ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MASALAH PERADANGAN PADA SISTEM DIGESTIVE : DIARE KEPERAWATAN ANAK
Dosen Pengampu : Almumtahanah,S.Kep.Ners
Disusun Oleh Kelompok 3 : Yuli Rahma Wati
SR172110060
Mitha Syarah
SR172110046
Arnanda Putra
SR172110053
Megawati
SR172110037
Ari Saputra
SR172110051
Ferdinan Prasetyo
SR172110082
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH PONTIANAK 2019
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya yang melimpah, sehingga kami dapat menyelesaikan“Asuhan Keperawatan Anak Dengan Masalah Peradangan Pada Sistem Digestive : Diare “ yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan nilai semester IV di STIK MUHAMMADIYAH PONTIANAK. Makalah ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan, bimbingan dan arahan dari semua pihak,
oleh
karena
itu
kami
mengucapkan
terima
kasih
banyak
kepada
Ibu
Almumtahanah,S.Kep.Ners sebagai pembimbing yang telah banyak membantu menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kesempurnaan baik isi dan susunannya, hal ini disebabkan keterbatasan waktu, wawasan, ataupun kekhilafan kami.Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak untuk kesempurnaan hasil makalah ini. Semoga segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah di berikan kepada kami mendapat balasan dari Tuhan. Harapan kami, makalah ini dapat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan profesi keperawatan.
Pontianak, 18 Maret 2018
Penyusun ,(Kelompok 6)
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Diare adalah penyakit yang membuat penderitanya menjadi sering buang air besar, dengan kondisi tinja yang encer. Pada umumnya, diare terjadi akibat akibat makanan dan minuman yang terpapar virus, bakteri, atau parasit. Diare merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data informasi profil kesehatan Indonesia tahun 2017 dari Kemenkes RI, jumlah kasus diare seluruh Indonesia adalah sekitar 7 juta, dan paling banyak terjadi di provinsi Jawa Barat dengan 1,2 juta kasus. B. Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN C. Pengertian Diare Diare adalah penyakit yang ditandai dengan buang air besar yang lembek atau cair, atau perlu bolak-balik ke toilet. Diare bisa terjadi pada siapa saja baik orang dewasa maupun anak-anak. Tergantung pada berapa lama diare berlangsung, ada 3 jenis diare:
Diare akut yang berlangsung beberapa hari hingga seminggu.
Diare yang berlangsung selama 3 minggu.
Diare kronis yang berlangsung lebih dari 4 minggu. Diare adalah satu dari gejala yang lebih sering terjadi pada anak yang mengganggu
motilitas usus dan mengganggu absorbsi air dan elektrolit serta mempercepat ekskresi dari isi usus yaitu dengan buang air besar yang frekuensinya dan bertambah (Scipien Chard Hawe Barnard, 1993). Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi faeses encer, dapat berwarna hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah, 1997). Diare adalah suatu keadaan atau masalah yang biasanya terjadi pada anak yang dapat terjadi secara akut dan kronik, dengan buang air besar yang sering dan dapat lebih cepat menjadi dehidrasi. (Janeball dan Ruth Bindler, 1995).
D. Penyebab diare a. Intoleransi terhadap makanan, seperti laktosa b. Alergi makanan c. Efek samping dari obat-obatan tertentu d. Infeksi bakteri, virus, atau parasit e. Penyakit usus. Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor diantaranya :
Faktor infeksi o Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enternal sebagai berikut :
Infeksi enternal : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dan sebagainya.
Infeksi Virus : Enterovirus (Virus ECHO, coxsackie, Poliomyelitis), Adeno virus, Rotavirus, Astrovirus, dan lain-lain .
Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trihuris, okyuris, strongyloide) ; Protozoa (Entamoeba histolytika, Giardian Lambli, Trichomonas hominis). Jamur (Candida Albicans). o Infeksi parenteral : ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut (OMA), tonsilitas / tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun. o Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat disakarida ( intoleransi laktosa, maltose, dan sukrosa ), monosakarida ( intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa ). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering adalah intoleransi laktosa.
Malabsorbsi lemak.
Malabsorbsi protein. o Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan o Faktor psikologis
Rasa takut dan cemas ( jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih besar ). (Dr.T.H. Rampengan, DSAK. 1993)
E. Gangguan pencernaan dapat menimbulkan beragam gejala, seperti:
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).
F. Test Diagnostik a. Pemeriksaan tinja
Makroscopis dan microscopis
PH dan kadar gula dalam tinja kental lakmus dan tablet clinitest bila diduga terdapat intoleransi gula.
Bila perlu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap dan elektrolit terutama Na, K, Ca
Darah serum pada diare.
c. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin darah untuk mengetahui faal ginjal
d. Pemeriksaan analisa gas darah.
G. Therapy a. Pemberian cairan (rehidrasi) Contoh : Ringer Lactat (RL) NaCl b. Pemberian makanan (bubur) c. Obat-obatan
Obat anti sekresi
Obat anti diare
Antibiotika
Obat anti spasmolitik.
d. Istirahat e. Diet.
H. Penatalaksanaan I. Penanggulangan kekurangan cairan merupakan tindakan pertama dalam mengatasi pasien diare. Hal sederhana seperti meminumkan banyak air putih atau oral rehidration solution (ORS) seperti oralit harus cepat dilakukan. Pemberian ini segera apabila gejala diare sudah mulai timbul dan kita dapat melakukannya sendiri di rumah. Kesalahan yang sering terjadi adalah pemberian ORS baru dilakukan setelah gejala dehidrasi nampak. J. Pada penderita diare yang disertai muntah, pemberian larutan elektrolit secara intravena merupakan pilihan utama untuk mengganti cairan tubuh, atau dengan kata lain perlu diinfus. Masalah dapat timbul karena ada sebagian masyarakat yang enggan untuk merawat-inapkan penderita, dengan berbagai alasan, mulai dari biaya, kesulitam dalam menjaga, takut bertambah parah setelah masuk rumah sakit, dan lain-lain. Pertimbangan yang banyak ini menyebabkan respon time untuk mengatasi masalah diare semakin lama, dan semakin cepat penurunan kondisi pasien kearah yang fatal. K. Diare karena virus biasanya tidak memerlukan pengobatan lain selain ORS. Apabila kondisi stabil, maka pasien dapat sembuh sebab infeksi virus penyebab diare dapat diatasi sendiri oleh tubuh (self-limited disease). L. Diare karena infeksi bakteri dan parasit seperti Salmonella sp, Giardia lamblia, Entamoeba coli perlu mendapatkan terapi antibiotik yang rasional, artinya antibiotik yang diberikan dapat membasmi kuman.Oleh karena penyebab diare terbanyak adalah virus yang tidak memerlukan antibiotik, maka pengenalan gejala dan pemeriksaan laboratorius perlu dilakukan untuk menentukan penyebab pasti. Pada kasus diare akut dan parah, pengobatan suportif didahulukan dan terkadang tidak membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut kalau kondisi sudah membaik. M. N. Komplikasi kehilangan akibat diare a. Dehidrasi ( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, atau hipertonik ). b. Renjatan hipovolemik. c. Hipokalemia ( dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram ). d. Hipoglikemia. e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase. f. Kejang,
g. Malnutrisi energy protein ( akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik ). (Ngastiyah. 2005).