Askep Hiv Aids Wahyu.docx

  • Uploaded by: Avni Manan
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Hiv Aids Wahyu.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,807
  • Pages: 40
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HIV/AIDS

Oleh WAHYU LATINAPA

POLTEKKES KEMENKES PALU PRODI NERS 2019

LAPORAN PENDAHULUAN A.

DEFINISI Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi

atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Pengertian AIDS menurut beberapa ahli antara lain: 1. AIDS adalah infeksi oportunistik yang menyerang seseorang dimana mengalami penurunan sistem imun yang mendasar ( sel T berjumlah 200 atau kurang )dan memiliki antibodi positif terhadap HIV. (Doenges, 1999) 2. AIDS adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV. (Sylvia, 2005) B.

ETIOLOGI HIV yang dahulu disebut virus limfotrofik sel T manusia tipe III (HTLV-III) atau virus

limfadenapati (LAV), adalah suatu retrovirus manusia sitopatik dari famili lentivirus. Retrovirus mengubah asam ribonukleatnya (RNA) menjadi asam deoksiribonukleat (DNA) setelah masuk ke dalam sel pejamu. HIV -1 dan HIV-2 adalah lentivirus sitopatik, dengan HIV-1 menjadi penyebab utama AIDS diseluruh dunia. Genom HIV mengode sembilan protein yang esensial untuk setiap aspek siklus hidup virus. Dari segi struktur genomik, virus-virus memiliki perbedaan yaitu bahwa protein HIV-1, Vpu, yang membantu pelepasan virus, tampaknya diganti oleh protein Vpx pada HIV-2. Vpx meningkatkan infektivitas (daya tular) dan mungkin merupakan duplikasi dari protein lain, Vpr. Vpr diperkirakan meningkatkan transkripsi virus. HIV-2, yang pertama kali diketahui dalam serum dari para perempuan Afrika barat (warga senegal) pada tahun 1985, menyebabkan penyakit klinis tetapi tampaknya kurang patogenik dibandingkan dengan HIV-1 (Sylvia, 2005)

1.

Cara Penularan

Cara penularan AIDS ( Arif, 2000 )antara lain sebagai berikut :

a) Hubungan seksual, dengan risiko penularan 0,1-1% tiap hubungan seksual b) Melalui darah, yaitu:  Transfusi darah yang mengandung HIV, risiko penularan 90-98%  Tertusuk jarum yang mengandung HIV, risiko penularan 0,03%  Terpapar mukosa yang mengandung HIV,risiko penularan 0,0051%  Transmisi dari ibu ke anak : a) Selama kehamilan b) Saat persalinan, risiko penularan 50% c) Melalui air susu ibu(ASI)14% C.

PATOFISIOLOGI Penyakit AIDS disebabkan oleh Virus HIV. Masa inkubasi AIDS diperkirakan antara 10

minggu sampai 10 tahun. Diperkirakan sekitar 50% orang yang terinfeksi HIV akan menunjukan gejala AIDS dalam 5 tahun pertama, dan mencapai 70% dalam sepuluh tahun akan mendapat AIDS. Berbeda dengan virus lain yang menyerang sel target dalam waktu singkat, virus HIVmenyerang sel target dalam jangka waktu lama. Supaya terjadi infeksi, virus harus masuk ke dalam sel, dalam hal ini sel darah putih yang disebut limfosit. Materi genetik virus dimasukkan ke dalam DNA sel yang terinfeksi. Di dalam sel, virus berkembangbiak dan pada akhirnya menghancurkan sel serta melepaskan partikel virus yang baru. Partikel virus yang baru kemudian menginfeksi limfosit lainnya dan menghancurkannya. Virus menempel pada limfosit yang memiliki suatu reseptor protein yang disebut CD4, yang terdapat di selaput bagian luar. CD4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit.Sel-sel yang memiliki reseptor CD4 biasanya disebut sel CD4+ atau limfosit T penolong. Limfosit T penolong berfungsi mengaktifkan dan mengatur sel-sel lainnya pada sistem kekebalan (misalnya limfosit B, makrofag dan limfosit T sitotoksik), yang kesemuanya membantu menghancurkan sel-sel ganas dan organisme asing. Infeksi HIV menyebabkan hancurnya limfosit T penolong, sehingga terjadi kelemahan sistem tubuh dalam melindungi dirinya terhadap infeksi dan kanker. Seseorang yang terinfeksi oleh HIV akan kehilangan limfosit T penolong melalui 3 tahap selama beberapa bulan atau tahun. Seseorang yang sehat memiliki limfosit CD4 sebanyak 800-

1300 sel/mL darah. Pada beberapa bulan pertama setelah terinfeksi HIV, jumlahnya menurun sebanyak 40-50%. Selama bulan-bulan ini penderita bisa menularkan HIV kepada orang lain karena banyak partikel virus yang terdapat di dalam darah. Meskipun tubuh berusaha melawan virus, tetapi tubuh tidak mampu meredakan infeksi. Setelah sekitar 6 bulan, jumlah partikel virus di dalam darah mencapai kadar yang stabil, yang berlainan pada setiap penderita. Perusakan sel CD4+ dan penularan penyakit kepada orang lain terus berlanjut. Kadar partikel virus yang tinggi dan kadar limfosit CD4+ yang rendah membantu dokter dalam menentukan orang-orang yang beresiko tinggi menderita AIDS. 1-2 tahun sebelum terjadinya AIDS, jumlah limfosit CD4+ biasanya menurun drastis. Jika kadarnya mencapai 200 sel/mL darah, maka penderita menjadi rentan terhadap infeksi. Infeksi HIV juga menyebabkan gangguan pada fungsi limfosit B (limfosit yang menghasilkan antibodi) dan seringkali menyebabkan produksi antibodi yang berlebihan. Antibodi ini terutama ditujukan untuk melawan HIV dan infeksi yang dialami penderita, tetapi antibodi ini tidak banyak membantu dalam melawan berbagai infeksi oportunistik pada AIDS. Pada saat yang bersamaan, penghancuran limfosit CD4+ oleh virus menyebabkan berkurangnya kemampuan sistem kekebalan tubuh dalam mengenali organisme dan sasaran baru yang harus diserang. Setelah virus HIVmasuk ke dalam tubuh dibutuhkan waktu selama 3-6 bulan sebelum titer antibodi terhadap HIVpositif. Fase ini disebut “periode jendela” (window period). Setelah itu penyakit seakan berhenti berkembang selama lebih kurang 1-20 bulan, namun apabila diperiksa titer antibodinya terhadap HIV tetap positif (fase ini disebut fase laten) Beberapa tahun kemudian baru timbul gambaran klinik AIDS yang lengkap (merupakan sindrom/kumpulan gejala). Perjalanan penyakit infeksi HIVsampai menjadi AIDS membutuhkan waktu sedikitnya 26 bulan, bahkan ada yang lebih dari 10 tahun setelah diketahui HIV positif. (Heri : 2012) D.

TANDA DAN GEJALA Gejala penyakit AIDS sangat bervariasi. Berikut ini gejala yang ditemui pada penderita

AIDS : 

Panas lebih dari 1 bulan,



Batuk-batuk,



Sariawan dan nyeri menelan,



Badan menjadi kurus sekali,



Diare ,



Sesak napas,



Pembesaran kelenjar getah bening,



Kesadaran menurun,



Penurunan ketajaman penglihatan,



Bercak ungu kehitaman di kulit.

Gejala penyakit AIDS tersebut harus ditafsirkan dengan hati-hati, karena dapat merupakan gejala penyakit lain yang banyak terdapat di Indonesia, misalnya gejala panas dapat disebabkan penyakit tipus atau tuberkulosis paru. Bila terdapat beberapa gejala bersama-sama pada seseorang dan ia mempunyai perilaku atau riwayat perilaku yang mudah tertular AIDS, maka dianjurkan ia tes darah HIV. Pasien AIDS secara khas punya riwayat gejala dan tanda penyakit. Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer akut yang lamanya 1 – 2 minggu pasien akan merasakan sakit seperti flu. Dan disaat fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan, diare, neuropati, keletihan ruam kulit, limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral. Dan disaat fase infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama penentuan kondisi AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain termasuk menibgitis, kandidiasis, cytomegalovirus, mikrobakterial, atipikal 1.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) Acut gejala tidak khas dan mirip tanda dan gejala penyakit biasa seperti demam berkeringat, lesu mengantuk, nyeri sendi, sakit kepala, diare, sakit leher, radang kelenjar getah bening, dan bercak merah ditubuh. 2.Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) tanpa gejala Diketahui oleh pemeriksa kadar Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam darah akan diperoleh hasil positif.

3.Radang kelenjar getah bening menyeluruh dan menetap, dengan gejala pembengkakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh selama lebih dari 3 bulan. E.

MANIFESTASI KLINIS Gambaran klinis infeksi HIV dapat disebabkan HIV-nya sendiri (sindrom retroviral akut,

demensia HIV), infeksi ofortunistik, atau kanker yang terkait AIDS. Perjalanan penyakit HIV dibagi dalam tahap-tahap berdasarkan keadaan klinis dan jumlah CD4.( Arif Mansjoer, 2000 ) 1.

Infeksi retroviral akut Frekuensi gelaja infeksi retroviral akut sekitar 50-90%. Gambaran klinis menunjukkan

demam, pembesaran kelenjar, hepatoplemagali, nyeri tenggorokan, mialgia, rash seperti morbili, ulkus pada mukokutan, diare, leukopenia, dan limfosit atipik. Sebagian pasien mengalami gangguan neorologi seperti mrningitis asepik, sindrom Gillain Barre, atau psikosis akut. Sindrom ini biasanya sembuh sendiri tanpa pengobatan. 2.

Masa asimtomatik Pada masa ini pasien tidak menunjukkan jegala,tetapi dapat terjadi limfadenopati umum.

Penurunan jumlah CD4 terjadi bertahap, disebut juga masa jendela (window period). 3.

Masa gejala dini Pada masa ini julah CD4 berkisar antar 100-300. Gejala yang timbul adalah akibat infeksi

pneumonia bakterial, kandidosis vagina, sariawan, herped zoster, leukoplakia, ITP, dan tuberkolosis paru. Masa ini dulu disebut AIDS Related Complex(ARC) 4.

Masa gejala lanjut Pada masa ini jumlah CD4 dibawah 200. Penurunan daya tahan ini menyebabkan risiko

tinggi rendahnya infeksi oportunistik berat atau keganasan F.

KOMPLIKASI Adapun komplikasi kien dengan HIV/AIDS (Arif Mansjoer, 2000 ) antara lain : 1. Pneumonia pneumocystis (PCP)

2. Tuberculosis (TBC) 3. Esofagitis 4. Diare 5. Toksoplasmositis 6. Leukoensefalopati multifocal prigesif 7. Sarcoma Kaposi 8. Kanker getah bening 9. Kanker leher rahim (pada wanita yang terkena HIV)

G.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan diagnostic untuk penderita AIDS (Arif Mansjoer, 2000) adalah 1.

Lakukan anamnesi gejala infeksi oportunistik dan kanker yang terkait dengan AIDS.

2.

Telusuri perilaku berisiko yang memmungkinkan penularan.

3.

Pemeriksaan fisik untuk mencari tanda infeksi oportunistik dan kanker terkait. Jangan lupa perubahan kelenjar, pemeriksaan mulut, kulit, dan funduskopi.

4.

Dalam pemeriksaan penunjang dicari jumlah limfosot total, antibodi HIV, dan pemeriksaan Rontgen.

Bila hasil pemeriksaan antibodi positif maka dilakukan pemeriksaan jumlah CD4, protein purufied derivative (PPD), serologi toksoplasma, serologi sitomegalovirus, serologi PMS, hepatitis, dan pap smear. Sedangkan pada pemeriksaan follow up

diperiksa jumlah CD4. Bila >500 maka

pemeriksaan diulang tiap 6 bulan. Sedangkan bila jumlahnya 200-500 maka diulang tiap 3-6 bulan, dan bila <200 diberikan profilaksi pneumonia pneumocystis carinii. Pemberian profilaksi INH tidak tergantung pada jumlah CD4. Perlu juga dilakukan pemeriksaan viral load untuk mengetahui awal pemberian obat antiretroviral dan memantau hasil pengobatan.

Bila tidak tersedia peralatan untuk pemeriksaan CD4 (mikroskop fluoresensi atau flowcytometer) untuk kasus AIDS dapat digunakan rumus CD4 = (1/3 x jumlah limfosit total)-8. H.

PENATALAKSANAAN MEDIS

1.

Apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV), maka terapinya yaitu (Endah

Istiqomah : 2009) : a.

Pengendalian Infeksi Opurtunistik Bertujuan

menghilangkan,mengendalikan,

dan

pemulihan

infeksi

opurtunistik,

nasokomial, atau sepsis. Tidakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus dipertahankan bagi pasien dilingkungan perawatan kritis. b.

Terapi AZT (Azidotimidin) Disetujui FDA (1987) untuk penggunaan obat antiviral AZT yang efektif terhadap AIDS,

obat ini menghambat replikasi antiviral Human Immunodeficiency Virus (HIV) dengan menghambat enzim pembalik traskriptase. AZT tersedia untuk pasien AIDS yang jumlah sel T4 nya <>3 . Sekarang, AZT tersedia untuk pasien dengan Human Immunodeficiency Virus (HIV) positif asimptomatik dan sel T4 > 500 mm3 c.

Terapi Antiviral Baru Beberapa antiviral baru yang meningkatkan aktivitas system imun dengan menghambat

replikasi virus / memutuskan rantai reproduksi virus pada prosesnya. Obat-obat ini adalah : o Didanosine o Ribavirin o Diedoxycytidine o Recombinant CD 4 dapat larut d.

Vaksin dan Rekonstruksi Virus

Upaya rekonstruksi imun dan vaksin dengan agen tersebut seperti interferon, maka perawat unit khusus perawatan kritis dapat menggunakan keahlian dibidang proses keperawatan dan penelitian untuk menunjang pemahaman dan keberhasilan terapi AIDS. 2.

Diet Penatalaksanaan diet untuk penderita AIDS (UGI:2012) adalah

a.

Tujuan Umum Diet Penyakit HIV/AIDS adalah: 

Memberikan intervensi gizi secara cepat dengan mempertimbangkan seluruh aspek dukungan gizi pada semua tahap dini penyakit infeksi HIV.



Mencapai dan mempertahankan berat badan secara komposisi tubuh yang diharapkan, terutama jaringan otot (Lean Body Mass).



Memenuhi kebutuhan energy dan semua zat gizi.



Mendorong perilaku sehat dalam menerapkan diet, olahraga dan relaksasi.

b.

Tujuan Khusus Diet Penyakit HIV/AIDS adalah: 

Mengatasi gejala diare, intoleransi laktosa, mual dan muntah.



Meningkatkan kemampuan untuk memusatkan perhatian, yang terlihat pada: pasien dapat membedakan antara gejala anoreksia, perasaan kenyang, perubahan indra pengecap dan kesulitan menelan.



Mencapai dan mempertahankan berat badan normal.



Mencegah penurunan berat badan yang berlebihan (terutama jaringan otot).



Memberikan kebebasan pasien untuk memilih makanan yang adekuat sesuai dengan kemampuan makan dan jenis terapi yang diberikan.

c.

Syarat-syarat Diet HIV/AIDS adalah: 

Energi tinggi. Pada perhitungan kebutuhan energi, diperhatikan faktor stres, aktivitas fisik, dan kenaikan suhu tubuh. Tambahkan energi sebanyak 13% untuk setiap kenaikan Suhu 1°C.



Protein tinggi, yaitu 1,1 – 1,5 g/kg BB untuk memelihara dan mengganti jaringan sel tubuh yang rusak. Pemberian protein disesuaikan bila ada kelainan ginjal dan hati.



Lemak cukup, yaitu 10 – 25 % dari kebutuhan energy total. Jenis lemak disesuaikan dengan toleransi pasien. Apabila ada malabsorpsi lemak, digunakan lemak dengan ikatan rantai sedang (Medium Chain Triglyceride/MCT). Minyak ikan (asam lemak omega 3) diberikan bersama minyak MCT dapat memperbaiki fungsi kekebalan.



Vitamin dan Mineral tinggi, yaitu 1 ½ kali (150%) Angka Kecukupan Gizi yang di anjurkan (AKG), terutama vitamin A, B12, C, E, Folat, Kalsium, Magnesium, Seng dan Selenium. Bila perlu dapat ditambahkan vitamin berupa suplemen, tapi megadosis harus dihindari karena dapat menekan kekebalan tubuh.



Serat cukup; gunakan serat yang mudah cerna.



Cairan cukup, sesuai dengan keadaan pasien. Pada pasien dengan gangguan fungsi menelan, pemberian cairan harus hati-hati dan diberikan bertahap dengan konsistensi yang sesuai. Konsistensi cairan dapat berupa cairan kental (thick fluid), semi kental (semi thick fluid) dan cair (thin fluid).



Elektrolit. Kehilangan elektrolit melalui muntah dan diare perlu diganti (natrium, kalium dan klorida).



Bentuk makanan dimodifikasi sesuai dengan keadaan pasien. Hal ini sebaiknya dilakukan dengan cara pendekatan perorangan, dengan melihat kondisi dan toleransi pasien. Apabila terjadi penurunan berat badan yang cepat, maka dianjurkan pemberian makanan melalui pipa atau sonde sebagai makanan utama atau makanan selingan.



Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering.



Hindari makanan yang merangsang pencernaan baik secara mekanik, termik, maupun kimia.

d.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian Diet AIDS diberikan pada pasien akut setelah terkena infeksi HIV, yaitu kepada pasien

dengan: a) Infeksi HIV positif tanpa gejala. b) Infeksi HIV dengan gejala (misalnya panas lama, batuk, diare, kesulitan menelan, sariawan dan pembesaran kelenjar getah bening). c) Infeksi HIV dengan gangguan saraf.

d) Infeksi HIV dengan TBC. e) Infeksi HIV dengan kanker dan HIV Wasting Syndrome. Makanan untuk pasien AIDS dapat diberikan melalui tiga cara, yaitu secara oral, enteral(sonde) dan parental(infus). Asupan makanan secara oral sebaiknya dievaluasi secara rutin. Bila tidak mencukupi, dianjurkan pemberian makanan enteral atau parental sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. Ada tiga macam diet AIDS yaitu Diet AIDS I, II dan III. 1)

Diet AIDS I Diet AIDS I diberikan kepada pasien infeksi HIV akut, dengangejala panas tinggi,

sariawan, kesulitan menelan, sesak nafas berat, diare akut, kesadaran menurun, atau segera setelah pasien dapat diberi makan.Makanan berupa cairan dan bubur susu, diberikan selama beberapa hari sesuai dengan keadaan pasien, dalam porsi kecil setiap 3 jam. Bila ada kesulitan menelan, makanan diberikan dalam bentuk sonde atau dalam bentuk kombinasi makanan cair dan makanan sonde. Makanan sonde dapat dibuat sendiri atau menggunakan makanan enteral komersial energi dan protein tinggi. Makanan ini cukup energi, zat besi, tiamin dan vitamin C. bila dibutuhkan lebih banyak energy dapat ditambahkan glukosa polimer (misalnya polyjoule). 2)

Diet AIDS II Diet AIDS II diberikan sebagai perpindahan Diet AIDS I setelah tahap akut teratasi.

Makanan diberikan dalam bentuk saring atau cincang setiap 3 jam. Makanan ini rendah nilai gizinya dan membosankan. Untuk memenuhi kebutuhan energy dan zat gizinya, diberikan makanan enteral atau sonde sebagai tambahan atau sebagai makanan utama. 3)

Diet AIDS III Diet AIDS III diberikan sebagai perpindahan dari Diet AIDS II atau kepada pasien

dengan infeksi HIV tanpa gejala. Bentuk makanan lunak atau biasa, diberikan dalam porsi kecil dan sering. Diet ini tinggi energy, protein, vitamin dan mineral. Apabila kemampuan makan melalui mulut terbatas dan masih terjadi penurunan berat badan, maka dianjurkan pemberian makanan sonde sebagai makanan tambahan atau makanan utama. I.

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan Pengkajian keperawatan untuk penderita AIDS (Doenges, 1999) adalah 1. Aktivitas / istirahat. Mudah lelah, berkurangnya toleransi terhadap aktivitas biasanya, malaise 2. Sirkulasi. Takikardia , perubahan TD postural, pucat dan sianosis. 3. Integritas ego. Alopesia , lesi cacat, menurunnya berat badan, putus asa, depresi, marah, menangis. 4. Elimiinasi. Feses encer, diare pekat yang sering, nyeri tekanan abdominal, abses rektal. 5. Makanan / cairan. Disfagia, bising usus, turgor kulit buruk, lesi pada rongga mulut, kesehatan gigi / gusi yang buruk, dan edema. 6. Neurosensori. Pusing, kesemutan pada ekstremitas, konsentrasi buruk, apatis, dan respon melambat. 7. Nyeri / kenyamanan. Sakit kepala, nyeri pada pleuritis, pembengkakan pada sendi, penurunan rentang gerak, dan gerak otot melindungi pada bagian yang sakit. 8. Pernafasan. Batuk, Produktif / non produktif, takipnea, distres pernafasan.

2.

Diagnosa, Intervensi dan Rasional Tindakan Keperawatan. Diagnosa, intervensi dan rasional tindakan keperawatan (Doenges, 1999) adalah

1.

Diagnosis Keperawatan : nyeri berhubungan dengan inflamasi/ kerusakan jaringan

ditandai dengan keluhan nyeri, perubahan denyut nadi, kejang otot, ataksia, lemah otot dan gelisah. Hasil yang diharapkan : keluhan hilang, menunjukkan ekspresi wajah rileks,dapat tidur atau beristirahat secara adekuat.

INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi, Mengindikasikan

kebutuhan

intensitas,

juga

frekuensi

dan

waktu. intervensi

dan

untuk

tanda-tanda

Tandai gejala nonverbal misalnya perkembangan komplikasi. gelisah, takikardia, meringis. Instruksikan

pasien

menggunakan

visualisasi

untuk Meningkatkan

relaksasi

dan

perasaan

atau sehat.

imajinasi, relaksasi progresif, teknik nafas dalam. Dorong pengungkapan perasaan

Dapat mengurangi ansietas dan rasa sakit, sehingga persepsi akan intensitas rasa sakit.

Berikan analgesik atau antipiretik M,emberikan

penurunan

nyeri/tidak

narkotik. Gunakan ADP (analgesic nyaman, mengurangi demam. Obat yang yang

dikontrol

pasien)

memberikan analgesia 24 jam.

untuk dikontrol pasien berdasar waktu 24 jam dapat mempertahankan kadar analgesia darah tetap stabil, mencegah kekurangan atau kelebihan obat-obatan.

Lakukan

tindakan

paliatif

misal Meningkatkan relaksasi atau menurunkan

pengubahan posisi, masase, rentang tegangan otot. gerak pada sendi yang sakit.

2.

Diagnosis keperawatan

: perubahan nutrisi yang kurang dari kebutuhan tubuh

dihubungkan dengan gangguan intestinal ditandai dengan penurunan berat badan, penurunan nafsu makan, kejang perut, bising usus hiperaktif, keengganan untuk makan, peradangan rongga bukal.

Hasil yang harapkan

: mempertahankan berat badan atau memperlihatkan

peningkatan berat badan yang mengacu pada tujuan yang diinginkan, mendemostrasikan keseimbangan nitrogen po;sitif, bebas dari tanda-tanda malnutrisi dan menunjukkan perbaikan tingkat energy. INTERIVENSI KEPERAWATAN Kaji

kemampuan

untuk

RASIONAL

mengunyah, Lesi

perasakan dan menelan.

mulut,

esophagus disfagia,

tenggorok

dapat

dan

menyebabkan

penurunan

kemampuan

pasien untuk mengolah makanan dan mengurangi keinginan untuk makan. Auskultasi bising usus

Hopermotilitas

saluran

intestinal

umum terjadi dan dihubungkan dengan muntah dan diare, yang dapat mempengaruhi pilihan diet atau cara makan. Rencanakan diet dengan orang terdekat, jika Melibatkan orang terdekat dalam memungkinakan sarankan makanan dari rencana member perasaan control rumah. Sediakan makanan yang sedikit tapi lingkungan

dan

sering berupa makanan padat nutrisi, tidak meningkatkan bersifat asam dan juga minuman dengan Memenuhi pilihan

yang

disukai

pasien.

mungkin pemasukan.

kebutuhan

akan

Dorong makanan nonistitusional mungkin

konsumsi makanan berkalori tinggi yang juga meningkatkan pemasukan. dapat merangsang nafsu makan Batasi makanan yang menyebabkan mual Rasa atau

muntah.

Hindari

sakit

pada

mulut

atau

menghidangkan ketakutan akan mengiritasi lesi pada

makanan yang panas dan yang susah untuk mulut mungkin akan menyebabakan ditelan

pasien

enggan

untuk

makan.

Tindakan ini akan berguna untuk meningkatakan

pemasukan

makanan. Tinjau ulang pemerikasaan laboratorium, Mengindikasikan status nutrisi dan misal

BUN,

Glukosa,

fungsi

hepar, fungsi organ, dan mengidentifikasi

elektrolit, protein, dan albumin. Berikan

obat

anti

emetic

kebutuhan pengganti. misalnya Mengurangi insiden muntah dan

metoklopramid.

3.

meningkatkan fungsi gaster

Diagnosa keperawatan

: resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

diare berat Hasil yang diharapkan

: mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membrane

mukosa lembab, turgor kulit baik, tanda-tanda vital baik, keluaran urine adekuat secara pribadi. INTERVESI KEPERAWATAN

RASIONAL

Pantau pemasukan oral dan pemasukan Mempertahankan cairan sedikitnya 2.500 ml/hari.

keseimbangan

cairan, mengurangi rasa haus dan melembabkan membrane mukosa.

Buat cairan mudah diberikan pada Meningkatkan

pemasukan

cairan

pasien; gunakan cairan yang mudah tertentu mungkin terlalu menimbulkan ditoleransi

oleh

menggantikan

pasien

dan

elektrolit

yang nyeri untuk dikomsumsi karena lesi yang pada mulut.

dibutuhkan, misalnya Gatorade. Kaji turgor kulit, membrane mukosa dan Indicator tidak langsung dari status rasa haus.

cairan.

Hilangakan makanan yang potensial Mungkin dapat mengurangi diare

menyebabkan diare, yakni yang pedas, berkadar lemak tinggi, kacang, kubis, susu.

Mengatur

kecepatan

atau

konsentrasi makanan yang diberikan berselang jika dibutuhkan Nerikan obat-obatan anti diare misalnya Menurunkan jumlah dan keenceran ddifenoksilat

(lomotil),

loperamid feses, mungkin mengurangi kejang

Imodium, paregoric.

4.

usus dan peristaltis.

Diagnosa keperawatan

: resiko tinggi pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

proses infeksi dan ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan) Hasil yang diharapkan

: mempertahankan pola nafas efektif dan tidak mengalami

sesak nafas. INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah Memperkirakan paru yang mengalami penurunan, atau perkembangan kehilangan ventilasi, dan munculnya infeksi

adanya komplikasi

pernafasan,

atau

misalnya

bunyi adventisius. Misalnya krekels, pneumoni, mengi, ronki. Catat kecepatan pernafasan, sianosis, Takipnea, peningkatan

kerja

pernafasan

munculnya dispnea, ansietas

sianosis,

tidak

dapat

dan beristirahat, dan peningkatan nafas, menuncukkan kesulitan pernafasan dan

adanya

meningkatkan

kebutuhan pengawasan

untuk atau

intervensi medis Tinggikan kepala tempat tidur. Usahakan Meningkatkan fungsi pernafasan yang pasien untuk berbalik, batuk, menarik optimal dan mengurangi aspirasi atau

nafas sesuai kebutuhan.

infeksi

yang

ditimbulkan

karena

atelektasis. Berikan tambahan O2 Yng dilembabkan Mempertahankan oksigenasi efektif melalui cara

yang sesuai misalnya untuk mencegah atau memperbaiki

kanula, masker, inkubasi atau ventilasi krisis pernafasan mekanis

5.

Diagnose keperawatan

: Intoleransi aktovitas berhubungan dengan penurunan

produksi metabolisme ditandai dengan kekurangan energy yang tidak berubah atau berlebihan, ketidakmampuan untuk mempertahankan rutinitas sehari-hari, kelesuan, dan ketidakseimbangan kemampuan untuk berkonsentrasi. Hasil yang diharapkan

: melaporkan peningkatan energy, berpartisipasi dalam

aktivitas yang diinginkan dalam tingkat kemampuannya. INTERVENSI KEPERAWATAN

RASIONAL

Kaji pola tidur dan catat perunahan Berbagai factor dapat meningkatkan dalam proses berpikir atau berperilaku

kelelahan,

termasuk

kurang

tidur,

tekanan emosi, dan efeksamping obatobatan Rencanakan menyediakan

perawatan fase

istirahat.

untuk Periode istirahat yang sering sangat Atur yang dibutuhkan dalam memperbaiki

aktifitas pada waktu pasien sangat atau menghemat energi. Perencanaan berenergi

akan membuat pasien menjadi aktif saat energy lebih tinggi, sehingga dapat memperbaiki

perasaan

sehat

dan

control diri. Dorong pasien untuk melakukan apapun Memungkinkan penghematan energy, yang mungkin, misalnya perawatan diri, peningkatan stamina, dan mengijinkan

duduk dikursi, berjalan, pergi makan

pasien

untuk

menyebabkan

lebih

aktif

kepenatan

dan

tanpa rasa

frustasi. Pantau

respon

psikologis

terhadap Toleransi bervariasi tergantung pada

aktifitas, misal perubahan TD, frekuensi status proses penyakit, status nutrisi, pernafasan atau jantung

keseimbangan

cairan,

dan

tipe

penyakit. Rujuk pada terapi fisik atau okupasi

Latihan setiap hari terprogram dan aktifitas

yang

membantu

pasien

mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan tonus otot

TINJAUAN KASUS 1. Pengkajian a.

Pengumpulan Data 1) Data Biografi a) Identitas Klien Nama

: Tn. M

Umur

: 27 Tahun

Jenis kelamin

: Laki - laki

Agama

: Katholik

Pendidikan

: Sarjana

Pekerjaan

: Wiraswasta

Status Marital

: Belum menikah

Suku / bangsa

: Bugis / Indonesia

Tanggal masuk RS

: 06 Januari 2006 Jam 08.10

Tanggal Pengkajian

: 13 Januari 2006 Jam 09.50

No. Medrec

: 06010150

Diagnosa Medik

: Diare Akut pada ODHA

Alamat

: Mamboro, Palu Utara

b) Identitas Penanggung Jawab Nama

: Ny. A

Umur

: 65 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Katholik

Pekerjaan

: Tidak bekerja

Pendidikan

: SMA

Hubungan dengan Klien

: Anak

Alamat

: Mamboro, Palu Utara

2) Riwayat Kesehatan a) Riwayat Kesehatan Sekarang (1) Keluhan saat masuk RS Dua minggu sebelum berobat ke RSU Ciremai Cirebon klien mengeluh pilek dan mencret dan berat badan dirasakan menurun, tanggal 19 Desember klien berobat ke RSU Ciremai dan dilakukan pemeriksaan laboratorium anti HIV dan klien diduga AIDS tapi untuk memastikan diagnosa terebut dianjurkan dilakukan pemeriksaan konfirmasi anti HIV Western Blot ke RSUPN Cipto Mangunkusumo. Dan klien disarankan dirawat di RSU Hasan Sadikin. 4 hari sebelum berobat ke RSHS klien mengeluh mencret 5 x/ hari konsistensi cair tanpa disertai lendir dan darah, perut klien dirasakan nyeri, badan klien terasa lemas. Tanggal 06 Januari 2006 klien berobat ke RSHS kemudian dirawat di ruang 10A. (2) Keluhan saat pengkajian

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 13 Januari 2006 pukul 09.50 WIB klien mengeluh demam, dan mencret 6-7 kali sejak satu hari yang lalu, dengan konsistensi cair (+), darah (-), lendir (-), mencret dirasakan bertambah ketika mengkonsumsi makanan pedas, klien mengatakan mencret disertai sakit pada daerah perut, klien mengeluh mual saat makan tanpa muntah dan klien juga mengatakan sakit pada waktu menelan. b) Riwayat kesehatan dahulu Klien mengatakan pernah mengalami penyakit mencret sampai terjadi penurunan berat badan, nafsu makan berkurang dan timbul bercakbercak putih pada mulut, klien hanya berobat ke dokter praktek dan klien mendapatkan obat anti diare dan vitamin, klien mengaku sering mengkonsumsi zat-zat narkoba dan melakukan hubungan seks yang bebas tanpa memakai pengaman. c) Riwayat kesehatan keluarga Klien menyangkal dikeluarganya ada yang menderita penyakit menular seperti TBC, penyakit turunan seperti kencing manis, dan hypertensi / darah tinggi. Klien mengatakan penyakit yang saat ini diderita, hanya dirinya di keluarga. 3) Pola aktivitas sehari hari No

Jenis aktivitas

Di rumah

Di Rumah Sakit

1

2

3

4

1

Nutrisi

a.

Makan

Klien

dengan

Makan dengan bubur,

nasi putih, sayur, dan

sayur, dan lauk pauk

lauk pauk, buah kadang-

dengan

kadang.

buahan: pisang, lemon,

Klien mengatakan tidak

serta

pepaya.

mempunyai

juga

sempat

dalam

makan

pantangan

mengkonsumsi

telur.

Buah-

Klien makan

makanan pedas yang

makanan. Klien makan

dibawa adiknya.

sehari 3x, satu porsi

Klien

habis.

menghabiskan ½ porsi,

Tidak

ada

hanya

dapat

1

2

3 keluhan

4

mual

dan

muntah.

makan sehari 3x, klien mengeluh mual saat makan

dan

tidak

muntah. Klien minum setiap kali merasa haus, dan setiap habis b.

Minum

makan.

Sehari

Minum air putih sehari mencapai 4 botol aqua 500 ml

rata-rata 10 gelas air putih ( 1 gelas = 250 cc)

2

Eliminasi

a.

BAB

b.

BAK

Klien mengatakan setiap

Klien

hari

BAB 6-7 x/hari cair,

BAB

5x/hari,

mengatakan

konsistensi cair, darah

tidak

dan lendir (-), warna

berdarah dalam faeces

faeces kuning.

saat BAB

Klien BAK 3-4 x/hari

Klien

BAK

tidak

warna

kuning

ada

keluhan

apapun saat berkemih

berlendir

merasakan

dan

3x/hari tidak

keluhan

apapun saat berkemih. 3

Personal hygiene

a.

Mandi

Sehari

2-3

kali,

memakai sabun

Klien

dapat

mandi

sendiri 1x/hari dengan memakai sabun.

b.

Gosok gigi

Sehari 2x memakai odol

Klien

mengaku

dan sikat gigi

menggosok gigi 2 hari sekali.

c.

Keramas

Klien

keramas

kali/minggu

2

memakai

Klien keramas 1x pada saat

awal

masuk

RSHS dan membasahi

shampo

rambut tiap kali mandi Klien Klien d.

Gunting kuku

menggunting minggu 1 kali

4

Istirahat dan tidur

senantiasa kuku

1

kuku dirawat

mengunting sekali

selama

1 a.

2 Siang

3

4

Klien tidak pernah tidur

Sering,

siang karena kerja di

sebentar antara ½ -1

bengkel

jam

dari

pagi

sebentar-

sampai sore b.

Malam

Klien dapat tidur dengan

Klien

nyenyak 23.00

5

Aktivitas

mengatakan

mulai

pukul

sering terbangun dari

kadang

pukul

tidur

dikarenakan

01.00 baru tidur sampai

mencret

yang

pukul 06.00

menerus.

Klien bekerja tiap hari

Klien

mengatakan

mengelola bengkel dari

kegiatan

di

pagi sampai sore.

hanya tidur dan baca koran

serta

terus

bangsal

mengisi

TTS

4) Pemeriksaan Fisik a) Sistem Pernafasan Pernafasan melalui hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung (pch). Ukuran dan bentuk hidung simetris, tidak ada deviasi septum, hidung kokoh, tidak ada sekret, terdapat bulu hidung (fibrise), Tidak terdapat polip, pola nafas reguler, frekwensi 28x per menit, tes kepatenan kuat nostril kanan dan kiri. Diameter dada antero posterior (AP) 2:1, Pergerakan dada simetris antara kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, auskultasi bunyi nafas vesikuler pada seluruh area paru serta tidak ditemukan ronchi dan wheezing. Perkusi suara vokal premitus terdapat pada kedua paru. Ekspansi paru kanan dan kiri sama. b) Sistem Kardiovaskuler Konjunctiva warna merah muda (tidak pucat), bibir tidak cyanosis, Ictus cordis terdapat pada line midklavikula inter costalis (ICS) V, tidak ada peninggian jugular vena pressure (JVP), pada pemeriksaan auskultasi bunyi S1 pada daerah katup trikuspidal dan mitral, bunyi S2 pada daerah katup aortik dan pulmonal di sela iga II parasternal kiri dan sela iga II parasternal kanan. Bunyi jantung murni reguler, tidak ada mur-mur, tidak ada oedema tungkai, tidak ada clubing finger,

capilary refile time (CRT) < 3 detik, akral hangat. Burgeur tes negatif, Homan tes negatif, tensi darah 90/60 mmHg, Nadi 104 x per / menit. c) Sistem Pencernaan Bibir tidak cyanosis, mukosa mulut dan bibir agak kering, terdapat bercakbercak putih tipis di sisi lidah dan gusi, ukuran dan bentuk simetris, warna gigi agak kuning, jumlah tidak lengkap, ditemukan nyeri menelan, uvula kaku dan tampak kemerahan, bentuk abdomen agak cekung, lembut, tidak teraba massa, tidak terdapat lesi / luka bekas operasi, turgor kulit lambat, auskultasi bising usus 34x per menit, pada perkusi terdapat bunyi tympani pada seluruh daerah abdomen, kecuali pada kwadran kanan atas – hypocondriac kanan (organ hati), pada palpasi terdapat nyeri tekan, ukuran hati tidak membesar, berat badan sebelum sakit 55 kg dan sesudah sakit 45 kg, LILA 16cm. d) Sistem Perkemihan Tidak terlihat distensi kandung kemih, tidak teraba pembesaran ginjal, tidak terdapat nyeri ketok costavertebra, tidak ada oedema palpebra, klien dapat berkemih 3-4 x/hari + 100 cc warna kuning jernih tanpa ada keluhan e) Sistem Reproduksi Area genital tidak dapat dikaji karena klien merasa malu. Klien hanya mengatakan penisnya tidak dapat ereksi. f)

Sistem Endokrin Tidak ada gambaran moon face, tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid, tidak nampak pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada gerakan tremor / ektra piramidal.

g) Sistem Muskuloskeletal a.

Atas Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada poli dan syndactyli, tidak

terdapat atropi, tidak terdapat gambaran tromboplebitis, gerakan bebas. Refleks bisep +/+, trisep +/+, radiobrakhialis +/+. Kekuatan otot 5/5 b. Bawah

Ukuran simetris, bentuk normal, tidak ada deformitas, pergerakan bebas, Homan tes negatif, tidak ada oedema tungkai, kekuatan otot 5/5, refleks achiles +/+, Refleks patela +/+, refleks babinski negatif. Sensasi tajam tumpul positif. h) Sistem Integumen Warna kulit sawo matang, kulit ekstremitas atas dan bawah kering dan bersisik terdapat keropeng diektrremitas atas dan bawah, rambut panjang warna hitam dan tampak kotor, distribusi merata, tidak mudah dicabut, kuku pendek bersih, tidak terdapat luka bekas operasi, badan klien teraba panas dengan temperatur: 38.2oC per axila menggunakan termometer air raksa. Turgor kulit menurun. i)

Sistem Penglihatan, Pendengaran, Wicara Tidak terdapat gangguan pada penglihatan, wicara dan pendengaran baik, terbukti klien dapat membaca dan menjawab pertanyaan yang diajukan dengan benar, tidak menggunakan alat bantu baca dan pendengaran.

j)

Sistem Persyarafan 1. Fungsi serebral (a) Status Mental





Orientasi Klien dapat membedakan, petugas dan sesama pasien. Klien dapat

menyebutkan tanggal, bulan, tahun, keberadaannya saat ini, dan di kota mana ia berada. 



Daya Ingat Tidak terdapat gangguan baik jangka panjang, dan pendek, Klien dapat menyebutkan ulang 3 nama objek dengan jelas yang diperlihatkan perawat. Klien dapat mengingat tahun kelahiran saat ditanya ia menjawab tahun 1978.





Perhatian / Konsentrasi Klien dapat meneruskan 5 angka kedepan dan kebelakang dari pengurangan yang disebutkan perawat.



Konsentrasi Caranya perawat menyebutkan kata-kata yg tdk berhubungan kemudian

klien disuruh mengulang. Misal : Dan, Jika, Kalau, Apabila, Atau. & mobil, makan, mandi, tidur, terbang. Bahasa dan Wicara Tidak mengalami gangguan

wicara, intonasi sesuai dengan keadaan emosi, klien menggunakan bahasa Indonesia saat wawancara, vokal jelas dan dapat dimengerti, komunikasi non verbal sesuai dengan emosi / afek (keadaan topik pembicaraan). (b) Kesadaran Kompos mentis 2. Fungsi syaraf kranial (a) Nervus I (Olfaktorius) Fungsi penciuman tidak terganggu, klien dapat membedakan dan mengenal antara bau kayu putih dan kopi dengan mata tertutup secara bergantian pada kedua nostril. (b) Nervus II (Optikus) Klien dapat membaca koran pada jarak +30, lapang pandang tidak mengalami penyempitan. (c) Nervus III, IV, VI (Okulomotorius, trochlearis, abdusen) Klien dapat menggerakan bola matanya ke arah yang diperintahkan pengkaji (lateral,medial, oblique inferior dan superior), pupil isokor, bereaksi terhadap cahaya. (d) Nervus V (Trigeminus) Klien dapat merasakan pilinan kapas pada wajah, otot maseter kuat, reflek kornea positif, fungsi mengunyah baik. (e) Nervus VII (Facialis) Klien dapat merasakan rasa manis, asin pada 2/3 anterior lidah, klien dapat menyeringai, mengerutkan dahi, dan mengedepankan kedua bibir ke arah depan (f) Nervus VIII ( Auditorius) Klien dapat mendengar bisikan yang diberikan perawat dengan telinga sebelah tertutup dan klien dapat mengulanginya dengan benar, tes tunjuk jarihidung dapat dilakukan klien. (g) Nervus IX (Glosofaringeus) Klien dapat merasakan rasa pahit pada 1/3 posterior lidah (h) Nervus X (Vagus)

Fungsi menelan terganggu, klien dapat membuka mulut, uvula kaku dan tampak kemerahan saat klien mengatakan “ah” (i) Nervus XI (Asesorius) Klien dapat menggerakan leher ke kanan dan ke kiri tanpa hambatan, otot sternokledomastoideus tegang saat klien melawan daya yang diberikan pada mandibula oleh pengkaji. Klien dapat menahan beban yang diberikan pada bahunya (j) Nervus XII (Hypoglosus) Klien dapat menjulurkan lidah, menggerakannya ke kanan dan ke kiri. 5) Data Psikologis (a) Status Emosi Emosi klien stabil, klien aktif menjawab pertanyaan, tidak mudah tersinggung, afek dan mimik muka sesuai keadaan. (b) Kecemasan Klien mengaku bahwa dirinya diduga dengan diagnosis AIDS, Klien bertanya kepada perawat apakah benar dia sudah positif mengidap HIV? serta menanyakan; “Apakah penyakit saya bisa disembuhkan?”? ekspresi wajah klien tampak cemas dan gelisah. (c) Pola Koping Klien mengatakan bila mempunyai masalah klien hanya mengatasinya sendiri kemudian bergaul dengan teman-teman dan untuk mengalihkan masalahnya klien minum-minuman beralkohol sampai mabuk dan melakukan hubungan sexual dengan PSK (Pekerja Sex Komersial). (d) Gaya Komunikasi Pada saat berkomunikasi klien cenderung diam, vokal jelas, menggunakan bahasa Indonesia saat wawancara, sehari-hari klien menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. 6) Konsep Diri (a) Gambaran diri Klien mengatakan menyukai seluruh bagian tubuhnya, tetapi merasa malu dan bingung karena sejak menderita sakit ini penis klien tidak dapat ereksi.

(b) Harga Diri Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya selama ini dan klien merasa malu dengan keadaan dirinya yang diduga mengidap HIV, (c) Peran Diri Klien seorang pemuda sudah bekerja mengelola bengkel dan dapat mencukupi kebutuhannya sehari-hari serta membiayai kuliah adiknya.. (d) Identitas Diri Klien mengaku dirinya adalah seorang bujangan, pendiam, tidak gampang marah. (e) Ideal Diri Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh dan kembali menjalankan aktifitas di bengkel yang dikelolanya. 7) Data Sosial Hubungan klien dengan keluarga serta saudaranya baik, klien ditunggu oleh saudaranya yang perempuan. Klien dapat menjalin kerja sama dengan petugas dan sesama pasien di ruang perawatan. Klien termasuk pribadi yang kooperatif. 8) Data Spiritual Klien beragama katholik, klien percaya penyakitnya dapat di sembuhkan, klien mengatakan datangnya ke RS merupakan salah satu usaha yang harus ia jalani karena penyakitnya merupakan cobaan dari Tuhannya. Klien mengatakan jarang melakukan peribadahan sesuai dengan agama yang di yakininya. 9) Data Penunjang Laboratorium. No

Tanggal

Jenis pemeriksaan

Hasil

Nilai normal

Satuan

1

2

3

4

5

6

1

6/01/06

10.7 9.700 31,0 372.000

13-18 3.8-10.6rb 40-52 150-440 rb

gr / dl /mm3 % / mm3

43 1.12 123 60

15-50 0.6-1.1 < 140 sd. 37

mg /dl mg /dl mg / dl U/L0 C

Hematologi - Haemoglobin - Leucosit - Hematokrit - Trombosit Kimia klinik - Ureum - Kreatinin - GDS - SGOT

1

2

3 - SGPT - Albumin - Globulin

4

5

6

59 2,3 1,9

Sd. 40 3,5-5,0 3,1-3,7

U/L0 C Gr/dl Gr/dl

mmHg mmHg mmHg meq/L mmHg meq/L

AGD - Ph Arteri - PCO2 - PO2 - HCO3- Total CO2 Arteri - Base Excess Arteri - Saturasi O2 Urine - Bj - Ph - Protein - Reduksi - Billirubin - Urobillin - Nitrit - Keton - Erytrosit - Leucosit - Epitel

7,410 25,5 112,5 15,9 16,7 -7,0 98,3

7,35 – 7,45 35 – 48 80 - 108 22 – 26 22 – 29 (-2) – (+3) 95 – 98 %

1.005 7 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 4-8 Negatif 0-2

.002-1.03 4.8-7.5 Negatif Negatif Negatif 0.2-1.0 Negatif Negatif <1 <6 <6

Faeces - Warna - Konsistensi - Lendir - Eritrocyt - Leukocyt - Amoeba - Telur cacing

Kuning Lembek Negatif Negatif 0,1 Negatif Negatif Negatif

3

7/01/06

Kalium

<1,5

4

8/01/06

5

9/01/06

6

10/01/06

Natrium Kalium Natrium Kalsium Ureum Kreatinin Kalsium

132 1,6 137 2,9 32 1,1 1,9

7

11/01/06

Kalsium

1,9

Pengobatan : -

IVFD RL 3000cc/24jam

-

KCL 250 Eq dalam 500cc Dextrose 5%

-

Aspar k 3x2 tablet

Negatif 0,1 – 1 Negatif Negatif Negatif 3,6-5,5 135-145 3,6-5,5 135-145

Ml / dl

/ Lpg Lpg / Lpk

Meq/L Meq/L Meq/L Meq/L Meq/L

-

Spasmal 3x1 tablet

-

Kotrimoksazol 2x400mg

-

OMZ 1x1 tablet

-

Itrakonazol 2x200 mg

-

Diet lunak rendah serat

b.Analisa Data NO

DATA

1

2

1.

Klien mengatakan BAB 6-7 x/hari - Klien mengatakan sakit pada daerah perut. Klien mengatakan mencret dirasakan bertambah ketika mengkonsumsi makanan pedas - Klien mengatakan mual

-

dampak

DO : BAB 6-7x/hari Konsistensi feses cair (+), lendir (-), darah (-), warna feces kuning. Turgor kulit menurun Mukosa mulut dan bibir agak kering Kulit kering dan bersisik Tensi 90/60 mmHg, Nadi 104 x / menit. Respirasi 28x/menit Suhu 38,2 0C

Masalah

3

DS :

-

-

Kemungkinan penyebab dan

4

Kekurangan Virus HIV (Rotavirus)  Menurunkan jmlh & fungsi CD-4

Memudahkan Invasi MO melalui Makanan & minuman  Melepaskan enterotoxin  Reaksi imflamasi  Peningkatan motilitas sal- cerna Diare tiap hari  Kehilangan cairan yang berlebihan  Kekurangan volume cairan tubuh berlebih

volume

cairan

tubuh berlebih

1

2

2. -

3

DS : Klien

mengatakan

berat

badan menurun -

Klien mengatakan mual pada

4

Infeksi Virus HIV  Aktivasi Sitokin (IL1+TNF)

Invasi MO

Perubahan kebutuhan nutrisi; kurang

dari

kebutuhan

saat makan -

Klien mengatakan sakit pada waktu menelan DO :

-

Uvula tampak kemerahan

-

Berat badan turun dari 55 kg menjadi 45 kg

-

Makan habis ½ porsi 1x makan

3. -

DS: Klien mengeluh demam Klien mengatakan BAB 67x/hari DO:

-

Badan klien teraba panas

-

Klien diare 6-7x/hari

-

Tensi: 90/60

-

Nadi: 104x/mnt

-

Respirasi: 28x/mnt

-

Suhu: 38,2 0 C

4. -

DS : Klien mengatakan sakit pada

Demam  Hipermet abolik  Pemecah an Protein Dan Otot

Hipotal amus  Anorek sia  Asupan nutrisi kurang

Kehilangan len body mass  Perubahan kebutuhan nutrisi Invasi MO Virus HIV  Saluran cerna Aktivasi Sitokin  (IL-1+TNF) Masuk  komponen Demam dinding sel  Reaksi inflamasi  Peningkatan metabolisme sel  Peningkatan suhu tubuh  Gangguan Termoregulasi Infeksi Virus HIV

waktu menelan -

Klien mengaku menggosok

Penetrasi kedalam usus  Merusak vili-vili usus  Malabsorp si

Invasi MO

Menurunkan jmlh & fungsi CD-4

gigi 2 hari sekali. -

Klien mengatakan demam. DO :

-

Suhu 38,20c

Resiko tinggi perubahan membran

Gangguan termoregulasi: Hipertermi

Resiko

tinggi

perubahan membran oral

mukosa

1

2

-

3

Terdapat bercak putih tipis

4

mukosa oral

pada pinggir lidah dan gusi -

Uvula kaku dan tampak kemerahan

5. -

DS :

Didiagnosa AIDS



Klien mengatakan merasa bersalah atas perbuatannya

Persepsi AIDS Penyakit Aib

selama ini -

Isolasi sosial



Klien merasa malu dengan

Persepsi tidak diterima dalam

keadaan dirinya yang diduga

masyarakat 

mengidap HIV

Isolasi sosial DO : -

Pada saat berkomunikasi klien cenderung diam

-

Ekspresi wajah klien tampak cemas dan gelisah

-

Klien

bertanya

kepada

perawat apakah benar dia sudah positif mengidap HIV? -

Klien bertanya; “Apakah penyakit

saya

bisa

disembuhkan?”

c. Diagnosa Keperawatan Berdasarkan Prioritas N

Ditemukan

Diagnosa Keperawatan

O

1 Kekurangan

(tanggal)

volume cairan tubuh; berlebih

.

berhubungan dengan diare tiap hari

2.

Perubahan

kebutuhan

nutrisi;

13-01-06

kurang

dari

kebutuhan berhubungan dengan asupan tidak

13-01-06

adekuat 3

Gangguan termoregulasi: hipertermi berhubungan

13-01-06

dengan invansi MO saluran cerna dan infeksi virus HIV 4.

Resiko tinggi perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan defesit imunologis dan

13-01-06

invasi kuman patogen ke mulut 5.

Isolasi sosial berhubungan dengan prsepsi tidak diterima dalam masyarakat

13-01-06

2. Perencanaan No

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

<

1

2

1

Kekurangan volume cairan tubuh berlebih berhubungan dengan diare tiap hari DS:

Jangka Panjang :

Klien mengatakan BAB 6-

Jangka Pendek :

dan

Setelah

membran mukosa.

-

3

7x/hari -

Klien mengatakan sakit pada daerah perut

-

Klien mengatakan mencret bertambah

bila

makan-

makanan pedas -

Klien mengatakan mual DO:

-

BAB 6-7x/hari

4 1.

5

Anjurkan klien untuk1.

Memepertahankan

Volume cairan tubuh

minum sedikitnya 2500

keseimbangan

normal dipertahankan

ml/hari

mengurangi rasa haus

dilakukan

intervensi selama 1 hari tercapai rehidrasi 2. dengan kriteria : Frekuensi BAB < 3 kali

2.

cairan,

melembabkan

Menunjukan

perfusi

ginjal dan status cairan Ukur intake dan out 3. Indikator tidak langsung put dari status cairan

- Turgor kulit baik

4. Indikator dari volume Kaji turgor kulit, cairan sirkulasi membran mukosa, dan5. Mendukung

-

rasa haus

- Konsistensi lembek 3.

Membran

mukosa 4.

berkurangnya diare

-

Turgor kulit menurun

Observasi tanda-tanda6. Diperlukan untuk vital dan timbang BB. mendukung / Anjurkan klien untuk memperbesar volume menghidari makanan sirkulasi dan jika mual

-

Mukosa mulut dan bibir agak

pedas

-

Konsistensi feses cair (+),

lembab

lendir (-), darah (-), warna- Tanda vital stabil feses kuning.

kering -

5.

6.

atau

Kolaborasi pemberian

- Tensi 90/60 mmHg,

7.

- Nadi 104 x / menit. Respirasi 28x/menit

-

Suhu 38,2 0C

terus

menerus

cairan parenteral

Kulit kering dan bersisik

-

muntah

7.

Berikan

anti

spasmodik dan terapi lain sesuai order -

Spasmal 3x1 tab Jam 13.00-21.00-05.00

-

Aspar K 3x2 tablet Jam

13.00-21.00-

05.00 -

Kotrimoksazol 2x400mg Jam 16.00

Mengurangi kejang usus dan peristaltik

1

2

3

4

5

dan jam 04.00 -

OMZ 1x1 tablet Jam 21.00

-

2.

1.

kurang dari kebutuhan tubuh

Perbaikan status

lingkungan

berhubungan dengan asupan

nutrisi

berbahaya atau kondisi

Ditandai :

Tupen :

DS :

Setelah

Klien mengatakan berat badan

Klien mengatakan mual pada

Klien mengatakan sakit padawaktu menelan -

memperburuk 2. refleks gag 2. dilakukan

intervensi selama 3 hari

DO : -

yang

yang

saat makan -

Jam 16.00 dan jam 04.00 Hilangkan rangsang 1.

Tupan :

menurun -

mg

Perubahan kebutuhan nutrisi;

tidak adekuat

-

Itrakonazol 2x200

berat

badan

dapat

dipertahankan 3. dengan kriteria: Berat badan tetap Nafsu

makan

Berikan

Mengurangai stimulus pusat muntah di medula

Meningkatkan selera dan masukan makanan

makanan

dalam kondisi hangat 3. dan menarik dan mudah ditelan Anjurkan klien untuk batasi makanan yang 4. menyebabkan mual dan

Makan

yang

mendatangkan

mual

menyebabkan

klien

enggan untuk makan Mengurangi kekenyangan

muntah

membaik

Uvula tampak kemerahan

4. Tidak mual saat - Berat badan turun dari 55 kg makan menjadi 45 kg - Porsi makan habis

batasi cairan satu jam 5. sebelum makan dan

-

pada saat makan

Makan habis ½ porsi dalam 1 x makan

5.

6.

Anjurkan klien untuk Lambung penuh akan mengurangai

Anjurkan klien untuk

nafsu

makan dan pemasukan

makan dengan porsi 6. kecil frekuensi sering

makanan

(6 kali /hari)

nutrisi /pemasukan yang

Timbang berat badan

Indikator

kebutuhan

adekuat

sesuai kebutuhan 3

-

Gangguan

termoregulasi:

hipertermi

berhubungan

Tupan:

1.

Gangguan

kompres 1.

dingin

dengan invansi MO saluran

termoregulasi

cerna dan infeksi virus HIV,

terjadi

ditandai dengan :

Tupen:

DS

Setelah dilakukan

Klien mengeluh demam

Berikan

dingin

membentuk menurunkan

tidak

tindakan perawatan

Kompres

panas tubuh dengan cara konduksi

2.

Anjurkan minum

3.

Anjurkan

2. banyak 3. klien

Memudahkan evaporasi panas badan

1 -

2

3

Klien mengatakan BAB 6-7x/hari DO: -

Badan klien teraba panas

-

Mukosa mulut dan bibir agak-

selama 1x 24 jam,

mengenakan

suhu badan klien

tipis

turun dengan kriteria: Klien mengatakan 4. “Badan tidak panas”

kering -

BAB 6-7x/hari

-

Tensi: 90/60 mmHg

-

Nadi: 104x/menit

-

Respirasi: 28x/menit

-

4

-

Badan klien tidak

5 pakaian

dan

mudah 4. menyerap keringat Kolaborasi untuk

Antipiretik menurunkan set poin suhu badan

doker

pemberian

antipyretik

teraba panas -

Bibir dan mulut lembab

0

Suhu: 38,2 C

-

Tanda tanda vital dalam

keadaan

normal

4

Resiko

perawatan 1.

Mengurangi rasa tidak

terjadi

oral setiap hari dan

nyaman, meningkatkan

berhubungan dengan defesit

perubahan membram

setiap setelah makan,

segar

imunologis dan invasi kuman

mukosa oral

gunakan

pembentukan asam yang

membran

tinggi

perubahan

mukosa

oral

Tupan :

1.

Tidak

patogen ke mulut

-

Ditandai dengan :

Tupen :

DS :

Setelah

Klien mengatakan gogok gigi tiap dua hari sekali

-

Klien mengatakan sakit pada

DO : -

 Terdapat bercak putih tipis

pada pinggir lidah dan gusi  Uvula kaku dan tampak kemerahan



mukosa

oral, 3.

abrasif, dan pelembab

partikel makanan yang

bibir.

tertinggal

Kolaborasi pemberian obat pencuci mulut 3. Cuci

Lidah dan gusi bersih

hidrogen

Uvula

tidak

kemerahan Klien

tidak

sakit 4.

Klien

dapat

membersihkan mulut tanpa sakit

mencegah

dikaitakan

dengan

dari bercak putih

dan

halus, pasta gigi non

dengan kriteria :

menelan saat makan 

gigi

2.

hari tidak terjadi lesi di

Klien mengatakan demam

sikat

intervensi keperawatan selama2.2

waktu menelan -

dilakukan

Berikan

mulut

dengan

Tindakan pengobatan wewenang medis Menghindarkan mukosa

klien

mulut dari lesi akibat

larutan

MO dan meningkatkan

peroxida 4. /salin atau larutan soda

kenyamanan

kue 2x/hari sesuai hasil

yang terdapat

kolaborsi

putih dan uvula tampak

Kaji membran mukosa oral setelah tindakan

Membran mukosa oral

kemerahan terjadinya infeksi

selaput

beresiko lesi

dan

1

2

5

Isolasi

3

sosial

berhubungan

Tupan

4

: Persepsi 1.

5

Batasi/hindari 1.

dengan persepsi tidak diterima

tidak diterima dalam

penggunaan

dalam masyarakat

masyarakat hilang

baju dan sarung tangan,

dan

jika memungkinkan.

hubungan sosial yang

Ditandai dengan :

masker,

Mengurangi perasaan pasien akan isolasi fisik menciptakan

positif. DS : -

Klien mengatakan merasa bersalah

atas

perbuatannya

selama ini -

-

Klien merasa malu dengan

klien tentang situasi.

tiga

hari,

klien 3.

3. Berikan waktu untuk dengan

mengidap HIV

peningkatan perasaan

selama

dan

DO :

harga

aktivitas

Pada saat berkomunikasi klien  Ekspresi wajah klien tampak

Klien

bertanya

dia  sudah positif mengidap HIV? Klien

apakah

kepada

bertanya;

penyakit disembuhkan?”

benar

“Apakah  saya bisa

dengan

kriteria : Klien

tetap dapat

penghargaan

Klien tampak tidak

Klien

4. mau

bersosialisasi dengan

isolasi fisik

diantara

dukungan, perlakukan dengan

petugas

Pasien akan mengalami

memberi

terbuka

dengan

klien

perawatan,

berinteraksi aktif dan

murung

mempengaruhi diri, saat

reaksi orang lain.

selama

bicara

diri,

Isolasi sebagian dapat

pasien takut penolakan /

intervensi

menunjukan

perawat

-

dilakukan

2. persepsi

Tentukan

keadaan dirinya yang diduga

cemas dan gelisah -

Setelah

keperawatan

cenderung diam -

2.

Tupen :

penuh dan

menghormati perasaan 4. klien Dorong

adanya

hubungan yang aktif

Membantu

dengan orang terdekat

memantapkan partisipasi

lingkungannya

pada hubungan sosial. 5.

5. Waspadai gejala-gejala Indikasi bahwa putus asa

verbal/nonverbal, misal:

menarik

putus

asa

diri,

perasaan

kesepian.

Tanyakan

kepasien:

apakah

pernah berfikir untuk bunuh diri ?

dan ide untuk bunuh diri sering muncul, ketika tanda-tanda ini diketahui oleh pemberi perawatan, pasien pada umumnya ingin

berbicara

mengenai

perasaan

bunuh diri, terisolasi dan putus asa.

3. Pelaksanaan No

Tanggal

D P

Waktu

Implementasi dan Evaluasi

Paraf & Nama

1

2

3

4

5

6

1

13-1-06

3

10.50

I: Berikan kompres dingin E: DS: Klien mengatakan: ”Merasa nyaman dengan kompres dingin DO:-

I: 2

13-1-06

3

10.55

Menganjurkan banyak minum E: DS: DO: Klien mau minum ¾ gelas

I: Menganjurkan klien mengenakan pakaian tipis dan 3

13-1-06

3

11.00

mudah menyerap keringat DS:

DO: Klien mau mengganti dengan pakaian yang tipis

I: Anjurkan klien untuk menghindari makanan pedas 4

13-1-06

2

E: 11.00 DS: Klien mengatakan; ”Mengerti dan tidak akan mengkonsumsi makanan pedas DO: -

I: 1.

Menganjurkan klien untuk batasi makanan yang menyebabkan mual dan muntah

2. 5

13-1-06

2

11.053.

E: DS:-

1

4.

DO: Klien tampak mengerti I: Menganjurkan klien untuk batasi cairan satu jam sebelum makan dan pada saat makan E:

6

13-1-06

3

11.10

DS: DO: Klien mengerti

I: Menganjurkan klien untuk makan dengan porsi sedikit frekuensi sering E: DS: 7

13-1-06

3

11.15

DO: Klien mengerti

I: Membatasi/menghindari penggunaan masker, baju dan sarung tangan E: DS: 8

13-1-06

5

DO: Klien mau berkomunikasi dengan perawat 11.20 I: Memberikan waktu untuk bicara dengan klien selama dan diantara aktivitas perawatan, tetap memberi perlakukan

dukungan, dengan

mengusahakan penuh

verbalisasi,

penghargaan

dan

menghormati perasaan klien E: 9

13-1-06

5

11.20

DS:-

DO: Klien mau berkomunikasi dengan perawat secara aktif

I: Mewaspadai gejala-gejala verbal / nonverbal, misal : menarik diri, putusasa perasaan kesepian E:

2

DS: Klien mengatakan “ Kesepian karena tidak ada yang menunggu. DO: -

I: Mengobservasi tanda –tanda vital 10

13-1-06

5

11.35

E: DS:DO:

-

Tensi : 90/60 mmHg

-

N: 98 x/mnt

-

R: 26 x/mnt

-

S: 37,7 0 C

I : 11

13-1-06

1

12.00

Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus E: DS: Klien mengatakan : ”Masih merasa haus” DO: Turgor kulit menurun, membran mukosa kering,

12

13-1-06

1

12.05

3

DAFTAR PUSTAKA Istiqomah,

Endah.”Asuhan

HIV/AIDS”,(Online)

Keperawatan

pada

Klien

dengan

,(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-

keperawatan-pada-klien-dengan.html, diakses 20 Oktober 2012) Mansjoer, Arif . 2000 . Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media Sculapius Marilyn , Doenges , dkk . 1999 . Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien . Jakarta : EGC Price , Sylvia A dan Lorraine M.Wilson . 2005 . Patofissiologis Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit . Jakarta : EGC UGI.2012.”Diet Penyakit HIV/AIDS”,(Online),(http://ugiuntukgiziindonesia. blogspot.com/2012/05/diet-penyakit-hivaids.html, diakses 20 Oktober 2012)

4

Related Documents

Hiv Aids
November 2019 39
Hiv Aids
June 2020 25
Hiv/aids
June 2020 37
Hiv Aids
June 2020 31

More Documents from "younismushtaq"