kasus HIV dan infeksi Hepatitis di kota Cimahi. Terbukti pada penelitian sebelumnya, terdapat beberapa kasus infeksi HIV, HBV, dan Hepatitis C Virus (HCV) pada orang bertato di Cimahi (Naully dkk, 2017). Namun penelitian tersebut hanya menggunakan 30 sampel dengan jumlah sampel laki-laki yang lebih banyak dari perempuan. Selain itu, penelitian tersebut hanya mendeskripsikan gambaran kasus infeksi HIV, HBV, dan HCV tanpa meninjau kasus koinfeksi yang terjadi pada sampel. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukan keberadaan kasus koinfeksi HIV-HBV pada orang bertato di Cimahi dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan sebanding antara laki-laki dan perempuan.
B. TINJAUAN KASUS 1. Deskripsi Kasus Tn. R (35 tahun) datang ke rumah sakit dengan Tidak nafsu makan Nyeri perut kanan bagian atas, nyeri bagian ulu hati, mual/muntah dan diare. Keluhan diperberat sekitar 1 minggu ini. Berat badan turun. TD : 100/60 mmHg, Nadi: 56 kali/menit, Pernafasan: 20 kali/ menit suhu badan 36,7 derajat celcius. Klien mengatakan tidak paham penyakitnya. 2. Pengkajian Keperawatan a. Identitas Pasien Nama
: Rizky Pratama
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 35 tahun
Agama
: Islam
Tgl Masuk
: 16 Maret 2019
Tgl Pengkajian
: 16 Maret 2019
No. RM
: 00.84.65
Pekerjaan
: Pekerja Swasta
Alamat
: Jl. Cempaka 1 RT 03 RW 04 Ambarawa kab
Pringsewu b. Keluhan Utama Tidak nafsu makan Nyeri perut kanan bagian atas, nyeri bagian ulu hati, mual/muntah dan diare. Keluhan diperberat sekitar 1 minggu ini. Berat badan turun. c. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien masuk ke IGD Rumah Sakit Mitra Husada Pringsewu pada tanggal 16 Maret 2019 jam 04.15 dengan keluhan Tidak nafsu makan Nyeri perut kanan bagian atas, nyeri bagian ulu hati, mual/muntah dan diare. Keluhan diperberat sekitar 1 minggu ini. Berat badan turun. Selama di IGD pasien mendapatkan Terapi cairan rehidrasi kristaloid 250 cc selanjutnya
20 tts/menit. Setelah mendapat perawatan di IGD pasien
dipindahkan ke ruang Isolasi Aster dengan keadaann umum lemas, kesadaran composmetis. Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil TD 100/60 mmHg, T 36,7oC, HR 56 x/menit, RR 24
x/menit. Pasien terpasang DC (+) dengan urine berwarna teh pekat,Infus RL 10 tp/menit. d. Riwayat Penyakit Terdahulu Badan lemas, BAK berwarna teh pekat, BAB cair dalam 2 minggu ini. e. Riwayat Penyakit dalam Keluarga
:
Tidak ada f. Tanda-tanda Vital TD
: 100/60 mm/Hg
HR
: 56 x/mnt
T
: 36,70C
RR
: 24x/mnt
Skala Nyeri
:3
TB
: 170 cm
BB
: 50 Kg
g. Diagnosa Medis Hepatitis B h. Pola kebiassaan 1. Aktifitas/istirahat DS : Kelemahan, kelelahan, malaise umum 2. Sirkulasi DO: HR: Bradycardia, Ikterik pada sklera, kulit, dan membran mukosa 3. Eliminasi DO : Urine berwarna gelap (kecoklatan) seperti the volume urine: 500cc/7jam, Diare 4. Makanan/cairan DS: Pasien mengatakan ia tidak selera makan karena nyeri abdomen dan mual. DO: Makanan tidak dihabiskan, Penurunan BB 5. Nyeri/kenyamanan DS : Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan atas.Gatal-gatal (pruritus), turgor kulit tidak elastis DO : Otot tegang, gelisah. 6. Pernapasan
DO : 24x/mnt 7. Penyuluhan/pengajaran DS : Riwayat diketahui/mungkin terpajan virus i. Therapi Medis -
Tirah baring
-
Diet BB
-
IVFD RL 20 tts/menit
-
Inj. Metoclopramid 1amp/8jam
-
Curcuma 3x1
j. Hasil Pemeriksaan Lengkap Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Keterangan
Faal Hati Bilirubin total/Direk Bilirubin Total
1,09
Mg/dl
0,1-1,2
Bilirubin Direk
0,83
Mg/dl
0-0,2
Alkali
500
U/L
53-128
SGOT
80
U/L
<37
SGPT
78
U/L
<41
α- GT
527
U/L
<49
HBsAg
Positif
Dewasa
Phosphatase
Negatif Cut Off=0,13
Anti HBs
Positif
(Titer)
(>01)
Anti HAV
Negatif
mLU/ml
-
+ >=10 mLU/ml
-
Total Anti HCV elisa
<10
<15 + >=20
Negatif
-
k. Analisa Data No 1
Data DS:
Etiologi
Pasien mengatakan ia tidak- Intake tidak adequat
Masalah Gangguan Nutrisi
selera makan karena nyeri abdomen
kurang dari
dan mual.
kebutuhan tubuh
DO: Makanan tidak dihabiskan. BB menurun BB: 50Kg 2
DS: Pasien mengatakan bahwa badan- Kelemahan umum
Intoleransi
terasa lemah dan lemas.
Aktifitas
DO: Pasien tampak lemas TD 100/60mmHg 3
DS: Pasien mengatakan BAB cair- Kehilangan
Resiko
dalam 2 minggu ini
terhadap
berlebihan melalui
tinggi
DO: Pasien tampak lemas, mengalami muntah dan diare
kekurangan
muntah dan diare, turgor kulit tidak
volume cairan
elastic 4
DS:
Pasien
mengatakan
bahwa- Akumulasi garam
Resiko
tinggi
kulitnya sering terasa gatal.
empedu dalam
terhadap kerusakan
DO: pruritas
jaringan
integritas kulit
3. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d Intake tidak adequt 2. Intoleransi aktifitas b/d Kelemahan Umum 3. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare 4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Rencana Asuhan Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
1. Gangguan nutrisi kurang dari
Noc :
1. Memperlihatkan Status
Nic : 2. Manajemen Nutrisi : Membantu
kebutuhan tubuh
Gizi : Asupan Makanan dan
atau meyediakan asupan
b/d Intake tidak
Cairan, yang dibuktikkan
makanan dan cairan diet
adequat
oleh indikator sebagai
seimbang.
berikut:
3. Manajemen Cairan / Elektrolit
1 = Tidak adekuat
Mengatur dan mencegah
2 = Sedikit adekuat
komplikasi akibat perubahan
3 = Cukup adekuat
kadar cairan dan elektrolit.
4 = Adekuat
4. Bantuan Perawatan-Diri :
5 = Sangat adekuat Menunjukkan Selera
Makan : membantu individu untuk makan.
Makan yang adekuat. 5. Pemantauan Nutrisi : Mencapai Berat Badan
Mengumpulkan dan menganalisis
Massa Tubuh yang
data pasien untuk mencegah dan
ideal.
meminimalkan kurang gizi.
Status gizi : asupan gizi : keadekuatan pola asupan zat gizi yang biasanya.
2. Intoleransi
Noc :
Nic :
Aktivitas b.d
Menunjukkan
Management energy :
Kelemahan
teknik/perilaku yang
Umum
memampukan kembali
pasien yang
melakukan aktifitas.
menyebabkan kelelahan
Melaporkan kemampuan
Kaji status fisiologis
Anjurkan klien
melakukan peningkatan
mengungkapkan perasaan
toleransi aktifitas dengan
secara verbal
indicator : Aktivitas mandiri Mampu melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan aktivitas fisik Evaluasi secara bertahap kenaikan level aktifitas pasien Lakukan ROM aktif/pasif untuk menghilangkan ketegangan otot Berikan kegiatan pengalihan yang menenangkan untuk meningkatkan relaksasi
3. Resiko tinggi
Noc :
Nic :
terhadap
Keseimbangan Cairan : 1. Manajemen Elektrolit :
kekurangan
Keseimbangan cairan dalam Meningkatkan keseimbangan
volume cairan
ruang intrasel dan ekstrasel
elektrolit dan mencegah
b/d kehilangan
tubuh, dengsn indicator :
komplikasi akibat kadar elektrolit
berlebihan
Haemodinamik normal
serum yang tidak normal atau
melalui muntah
Kelembaban
diluar harapan.
dan diare
membrane mukosa Berat badan normal
2. Manajemen Cairan : Meningkatkan keseimbangan cairan dan pencegahan
3.
komplikasi akibat kadar cairan yang abnormal. 3. Manajemen Hipovolemia : Mengekspansi volume cairan intravaskular pada pasien yang mengalami penurunan volume cairan. 4. Pemantauan Nutrisi : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan malnutrisi. 5. Terapi Intravena (IV) : Memberikan dan memantau cairan dan obat intravena 6. Manajemen Cairan/Elektrolit : Mengatur dan mencegah komplikasi akibat perubahan kadar cairan dan elektrolit.
5. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Tanggal : 16 – 03 - 2019
Tgl/
Dx
Implementasi
Evaluasi SOAP
Jam 16/03/2018
1
Menyajikan makanan dalam
Jam 14.00 S : Klien mengatakan nafsu makan
porsi hangat Memberikan
berkurang O:
injeksi
Terpasang IVFD Aminofusin
metoclopramid
TD 100/65mmHg
1amp/8jam
Nadi 60x/menit
Memberikan
menghabiskan makan 3
cairan infuse
16/03/2018
II
sendok makan
aminofusin dan
A : Masalah belum teratasi
curcuma 3x1tb
P : Lanjutkan intervensi
Membantu aktifitas klien Menciptakan
Jam 14.00 S : Klien mengatakan masih lemah O:
lingkungan yang
Klien bedrest
nyaman
TD 100/65mmHg Nadi 60x/menit Aktivitas dibantu A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi
16/03/2018
III
Mengukur vital sign Menghitung balance cairan Memberikan
S : Klien mengatakan masih muntah O: TD : 100/65mmHg Nadi : 60x/mnt Turgor kulit tidak elastic
therapi cairan
Urine output 2cc/KgBB/Jam
RL sesuai advis
Intake cairan : 560 cc
dokter
Intake oral : 200 cc
Berkolaburasi
Out put urine 500 cc
Paraf
dengan dokter
BC : 113 cc
untuk
A: Masalah belum teratasi
pemeriksaan
P : Lanjutkan intervensi
elektrolit
DAFTAR PUSTAKA Ahern, Wilkinson.2012.Buku saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta. EG
Doengoes, E Marlyn. 2008. Asuhan Keperawatan. Jakarta . EGC Wilkinson Ahern. 2012. BUKU SAKU Diagnosis Keperawatan Edisi 9
NANDA NIC NOC. Jakarta. EGC Diposting oleh AdiN di 00.27 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Adewole, O.O, Anteyi, E., Ajuwon, Z., dkk. 2009. Hepatitis B and C Virus Co- infection in Nigerian Patients with HIV Infection, J Infect Developing Countries, 3: 369–375
Bratanata, J., Gani, R.A., Karjadi, T.H. 2015. Proporsi Infeksi Virus Hepatitis B Tersamar Pada Pasien yang Terinfeksi Human Immunodeficiency Virus,
Jurnal Penyakit Dalam Indonesia, 2(3): 126-132 Dahlan, M.S. 2016. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat. Jakarta: Epidemiologi Indonesia.
Harania, R.S., Karuru, J., Nelson, M., dkk. 2008. HIV, Hepatitis B and Hepatitis C Coinfection in Kenya, AIDS, 22(10): 1221-1229
Jafari, S., Copes, R., Baharlou, S., dkk. 2010. Tattooing and The Risk of Transmission of Hepatitis C: A Systematic Review and Meta-Analysis, International Journal of Infectious Disease, 14: 928-940
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pelayanan Laboratorium Pemeriksa HIV dan Infeksi Oportunistik