LEMBAR PENGESAHAN Laporan Asuhan Keperawatan Gerontik gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot post Stroke di Panti Werdha Hanna Bintaran Yogyakarta disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Gerontik.
Disusun oleh : Aurora Daniar Aprodhita
( P07120216061)
Telah mendapatkan persetujuan pada : Hari
:
Tanggal
:
Tempat
:
Oleh :
Pembimbing Akademik
Pembimbing Klinik
Tri Prabowo, S.Kp.,M.Sc
Debora Sutiati
NIP. 196505191988031001
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas, dan imobilisasi mengacu mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan banyak tingkatan imobilisasi parsial di antaranya. Beberapa klien mengalami kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu tidak terbatas (Perry dan Potter, 1994). Gangguan mobilisasi fisik (imobilisasi) didefinisikan oleh North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et al, 1995). Perubahan dalam tingkat mobilisasi fisik dapat mengakibatkan instruksi pembatasan gerak dalam bentuk tirah baring, pembatasan gerak fisik selama penggunaan alat bantu eksternal (misalnya: gips atau traksi rangka), pembatasan gerakan volunter, atau kehilangan fungsi motorik. Mobilisasi dini ibu post partum adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.( Carpenito tahun 2000). Salah satu jenis pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah Sectio Caesaria (SC), Sectio Caesaria yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding rahim. (Mansjoer, et.all, 1999). Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi secsio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Oleh karena setelah mengalami secsio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas untuk bergerak pasca operasi seksio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati (Wirnata, 2010).
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gerontik.
2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui pengertian mobilisasi b. Untuk mengetahui tujuan mobilisasi c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi d. Untuk mengetahui macam-macam latihan gerak
C. Rumusan Masalah 1. Apa itu pengertian mobilisasi? 2. Apa tujuan mobilitas mobilisasi? 3. Apa saja faktor yang mempengaruhi mobilisasi fisik? 4. Apa saja macam-macam latihan gerak?
D. Manfaat 1. Bagi mahasiswa Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan gangguan mobilisasi fisik ini diharapkan dapat menjadi panduan dasar masalah gangguan mobilisasi fisik. 2. Bagi Pelayanan Kesehatan Asuhan keperawatan gangguan mobilisasi fisik ini dapat membantu dalam meningkatkan asuhan keperawatan kepada klien yang mengalami gangguan mobilisasi fisik.
BAB II TINJAUAN TORI
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas ( Kosier, 1989). Mobilisasi dini adalah kebijaksanaan untuk sekelas mungkin membimbing penderita keluar dari tempat tidurnya dan membimbingnya sekelas mungkin berjalan (Soelaiman, 1993). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2000).
Tujuan Mobilisasi
Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
Untuk mencegah terjadinya trauma
Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
Untuk mempertahankan interaksi social dan peran sehari – hari
Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
Gaya Gaya hidup seseorang tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemabuk.
Proses penyakit dan injuri Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena
adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu misalnya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
Kebudayaa Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berbeda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
Tingkat energy Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
Usia dan status perkembangan Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit salam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
Tipe persendian dan pergerakan sendi Dalam sistem musculoskeletal dikenal 2 macam persendian yaitu sendi yang dapat digerakkan (diartrosis) dan sendi yang tidak dapat digerakkan (sinartrosis).
Macam – Macam Latihan Tentang Gerak
Fleksi dan Ekstensi Fleksi merupakan gerak menekuk atau membengkokkan. Sebaliknya, Ekstensi merupakan gerak meluruskan, sehingga merupakan kebalikan gerak fleksi. Ex : gerak pada siku, lutut, ruas – ruas jari, dan bahu. Gerak ekstensi lebih lanjut melebihi posisi anatomi tubuh disebut Hiperekstensi.
Adduksi dan abduksi Adduksi merupakan mendekati tubuh. Sebaliknya, abduksi merupakan gerak menjauhi tubuh Ex .: gerak merenggangkan jari-jari tangan,membuka tungkai kaki dan mengacungkan tangan.
Supinasi dan pronasi Supinasi merupakan gerak menengahkan tangan. Sebaliknya Pronasi merupakan gerak menelungkupkan tangan
Inversi dan Eversi Inversi merupakan gerak memiringkan ( membuka ) telapak kaki kea rah dalam tubuh,sedangkan Eversi merupakan gerak memiringkan (membuka) telapak kearah luar .
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK GANGGUAN MOBILITAS FISIK BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN KEKUATAN OTOT POST STROKE DI PANTI WERDHA HANNA BINTARAN YOGYAKARTA
A. PENGKAJIAN Tanggal Pengkajian
: Selasa, 28 Mei 2017
Jam Pengkajian
: 10.00 WIB
Pengkaji
: Aurora Daniar Aprodhita
Sumber Data
: Wawancara dan Observasi
I.
II.
Identitas a. Nama
: Trisnawati
b. Usia
: 68 th
c. Jenis kelamin
: Perempuan
d. Status perkawinan
: Tidak Menikah
e. Agama
: Kristen
f. Suku
: Jawa
g. Alamat
: Yogyakarta
Riwayat Pekerjaan dan Status Ekonomi a. Pekerjaan saat ini
:-
b. Sumber penghasilan saat ini
:-
c. Pekerjaan sebelum
: Penjahit
d. Sumber penghasilan sebelum : Didapat dari hasil menjahit Rp. 500.000,III.
Lingkungan Tempat Tinggal a. Kebersihan dan kerapihan ruangan : Ruangan terlihat tampak bersih dan rapi, lantai terlihat bersih. b. Penerangan
:
Penerangan cukup, pada siang hari bisa untuk membaca walaupun lampu dimatikan.
c. Sirkulasi udara
:
Sirkulasi udara baik, memiliki 2 fentilasi udara. d. Keadaan kamar mandi & WC
:
Kamar mandi dan WC tampak bersih, tidak ada bau. e. Pembuangan air kotor
: Diselokan depan kamar mandi.
f. Sumber air minum
: Isi ulang dari petugas panti.
g. Pembuangan sampah
:
Pembuangan sampah ditempat sampah lalu diangkut oleh petugas panti. h. Risiko injuri
:
Lingkungan aman, terdapat peganggan tangan, lantai tidak licin. IV.
Riwayat Kesehatan a. Status Kesehatan saat ini 1) Keluhan utama dalam 1 tahun terakhir : Ny. T mengatakan pusing, demam, tenggorokan nyeri, setelah bangun tidur tangan sebelah kanan pegel linu dan tubuh bagain kiri lemas karena Stroke. 2) Timbulnya keluhan
: ( ) Mendadak (√ ) Bertahap
3) Upaya mengatasi
:
Ny. T mengatakan minum obat apotik/dokter dan mengikuti nasihat dokter. 4) Mengonsumsi obat-obatan
:
Mengonsumsi obat dari dokter seperti Anamed, Degirol dan Adalat. 5) Mengonsumsi obat tradisional
:
Tidak mengonsumsi obat tradisional. b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu 1) Penyakit yang pernah diderita
:
Stroke, Maag, Kolestrol, Asam Urat, Hipertensi 2) Riwayat alergi (obat, makanan, binatang, debu, dll) : Alergi makanan seafood dan obat dengan akhiran kata silin contonya amoxilin. 3) Riwayat kecelakaan
:
Pernah terjatuh dari kursi lalu stroke kurang lebih satu setengah taun yang lalu.
4) Riwayat pernah dirawat di RS
:
Pernah dirawat selam 3 hari karena maag dan selama 5 hari pasca jatuh dari kursi karena stroke. 5) Riwayat pemakaian obat
:
Masih mengonsumsi obat dari dokter seperti Anamed, Degirol dan Adalat.
V.
Pola Fungsional a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
:
Ny. T memiliki kebiasaan yang mempengaruhi kesehatannya yaitu makan pedas dan makan kacang-kacangan yang mengakibatkan maagnya kambuh dan asam uratnya Naik. Ny. T mengonsumsi obat-obatan dari dokter untuk masalah kesehatannya. b. Nutrisi metabolic
:
1) Frekuensi makan
: 3x/hari.
2) Nafsu makan
: Nafsu makan baik apabila makanan pedas.
3) Jenis makanan
: Nasi, sayur, dan lauk pauk.
4) Makanan yang tidak disukai
: Seafood.
5) Alergi terhadap makanan
: Seafood.
6) Pantangan makanan
: Kacang mempengaruhi asam urat.
7) Keluhan yang berhubungan dengan makan : Pada saat makan dengan lauk seafood Ny. T mengatakan badannya langsung gatal-gatal. c. Eliminasi 1) BAK
:
Ny. T mengatakan BAK 4x/hari, lancar. Ny. T mengatakan warna urine kuning, dan setelah BAK lega. Saat malam hari sering BAK. 2) BAB
:
Ny. T megatakan BAB 2hari/1x, konsistensi feses lunak tetapi ada sebagian yang pekat. d. Pola Kognitif Persepsi
1) Masalah dengan penglihatan (normal?, terganggu (ka/ki)?, kabur?, pakai kacamata?) : Ny. T mengatakan pandangan sudah kabur ejah masih muda dan memakai kacamata 2) Masalah pendengaran (normal?, terganggu (ka/ki)?, memakai alat bantu dengar?, tuli (ka/ki)?, dsbnya) : Ny. T mengatakan tidak memiliki gangguan pendengaran. VI.
Pemeriksaan Fisik a. Keadaan umum
: Compos Mentis.
b. Tanda-tanda vital Tekanan darah
: 130/85 mmHg
Suhu
: 36,6 C.
Nadi
: 69 x/menit.
RR
: 20 x/menit.
c. Kepala
: Bersih, tidak ada benjolan ataupun lesi.
d. Rambut
: Rambut hampir masih hitam dan lebat.
e. Mata
: Bersih, conjungtiva anemis,tidak katarak.
f. Telinga
: Pendengaran normal, bersih, tidak ada serumen.
g. Mulut
: Menjaga oralhygine, tidak stomatitis, nafas tidak bau.
h. Gigi
: Gigi bersih, tidak tanggal.
i. Kulit
: Keriput, turgor kulit normal.
j. Ekstremitas atas
: Ka/ki lengkap dan otot ekstermitas bagian kiri lemah,
kuku bersih dan panjang. k. Ekstremitas bawah : Ka/li lengkap dan otot ekstermitas bagian kiri lemah, kuku bersih
VII.
Terapi Yang Didapatkan : -
Anamed
-
Degirol
-
Adalat
VIII.
Pengkajian Khusus a. Indeks Katz Data Terlampir Kesimpulan : Ny. T terkaji status fungsional (ADL Lansia) dengan pengukuran aktivita sehari-hari mandiri atau berfungsi sepenuhnya dengan total skore 6.
b. APGAR Keluarga Lansia Data Terlampir Kesimpulan : Ny. T terkaji fugsi sosial lansia dengan pengukuran APGAR keluarga tidak terjadi disfungsi sosial dengan total score 7
c. Short Portable Mental Status Questionnare (SPMSQ) Data Terlampir Kesimpulan : Ny. T terkaji kognitif lansia dengan pengukuran SPMSQ fungsi intelektual utuh dengan total skore 2. d. Skala Depresi Geriatri Data Terlampir Kesimpulan : Ny. T terkaji skala depresi ringan dengan skore 1
e. Penilaian Resiko Jatuh Data Terlampir Kesimpulan : Ny. T terkaji penilaian resiko jatuh adalah resikojatuh sedanf dengan skore 23.
B. ANALISA DATA Data Ds : -
Ny. T mengatakan tangan dan
Masalah
Etiologi
Gangguan
Penurunan kekuatan
mobilitas fisik.
otot karena post stroke.
kaki bagian kiri tidak bisa dikontrol dengan baik. -
Ny. T mengatakan tangan dan kaki bagian sulit digerakkan.
Do : -
Tangan Ny. T terlihat gemetar saat memegang sesuatu dengan tangan kiri.
-
Ny. T tidak bisa memegang sesuatu yang berat dengan tangan kiri dalam waktu yang lama.
-
Ny. T terlihat menyeret kaki bagian kiri saat berjalan.
Ds : -
Ny. T mengatakan kebisingan saat tertidur.
-
Ny. T mengatakan sering terbangun saat malam hari karena ingin BAK.
-
Ny. T mengtakan jika tidak makan sore tidak bisa tertidur.
Do : -
Mata Ny. T conjungtiva anemis
-
Ny. T terlihat pucat.
Gangguan Pola
Hambatan
Tidur.
lingkungan karena bising.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN -
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot karena post Stroke.
-
Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan karena bising.
D. INTERVENSI KEPERAWATAN Diagnosa
Tujuan
Keperawatan
Intervensi
Gangguan
Setelah dilakukan
mobilitas
tindakan keperawatan
fisik
selama 1x24 jam,
berhubungan
diharapkan gangguan
tindakan yang
dalam penggalian
dengan
mobilitas fisik
menghambat
masalah lebih
penurunan
berkurang ditandai
mobilisasi
lanjut.
kekuatan otot
dengan kriteria hasil :
pasien
karena post Stroke.
Ny. T mampu melakukan ROM Aktif
1. Bina hubungan
Rasional
saling percaya 2. Observasi
3. Ajarkan dan
1. Hubungan saling percaya mempermudah
2. Lingkungan pasien mencakup semua
demonstrasikan
faktor fisik dan
latian ROM
psikososial yang
aktif.
mempengaruhi
4. Kolaborasi dengan petugas
psikis pasien 3. ROM aktif dapat
panti untuk
membantu dalam
memotivasi
memperthankan/
klien ikut
meningkatkan
senam lansia
kekuaatan dan kelenturan otot.
Gangguan
Setelah dilakukan
1. Kaji pola tidur.
pola tidur
tindakan keperawatan
2. Ciptakan
berhubungan
selama 1x24 jam,
suasana
dengan
diharapkan gangguan
nyaman,
hambatan
pola tidur berkurang
kurangi
lingkungan
ditandai dengan
distraksi
karena
kriteria hasil :
lingkungan
hari dapat
atau gangguan
menganggu pola
tidur
tidur
bising.
-
Ny. T bisa tidur dengan nyaman
-
Ny. T pada pagi hari tampak bugar dan conjungtiva tidak anemis
3. Batasi asupan cairan malam hari dan berkemih sebelum tidur
1. Untuk mengetahui kemudahan dalam tidur 2. Untuk membatu relaksasi saat tidur 3. Berkemih malam
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan dasar manusia & proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Dochterman, J. M., & Bulechek, G. M. (2004). Nursing Interventions Classification (NIC) (5th ed.). America: Mosby Elseiver. Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson, L. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC) (5th ed.). United State of America: Mosby Elsevier. NandaInternational. (2015). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikai 2015-2017 (10th ed.). Jakarta: EGC.