Laporan Objek 4 Iuw Yuli.docx

  • Uploaded by: Yuli
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Laporan Objek 4 Iuw Yuli.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,588
  • Pages: 9
LAPORAN AWAL PRAKTIKUM ILMU UKUR WILAYAH SPOT HEIGHT

YULIANA J1B116002

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2019

BAB II PELAKSANAAN PRAKTIKUM

2.1 Objek IV (Spot Height) 2.1.1 Latar Belakang Pengukuran tanah dan teknik pemetaan menjadi sesuatu hal yang tidak dapat ditinggalkan,

terutama

untuk

pembangunan

fisik. Proses

pembangunan

pengukuran tanah merupakan bagian terpenting sebelum dilakukanya proses pembangunan. Pemetaan pada sebuah lokasi, bidang yang kita dapatkan tidak hanya bidang datar, tetapi ada dalam bidang tinggi dan ada berupa kontur. Peta topografi dan peta-peta umum yang sering digunakan, penyajian relief dari permukaan bumi sangatlah penting, karena dapat memberikan gambaran yang lebih tepat tentang permukaan bumi tersebut (Gayo, 2005). Ilmu ukur tanah terfokus pada pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi untuk dipindahkan ke bidang datar dan mempelajari masalah kulit bumi yang berupa situasi atas permukaan kulit bumi, perbedaan ketinggian, jarak, dan luas. Ilmu geodesi ini sangat dibutuhkan bagi pekerjaan perencanaan yang membutukan data-data koordinat dan ketinggian titik di lapangan. Pengukuran adalah sebuah teknik pengambilan data yang dapat memberikan nilai panjang, tinggi dan arah relatif dari sebuah objek ke objek lainnya. Pengukuran terletak di antra ilmu geodesi dan ilmu pemetaan. Hasil penelitian geodesi dipakai sebagai dasar referensi pengukuran, kemudian hasil pengelolaan data pengukuran adalah dasar dari pembuatan peta khususnya untuk pengukuran spot height, maka untuk memenuhi hal tersebut praktikum pengukuran garis kontur ini dilakukan, sehingga mahasiswa dapat mengasah kemampuan dan pengalaman dalam teknik pengukuran luas dan tinggi suatu daerah serta penggunaan alat ukur wilayah. Kontur dan beda tinggi dapat memberikan informasi secara relief baik secara relatif ini diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur untuk menyajikan variasi ketinggian suatu tempat pada peta topografi, umumnya digunakan garis kontur (contour line). Oleh sebab itu, maka diperlukan praktikum tentang spot height agar mendapatkan pengetahuan yang lebih spesifik.

2.1.2 Tujuan Tujuan dilaksanakannya praktikum ini, yaitu: 1. Untuk merencanakan suatu tata letak (site plan) untuk bangunan-bangunan atau pertamanan. 2. Untuk pembuatan garis kontur merupakan salah satu bagian penting pada peta.

2.1.3 Manfaat Manfaat dilaksanakannya praktikum ini, yaitu: 1. Mahasiswa mengetahui cara merencanakan suatu tata letak (site plan) untuk bangunan-bangunan atau pertamanan. 2. Mahasiswa dapat mengetahui pembuatan garis kontur yang merupakan salah satu bagian penting pada peta. 2.1.4 Tinjauan Pustaka 2.1.4.1 Ilmu Ukur Wilayah Ilmu ukur wilayah (surveying) adalah sebuah metode pengukuran titik-titik dengan memanfaatkan jarak dan sudut di antara setiap titik tersebut pada suatu wilayah dengan cermat (Basuki, 2005). Berbagai titik tersebut biasanya adalah permukaan bumi dan digunakan untuk membuat sebuah peta, batas wilayah suatu lahan, lokasi konstruksi, dan tujuan lainnya. Ilmu ukur wilayah juga merupakan sebuah pekerjaan. Surveyor menggunakan berbagai elemen matematika seperti geometri dan trigonometri, juga fisika dan keteknikan. Ilmu ukur tanah adalah bagian dari ilmu geodesi yang mempelajari cara-cara pengukuran di permukaan bumi dan di bawah tanah untuk menentukan posisi relative atau absolute titik-titik pada permukaan tanah, di atasnya atau di bawahnya, dalam memenuhi kebutuhan seperti pemetaan dan penetuan posisi relative suatu daerah (Widjajanti., N dan Heliani., L, 2005). Pengukuruan wilayah secara umum dapat dianggap sebagai disiplin yang meliputi semua metoda untuk menghimpun dan melalukan proses informasi dan data tentang bumi dan lingkungan fisis. Bidang teknik pertanian sangat memerlukan data yang akurat untuk pembangunan saluran irigasi, bangunan-bangunan pertanian secara cepat, sistem penyediaan air bersih pengkaplingan tanah perkotaan, jalur pipa, dan terowongan.

Semua itu diperlukan pengukuran wilayah yang hasilnya berupa peta untuk perencanaan, agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan maka pengkuran harus dilakukan secara benar, tepat dan akurat. Hal ini perlu sekali diketahui baik oleh surveyor maupun para insinyur. 2.1.4.2 Spot Height Spot height merupakan sebuah nilai ketinggian tunggal pada peta topografi, biasanya mewakili lokasi dan ketinggian dari bentuk yang menonjol diantara garis kontur. Titik tinggi merupakan titik pada permukaan bumi yang mempunyai harga ketinggian diatas suatu datum tertentu. Datum yang umum digunakan utnuk ketinggian ini adalah permukaan laut rata-rata. Pengukuran sipat datar luas (spot height) dengan mengukur sebanayak mungkin ketinggian titik-titik detail permukaan tanah. Kerapatan dan titik detail yang akan diamati ketinggiannya, diatur sesuai dengan kebutuhan, mkin rapat titik-titiknya akan dapat memberikan gambaran relief permukaan tanah yang baik. Spot Height dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 1. Spot Height

Kontur adalah garis khayal yang menghubungkan titik dengan ketinggian tempat yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu siatas peta dengan memperlihatkan titik-titik diatas peta dengan ketinggian yang sama. Berikut adalah gambar garis kontur:

Gambar 2. Kontur Garis kontur memilki nama lain yaitu garis tranches, garis tinggi dan garis horizontal. Kontur memberikan informasi relief, baik secara relatif maupun secara absolute.

Informasi

relief

secara

relatif ini

diperlihatkan

dengan

menggambarkan garis-garis kontur secara rapat untuk daerah terjal, sedangkan untuk daerah yang landai dapat diperlihatkan dengan memoerlihatkan garis-garis tersebut secara renggang. Informasi relief secara absolute, diperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang merupakan ketinggian garis tersebut diatas suatu bidang acuan tertentu. Bidang acuan yang umum digunakan adalah bidang permukaan laut ratarata. Interval kontur ini sama dengan beda tinggi antar kedua kontur. Interval sangat bergantung pada skala peta juga pada relief permukaan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta. Hal ini disebabkan karena peta pada umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka bentuk garis kontur juga akan mengalami pengecilan sesuai dengan skala peta. 2.1.4.3 Pengukuran Pengukuran digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran-saluran yang sudah ada, dan lain-lain. Pengukuran tinggi ada beberapa istilah yang sering digunakan, yaitu :

a. Garis vertikal Garis vertikal adalah garis yang menuju ke pusat bumi, yang umum dianggap sama dengan garis unting-unting. b. Bidang Mendatar Bidang mendatar adalah bidang yang tegak lurus garis vertikal pada setiap titik. Bidang horisontal berbentuk melengkung mengikuti permukaan laut. c. Datum Datum adalah bidang yang digunakan sebagai bidang referensi untuk ketinggian, misalnya permukaan laut rata-rata. d. Elevasi Elevasi adalah jarak vertikal (ketinggian) yang diukur terhadap bidang datum. e. Banch Mark (BM) Banch Mark (BM) adalah titik yang tetap yang telah diketahui elevasinya terhadap datum yang dipakai, untuk pedoman pengukuran elevasi daerah sekelilingnya. Penggunaan alat ukur selalu harus disertai dengan rambu ukur, yang terpenting dari rambu ukur ini adalah pembagian skalanya harus betul-betul teliti untuk dapat menghasilkan pengukuran yang baik. Memegang rambu ukurpun harus betul-betul tegak (vertikal), agar letak rambu ukur berdiri dengan tegak, maka dapat digunakan nivo rambu, jika nivo rambu ini tidak tersedia, dapat pula dengan cara menggoyangkan rambu ukur secara perlahan-lahan ke depan, kemudian ke belakang, kemudian pengamat mencatat hasil pembacaan rambu ukur yang minimum. Cara ini tidak cocok bila rambu ukur yang digunakan beralas berbentuk persegi. 2.1.4.4 Metode Perhitungan Spot Height Metode perhitungan spot height dibagi menjadi beberapa cara, yaitu: a. Metode Trigonometri Penentuan beda tinggi dengan trigonometri adalah penentuan beda tinggi secara tidak langsung, yaitu beda tinggi dari fungsi jarak mendatar dan sudut vertikal antar dua titik yang diukur beda tinggi nya. Jarak mendatar diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan pita ukur secara elektronik EDM atau

dengan cara lain. Sudut vertikal diukur dengan menggunakan alat ukur dengan menggunakan alat ukur theodolit. Jarak (D) dan sudut vertikal (Z atau M) telah didapatkan dari suatu titik lain nya dari pengukuran, maka dapat dihitung beda tinggi antar dua titik. Metode trigonometri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan dibawah ini: ∆h = D tan m + i-t Keterangan:

atau

∆h = D cotan Z + i-t

D = Jarak mendatar I = Tinggi alat M = Sudut miring T = Bacaan benang tengah Z = Sudut zenith

b. Metode Barometris Prinsip penentuan beda tinggi secara barometris adalah berdasarkan perbedaan tekanan udara antara dua tempat, maka tinggi permukaan tanah jika makin tinggi maka tekanan udara makin berkurang. Pengukuran tinggi dengan cara ini umumnya dilakukan untuk keperluan studi awal atau pendahuluan, hasil pengukuran nya masih kasar (kurang akurat). Alat yang dipakai adalah barometer dan termometer. Titik A dan titik B ditentukan beda tinggi nya dengan cara trigonometri.

2.1.5 Metoda Praktikum 2.1.5.1 Waktu dan Tempat Praktikum Ilmu Ukur Wilayah dilaksanakan pada hari kamis, 28 Maret 2019 dimulai pada pukul 09:00 WIB sampai dengan pukul 12:00 WIB, di Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jambi. 2.1.5.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum adalah theodolit, rambu ukur, statip, unting-unting dan bahan yang digunakan adalah patok minimal sebanyak 6 buah, payung, paku payung dan tali rafia. 2.3.5.1 Prosedur Kerja Tahap-tahap dalam pembuatan dan pengukuran spot height dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Peralatan dan keperluan untuk pengukuran disiapkan. 2. Tentukan daerah yang akan diukur (orientasi medan). 3. Alat Theodolit didirikan pada titik pertama yang telah diketahui ketinggiannya, misal Titik A.

4. Theodolit dengan bantuan nivo kotak dan nivo tabung serta unting-unting dicentering.

5. Alat diarahkan pada posisi rambu yang diletakkan pada jarak 15 m (misal Titik J), nolkan skala sudut horizontal, kemudian kunci sudut horizontal. Lakukan pemasangan patok pada setiap kelipatan jarak 1,5 m.

6. Alat sejauh 90ᵒ searah sudut horizontal diputar. Kemudian lakukan pembacaan benang (atas, bawah, tengah) pada setiap kelipatan jarak 1,5 m sepanjang 15 m (10 kali pembacaan benang).

7. Alat pada titik patok berikutnya dipindahkan (misal Titik B). Nolkan alat pada titik ikat sebelumnya (misal Titik A). Kemudian alat diputar sejauh 270ᵒ arah horizontal dan lakukan pembacaan benang (atas, bawah, tengah) pada setiap kelipatan jarak 1,5 m sepanjang 15 m (10 kali pembacaan benang).

8. Setelah pembacaan benang selesai, dengan cara yang sama pada point 7, lakukan juga untuk titik patok berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Basuki, S. 2005. Ilmu Ukur Wilayah. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta. Gayo. 2005. Pengukuran Topografi dan Teknik Pemetaan. Jakarta : PT Pradjina Paramita. Widjajanti, N dan Heliani, L. 2005. Rencana Progran Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan Bahan Ajar Perataan Jaring Geodesi. Jurusan Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Related Documents

Laporan Awal Objek 2.docx
December 2019 23
Rincian Objek
August 2019 26
Laporan 4
May 2020 31

More Documents from "Antonio Grafiko"