Askep Anak Dhf Fiks.docx

  • Uploaded by: Eka Asriani
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Askep Anak Dhf Fiks.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 6,116
  • Pages: 34
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anakanak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. (WHO , 2003) . Anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. ( Department of Child and Adolescent Health and Development , 2006) Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah “pertumbuhan” dan “perkembangan” secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri; akan tetapi bias dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya. Dalam hal ini kedua proses tersebut memiliki tahapan-tahapan diantaranya tahap secara moral dan spiritual. Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahas maka kita meguraikannya dalam bentuk struktur yang jelas baik dari segi teori sampai kaitannya dengan pengaruh yang ditimbulkan. Penanggulangan demam berdarah secara umum di tujukan pada pemberantasan rantai penularan dengan memusnahkan pembawa virusnya (vektornya) yaitu nyamuk Aedes Aegypty dengan memberantas sarang perkembangbiakannya yang umunya ada di air bersih yang tergenang di permukaan tanah maupun di tempat-tempat penampungan air, melakukan program 3M ( menutup, menguras, mengubur) (WHO 2004). Peran perawat untuk mengatasi penyakit DBD dengan cara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Promotif yaitu memberi penyuluhan kesehatan

1

tentang penyakit DBD dan penanggulangannya, preventif yaitu untuk mencegah terjadinya DBD dengan cara merubah kebiasaan hidup sehari-hari melalui tidak menggantung pakaian yang sudah di pakai, menjaga kebersihan lingkungan dan penampungan air, kuratif yaitu untuk memenuhi cairan tubuh sesuai dengan kebutuhan, serta mengkonsumsi minuman yang dapat meningkatkan trombosit seperti jus kurma dll. Dari aspek rehabilitatif perawat berperan memulihkan kondisi klien dan menganjurkan klien untuk kontrol kembali kerumah sakit bila keluhan timbul kembali.

1.2 Rumusan Masalah 1) Apa definisi DHF ? 2) Apa penyebab / Faktor predisposisi DHF ? 3) Bagaimana patofisiologi DHF ? 4) Apa klasifikasi dari DHF ? 5) Bagaimana gejala klinis dari DHF ? 6) Apa saja pemeriksaan fisik DHF ? 7) Apa saja pemeriksaan Diagnostik / penunjang DHF ? 8) Apa saja Diagnose / Criteria diagnosis DHF ? 9) Bagaimana terapi / penanganan DHF ? 10) Apa saja komplikasi dari DHF ? 11) Bagaimana Konsep Dasar Asuhan Keperawatan DHF ? 12) Bagaimana Asuhan Keperawatan Anak dengan DHF ?

1.3 Tujuan Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan DHF

1.4 Manfaat Untuk menambah pengetahuan, pemahaman dan pendalaman tentang Asuhan Keperawatan Anak dengan Dengue Hemorrhagic Fever.

2

BAB II KONSEP DASAR TEORI PENYAKIT DHF PADA ANAK

2.1 Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi/pengertian DHF Dengue haemoragic fever ( DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti ( betina).DHF terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan sering kali menyebabkan kematian bagi penderita.(Christantie,Effendy,1995) Demam berdarah dengue adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh 4 tipe serotipe virus dengue dan ditandai dengan 4 gejala klinis utama yaitu demam yang tinggi, manifestasi perdarahan, hepatomegali, dan tanda tanda kegagalan sirkulasi sampai timbulnya renjatan ( sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat menyebabkan kematian.(Abdul Rohim,dkk,2002 : 45) Demam berdarah atau DengueHemorrhagicFever(DHF) ialah penyakit demam akut terutama menyerang pada anak-anak, dan saat ini cenderung polanya berubah ke orang dewasa. Gejala yang ditimbulkan dengan manifestasi

perdarahan

dan

bertendensi

menimbulkan

shock

yang

dapatmenimbulkan kematian.(Depkes,2006). Demam berdarah dengue ( dengue haemoragic fever, selanjutnya disingkat DHF ),ialah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang biasanya memburuk setelah 2 hari pertama.(Hendarwanto :417) 2. Penyebab/faktor predisposisi Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus, keluarga flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 mm terdiri dari asam ribonukleat rantai

3

tunggal dengan berat molekul 4 x 106. (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolongarbovirus (Arthropod-borneviruses) artinya virus yang di tularkan melalui gigitan arthropoda misalnya nyamuk aedes aegypti (betina). Arthropoda akan menjadi sumber infeksi selama hidupnya sehingga selain menjadi vektor virus dia juga menjadi hospes. reservoir virus tersebut yang paling bertindak menjadi vektor adalah berturut-turut nyamuk.(Soegijanto,2004). 3. Patofisiologi Fenomena patologis utama yang menentukan berat penyakit DHFadalah meningkatnya

permeabilitasdinding

pembuluh

darah(kapiler),yang

mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnyavolume plasma yang otomatis jumlah trombosit berkurang(trombositopenia),terjadinya hipotensi

(tekanan

darah

rendah)

yangdikarenakan

kekurangan

haemoglobin,plasma merembes selamaperjalanan penyakit mulai dari permulaan

masa

demam

dan

mencapaipuncaknya

pada

masa

terjadinyahemokonsentrasi(peningkatan hematokrit> 20 %) bersamaan dengan menghilangnya plasma melaluiendoteldinding pembuluh darah. Meningginya nilai hematokrit menimbulkandugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat kebocoran plasma ke daerahekstra vaskuler melalui kapiler yang rusak. Pada Pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jka tidak tertangani maka akan menimbulkan syok Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.

4

5

4. Klasifikasi Klasifikasi DHF berdasarkan patokan dari WHO (1999) DBD dibagi menjadi 4 derajat : a. Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanoa perdarahan spontan uji torniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi. b.

Derajat II Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain yaitu epitaksis(mimisan),perdarahan gusi,hematemesisdanmelena(muntah darah). Gangguan aliran darah perifer ringan yaitu kulit yang teraba dingin dan lembab.

c. Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari. d. Derajat IV Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.Dengue shock syndrome ( DSS ) adalah sindroma syok yang terjadi pada penderita Dengue Hemorrhagic Fever ( DHF ) atau demam berdarah dengue.Dengue syok sindrom bukan saja merupakan suatu permasalahan kesehatan masyarakat yang menyebar dengan luas atau tiba – tiba, tetapi juga merupakan suatu permasalahan klinis, karena 30 – 50 % penderita demam berdarah dengue akan mengalami renjatan dan berakhir dengan demam suatu kematian terutama bila tidak ditangani secara dini dan adekuat. 5. Gejala klinis DHF a) Demam Demam mendadak disertai dengan gejala klinis yang tidak spesifik Sepertianoreksia,lemah,nyeri pada punggung,tulang sendi dan kepala. Pada umumnya gejala klinik ini tidak mengkhawatirkan.Demam berlangsung antara 2-7 hari kemudian turun secaralysis.

6

b) Perdarahan Umumnya muncul padahari kedua sampaiketiga demam bentuk perdarahandapatberupaujirumple leedpositif,petechiae,purpura,echimosis,epistasis,perdarahan

gusi

dan

yang paling parah adalahmelena. c) Hepatomegali Hati pada umumnya dapat diraba pada pemulaan demam,kadang-kadang juga ditemukannya nyeri, tetapi biasanya disertai ikterus. Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba , meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal , harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita. d) Shock Shock biasanya terjadi pada saat demam menurun yaitu hari ketiga dan ketujuh

sakit.

Shock

yang

terjadi

dalam

periode

demam

biasanyamempunyai prognosa buruk. Penderita DHF memperlihatkan kegagalan peredaran darah dimulai dengan kulit yang terasa lembabdan dingin pada ujung hidung,jari dan kaki,sianosis,sekitar mulut danakhirnya shock. e) Trombositopenia Trombositopenia adalah berkurangnya jumlah trombosit, apabiladibawah 150.000/mm3biasanya di temukan di antara hari ketigasampai ketujuh sakit. f) Kenaikan Nilai Hematokrit Meningkatnya nilai hematokrit merupakan indikator yang peka terhadap terjadinya shock sehingga perlu di lakukan pemeriksaan secara periodik. g) Gejala Klinik Lain Gejala

Klinik

Lain

yang

dapat

menyertai

penderita

adalah

epigastrium,muntah-muntah,diare dan kejang-kejang (Depkes ,2006).

7

6. Pemeriksaan fisik -

Sistem Pernapasan Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles.

-

Sistem Persyarafan Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat trjadi DSS. Sistem neurosensorik: Berdasarkan tingkat grade Dengue Haemorragic Fever (DHF) I,II: kesadaran kompos mentis, Dengue Haemorragic Fever (DHF) III :kesedaran apatis, samnolen, Dengue Haemorragic Fever (DHF) IV :kesadaran koma

-

Sistem Cardiovaskuler Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

-

Sistem Pencernaan Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena.

-

Sistem perkemihan Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah.

-

Sistem Integumen. Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.

7. Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang 1) Darah Pada DHF umumnya dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Uji tourniquetyang positif merupakan pemeriksaan penting.Masa pembekuan

8

masih dalam batas normal, tetapi masa perdarahan biasanya memanjang. Pada analisis kuantitatif ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan X. Pada pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia, serta hipokloremia. SGPT, SGOT, ureum dan pH darahmungkin meningkat, sedangkan reserve alkali merendah. 2) Pemeriksaan Hemoglobin KasusDHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin dikarenakanterjadi kebocoran /perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanyaakan keluar dan menyebabkan terjadinya hemokonsentrasi.Kenaikankadar hemoglobin >14 gr/100 ml. 3) Pemeriksaan Hematokrit Peningkatan

nilai

hematokrit

terjadinyahemokonsentrasi,yang

merupakan

menggambarkan indikator

terjadinya

perembesanplasma.Nilai peningkatan ini lebih dari 20% 4) Pemeriksaan Trombosit Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali pada saatpasien didiagnosa sebagai pasien DHF,Pemeriksaan trombosit perlu dilakukan pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebutnormal atau menurun.Penurunan jumlah trombosit < 100.000 /μl atau kurangdari 1-2 trombosit/ lapang pandang dengan rata-rata pemeriksaan10 lapang pandang pada pemeriksaan hapusan darah tepi. 5) Pemeriksaan Clothing time (CT ) Pemeriksaan ini juga memanjang dikarenakan terjadinya gangguan hemostatis.Prinsip : Sejumlah darah tertentu segera setelah diambil diukur waktunyamulai dari keluarnya darah sampai membeku. 6) Pemeriksaan Bleding time (BT) Pasien

DHFpadamasa

memanjangmenutup

berdarah,masa

kebocoran

dinding

perdarahan

lebih

pembuluh

darah

tersebut,sehingga jumlahtrombosit dalam darah berkurang.Berkurangnya jumlah trombosit dalamdarah akan menyebabkan terjadinya gangguan hemostatis

sehingga

waktuperdarahan

dan

pembekuan

menjadi

memanjang.Prinsip : Waktu perdarahan adalah waktu dimana terjadinya

9

perdarahan setelah dilakukan penusukan pada kulit cuping telinga danberhentinya perdarahan tersebut secara spontan. 8. Diagnose/ criteria diagnosis Diagnosis DHF ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO tahun 1997 terdiri dari criteria klinis dan laboratoris.  Kriteria Klinis a. Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terusmenerus selama 2-7 hari. b. Terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan: o Uji torniquet positif o Petekie, ekimosis, purpura. o Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi o Hematemesis dan atau melena c. Pembesaran hati d. Syok, ditandai dengan nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien gelisah.  Kriteria laboratoris a. Trobositopenia (100.000/Чl atau kurang) b. Hemokonsentrasi (hematokrit > 20% dari normal) 9. Terapi/ penanganan a) Terapi Belum atau tanpa renjatan: 1) Grade I dan II : a. Oral atau b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg atau 50 ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.Untuk kasus yang menunjukkan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin. Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infus yang harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan

10

penderita dalam kurun waktu 24 jam yang diestimasikan sebagai berikut : o 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 Kg o 75 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg o 60 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg o

50 ml/KgBB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg

o Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas, darah 15 cc/kgBB/hari perdarahan hebat Dengan Renjatan ; 2) Grade III a. Berikan infus Ringer Laktat 20 mL/KgBB/1 jam Apabila menunjukkan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba dengan frekuensi kurang dari 120/mnt dan akral hangat) lanjutkan dengan Ringer Laktat 10 mL/KgBB/1jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infus tersebut dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu ( 24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan ). Perhitungan kebutuhan cairan dalam 24 jm diperhitungkan sebagai berikut : o 100 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB < 25 Kg o 75 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dng berat badan 26-30 Kg. o

60 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 31-40 Kg.

o

50 mL/Kg BB/24 jam untuk anak dengan BB 41-50 Kg.

b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 mL/Kg BB/1 jam keadaan tensi masih terukur kurang dari 80 mmHg dan andi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander ( dextran L atau yang lainnya ) sebanyak 10 mL/ Kg BB/ 1 jam dan dapat diulang maksimal 30 mL/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membai dilanjutkan cairan RL sebanyk kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.

11

c.

Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 mL/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10 Ml/Kg BB/ 1 jam. Dan dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

b).Penatalaksanaan 

Tirah baring atau istirahat baring.



Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue : Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau kejang-kejang. Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif / negatif, kesan sakit keras ( tidak mau bermain ), Hb dan PCV meningkat.



Panas disertai perdarahan



Panas disertai renjatan.



Diet makan lunak.



Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF.



Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan.



Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam.



Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.



Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.



Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.

10. Komplikasi Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

12

a. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau tanpa kejang b.

Disorientasi dan penurunan kesadaran

c.

Perdarahan luas.

d. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan a. Pengkajian Data Subyektif Pada pasien DHF data subjektif yang sering ditemukan timbul antara lain :  Breath: sesak napas  Blood: penurunan trombosit, perdarahan  Brain: sakit kepala  Blandder: urine menurun  Bowel: konstipasi  Bone: nyeri pada otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, lemah Anoreksia (tak nafsu makan), mual, haus, sakit saat menelan Demam atau panas Data Objektif Data objektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain :  Suhu tubuh tinggi: menggigil; wajah tampak kemerahan (flushimg)  Mukosa mulut kering; perdarahan gusi; lidah kotor (kadang-kadang)  Tampak bintik merah pada kulit (petekie)  kulit, bibir dan lidah menjadi kering; tampak kehausan, sudah lama tidak buang air kecil dan kelenturan kulit menurun  Nadi cepat  Ruam dikulit lengan dan kaki  Nyeri tekan pada epigastrik  Melena  Gusi berdarah  Hipotensi

13

b. Diagnosa Keperawatan 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). 2. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. 3. Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma. 4. Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. 5. Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh. 6. Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. 7. Kecemasan

berhubungan

dengan

kondisi

pasien

yang

memburuk,

hospitalisasi dan perdarahan c.Rencana Asuhan Keperawatan NO DIAGNOSA . KEPERAWATAN DX 1 Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia).

TUJUAN & KRITERIA HASIL

INTERVENSI

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan diharapkan demam pasien teratasi, dengan criteria hasil 2. : - Suhu tubuh normal (36 – 370C). - Pasien bebas dari demam.

1. Kaji saat timbulnya demam.

RASIONAL

1. 1.untuk mengidentifikasi pola demam pasien. 2. Observasi 2. 2.tanda vital tanda vital merupakan acuan (suhu, nadi, untuk mengetahui tensi, keadaan umum pernafasan) pasien. setiap 3 jam.

3. 3. Berikan kompres hangat.

3. 2,5 liter/24 jam.7)Anjurkan pasien untuk banyak minum

4. 4. Anjurkan untuk tidak 3. 4. Dengan memakai vasodilatasi dapat selimut dan meningkatkan pakaian yang penguapan yang tebal. mempercepat 14

5. 5. Berikan terapi cairan intravena dan 4. obat-obatan sesuai program dokter.

penurunan suhu tubuh. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.

5. 5. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi. 2

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, dengan kriteria hasil : 2. - pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan 3. /dibutuhkan.

1. Kaji keluhan1. mual, sakit menelan, dan muntah yang 2. dialami pasien.3. 2. Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan. 4. 3. Berikan 3. makanan yang mudah ditelan seperti bubur.

1. Untuk menetapkan cara mengatasinya 2. Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien. 3. Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan .

4. 4. Berikan makanan dalam porsi 5. 4. Untuk kecil dan menghindari mual frekuensi 6. sering. 5. 5. Untuk mengetahui 5. 5. Catat jumlah pemenuhan / porsi kebutuhan nutrisi. makanan yang6. 6. Antiemetik dihabiskan membantu pasien oleh pasien mengurangi rasa setiap hari. mual dan muntah dan diharapkan 6. 6. Berikan intake nutrisi obat-obatan pasien meningkat. antiemetik

15

sesuai program7. 7. Untuk dokter. mengetahui status gizi pasien 7. 7. Ukur berat badan pasien setiap minggu. 3

Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan diharapkan volume cairan tubuh pasien terpenuhi, dengan criteria hasil:

1. Kaji 1. keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital. 2. 3. 2. 2. Observasi tanda-tanda syock. 4. 3. 3. Berikan 3. cairan intravena sesuai program dokter

1. Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya. 2. Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok.

3. Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan 4. 4. Anjurkan cairan tubuh pasien untuk karena cairan banyak minum. tubuh karena cairan langsung 5. 5. Catat intake masuk ke dalam dan output. pembuluh darah. 5. 4. Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh. 6. 5. 5. Untuk mengetahui keseimbangan cairan. 4

Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan

Setelah dilakukan 1. 1. Kaji keluhan1. tindakan keperawatan pasien. diharapkan kebutuha n aktivitas sehari-hari

1. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.

16

dengan kondisi tubuh yang lemah.

terpenuhi 2. 2. Kaji hal-hal 2. , dengan criteria hasil yang mampu : atau yang tidak - Pasien mampu mampu mandiri setelah bebas dilakukan oleh demam. pasien. 3. 3. Bantu pasien3. untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat 4. 4. Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.

2. Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya. 3. Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan seharihari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat.

4. 4. Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain. 5

Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh.

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan diharapkan resiko syok hypovolemik dapat teratasi 2. , dengan criteria hasil : - Tidak terjadi syok hipovolemik. - Tanda-tanda vital 3. dalam batas normal. - Keadaan umum 4. baik.

1. Monitor 1. 1.Memantau keadaan umum kondisi pasien pasien selama masa perawatan 2. Observasi terutama pada tanda-tanda saat terjadi vital tiap 2 perdarahan sampai 3 jam. sehingga segera diketahui tanda Monitor tanda syok dan dapat perdarahan segera ditangani. 3. Chek 2. haemoglobin, hematokrit, trombosit

2. Tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

17

5. 4. Berikan 3. transfusi sesuai program dokter.

3. Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik.

6. 5. Lapor dokter bila tampak syok 4. 4. Untuk hipovolemik. mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut. 5. 5. Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang. 6. Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin 6

Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan diharapkan resiko terjadi perdarahan dapat teratasi, dengan criteria hasil : -Tidak terjadi tandatanda perdarahan 2. lebih lanjut. - Jumlah trombosit meningkat.

1. Monitor 1. tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis. 2. 3. 2. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat 4. 3. 3. Beri 3. penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda

1.Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah. 2. Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan. 3. Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.

18

perdarahan 4. 4. Memotivasi lebih lanjut. pasien untuk mau minum obat 4. 4. Jelaskan obat sesuai dosis yang yang diberikan diberikan. dan manfaatnya. 7

Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan

Setelah dilakukan 1. tindakan keperawatan diharapkan kecemasa n pasien dapat 2. teratasi, dengan criteria hasil : – Kecemasan 3. berkurang.

1. Kaji rasa 1. cemas yang dialami pasien. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.

1. Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien. Pasien bersifat terbuka dengan perawat.

2.Tunjukkan 2. sifat empati 3. 2.Sikap empati akan membuat 4. 3.Beri pasien merasa kesempatan diperhatikan pada pasien dengan baik. untuk mengungkapka3. 3.Meringankan n perasaannya beban pikiran pasien 5. 4. Gunakan 4. komunikasi 5. 4.Agar segala terapeutik sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.

19

BAB III PEMBAHASAN KASUS 3.1 ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DHF

I.

II.

IDENTITAS A. Anak 1. Nama : AP 2. Anak yang ke : Pertama 3. Tanggal lahir/umur : 14 Februari 2011/ 10 th 4. Jenis kelamin : Perempuan 5. Agama : Hindu B. Orang tua 1. Ayah a. Nama b. Umur c. Pekerjaan d. Pendidikan e. Agama f. Alamat

: Tn. “WS” (kandung) : 28 th : Wiraswasta : SMA : Hindu : Banjar Dauh Marga Desa Delodbrawah, Jembrana

2. Ibu a. Nama b. Umur c. Pekerjaan d. Pendidikan e. Agama f. Alamat

: Ny. “NK” (kandung) : 25 th : Ibu Rumah Tangga : SMA : Hindu : Banjar Dauh Marga Desa Delodbrawah, Jembrana

ALASAN DIRAWAT a) Keluhan Utama b) Riwayat Penyakit mengalami

: Panas seluruh badan sampai menggigil. : Keluarga pasien mengatakan pasien pernah gejala yang sama pada 5 tahun yang lalu, tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya dan 20

sembuh dengan obat dari dokter. Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama dengan klien atau penyakit lain yang dianggap berbahaya.

III.

RIWAYAT ANAK (0 – 6 TAHUN), tergantung penyakit A. Perawatan dalam masa kandungan : Ibu pasien mengatakan saat hamil rutin melakukan pemeriksaan kehamilan setiap…kali di Bidan Praktik Mandiri. Perasaan Ibu pasien sangat senang saat emngandung pasien. Ibu tidak pernah menderita sakit saat kehamilandan tidak ada penyakit keturunan di dalam keluarga. B. Perawatan pada waktu kelahiran : Umur kehamilan 9 bulan dilahirkan di Bidan Praktik Mandiri Ditolong oleh bidan Berlangsungnya kelahiran biasa. Lamanya proses persalinan kurang lebih 8 jam Keadaan bayi setelah lahir : bayi baru lahir menangis normal BB 2,500 gram PBL 48 LK/LD : 30 cm/lupa

IV.

KEBUTUHAN BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI A. Bernafas 1. Kesulitan bernafas : ada 2. Kesulitan dirasakan : menarik nafas 3. Keluhan yang dirasa : sesak 4. Suara nafas : crackles B. Makan dan minum Anak-anak Kondisi Pasien

Sebelum Sakit

Saat sakit

21

N Nafsu makan

Baik

Berkurang

-

Menu makan

Nasi+Lauk+Sayur+Susu

Nasi+Lauk+Sayur+Susu

-

Frekuensi makan

3 kali sehari

3 Kali Sehari tidak habis

-

Makanan yang disukai

Mie goreng

Tidak ada

-

Makanan pantangan

Tidak ada

Makanan yang keras

-

Pembatasan pola makan

Tidak ada

Makanan yang lunak

-

Kebiasaan makan

Makan sendiri

Makan sendiri

-

Ritual saat makan

Berdoa sebelum makan

Berdoa sebelum makan

M Makanan selingan

Roti kering

Buah jambu

Kebiasaan jajan

Arumanis

Tidak ada

C. Eliminasi (BAB/BAK) Kondisi Pasien

Sebelum Sakit

Saat Sakit

BAB Kemampuan

Bisa memberitahu,

Bisa memberitahu,

melakukan sendiri

ditolong keluarga

Tempat pembuangan

Toilet

Toilet

-

Frekuensi (waktu)

Sekali sehari

Sekali dalam dua hari

-

Konsistensi

Lunak

Lunak

-

Kesulitan

Tidak ada

Terpasang infuse

Tidak ada

Tidak ada

Tidak digunakan

Tidak digunakan

Bisa memberitahu,

Bisa memberitahu,

melakukan sendiri

melakukan sendiri

Tempat pembuangan

Toilet

Toilet

-

Frekuensi (waktu)

4 – 5 kali sehari

3 – 4 Kali sehari

-

Konsistensi

Jernih

pekat teh

-

Kesulitan

Tidak ada

Terpasang infus

Tidak ada

Tidak ada

P

Kelainan K Obat Pencahar BAK Kemampuan P

Kelainan

22

Obat Pencahar

Tidak digunakan

Tidak digunakan

D. Aktifitas Permainan Pasien mengatakan suka bermain dengan teman-temannya di rumah saat sore hari, permainan yang paling disukai rumah boneka. Dirumah pasien memiliki banyak boneka. E. Rekreasi Pasien mengatakan jarang berlibur dengan keluarga, saat berlibur terakhir 2 tahun lalu di kolam renang. Di rumah sakit mengisi waktu luang dengan bermain boneka di handphone. F. Istirahat dan tidur Kebiasaan istirahat. Pasien mengatakan memiliki kebiasaan mencuci kaki dan kencing sebelum tidur malam hari, biasa tidur siang pukul 13.00 – 15.30, malam hari tidur pukul 21.00 – 06.00, sebelum masuk rumah sakit biasa tidur 8 jam, setelah masuk rumah sakit tidur hanya 4-5 jam karena sering terbangun akibat jantung terasa berdebar-debar. G. Kebersihan diri Pasien mengatakan dirumah biasa mandi sendiri 2 kali sehari namun saat masuk rumah sakit hanya di lap oleh Ibunya. Dikeringkan pakai handuk, gosok gigi sendiri dibantu oleh Ibu menggunakan pasta gigi. H. Pengaturan suhu tubuh Saat pengkajian suhu tubuh pasien 38oC. I. Rasa nyaman Pasien mengatakan merasa nyeri saat menelan, nyeri berlangsung 1-3 menit dengan skla nyeri 5 berdasarkan skala 0-10 dimana 10 merupakan nyeri paling parah. J. Rasa aman Pasien mengatakan merasa cemas terlalu lama di rumah sakit akan tertular penyakit pasien lain dan pasien ingin cepat pulang. K. Belajar (anak dan orangtua) Pasien mengatakan tidak tau apa penyebab sakit yang dialami, pasien sadar berada dirumah sakit sedang mendapatkan perawatan. Ibu pasien mengatakan mengerti anaknya sakit sehingga membawa anaknya kerumah sakit. Perasaan orang tua lebih tenang karena anaknya dirawat dengan baik dengan lingkungan yang bersih di rumah sakit. L. Prestasi Pasien mengatakan menjadi juara 1 di kelasnya, dan mendapat juara 1 menari Bali tingkat kecamatan. 23

M. Hubungan sosial anak Saat pengkajian pasien sangat dekat dengan Ibu nya, akrab berkomunikasi dengan keluarga besarnya. Bahasa yang digunakan pasien adlaah Bahasa Indonesia. N. Melaksanakan ibadah Keluarga pasien mengatakan selalu berdoa pada TUhan dan percaya anaknya akan segera sembuh. Pasien tetap melaksanakan Tri Sandya di atas bed dituntun oleh kedua orang tua. V.

PENGAWASAN KESEHATAN Keluarga pasien mengatakan saat sehat hanya diawasi oleh orang tua. Bila sakit meminta pertolongan kepada dokter praktik mandiri. Keluarga pasien mengatakan rajin membawa anak pada saat kecil ke posyandu. Orang tua melakukan pengawan anak dirumah dengan baik. Imunisasi ( 1 – 5 tahun)

No.

Jenis Imunisasi

Waktu Pemberian

Reaksi Klien

1.

BCG

Umur 6 bln sekali

Panas

2.

DPT (I,II,III)

Umur 5 bln inter 5 mg

Panas

3.

POLIO (I,II,III,IV)

Tidak diketahui

Tidak diketahui

4.

CAMPAK

Tidakdiketahui

Panas

5.

HEPATITIS

Tidak diketahui

Panas

Imunisasi BOG DPT I, II, III HB I, II, III CAMPAK Tambahan / anjuran (POLIO I,II,III,IV)

Umur

Tgl diberikan

Reaksi

6 bln Tidak diketahui Panas 5 bln inter 5 Tidak diketahui Panas mg Tidak diketahui Panas Tidak Tidak diketahui Panas diketahui Tidak Tdk Tidak diketahui diket diketahui Tidak diketahui

Tempat Imunisasi Bidan Puskesmas Bidan Bidan Bidan

24

VI.

VII.

VIII.

PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITA No Jenis Akut/Kronis Umur Penyakit /Menular/tidak saat sakit 1 Demam Akut 5 th Berdarah

Lamanya

Pertolongan

4 hari

Di RS

KESEHATAN LINGKUNGAN Pasien dan keluarga pasien menjaga kesehatan lingkungan tempat tidur pasien dan menjaga kebersihan ruangan pasien. Keluarga tidak ada yang merokok dan selalu mencuci tangan sebelum makan. PERKEMBANGAN ANAK (0 – 6 tahun) Perkembangan tiap tahap Usia anak saat :

IX.

1.

Berguling

: 4 Bulan

2.

Duduk

: 7 bulan

3.

Merangkak

: 9 Bulan

4.

Berdiri

: 11 Bulan

5.

Berjalan

: 13 Bulan

6.

Senyum pertama kali kepada orang lain pada umur 4 bulan

7.

Bicara pertama kali : Lupa

8.

Berpakaian tanpa bantuan : Lupa

PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan umum : pasien lemah dan murung, kesadaran compos mentis, bentuk tubuh kurus tegak, bersih terawat. B. Warna kulit : putih pucat C. Suara waktu menangis : tidak terobservasi D. Tonus otot : menurun E. Turgor kulit : kering F. Udema : ada, di bagian perut. G. Kepala Bentuk keepala mesocpepale, rambut panjang berwarna hitam, kulit kepala bersih, tidak ada lesi di kepala, nyeri tekan tidak ada. H. Mata : Bentuk mata simetris kanan dan kiri, pupil isokor, konjungtiva merah muda, sclera tidak ikterik, tidak ada edema palpebra, nyeri tekan tidak ada.

25

Visus : Normal 6/6, lapang pandang normal, pasien mampu melihat jari penunjuk pemeriksa. I. Hidung : Bentuk hidung simetris, terdapat lesi bekas pedarahan, nyeri tekan ada, benjolan tidak ada. Penciuman baik,mampu membedakan bau obat dengan bau parfum, tidak terdapat sekret dihidung. J. Telinga Keadaan daun telinga baik, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran baik, mampu mendengar suara jam tangan pemeriksa terdekat hingga jarak 30 cm. K. Mulut Mukosa bibir kering, tidak terdapat stoimatitis, terdapat gigi berlubang yaitu gigi geraham bawah kanan, tidak ada nyeri tekan. L. Leher: Pembesaran kelenjar/pembuluh darah, kaku kuduk, pergerakkan leher Tidak adapembesaran kelenjar tiroid, tidak ada lesi, nadi karotis teraba, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, nyeri tekan tidak ada. M. Thoraks: Bentuk dada simetris, normal, irama pernafasan tidak teratur, adanya suara nafas crackles. N. Jantung : S1S2 tunggal regular, tidak ada mur-mur, denyut nadi 100 kali permenit O. Abdomen : Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada asites, peristaltic usu 20 kali permenit, suara perkusi timpani. P. Ekstremitas : Ektremitas Atas Bentk tangan simetris kanan dan kiri, terpasang infus pada tangan kiri, ROM penuh, akral dingin, CRT < 2 detik, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan. Ekstremitas Bawah Bentuk kaki simetris kanan dan kiri, ROM penuh, akral dingin, tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan. Q. Alat kelamin : kebersihan cukup, tidak ada nyeri tekan, tidak ada perdarahan. R. Anus : tidak ada massa, kebersihan cukup. S. Antropometri (ukuran pertumbuhan) 1. BB = 26 kg 2. TB = 136 cm 3. Lingkar kepala = 50 cm 4. Lingkar dada = 58 cm 5. Lingkar lengan = 17 cm 6. Suhu : 38 O C

26

T. Gejala kardinal : 1. Suhu = 38oC 2. Nadi = 100 kali permenit 3. Pernafasan = 28 kali permenit 4. Tekanan darah = 120 kali permenit X.

XI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Uji turniket dan laboratorium. HASIL OBSERVASI 1. Interaksi anak dengan orang tua : baik 2. Bentuk/arah komunikasi : berjalan dua arah 3. Ambivalensi/kontradiksi Prilaku : sesuai dengan umur pasien 4. Rasa aman anak : anak cemas ingin cepat pulang.

ANALISA DATA TGL/JAM 8 Feb 2019/15.00 WITA

DATA FOKUS DS : pasien mengeluh panas seluruh badan sampai menggigil DO : pasien tampak menggigil, suhu tubuh 38oC

8 Feb 2019/16.00 WITA

DS: pasien mengeluh susah tidur dan jantungnya selalu berdebar-debar. DO: pasien tampak gelisah

8 Feb 2019/17.00 WITA

DS: pasien mengeluh cemas terhadap penyakitnya bila lama berada di rumah sakit dan ingin segera pulang

INTERPRETASI/PENYEBAB

MASALAH

Infeksi virus dengue. Terjadi Peningkatan suhu peningkatan permeabilitas tubuh membran di dalam tubuh. Kemudian adanya penghantaran rangsang ke otak oleh saraf simpatik/ parasimpatik menimbulkan peningkatan suhu tubuh Peningkatan suhu tubuh mempengaruhi bagian otak yang lain, sehingga pusat kesadaran dapat terganggu dan sulit tidur.

Gangguan pola tidur

Akibat reaksi tubuh terhadap infeksi terjadi kelemahan fisik yang dipersepsikan ke otak jika terlalu lama mendaptkan perawatan menyebabkan pasien cemas

Cemas

27

DO: pasien tampak cemas dan merengek pulang pada keluarga

XIV. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS No

Tanggal muncul

Diagnosa Keperawatan

1.

09 Feb 2019

2.

09 Feb 2019 Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningktan suhu tubuh

10 Feb 2019

3.

09 Feb 2019

10 Feb 2019

XV.

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

Tanggal teratasi

Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien memburuk

TTD

10 Feb 2019

RENCANA KEPERAWATAN

RENCANA TINDAKAN No

1

Tgl

Diagnosa Keperawatan

Tujuan & Kriteria Hasil

Intervensi

9/2/19

Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit

Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan demam pasien teratasi, dengan criteria hasil : 2. - Suhu tubuh normal (36 – 370C). - Pasien bebas dari demam.

Rasional

Nama/Ttd

Kaji saat timbulnya demam.

untuk mengidentifikasi pola demam pasien. Observasi tanda2. tanda vital vital (suhu, merupakan nadi, tensi, acuan untuk pernafasan) mengetahui setiap 3 jam. keadaan umum pasien. 3. Berikan 2,5 liter/24 kompres hangat. jam.7)Anjurkan pasien untuk 4. Anjurkan untuk banyak minum tidak memakai selimut dan 3. Dengan vasodilatasi

28

pakaian yang tebal. 5. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter. 4.

dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh. pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh. 5. pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi.

2

9/2/19

Gangguan pola tidur berhubungan dengan peningktan suhu tubuh

Setelah diberikan Beri kompres tindakan keperawatan hangat diharapkan pasien menunjukkan pola tidur membaik dan 6. Beri penurtunan suhu tubuh lingkungan yang tenang dan 7. nyaman

7.

3

9/2/19

Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien memburuk

Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan pasien dapat teratasi, 2. dengan criteria hasil : – Kecemasan berkurang. 3.

Membantu klien untuk dapat merasa lebih tenang dan dapat beristirahat tanpa gangguan kafein dapat memperlambat klien untuk tidur.

batasi masukan makanan dan minuman yang mengandung kafein Kaji rasa cemas yang dialami pasien. Jalin hubungan saling percaya 2. dengan pasien.

Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien. Pasien bersifat terbuka dengan perawat. Tunjukkan sifat3. Sikap empati empati akan membuat pasien merasa

29

4. Beri kesempatan pada pasien 4. untuk mengungkapkan perasaannya 5. 5. Gunakan komunikasi terapeutik

diperhatikan dengan baik. Meringankan beban pikiran pasien Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif.

CATATAN PERKEMBANGAN

No

1

Tanggal

10/2/19

No. Dx 1

Jam

Implementasi

Evaluasi

Nama /ttd

08.30 WITA

Mengkaji saat timbulnya demam. 2. Mengobservasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.

S : Klien mengatakan badannya masih panas O : suhu : 37,8oC, nadi : 100 kali per menit, RR : 28

09.30 WITA

Memberikan kompres hangat. 4. Mengnjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal. 5. Berikan terapi cairan intravena dan obatobatan sesuai program dokter.

kali per menit, TD : 100/80 mmHg A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan intervensi

30

2

10/2/19

2

Memberi kompres hangat

10.45 WITA

S : Klien mengatakan suhu badannya tidak sepanas kemarin dan

6.

Memberi lingkungan yang tenang dan nyaman

sudah bisa tidur dengan nyenyak O : Klien kelihatan

11.00 WITA 7.

baru bangun tidur Membatasi masukan makanan dan minuman yang mengandung kafein

dan suhu badannya 37,6 o C A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi

3

10/2/19

3

12.30 WITA

Mengkaji rasa cemas yang dialami pasien. 2. Jalin hubungan saling percaya dengan pasien.

S : Klien mengatakan

3. Menunjukkan sifat empati

tidak khawatir lagi

dirinya sudah lebih baik dsan merasa

O : Wajah klien nampak berseri-seri

13.00 WITA

Memberi kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya

A : Masalah tereatasi P:-

5. Menggunakan komunikasi terapeutik

31

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Dari makalah diatas dapat disimpulkan bahwa DHF adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian, terutama anak serta sering menimbulkan wabah. Menurut klasifikasi pada DHF terdapat 4 derajat yaitu, derajat i : demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi. derajat ii : derajat i di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau perdarahan lain. derajat iii : kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah,hipotensi, kulit dingin lembab, gelisah. Derajat IV : Diagnosa yang muncul pada pasien DHF yaitu Hipertemia berhubungan dengan proses penyakit (virus dalam darah/viremia), Gangguan pemenuhan kubutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, Resiko tinggi terjadinya perdarahan berhubungan dengan trombositopenia, Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi

32

tubuh yang lemah, Resiko tinggi syok hipovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh akibat perdarahan dan Kurang pengetahuan tenang proses penyakit, diet, perawatan, dan obat-obatan pasien berhubungan dengan kurangnya informasi. 4.2 Saran Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran kepada seluruh pembaca makalah ini ataupun seluruh masyarakat diharapkan untuk dapat menjaga lingkungan rumah, dan melaksanakan program pemerintah untuk pemberantasan nyamuk demam berdarah yaitu dengan melakukan program 3M, menguras tempat penampungan air, mengubur barang-barang bekas, membersihkan lingkungan rumah dan sekitarnya.

BAB V DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGVC. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jil 2. Jakarta Pice, Sylvia A dan Lortainne M Wilson.. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi Empat Buku Kedua. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Price, Sylvia A, dkk.2006.Patofisiologi volume 1.Jakarta:EGC. Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta. Mustaka,Siti.2014.

Laporan

pendahuluan

DHF.

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/139/jtptunimus-gdl-sitimustak-6945-3-babii.pdf, diakses pada 5 Februari 2016

33

Arifin.2014. DHF Anak.http://www.tersemangat.com/2014/09/, diakses pada 5 Februari 2016

34

Related Documents


More Documents from "Ra Selviana"

Kata Pengantar.docx
November 2019 10
Askep Anak Dhf Fiks.docx
November 2019 27
Vertikultur.docx
December 2019 21
K7 Bs Pai.pdf
December 2019 21