1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, kondisi perekonomian semakin tidak menentu.
Kondisi perekonomian ini menyebabkan banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat bertahan dan dapat berkembang, perusahaan harus mencermati kondisi dan kinerja perusahaan. Perusahaan yang berskala besar atau kecil mempunyai perhatian besar di bidang keuangan, terutama dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, persaingan antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya semakin ketat. Untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan maka diperlukan suatu analisis yang tepat. Laporan Keuangan merupakan media yang tepat untuk melihat kondisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan hasil pengumpulan dan pengolahan data keuangan yang disajikan dalam bentuk laporan atau ikhtisar lainnya yang sehingga dapat digunakan untuk membantu para pemakai di dalam menilai kinerja perusahaan sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Laporan keuangan digunakan oleh manajer untuk meningkatan kinerja, oleh kreditor untuk mengevaluasi kemungkinan dibayarnya pinjaman, dan oleh pemegang saham untuk meramalkan laba , dividen, dan harga saham. Dalam rangka untuk menilai kinerja perusahaan, diperlukan beberapa tolok ukur. Tolok ukur yang sering digunakan adalah rasio atau indeks, yang mnghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Analisis dan dari macam-macam rasio dapat memberikan pandangan yang lebih baik tentang kinerja perusahaan dibandingkan analisis yang hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang tidak berbentuk rasio. 1
2
Analisis laporan keuangan akan lebih tajam apabila angka-angka keuangan dibandingkan dengan standar tertentu. Standar tersebut dapat berupa, standar internal yang ditetapkan manajemen, perbandingan historis atau membandingkan angka-angka
keuangan
dengan
angka-angka
masa
sebelumnya.
Tanpa
perbandingan, tidak akan diketahui apakah kinerja suatu perusahaan menunjukkan perbaikan atau menunjukkan penurunan. PT Matahari Departement store Tbk adalah perusahaan ritel besar di Indonesia yang bergerak dalam usaha jaringan toko serba ada yang menyediakan berbagai macam barang seperti pakaian, aksesoris, tas, sepatu, kosmetik dan kebutuhan rumah tangga lain. Penilaian untuk kinerja perusahaan ini sangat diperlukan untuk membuat keputusan agar perusahaan tidak terbawa arus perekonomian dan tidak mengalami kebangkrutan. Berdasarkan uraian – uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat hasil laporan akhir dengan Judul “ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT MATAHARI DEPARTEMENT STORE TBK TAHUN 2016”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah yang penulis dapatkan adalah: 1. Bagaimana perbandingan Laporan Laba Rugi PT Matahari Departement Tbk tahun 2016 dengan tahun 2015? 2. Bagaimana perbandingan Laporan Posisi Keuangan PT Matahari Departement Tbk tahun 2016 dengan tahun 2015? 3. Bagaimana perhitungan rasio Laporan Keuangan PT Matahari Departement Tbk tahun 2016 dan tahun 2015? 4. Bagaimana analisis sumber dan penggunaan modal kerja PT Matahari Departement Tbk tahun 2016? 2
3
5. Bagaimana analisis sumber dan penggunaan kas PT Matahari Departement Tbk tahun 2016?
1.3
Ruang Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup pembahasan yang akan penulis bahas dalam laporan ini adalah analisis Laporan Keuangan PT Matahari Departement Store Tbk berupa Laporan Laba Rugi dan Laporan Posisi Keuangan.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.4.1 Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan laporan akhir ini antara lain: 1. Untuk mengetahui perbandingan laporan keuangan pada periode ini dan periode sebelumnya. 2. Untuk mengetahui rasio yang dihasilkan dari laporan keuangan yang dianalisis. 3. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan. 4. Sebagai syarat dalam menyelesaikan mata kuliah Analisa Laporan Keuangan Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya. 1.4.2 Manfaat Penulisan Manfaat dari penulisan laporan akhir ini antara lain: 1. Sebagai masukan bagi pihak manajemen PT Matahari Departement Store Tbk untuk mengambil keputusan berdasarkan perbandingan laporan keuangan 2. Menambah pengetahuan bagi penulis dimana keadaan perusahaan sebagai penerapan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang diterima. 4. Sebagai sumber bacaan dan referensi.
3
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Laporan Keuangan
2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Bagi perusahaan atau instansi yang sedang berkembang, tentunya laporan keuangan sangat penting, mengingat pentingnya laporan keuangan itu sendiri. Berikut beberapa pengertian Laporan Keuangan menurut ahlinya: Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia adalah “Struktur yang menyajikan posisi keuangan dan kinerja keuangan dalam sebuah entitas. Tujuan umum dari laporan keuangan ini untuk kepentingan umum adalah penyajian informasi mengenai posisi keuangan (financial position), kinerja keuangan (financial performance), dan arus kas (cash flow) dari entitas yang sangat berguna untuk membuat keputusan ekonomis bagi para penggunanya.” Pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5) adalah “Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan).” Menurut Kasmir (2013:7) “Laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu”. Menurut Hanafi (2009:49) “Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya”. Sedangkan Menurut Harahap (2007:105) “laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”
4
5
2.1.2 Jenis Laporan Keuangan Komponen laporan keuangan lengkap menurut PSAK 1 (2017:1.3) terdiri dari: a) Laporan posisi keuangan pada akhir periode; b) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode; c) Laporan perubahan ekuitas selama periode; d) Laporan arus kas selama periode; e) Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan informasi penjelasan lain; f) Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya sesuai dengan paragraf 40A-40D.
2.1.3 Tujuan Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan menurut PSAK 1 (2015:3) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas yang bermanfaat bagi 9 sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomis. Menurut Kasmir (2013:10) tujuan laporan keuangan yaitu: 1. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aset (harta) yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 2. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. 3. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang diperoleh pada suatu periode tertentu.
5
6
4. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu. 5. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi terhadap aset, pasiva, dan modal perusahaan. 6. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan dalam suatu periode. 7. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan keuangan. 8. Informasi keuangan lainnya.
2.1.4 Pihak-Pihak yang Berkepentingan dalam Penyusunan Laporan Pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan adalah pihak internal dan pihak eksternal. a. Pihak Internal 1) Pihak Manajemen, berkepentingan langsung dan sangat membutuhkan informasi
keuangan
untuk
tujuan
pengendalian
(controlling),
pengoordinasian (coordinating) dan perencanaan (planning) suatu perusahaan. 2) Pemilik perusahaan, dengan menganalisis laporan keuangannya pemilik dapat menilai berhasil atau tidaknya manajemen dalam memimpin perusahaan. b. Pihak Eksternal 1) Investor, penanam modal dan penasihat mereka berkepentingan dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. 6
7
2) Kreditur, merasa berkepentingan terhadap pengembalian/pembayaran kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mereka perlu mengetahui kinerja keuangan jangka pendek (likuiditas), dan profitabilitas dari perusahaan. 3) Pemerintah, pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumberdaya dan karena itu berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi
untuk
mengatur
aktivitas
perusahan,
menetapkan kebijakan pajak, dan sebagai dasar menyusun statistik pendapatan nasional dan statisti lainnya. 4) Karyawan, karyawan dan kelompok yang mewakili merekatertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan, juga tertarik dengan informasi untuk~ menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, imbalan pasca kerja dan kesempatan kerja. 5) Masyarakat, perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat daiam berbagai cara. Misalnya: perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi
kecenderungan
(trend)
dan
perkembangan
terakhir
kemakmuran perusahaan dan rangkaian aktivitasnya. 6) Pemasok dan kreditor usaha lainnya, pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang kewajibannya akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor usah berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek daripada pemberi pinjaman kecuali
7
8
kalau sebagai pelanggan utam rnereka bergantung pada kelangsungan hidup perusahaan. 7) Pelanggan, para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan.
2.1.5 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Sofyan Syafri Harahap (2004:24) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah: 1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atau kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan bersifat umum, disajikan bukan untuk semua pemakai dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu saja, misalnya untuk pajak, bank, dan lainnya. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai perhitungan. 4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilaksanakan jika hal itu dianggap tidak material atau tidak menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. 5. Laporan
keuangan
bersifat
konservatif
dalam
menghadapi
ketidakpastian. Bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih
8
9
alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aset yang paling kecil. 6. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi daripada bentuk hukumnya (formalitas). 7. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. 8. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis dan kesuksesan suatu perusahaan. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikuantitatifkan umumnya diabaikan.
2.1.6 Keterbatasan Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2008 : 16) ada 5 keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan yaitu : 1. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), dimana data yang diambil dari data masa lalu. 2. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja. 3. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan-pertimbangan tertentu. 4. Laporan keuangan bersibat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. 5. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.
9
10
2.2 Analisis Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Menurut Syamsudin (2009:37) “analisa laporan keuangan perusahaan pada dasarnya merupakan penghitungan ratio-ratio untuk menilai keadaan keuangan perusahaan di masa lalu, saat ini, dan kemungkinannya di masa depan”. Sedangkan menurut Munawir (2010:35) “Analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan-hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.” Menurut Harahap (2009:190) : “Analisis laporan keuangan berarti menguraikan akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.” Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah suatu analisa yang dilakukan untuk melihat kondisi keuangan perusahaan, prestasi kerja dan kinerja perusahaan di masa lalu sampai saat ini serta prospeknya dimasa datang. Analisis laporan keuangan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
2.2.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan. Secara lengkap Harahap (2006:195) mengungkapkan bahwa tujuan dari analisis laporan keuangan ini sebagai berikut: 1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam dari pada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.
10
11
2. Dapat mengambil informasi yang tidak tampak secara kasat mata (expicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implicit). 3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang tidak bersifat konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperolah dari luar perusahaan. 5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya data melahirkan modelmodel dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi dan peningkatan (rating). 6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. 7. Dapat menentukan peringkat perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis. 8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal. 9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di masa yang akan datang. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007:6) tujuan analisis keuangan antara lain adalah: 1. Investasi pada saham. Analisis digunakan untuk mengetahui apakah saham perusahaan tersebut layak dibeli atau tidak. Hal ini dilakukan karena para investor ingin memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi
11
12
dari perusahaan yang sahamnya memang bener-bener layak untuk dibeli. 2. Pemberian kredit. Dalam analisis ini, yang menjadi tujuan pokok adalah menilai perusahaan untuk mengembalikan pinjaman yang diberikan beserta bunga yang berkaitan dengan pinjaman tersebut. 3. Kesehatan pemasok (supplier). Dengan kemungkinan kerjasama yang akan dijalin, analis dari pihak perusahaan akan berusaha menganalisis profittabilitas perusahaan pemasok, kondisi keuangan, kemampuan untuk menghasilkan kas untuk memenuhi operasi sehari-harinya, dan kemampuan membayar kewajibannya. Pengetahuan akan kondisi keuangan supplier juga akan bermanfaat bagi perusahaan dalam melakukan negosiasi dengan supplier. 4. Kesehatan pelanggan (costomer). Analis digunakan untuk mengetahui informasi
mengenai
kemampuan
pelanggan
memenuhi
jangka
pendeknya. 5. Kesehatan pelanggan ditinjau dari karyawan. Analisis dilakukan untuk memastikan apakah perusahaan, atau perusahaan yang akan dimasuki tersebut mempunyai prospek keuangan yang bagus. 6. Pemerintah. Pemerintah dapat menganalisis keuangan perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang dibayarkan, atau menentukan tingkat keuntungan yang wajar bagi suatu industri (biasanya dengan menambahkan sejumlah persentase tertentu diatas biaya maodalnya). 7. Analisis Internal.Analisis disini digunakan untuk menentukan sejauh mana perkembangan perusahaan, agar pihak internal perusahaan sendiri (seperti pihak manajemen) dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan, untuk perencanaan, atau untuk mengevaluasi perubahan strategi.
12
13
8. Analisis Pesaing. Kondisi keuangan pesaing dapat dianalisis oleh perusahaan untuk menentukan sejauh mana kekuatan keuangan pesaing. Informasi ini dapat dijadikan sebagai penetuan strategi perusahaan. 9. Penilaian Kerusakan. Analisis digunakan untuk menentukan besarnya kerusakan yang dialami oleh perusahaan.
2.2.3 Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis laporan keuangan digunakan beberapa metode dan teknik yang akan dijadikan dasar penganalisisan. Menurut Munawir dalam bukunya "Analisis Laporan Keuangan" (2004:36) ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisa laporan keuangan, yaitu: 1. Analisis horizontal, yaitu analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. 2. Analisis vertikal, yaitu apabila laporan keuangan yang dianalisa hanya meliputi
satu
periode
atau
satu
saat
saja,
yaitu
dengan
memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan menurut Munawir (2004:36-37) adalah sebagai berikut: 1. Analisis perbandingan laporan keuangan adalah metode dan teknik analisis dengan cara membandingkan loparan keuangan untuk dua periode atau lebih. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam persentase (trend percentage analysis), adalah suatu metode atau teknis analisis untuk mengetahui tendensi dari pada
13
14
keadaan keuangannya apakan menunjukan tendensi naik atau bahkan turun. 3. Laporan dengan prosentse perkomponen atau common size statement, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing asetnya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosannya yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perubahan modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement), adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode tertentu. 6. Analisis rasio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi keduanya. 7. Analisa perubahan laba kotor (gros profit margin) adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut. 8. Analisis break-even adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai suatu perusahaan agar tidak menderita kerugian, tetapi belom memperoleh keuntungan. Didalam analisis breakeven ini juga diketahui berbagai tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagi tingkat penjualan.
14
15
Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keunagan perusahaan, analisis keuangan dan pemakai laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap kesehatan perusahaan. Alat yang biasa digunakan adalah rasio keuangan.
2.2.4 Prosedur Analisis Laporan Keuangan Berbagai langkah harus ditempuh dalam menganalisis laporan keuangan. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh menurut Dwi Prastowo dan Rifka Juliaty (2009:53) adalah: 1.
Memahami latar belakang keuangan perusahaan Pemahaman latar belakang data keuangan perusahaan yang dianalisis mencakup pemahaman tentang bidang usaha perusahaan dan kebijakan akuntansi yang dianut dan diterapkan oleh perusahaan. Memahami latar belakang data keuangan pemahaman akan dianalisis merupakan langkah yang perlu dilakukan sebelum menganalisis laporan keuangan perusahaan.
2.
Memahami kondisi-kondisi yang berpengaruh pada perusahaan Selain latar belakang data keuangan, kondisi-kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap perusahaan perlu juga untuk dipahami. Kondisikondisi yang perlu dipahami mencakup informasi mengenai trend (kecenderungan) industry dimanan perusahaan beroperasi, perubahan teknologi, perubahan selera konsumen, perubahan faktor-faktor ekonomi seperti perubahan pendapatan per kapita, tingkat bunga, tingkat inflasi dan pajak, dan perubahan yang terjadi di dalam perusahaan itu sendiri, seperti perubahan posisi manajemen kunci.
3.
Mempelajari dan mereview laporan keuangan Kedua langkah pertama akan memberikan gambaran mengenai karkateristik (profil) perusahaan. Sebelum berbagi teknik analisis diaplikasikan, perlu dilakukan review terhadap laporan keuangan 15
16
secara menyeluruh. Tujuan langkah ini adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah cukup jelas menggambarkan data keuangan yang relevan dan sesuai dengan standar akuntansi keuangan. 4.
Menganalisis laporan keuangan Setelah memahami profil perusahaan dan mereview laporan keuangan, maka dengan menggunakan berbagai metode dan teknik analisis yang ada dapat menganalisis laporan keuangan dan meninterprestasikan hasil analisis tersebut (bila perlu disertai dengan rekomendasi). Prosedur analisis laporan keuangan menurut Abdullah (2001: 34-35)
Faktor penting yang harus diperhatikan dalam menganalisa laporan keuangan :
2.2.5 Kelemahan Analisis Laporan Keuangan Kelemahan analisis laporan keuangan menurut Harahap (2004:201), yaitu: 1.
Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya harus selalu diingat kelemahan dan laporan keuangan agar kesimpulan dari analisis tidak salah. 16
17
2.
Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan, tetapi juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat.
3.
Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa laba dan kondisi ini dapat berbeda dengan kondisi masa depan.
4.
Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka, misalnya: a. Prinsip Akuntansi b. Size atau Ukuran Perusahaan c. Jenis Industri d. Periode Laporan e. Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi f. Motif Perusahaan apakah profit motive atau non profit motive
5.
Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi.
2.3 Analisis Perbandingan Laporan Keuangan 2.3.1 Pengertian Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Analisis perbandingan laporan keuangan adalah teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukkan informasi keuangan atau data lain baik dalam rupiah atau dalam unit. Teknik perbandingan juga dapat menunjukkan kenaikan dan penurunan
17
18
dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau rasio. Analisis perbandingan laporan keuangan merupakan analisis vertikalhorizontal yang membandingkan antara setiap pos-pos yang sama dalam laporan keuangan untuk periode beberapa tahun (periode) sehingga dapat diketahui perkembangan (tren) atau kecenderungannya. Yang diperbandingkan adalah hasil penilaian yang diperoleh dari kinerja perusahaan selama beberapa tahun. Secara umum hasil analisis perbandingan laporan keuangan dapat ditunjukkan dalam bentuk: 1. Jumlah dalam rupiah 2. Jumlah penurunan dalam rupiah 3. Jumlah kenaikan dalam rupiah 4. Perbandingan dalam % 5. Perbandingan dalam bentuk rasio
2.3.2 Tujuan dan Manfaat Analisis Laporan Keuangan Tujuan dilakukannya perbandingan laporan keuangan perusahaan adalah sebagai berikut : 1.
Mengetahui perubahan-perubahan berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua atau lebih periode yang dibandingkan.
2.
Membandingkan data keuangan dua periode atau lebih, sehingga dapat diperoleh data yang dapat mendukung keputusan yang akan diambil oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
3.
Menentukan bagaimana setiap pos laporan keuangan berubah, sebab pos-pos tersebut berubah, dan mengeahui apakah perubahan tersebut menguntungkan atau tidak.
18
19
Sedangkan manfaat dengan membandingkan laporan keuangan perusahaan adalah sebagai berikut : 1.
Memberikan gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan yang bersangkutan.
2.
Dapat menyajikan data historis serta menyeluruh yang terdiri dari data yang ada merupakan hasil kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi serta pendapat pribadi.
3.
Membantu para manajer, karena dengan laporan keuangan yang diperbandingkan untuk beberapa periode dapat diketahui sifat dan tendensi / kecenderungan perubahan yang terjadi dalam perusahaan.
2.3.3 Fungsi dan Kegunaan Analisis Perbandingan Laporan Keuangan Fungsi dan kegunaan analisis ini adalah : 1.
Untuk mengetahui perubahan masing-masing unsur laporan keuangan dalam beberapa periode.
2.
Sebagai dasar pembuatan perencanaan,kebijaksanaan, keputusan, serta tindakan operasional manajemen perusahaan pada periode yang akan datang.
2.4
Analisis Rasio Keuangan
2.4.1 Pengertian Rasio Rasio adalah alat yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data finansial (Bambang Riyanto, 1996:329). Pancawati Hardiningsih (2002:85), rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor yang satu dengan faktor yang lain dari suatu laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang 19
20
lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka-angka tersebut dibandingkan dengan
angka
rasio
pembanding
yang
digunakan
sebagai
standard
(Munawir,2004:64). Pancawati Hardiningsih (2002:85), manfaat analisis rasio pada dasarnya tidak hanya berguna bagi kepentingan intern perusahaan melainkan juga bagi pihak luar. Rasio-rasio ini mempermudah upaya pembandingan kinerja perusahaan dari tahun ke tahun (time series) atau dengan perusahaan lain (cross section) dalam industri yang sama. 2.4.2 Pengertian Rasio Keuangan Rasio Keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dengan menggunakan laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja perusahaan. Menurut Harahap (1999 : 297) “rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan atau berarti”.Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengetahui apakah telah terjadi penyimpangan dalam
melaksanakan
aktivitas
operasional
perusahaan.
Menurut
Wild,
Subramanyam,dan Halsey (2005 : 36) “Rasio merupakan alat untuk menyediakan pandangan terhadap kondisi yang mendasari. Rasio merupakan salah satu titik awal, bukan titik akhir. Rasio yang diinterpretasikan dengan tepat mengindikasikan area yang memerlukan investigasi lebih lanjut”. Dari defenisi ini rasio dapat digunakan untuk mengetahui apakah terdapat penyimpangan-penyimpangan dengan cara membandingkan rasio keuangan dengan tahun-tahun sebelumnya. Rasio keuangan menunjukkan hubungan sistematis dalam bentuk perbandingan antara perkiraan-perkiraan laporan keuangan. Agar hasil perhitungan rasio keuangan dapat diinterpretasikan, perkiraan-perkiraan yang dibandingka n harus mengarah pada hubungan ekonomis yang penting. 20
21
Contoh Pertama, untuk beberapa pengecualian, tidak ada ketentuan-ketentuan baku dan cepat untuk komputasi rasio. Kedua, dalam penghitungan banyak rasio, angka-angka laporan laba rugi dibandingkan dengan angka-angka neraca. Karena laporan laba rugi mengacu pada suatu periode waktu dan neraca mengacu pada suatu titik waktu, maka dalam penghitungan rasio-rasio adalah baik untuk menghitung rata-rata untuk angka-angka neraca.
2.4.3 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Analisis rasio keuangan merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis laporan keuangan. Analisis rasio berguna bagi para analisis intern untuk membantu manajemen membuat evaluasi mengenai
hasil-hasi
operasinya,
memperbaiki
kesalahan-kesalahan
dan
menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesuiltan keuangan. Analisis rasio keuangan menurut Munawir (2010:106), adalah: “Future oriented atau berorientasi dengan masa depan, artinya bahwa dengan analisa ratio keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk meramalkan keadaan keuangan serta hasil usaha dimasa yang akan datang. Dengan angka-angka ratio historis atau kalau memungkinkan dengan angka rasio industri (yang dilengkapi dengan data lainnya) dapat digunakan sebagai dasar untuk penyusunan laporan keuangan yang diproyeksikan yang merupakan salah satu bentuk perencanaan keuangan perusahaan.” Menurut Gitman (2006:54) analisis rasio keuangan adalah bahwa rasio keuangan untuk menganalisis dan mengawasi kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Known et al (2005:72) analisis rasio keuangan adalah dimulai dengan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi beberapa kekuatan dan kelemahan finansial pada sebuah perusahaan.
21
22
Menurut Harahap (2004:297) analisis rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Dari beberapa definisi di atas maka analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara atau metode yang digunakan untuk menghitung dan menganalisis data keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui kinerja perusahaan tersebut.
2.4.4 Keterbatasan Analisis Rasio Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004 : 82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan antara lain: 1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. 2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. 3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi olehcara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi. 4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi. Keterbatasan utama dalam analisis rasio keuangan adalah sulit membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan dengan ratarata industri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 : 495) Kritik terbesar atas analisis rasio ada lah sulitnya mencapai komparabilitas (comparability) yang tinggi di antara perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu.Untuk mencapai komparabilitas di antara perusahaan22
23
perusahaan mengharuskan analis untuk (1) mengidentifikasi perbedaan mendasar yang terdapat dalam prinsip dan prosedur akuntansi yang digunakan dan (2) menyesuaikan saldo untuk mencapai komparabilitas.
2.4.5 Kegunaan Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan.Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan,analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006 : 119) adalah sebagai berikut: 1. Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan, 2. Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan 3. Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.
2.4.6 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dibandingkan alat analisis
23
24
keuangan lainnya. Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2006 : 298). 1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan. 2. Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit. 3. Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain. 4. Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score). 5. Rasio menstandarisir sizeperusahaan. 6. Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series. 7. Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang. Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004 : 82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan antara lain: 1. Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. 2. Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan. 3. Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut dipengaruhi olehcara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.
24
25
4. Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi. Rasio keuangan merupakan alat yang sangat berguna, namun mempunyai beberapa keterbatasan dan harus digunakan dengan hati-hati. Rasio-rasio tersebut terbentuk dari penfsiran dengan cara menggabungkan beberapa rasio yang ada menjadi suatu model peramalan yang berarti yaitu model yang disebut analisis diskriminan.
Analisis
diskriminan
ini
menghasilkan
suatu
index
yang
memungkinkan penggolongan suatu observasi ke dalam satu kelompok yang telah ditetapkan terlebih dahulu, sehingga dengan model ini dapat diukur prospek sutu perusahaan.
2.4.7 Jenis-Jenis Rasio Keuangan 1. Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Beberapa jenis rasio likuiditas, yaitu: a. Current Ratio Current Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aset lancar yang dimilikinya. Rumusnya: Current Ratio
=
b. Cash Ratio atau Ratio of Immediate Solveney Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan kas yang tersedia dan efek/surat berharga yang dapat segera dicairkan. Rumusnya: Cash Ratio
= 25
26
c. Quick Ratio atau Acid Test Ratio Quick Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aset lancar yang lebih likuid (liquid asset). Rumusnya: Quick Ratio
=
d. Working Capital to Total Assets Ratio Working Capital to Total Assets Ratio digunakan untuk mengukur likuiditas dari total aset dan posisi modal kerja (neto). Rumusnya: Working Capital to Total Aset Ratio
=
2. Rasio Leverage Rasio Leverage (rasio utang), rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa jauh aset perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar. Beberapa jenis rasio ini, yaitu: a. Total Debt to Equity Ratio Total debt to equity ratio digunakan untuk mengukur bagian setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan kewajiban atau utang. Rumusnya: Total Debt to Equity Ratio =
b. Total Debt to Total Capital Assets Total debt to total capital assets digunakan untuk mengukur bagian aset yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau utang. Rumusnya: Total Debt to Total Capital Assets=
c. Long Term Debt to Equity Ratio
26
27 Long Term Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk utang jangkan panjang. Rumusnya:
Long Term Debt to Equity Ratio
=
d. Tangible Assets Debt Corverage Tangible Assets Debt Corverage digunakan untuk mengukur besar aset tetap tangible yang digunkan untuk menjamin setiap rupiah kewajiban jangka panjang. Rumusnya: Tangible Assets Debt Corverage
=
e. Times Interest Earned Ratio Times Interest Earned Ratio digunakan untuk mengukur besar jaminan keuntungan yang digunakan untuk membayar bunga kewajiban jangka panjang. Rumusnya:
Time Interest Earned Ratio= 3. Rasio Aktivitas Rasio Aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki. Beberapa jenis rasio aktivitas: a. Total Assets Turnover Total assets turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aset yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue. Rumusnya: Total Assets Turnover
=
27
28
b. Receivable Turnover Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode tertentu. Rumusnya:
c. Average Collection Period Average Collection Period digunakan untuk mengukur periode ratarata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukkan hasil yang semakin baik. Rumusnya:
d. Inventory Turnover Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan tendensi adanya overstock. Rumusnya:
e. Average Day’s Inventory Average Day’s Inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada digudang perusahaan. Rumusnya:
f. Working Capital Turnover Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (neto) yang berputar pada suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat di perusahaan . Rumusnya: Working Capital Turnover 28
=
29
4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas atau rasio keuntungan mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aset maupun laba dan modal sendiri. Beberapa jenis rasio profitabilitas, yaitu: a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba kotor per rupiah penjualan. Rumusnya: Gross Profit Margins
=
b. Operating Income Ratio atau Operating Profit Margin Operating income ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumusnya: Operating Income Ratio
=
c. Operating Ratio Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukkan kinerja yang semakin baik. Rumusnya: Operating Ratio
=
d. Net Profit Margin atau Sales Margin Net Profit Margin digunakan untuk mengukur keuntungan neto atau laba bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukkan kinerja yang semakin baik. Rumusnya: Net Profit Margin/Sales Margin 29
=
30
e. Earning Power of Total Investment Earning power of total investment digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan
bagi
semua investor (pemegang
obligasi+saham). Rumusnya: Earning Power of Total Investment
=
f. Net Earning Power Ratio atau Rate of Return on Investment (ROI) ROI digunana untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rumusnya: ROI= g. Rate of Return for Owners atau Rate of Return on Net Worth Rate of Return for Owners digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa. Rumusnya: Rate of Return for Owners=
2.5
Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
2.5.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja didefinisikan sebagai aset lancar dikurangi kewajiban lancar. Jhon Fred Weston dan Thomas E.Copeland (1996 : 327) menjelaskan bahwa modal kerja merupakan investasi perusahaan dalam bentuk uang tunai, surat berharga, piutang dan persediaan, dikurangi dengan kewajiban lancar yang digunakan untuk membiayai aset lancar. Dwi Prastowo D. dan Rifka Juliaty (2002, hal. 107) modal kerja adalah selisih antara total aset lancar dan utang lancar, maka modal kerja akan naik/turun 30
31
hanya karena transaksi yang mempengaruhi baik rekening lancar maupun rekening tidak lancar, sedangkan menurut Agnes Sawir (2001, hal. 129) Modal kerja adalah keseluruhan aset lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari. Adapun mengenai modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001, hal. 61) modal kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut: 1). Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. 2). Modal kerja Variabel ( Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubahubah sesuai dengan perubahan keadaan.
2.5.2 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja Menurut Bambang Riyanto (2001, hal. 209) menjelaskan bahwa pada prinsipnya pemenuhan kebutuhan suatu modal dapat disediakan dari sumbersumber sebagai berikut: 1. Sumber intern perusahaan. Sumber intern perusahaan yaitu sumber modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam perusahaan. Sumber intern yang dibentuk atau dihasilka sendiri di dalam perusahaan adalah modal yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan dan penyusutan. Sumber intern yang dibentuk perusahaan terdiri dari : a.
Laba Ditahan Menurut Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian (2002, hal. 73) mengemukakan bahwa : “Laporan laba ditahan merupakan laporan laba yang berasal dari tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai deviden”. Pos ini selalu merupakan 31
32
akumulasi dari sisa laba yang tidak dibagi selama perusahaan beroperasi. Makin besarnya sumber modal intern yang berasal dari laba ditahan akan memperkuat posisi keuangan perusahaan dalam menghadapi kesulitan keuangan diwaktu-waktu yang akan datang. b. Penyusutan Besarnya penyusutan setiap tahun adalah bergantung kepada metode penyusutan yang digunakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Semakin besar jumlah penyusutan berarti semakin besar “sumber intern” dari dana yang dihasilkan di dalam perusahaan yang bersangkutan. Sementara sebelum penyusutan tersebut digunakan untuk mengganti aset tetap yang akan diganti, dapat digunakan untuk membelanjai perusahaan meskipun waktunya terbatas sampai saat pergantian tersebut. 2. Sumber ekstern perusahaan. Sumber ekstern merupakan sumber modal yang berasal dari luar perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur dan pemilik perusahaan, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur disebut sebagai modal asing. Modal yang berasal dari pemilik perusahaan disebut sebagai modal sendiri. a. Modal Asing Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya sementara bekerja di dalam perusahaan, dan bagi perusahaan modal tersebut merupakan utang yang pada saatnya harus kembali. b. Modal Sendiri Modal sendiri pada dasarnya adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam di dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tentu lamanya. 32
33
Sumber-sumber modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001:253) sebagai berikut: 1. Berkurangnya aset tetap 2. Bertambahnya hutang jangka panjang. 3. Bertambahnya modal 4. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut, maka S. Munawir (2002, hal. 123) menyimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah bila: 1. Adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan. 2. Adanya pengurangan atau penurunan aset tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aset lancar karena adanya penjualan aset tetap maupun melalui proses depresiasi. 3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aset lancar. Penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aset lancar yang dimiliki peusahaan, tetapi penggunaan aset lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan. Penggunaan modal kerja menurut Bambang Riyanto (2001, hal. 353) adalah sebagai berikut: 1. Bertambahnya aset tetap 2. Berkurangnya hutang Jangka Panjang 3. Berkurangnya modal pembayaran cash deviden 4. Berkurangnya modal 5. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan 33
34
Disamping penggunaan aset lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja tersebut, S. Munawir mengemukakan bahwa ada pula pemakaian aset lancar yang tidak merubah jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aset lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/ aset lancar (modal kerja tidak berkurang),misalnya: 1. Pembelian efek (marketable securities) secara tunai. 2. Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan lainnya secara tunai 3. Perubahan suatu bentuk piutang ke bentuk piutang lainnya, misalnya dari piutang dagang menjadi piutang wesel.
2.5.3 Tujuan dan Sumber Modal Kerja Tujuan laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan yang terjadi selama satu periode dengan menunjukan sumber dan penggunaan modal kerja dalam periode tersebut. Laporan perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana management mengelolah perputaran atau sirkulasi modalnya. Dimana sumber- sumber modal kerja berasal : 1. Hasil operasi perusahaan. 2. Keuntungan dari pernjualan surat-surat berharga ( investasi jangka pendek) 3. Penjualan aset tidak lancar 4. Penjualan saham atau obligasi Menurut Munawir S (1995 : 114), ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan),yaitu: 1. Konsep kuantitatif Konsep ini Menitik beratkan kepada kuantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang bersifat rutin atau menunjukkan jumlah dana yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa 34
35
modal kerja adalah jumlah aset lancar. Konsep ini tidak mementingkan kualitas dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai para pemilik, hutang jangka pendek, sehingga dengan modal kerja yang besar tidak apat mencerminkan tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang besar juga. Bahkan menurut konsep ini dengan adanya modal kerja yang besar tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan likuiditas perusahaan. 2 .Konsep Kualitatif Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja, pengertian modal kerja dalam konsep ini adalah kelebihan aset lancar terhadap hutang lancar. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aset lancar yang lebih besar dari hutang lancar dan menunjukkan pula tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan operasi dimasa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan lainnya. 3.Konsep Fungsional Konsep ini menitik beratkan pada fungsi dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya dana yang dimiliki oleh perusahaan sepenuhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba, ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba dimasa yang akan datang. Misalnya bangunan, pabrik, alat-alat kantor dan aset tetap lainnya.
2.5.4 Faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi perusahaan, tapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :
35
36
1. Sifat umum atau tipe perusahaan mempunyai perbedaan kebutuhan modal kerja 2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga per satuan dari barang tersebut. 3. Tingkat Perputaran Persediaan 4. Tingkat Perputaran Piutang 5. Pengaruh Konjungtor 6. Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aset jangka pendek 7. Pengaruh Musim 8. Kredit Rating dari Perusahaan
2.5.5 Sebab Perubahan Modal Kerja 1. Adanya kenaikan sector modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik perusahaan maka modal kerja akan bertambah. 2. Ada pengurangan atau penurunan aset tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aset lancar karena adanya penjualan aset tetap maupun melalui proses depresiasi,modal kerja kan bertambah. 3. Ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek, atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan bertambahnya aset lancar, maka modal kerja akan bertambah. Karena kerugian yang diderita oleh perusahaan, baik kerugian normal maupun kerugian exidentil.maka akan mengurangi modal kerja. 4. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aset lancar untuk tujuantujuan tertentu dalam jangka panjang.maka akan mengurangi modal kerja. 5. Adanya penambahan atau pembelian aset tetap maka akan mengurangi modal kerja. 36
37
6. Pengambilan uang atau barang yang dilakukan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi.
2.6 Analisis Sumber dan Penggunaan Kas 2.6.1 Pengertian Kas Kas ( Cash) adalah aset lancar yang meliputi uang kertas/logam dan bendabenda lain yang dapat digunakan sebagai media tukar/alat pembayaran yang sah dan dapat diambil setiap saat. Kas adalah uang tunai yang paling likuid sehingga pos ini biasanya ditempatkan pada urutan teratas dari aset. Yang termasuk dalam kas adalah seluruh alat pembayaran yang dapat digunakan dengan segera seperti uang kertas, uang logam, dan saldo rekening giro di bank. Uang tunai atau kas merupakan saldo sisa dari arus kas masuk dikurangi arus kas keluar yang berasal dari periode-periode lalu. Arus kas mengacu pada arus kas masuk dikurangi arus kas keluar pada periode berjalan. Aliran dana yang terjadi di suatu perusahaan merupakan aliran keluarmasuknya dana (kas) yang ada di perusahaan yang bersangkutan. Dana yang masuk kedalam perusahaan merupakan dana yang berasal dari sumber dana perusahaan, baik sumber intern maupun sumber ekstern. Sedangkan dana yang keluar dari perusahaan merupakan penggunaan dana yang digunakan untuk operasi atau kegiatan perusahaan.
2.6.2 Pengertian Analisis dan Sumber Penggunaan Kas Kas merupakan aset yang paling likuid atau merupakan salahsatu unsur modal yang paling tinggi likuiditasnya, berarti bahwasemakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akansemakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Akan tetapi suatu perusahaanyang mempunyai tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kasdalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran
37
38
kas tersebut rendahdan mencerminkan adanya over investment dalam kas dan berartiperusahaan kurang efektif dalam mengelola kas. Jumlah kas yangrelatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dankeuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaanyang
hanya
mengejar
keuntungan
(rentabilitas)
tanpa
memperhatikanlikuiditas akhirnya perusahaan itu akan berada dalam keadaan likuidapabila sewaktu-waktu ada tagihan. Dari uraian tersebut terlihat bahwakas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Analisis sumber dan penggunaan dana dimaksudkan untuk mengetahui sumber-sumber dana dan untuk apa dana tersebutdigunakan selama periode analisis, bagaimana pengaruh aliran dana tersebut terhadap kas maupun modal kerja. Analisis sumber dan penggunaan dana pada dasarnya merupakan analisis yang Husnan suad,Manajemen Keuangan, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2011),hal3.9, Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2011), hal. 97 dilakukan untuk melihat aliran dana/kas yang terjadi dalam perusahaan selamaperiode analisis, baik aliran kas masuk maupun aliran kas keluar. Analisis sumber dan penggunaan dana dapat diartikan dalam artian kasmaupun dalam artian modal kerja. Aliran dana dalam artian kasmerupakan aliran kas masuk (sumber dana) dan aliran kas keluar(penggunaan dana) yang langsung mempengaruhi besarnya kas yangberasal dari laporan neraca dan laba rugi. Aliran kas tersebut dapatdilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada laporan neraca danlaba rugi. Untuk itu, perlu meneliti laporan neraca dan laba rugi yangdiperbandingkan mengenai unsur (pos) mana saja yang memperbesarkas dan unsur mana saja yang memperkecil kas.
38
39
2.6.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kas Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah persediaan kas adalah sebagai berikut: 1.
Penyimpangan terhadap aliran kas yang diperkirakan, jumlah kas yang paling ideal sampai saat ini belum ada, tetapi telah terdapat beberapa pedoman untuk menentukan jumlah kas perusahaan. Hal ini dikemukakan oleh H. G. Guthmann bahwa jumlah kas yang ada di perusahaan hendaknya tidak kurang dari 5% - 10% dari jumlah aset lancer. Makin tinggi jumlah kas maka perusahaan semakin liquid dan sebaliknya.
2.
Perimbangan antara aliran kas masuk dank as keluar. Seperti halnya persediaan kas juga memiliki persediaan bersih atau persediaan minimal yang disebut sebagai “safety cash balance” (merupakan jumlah kas minimal dari kas yang harus dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu-waktu.
3.
Adanya penjualan yang baik. Jumlah kas dapat pula dihubungkan dengan salesnya (penjualan). Perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata menggambarkan tingkat perputaran kas. Makin tinggi turnovernya makin baik karena berarti makin efisien penggunaan kasnya.
2.6.4 Sumber Penerimaan dan Pengeluaran Kas 1. Berkurangnya Aset lancar selain kas. a. Piutang, penagihan piutang akan menyebabkan turunnya jumlah piutang, sehingga akan meningkatkan jumlah kas.
39
40
b. Persediaan, adanya penjualan persediaan akan menyebabkan turunnya jumlah persediaan. Hasil penjualan persediaan tersebut akan meningkatkan jumlah kas. c. Aset lancer lainnya, penurunan aset lancer lainnya dapat terjadi karena beberapa hal, tergantung bentuk pos – pos yang dimasukan kedalam golongan aset lancer lainnya tersebut. Namun perlu dicermati bahwa secara langsung ataupun tidak langsung adanya penurunan aset tersebut akan menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah kas. 2. Penurunan/berkurangnya jumlah aset tetap. Penurunan aset tetap dapat disebabkan oleh dua hal yaitu adanya penjualan sebagian aset tetap tersebut atau karena penyusutan aset bersangkutan. Kedua hal tersebut akan menyebabkan meningkatnya jumlah kas. 3. Meningkat/ bertambahnya hutang. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan dana melalui hutang (baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang) akan meningkatkan jumlah hutang perusahaan. Adanya peningkatan jumlah hutang tersebut akan meningkatkan jumlah kas,
yang nantinya digunakan untuk
operasional perusahaan. 4. Meningkat/bertambahnya modal saham. Adanya modal saham yang disetorkan atau ditambahkan akan menyebabkan naiknya jumlah kas. 5. Adanya keuntungan perusahaan. Laba yang diperoleh selama operasional perusahaan merupakan sumber kas utama bagi perusahaan untuk operasionalnya. Namun ada sebagian laba yang belum dapat dijadikan kas yaitu saat terjadi penjualan kredit yang belum tertagih dalam periode akuntansi dan menyebabkan naiknya jumlah piutang.
40
41
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
3.1
Sejarah Singkat Perusahaaan
Bapak Hari Darmawan sebagai Presiden Direktur dan pemilik Matahari Group memulai usahanya dengan membuka toko Mickey Mouse di jalan Pasar Baru no 110, Jakarta Pusat pada tanggal 24 Oktober 1968, toko kecil seluas kurang lebih 150 meter persegi, pada saat itu beliau lahir pada tahun 1940 itu sedang berusia 18 tahun. Mungkin beliau mampu membukan lebih dari sebuah toko sekaligus pada saat itu juga beliau mulai letakkan “pedoman dasar beroperasinya organisasi dagangnya” yang pada kemudian hari menjelma menjadi filosofi Matahari Group yang terdiri dari 5 prinsip sehingga dapat disebut sebagai Panca Karsa Matahari Group (menurut istilah Bapak Hari Darmawan bersama dengan Bapak Dr. Hidayat). Toko yang baru saja berjumlah 2 buah pada akhir tahun 1979, langsung beliau tambah jumlahnya dari tahun ke tahun menjadi 34 buah pada pertengahan bulan Maret 1992, dalam jangka waktu 12 tahun sejak dicanangkannya “tinggal landas” pada tahun 1980, atau 34 tahun sejak berdirinya 1959 organisasi dagang milik Bapak Hari Darmawan ini. Pada tahun 1984 kantor pusat memiliki karyawan sebanyak 400 orang, kini memiliki 1000 orang karyawan. Sementara, seluruh Matahari Group memiliki karyawan mendekati jumlah 12.000 orang. Saat ini banyak nama Matahari Department Store adalah nama yang tidak asing bagi kebanyakan orang khususnya di kota-kota besar di Indonesia. Nama ini lekat dengan suatu bangunan yang cukup megah, berada di tengah kota dan banyak memberian potongan harga untuk penjualan barang-barang tertentu, khususnya untuk fashion. Matahari merupakan brand image untuk kelas menengah ke atas dan banyak dijumpai di kota-kota besar di seluruh Indonesia.
41
42
PT Matahari Putra Prima yang sekarang disebut Matahari Department Store merupakan perusahaan yang bergerak di bidang retail, telah menyediaan aneka kebutuhan mulai dari pakaian sampai kebutuhan alat-alat rumah tangga, dimana komposisi yang ada di Matahari Department Store tergantung dari tipe sebuah toko Matahari Department Store.
3.2
Stuktur Organisasi
Struktur Organisasi Matahari, yaitu: 1.
Board of Commissioner, merupakan pemegang tertinggi perusahaan, dan mempunyai pengaruh besar dalam hal pemberian modal perusahaan. Komisaris juga pemilik saham terbesar perusahaan selain dari public. Tugas utama adalah mengawasi pekerjaan Direktur dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sesuai dengan visi dan misi yang diemban perusahaan. Komisaris terdiri: Presiden Komisaris, Komisaris dan Komisaris Independen.
2.
Board of Director, adalah pimpinan tertinggi dalam hal operasional perusahaan, tunduk pada ketentuan-ketentuan global yang telah digariskan oleh RUPS dan komisaris perusahaan. BOD terdiri dari: Presiden Direktur, Direktur 1, Direktur 2, dan Direktur 3.
3.
Business Unit or Director: Bekerja sama dengan BOD menentukan pelaksanaan bisnis dan perusahaan khususnya dalam pengembangan Department Store dan Supermarket. Bagian ini terdiri dari: CEO Department Store, CEO Supermarket.
4.
Corporate Senior Management (CSM), tugas utamanya adalah membina hubungan baik dengan para investor, serta berusaha mengembangkan dan membuka bisnis-bisnis baru perusahaan. CSM terdiri dari: Investor Relation dam Public Director, Business Development Director. 42
43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Analisis Perbandingan Laporan Keuangan
4.1.1 Analisis Perbandingan Laporan Laba Rugi PT MATAHARI DEPARTEMEN STORE Tbk Laporan Laba Rugi Perbandingan Per 31 Desember 2016 dan 2015 (Dinyatakan dalam jutaan Rupiah) Komponen Laporan Laba Rugi
Dala Tahun 2015
Tahun 2016
Naik (Turun)
m%
Pendapatan Penjualan eceran
Rp
5.729.126
Rp
6.431.701 Rp
702.575
11%
Penjualan konsinyasi - bersih
Rp
3.227.559
Rp
3.402.293 Rp
174.734
5%
Pendapatan jasa
Rp
50.208
Rp
63.052 Rp
12.844
20%
Pendapatan bersih
Rp
9.006.893 Rp
9.897.046 Rp
890.153
9%
Beban pokok pendapatan
Rp (3.335.638)
Rp
(349.641)
9%
Laba Kotor
Rp
6.211.767 Rp
540.542
9%
Beban usaha
Rp (3.341.741)
Rp
(341.930)
10%
Keuntungan lainnya - bersih
Rp
Rp
5.671.225 Rp
8.134
Rp (3.333.607) Laba operasi
Rp
Penghasilan keuangan
Rp
Beban keuangan
Rp
Biaya keuangan - bersih Laba sebelum pajak penghasilan
Rp Rp
Rp (3.685.279)
Rp
2.337.648 Rp 30.833
Rp
(123.660) Rp
(3.683.671)
Rp
5.815 Rp (3.677.856)
(2.319) -29%
Rp
(344.249)
10%
2.533.911 Rp
196.263
8%
(297)
-1%
30.536
Rp
(31.781) Rp
91.879 -74%
Rp
(1.245) Rp
91.582 -99%
2.244.821 Rp
2.532.666 Rp
287.845
13%
(92.827)
Beban pajak penghasilan
Rp
(463.973) Rp
(512.961)
Rp
(48.988)
11%
Laba tahun berjalan
Rp
1.780.848 Rp
2.019.705 Rp
238.857
13%
Laba/(rugi) komprehensif lain : Pos yang tidak akan direklasifikasikan ke laba rugi
43
44 Pengukuran kembali atas kewajiban imbalan kerja
Rp
21.880
Rp
(29.754) Rp
(7.874) -36%
Pendapatan/(beban)pajak penghasilan terkait
Rp
(4.376)
Rp
5.951 Rp
1.575 -36%
Rp
17.504
Rp
(23.803) Rp
(6.299) -36%
Rp
1.798.352
Rp
1.995.902 Rp
197.550 11%
Rp
611
Rp
692 Rp
81 13%
(Rugi)/laba komorehensif lain, setelah pajak Jumlah pendapatan komprehensif tahun berjalan
Laba bersih per saham dasar dan dilusian (nilai penuh)
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos laporan laba rugi (dalam ‘000): 1. Penjualan eceran meningkat sebesar Rp702.575 atau sebesar 11% dari tahun 2015 sebesar Rp5.729.126 menjadi sebesar Rp6.431.701 pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan adanya meningkatnya minat beli konsumen sehingga permintaan meningkat. 2. Penjualan konsinyasi-bersih meningkat sebesar Rp174.734 atau sebesar 5% dari tahun 2015 sebesar Rp3.227.559 menjadi sebesar Rp3.402.293 pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan penambahan barang yang diminta oleh konsinyor. 3. Pendapatan jasa meningkat sebesar Rp12.844 atau sebesar 20% dari tahun 2015 sebesar Rp50.208 menjadi sebsesar Rp63.052 pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan adanya penambahan jasa yang diminta oleh konsumen. 4. Pendapatan bersih meningkat sebesar Rp890.153 atau sebesar 9% dari tahun 2015 sebesar Rp9.006.893 menjadi sebesar Rp9.897.046 pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan pada penjualan eceran, penjualan konsinyasi, dan pendapatan jasa. 5. Beban pokok pendapatan meningkat sebesar Rp349.641 atau sebesar 9% dari tahun 2015 sebesar Rp3.335.638 menjadi sebesar 44
45
Rp3.685.279 pada tahun 2016. Hal ini meningkat seiring meningkatnya pendapatan bersih. 6. Laba kotor meningkat sebesar Rp540.542 atau sebesar 9% dari tahun 2015 sebesar Rp5.671.225 menjadi sebesar Rp6.211.767 pada tahun 2016. Hal ini meningkat seiring meningkatnya beban pokok pendapatan. 7. Beban usaha meningkat sebesar Rp341.930 atau sebesar 10% dari tahun 2015 sebesar Rp3.341.741 menjadi sebesar Rp3.683.671 pada tahun 2016. Hal ini meningkat karena bertambahnya tingkat operasi perusahaan. 8. Keuntungan lainnya-bersih menurun sebesar Rp2.319 atau sebesar 29% dari tahun 2015 sebesar Rp8.134 menjadi sebesar Rp5.815 pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan perusahaan mengurangi kegiatan yang menambah keuntungan lainnya bagi perusahaan. 9. Laba operasi meningkat sebesar Rp196.263 atau sebesar 8% dari tahun 2015 sebesar Rp2.337.648 menjadi sebesar Rp2.533.911 pada tahun 2016. Hal ini meningkat karena adanya peningkatan laba kotor yang lebih besar walaupun beban usaha perusahaan meningkat. 10. Biaya keuangan-bersih menurun sebesar Rp91.582 atau sebesar 99% dari tahun 2015 sebesar Rp92.827 menjadi sebesar Rp1.245 pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan adanya penurunan sebesar 74% pada beban keuangan. 11. Laba sebelum pajak penghasilan meningkat sebesar Rp287.845 atau sebesar 13% dari tahun 2015 sebesar Rp2.244.821 menjadi sebesar Rp2.532.666 pada tahun 2016. Hal ini diiringi dengan meningkatnya Laba tahun berjalan sebesar Rp238.857 atau sebesar 13%. 12. Laba bersih per saham dasar dan dilusian meningkat sebesar Rp81 atau sebesar 13% dari tahun 2015 sebesar Rp611 menjadi sebesar 45
46
Rp692 pada tahun 2016. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan jumlah pendapatan komprehensif tahun berjalan sebesar Rp197.550 atau sebesar 11% dari tahun 2015 sebesar Rp1.798.352 menjadi sebesar Rp1.995.902 pada tahun 2016. 4.1.2 Analisis Perbandingan Laporan Posisi Keuangan PT MATAHARI DEPARTMENT STORE Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 (dinyatakan dalam jutaan, kecuali dinyatakan lain)
Komponen Laporan Posisi Keuangan
Periode 2016
2015
Naik/Turun Rupiah %
Rasio
Aset Aset Lancar Kas dan Setara Kas
Rp1.712.844
Rp
946.658
Rp766.186
81%
1,81
Rp
73.137 Rp
39.312
Rp 33.825
86%
1,86
pihak ketiga
Rp
16.558 Rp
30.848
-Rp 14.290
-46%
0,54
pihak berelasi
Rp
4.871 Rp
5.866
-Rp
-17%
0,83
Persediaan
Rp
-Rp 12.535
-1%
0,99
Piutang Usaha pihak ketiga Piutang Lain-Lain
995.276 Rp 1.007.811
995
Pajak Dibayar Dimuka Rp
- Rp
53.889
-Rp 53.889
100%
0,00
Sewa
Rp
116.526 Rp
90.361
Rp
26.165
29%
1,29
lain-lain
Rp
19.502 Rp
9.551
Rp
9.951
104%
2,04
Uang Muka Sewa
Rp
5.599 Rp
64.856
-Rp
59.257
-91%
0,09
Aset Lancar Lainnya
Rp
29.739 Rp
23.779
Rp
5.960
25%
1,25
Rp 701.111
31%
1,31
pajak lain-lain Beban Dibayar Dimuka
Jumlah Aset Lancar
Rp2.974.052
Rp 2.272.941
Aset Tidak Lancar Uang Muka Pembelian Aset Tetap Aset Pajak Tangguhan
Rp
80.220 Rp
44.235
Rp
35.985
81%
1,81
Rp
40.219 Rp
38.416
Rp
1.803
5%
1,05
Aset Tetap
46
47 (setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp1.383.834; 31 Desember 2015: Rp1.127.519) Sewa Jangka Panjang
Rp
979.858 Rp
876.566
Rp 103.292
12%
1,12
Rp
396.110 Rp
370.325
Rp
25.785
7%
1,07
Uang Jaminan
Rp
135.669 Rp
133.636
Rp
2.033
2%
1,02
Aset Tidak Lancar Lainnya
Rp
252.750 Rp
153.172
Rp
99.578
65%
1,65
Jumlah Aset Tidak Lancar
Rp1.884.826 Rp 1.616.350
Rp 268.476
17%
1,17
Jumlah Aset
Rp4.858.878 Rp 3.889.291
Rp 969.587
25%
1,25
Rp1.662.533 Rp 1.551.619
Rp 110.914
7%
1,07
-16%
0,84
0%
1,00
Liabilitas dan Ekuitas Liabilitas Liabilitas Lancar Utang Usaha pihak ketiga Utang Lain-Lain pihak ketiga
Rp
127.670 Rp
151.179
-Rp
23.509
pihak berelasi
Rp
945 Rp
945
Rp
-
pajak penghasilan badan
Rp
4.951 Rp
97.608
-Rp
92.657
-95%
0,05
pajak lain-lain
Rp
29.993 Rp
12.749
Rp
17.244
135%
2,35
pihak ketiga
Rp
405.378 Rp
280.046
Rp 125.332
45%
1,45
pihak berelasi Kewajiban Imbalan Kerja Jangka Pendek Penghasilan Tangguhan
Rp
45.329 Rp
51.134
-Rp
5.805
-11%
0,89
Rp
240.762 Rp
206.349
Rp
34.413
17%
1,17
Rp
70.793 Rp
87.385
-Rp
16.592
-19%
0,81
Rp 149.340
6%
1,06
21%
1,21
Utang Pajak
Akrual
Jumlah Liabilitas Lancar Liabilitas Tidak Lancar Kewajiban Imbalan Kerja Jangka Panjang Jumlah Liabilitas Tidak Lancar Jumlah Liabilitas
Rp2.588.354 Rp 2.439.014
Rp
415.281 Rp
344.110
Rp
Rp
451.281 Rp
344.110
Rp 107.171
31%
1,31
Rp 220.511
8%
1,08
Rp3.003.635 Rp 2.783.124
Ekuitas Modal Saham
47
71.171
48 modal dasar 3.911.120.640 lembar saham modal ditempatkan dan di setor penuh 2.917.918.080 lembar saham yang terdiri dari: 6.168.960 lembar saham seri A dengan nilai nominal Rp5.000 per saham (nilai penuh); 259.096.320 lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp350 per saham (nilai penuh); 2.652.652.800 lembar saham seri C dengan nilai nominal Rp100 per Rp 358.794
Rp
Rp3.571.934
-Rp 3.571.934
Dicadangkan
Rp 116.397
Rp
Tidak Dicadangkan
Rp4.923.986
Rp 4.174.910
Jumlah Ekuitas
Rp1.855.243
Jumlah Liabilitas dan Ekuitas
Rp4.858.878
saham (nilai penuh) Tambahan Modal Disetor
386.794
-Rp
28.000
-7%
0,93
0%
1,00
0%
1,00
Rp 749.076
18%
1,18
Rp 1.106.167
Rp 749.076
68%
1,68
Rp 3.889.291
Rp 969.587
25%
1,25
Saldo Laba 116.397
Rp
-
Berikut ini perubahan-perubahan yang terjadi pada pos-pos di Laporan Posisi Keuangan (dalam ‘000): A. Sisi Aset lancar 1. Kas dan setara kas meningkat sebesar Rp766.186 atau sekitar 81% dari tahun 2015 sebesar Rp946.658 menjadi sebesar Rp1.712.844 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan pemasukan kas di perusahaan meningkat. 2. Piutang usaha-pihak ketiga meningkat sebesar Rp33.825 atau sekitar 86% dari tahun 2015 sebesar Rp39.312 menjadi sebesar Rp73.137 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan semakin banyaknya pihak ketiga yang berelasi dengan perusahaan. 3. Piutang lain-lain-pihak ketiga menurun sebesar Rp14.290 atau sekitar 46% dari tahun 2015 sebesar Rp30.848 menjadi sebesar Rp16.558 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan karena piutang sudah tertagih. 48
49
4. Piutang lain-lain-pihak berelasi menurun sebesar Rp995 atau sekitar 17% dari tahun 2015 sebesar Rp5.866 menjadi sebesar Rp4.871 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan sudah tertagihnya piutang lain-lain-pihak berelasi. 5. Persediaan menurun sebesar Rp12.535 atau sekitar 1% dari tahun 2015 sebesar Rp1.007.811 menjadi sebesar Rp995.276 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan meningkatnya penjualan di perusahaan. 6. Pajak lain-lain menurun sebesar Rp53.889 atau sebesar 100% dari tahun 2015 sebesar Rp53.889 menjadi Rp0 pada tahun 2016. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak membayar pajak dibayar dimuka pada tahun 2016. 7. Beban dibayar dimuka-sewa meningkat sebesar Rp26.165 atau sekitar 29% dari tahun 2015 sebesar Rp90.361 menjadi sebesar Rp116.526 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan perusahaan membayar lebih banyak sewa dibayar dimuka pada tahun 2016. 8. Beban dibayar dimuka-lain lain meningkat sebesar Rp9.951 atau sebesar 104% dari tahun 2015 sebesar Rp9.551 menjadi Rp19.502 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan karena bertambahnya beban dibayar dimuka yang dibayar perusahaan. 9. Uang muka sewa menurun sebesar Rp59.257 atau sekitar 91% dari tahun 2015 sebesar Rp64.856 menjadi Rp5.599 pada tahun 2016. 10. Aset lancar lainnya meningkat sebesar Rp5.960 atau sekitar 25% dari tahun 2015 sebesar Rp23.779 menjadi sebesar Rp29.739 pada tahun 2016. 11. Jumlah aset lancar lainnya meningkat sebesar Rp701.111 atau sekitar 31% dari tahun 2015 sebesar Rp2.272.941 menjadi sebesar Rp2.974.052 pada tahun 2016. B. Sisi Aset Tidak Lancar
49
50
1. Uang muka pembelian aset tetap meningkat sebesar Rp35.985 atau sekitar 81% dari tahun 2015 sebesar Rp44.235 menjadi sebesar Rp80.220 pada tahun 2016. 2. Aset pajak tangguhan meningkat sebesar Rp1.803 atau sekitar 5% dari tahun 2015 sebesar Rp38.416 menjadi sebesar Rp40.219 pada tahun 2016.
3. Aset tetap meningkat sebesar Rp103.292 atau sekitar 12% dari tahun 2015 sebesar Rp876.556 menjadi sebesar Rp979.858 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan bertambahnya aset tetap. 4. Sewa jangka panjang meningkat sebesar Rp25.785 atau sekitar 7% dari tahun 2015 sebesar Rp370.325 menjadi sebesar Rp396.110 pada tahun 2016. 5. Uang jaminan meningkat sebesar Rp2.033 atau sekitar 2% dari tahun 2015 sebesar Rp133.636 menjadi sebesar Rp135.669 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan bertambahnya uang jaminan kepada perusahaan. 6. Aset tidak lancar lainnya meningkat sebesar Rp99.578 atau sekitar 65% dari tahun 2015 sebesar Rp153.172 menjadi sebesar Rp252.750 pada tahun 2016. 7. Jumlah aset tidak lancar meningkat sebesar Rp268.476 atau sekitar 17% dari tahun 2015 sebesar Rp1.616.350 menjadi sebesar Rp1.884.826 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan karena banyaknya pos yang meningkat pada sisi aset tidak lancar. 8. Jumlah aset meningkat sebesar Rp969.587 atau sekitar 25% dari tahun 2015 sebesar Rp3.889.291 menjadi sebesar Rp4.858.878 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan jumlah aset lancar dan aset tidak lancar juga meningkat. C. Sisi Liabilitas Lancar
50
51
1. Utang usaha-pihak ketiga meningkat sebesar Rp110.914 atau sekitar 7% dari tahun 2015 sebesar Rp1.551.619 menjadi sebesar Rp1.662.533 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan bertambahnya pihak ketiga perusahaan. 2. Utang lain-lain-pihak ketiga menurun sebesar Rp23.509 atau sekitar 16% dari tahun 2015 sebesar Rp151.179 menjadi sebesar Rp127.679 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan perusahaan sudah melunasi sebagian utangnya. 3. Utang lain-lain-pihak berelasi tetap. 4. Utang pajak penghasilan badan menurun sebesar Rp92.657 atau sekitar 95% dari tahun 2015 sebesar Rp97.608 menjadi sebesar Rp4.951 pada tahun 2016. 5. Utang pajak lain-lain meningkat sebesar Rp17.244 atau sekitar 135% dari tahun 2015 sebesar Rp12.749 menjadi sebesar Rp29.993 pada tahun 2016.
6. Akrual pihak ketiga meningkat sebesar Rp125.332 atau sekitar 45% dari tahun 2015 sebesar Rp280.046 menjadi sebesar Rp405.378 pada tahun 2016. 7. Akrual pihak berelasi menurun sebesar Rp5.805 atau sekitar 11% dari tahun 2015 sebesar Rp51.134 menjadi sebesar Rp45.329 pada tahun 2016.
8. Kewajiban imbalan kerja jangka pendek meningkat sebesar Rp34.413 atau sekitar 17% dari tahun 2015 sebesar Rp206.349 menjadi sebesar Rp240.762 pada tahun 2016. 9. Penghasilan tangguhan menurun sebesar Rp16.592 atau sekitar 19% dari tahun 2015 sebesar Rp87.385 menjadi sebesar Rp70.793 pada tahun 2016. 10. Jumlah liabilitas lancar meningkat sebesar Rp149.340 atau sekitar 6% dari tahun 2015 sebesar Rp2.439.014 menjadi sebesar Rp2.588.354 pada tahun 2016. D. Sisi Liabilitas Tidak Lancar 51
52
1. Kewajiban imbalan kerja jangka panjang meningkat sebesar Rp71.171 atau sekitar 21% dari tahun 2015 sebesar Rp344.110 menjadi sebesar Rp415.281 pada tahun 2016. 2. Jumlah liabilitas meningkat sebesar Rp220.511 atau sekitar 8% dari tahun 2015 sebesar Rp2.783.124 menjadi sebesar Rp3.003.635 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan jumlah liabilitas dan liabilitas tidak lancar meningkat. E. Sisi Ekuitas 1. Modal saham menurun sebesar Rp28.000 atau sekitar 7% dari tahun 2015 sebesar Rp386.794 menjadi sebesar Rp358.794 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan karena berkurangnya penjualan saham. 2. Tambahan modal disetor tetap. 3. Saldo laba dicadangkan tetap. 4. Saldo laba tidak dicadangkan meningkat sebesar Rp749.076 atau sekitar 18% dari tahun 2015 sebesar Rp4.174.910 menjadi sebesar Rp4.923.986 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan karena jumlah cadangan dari tahun sebelumnya ditambah cadangan sekarang. 5. Jumlah ekuitas meningkat sebesar Rp749.076 atau sekitar 68% dari tahun 2015 sebesar Rp1.106.167 menjadi sebesar Rp1.855.243 pada tahun 2016. Hal ini disebabkan peningkatan yang terjadi pada pos saldo laba tidak dicadangkan.
52
53
4.2
Analisis Rasio Keuangan
No
Tahun
Jenis Rasio 2015
2016
1
Current Ratio
0,93
1,15
2
Cash Ratio
0,39
0,66
3
Quick/Acid Test Ratio
0,42
0,70
4
Working Capital to Total Assets Ratio
-0,04
0,08
5
Total Debt to Equity Ratio
2,52
1,64
6
Total Debt to Total Capital Assets
0,72
0,63
7
Long Term Debt to Equity Ratio
0,31
0,24
8
Tangible Assets Debt Corverage
4,21
5,03
9
Times Interest Earned Ratio
0,00
0,00
10
Total Assets Turnover
2,30
2,02
11
Receivable Turnover
117,81
68,68
12
Average Collection Period
0,01
0,01
13
Inventory Turnover
-3,31
-3,70
14
Average Day's Inventory
-108,77
-97,22
15
Working Capital Turnover
-53,93
25,50
16
Gross Profit Margin
1,37
1,37
17
Operating Income Ratio/Operating Profit Margin
1,75
1,37
18
Operating Ratio
-0,75
-0,75
19
Net Profit Margin/Sales Margin
0,25
0,26
20
Earning Power of Total Investment (ROA)
0,58
0,52
21
Net Earning Power Ratio (ROI)
0,46
0,42
22
Rate of Return for The Owners
0,20
0,21
Perhitungan: 1. Rasio Likuiditas a. Current Ratio= Tahun 2015
=
Tahun 2016
=
= 0,93 = 1.15 53
54
Pada tahun 2016 kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar nya menggunakan aset lancar lebih baik daripada pada tahun 2015.
b. Cash Ratio
=
Tahun 2015
=
Tahun 2016
=
= 0,39 = 0,66
Pada tahun 2016 kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar nya menggunakan kas dan efek lebih baik daripada pada tahun 2015.
c. Quick Ratio
=
Tahun 2015
=
= 0,42
Tahun 2016
=
= 0,70
Pada tahun 2016 kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar nya menggunakan aset lancar yang lebih likuid lebih baik daripada pada tahun 2015
d. Working Capital to Total Aset Ratio = Tahun 2015
=
= (0,04)
Tahun 2016
=
= 0,08
Pada tahun 2016 aset perusahaan lebih likuid dibandingkan dengan tahun 2015.
2. Rasio Leverage 54
55
a. Total Debt to Equity Ratio= Tahun 2015
=
= 2,52
Tahun 2016
=
= 1,64
Pada tahun 2016 perusahaan telah mengurangi proporsi penggunaan ekuitas dan utang untuk membiayai asetnya dibandingkan dengan tahun 2015.
b. Total Debt to Total Capital Assets=
Tahun 2015
=
= 0,72
Tahun 2016
=
= 0,63
Pada tahun 2016 rasio ini lebih kecil dibandingkan tahun 2015, berarti perusahaan
telah
mengurangi
utangnya
sehingga
asetnya
dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan laba dan tidak hanya untuk membayar utang perusahaan.
c. Long Term Debt to Equity Ratio Tahun 2015
=
= 0,31
Tahun 2016
=
= 0,24
=
Pada tahun 2016 rasio ini lebih kecil dibandingkan tahun 2015, berarti perusahaan telah mengurangi membayar utangnya menggunakan modal perusahaan sehingga lebih aman untuk kreditur.
d. Tangible Assets Debt Corverage= Tahun 2015 =
= 4,21 55
56
Tahun 2016 =
= 5,03
Pada tahun 2016 rasio ini meningkat dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang setelah membayar utang jangka pendeknya lebih kecil.
e. Time Interest Earned Ratio= Perusahaan tidak memiliki bunga kewajiban jangka panjang.
3. Rasio Aktivitas a. Total Assets Turnover= Tahun 2015
=
Tahun 2016
=
= 2,02
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015, berarti perusahaan belum memanfaatkan asetnya secara efektif.
b. Receivable Turnover = Tahun 2015
=
= 117,81
Tahun 2016
=
= 68,68
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti perusahaan belum mengelola dana yang tertanam dalam piutang dengan efektif.
c. Average Collection Period =
56
57
Tahun 2015
=
= 0,01
Tahun 2016
=
= 0,01
Tidak terjadi perubahan pada rasio ini.
d. Inventory Turnover = Tahun 2015
=
= (3,31)
Tahun 2016
=
= (3,70)
Pada tahun 2016 terjadi peningkatan pada rasio dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini berarti perputaran persediaan perusahaan efektif, sehingga tidak terjadi penumpukan persediaan di gudang.
e. Average Day’s Inventory= Tahun 2015
=
Tahun 2016
=
= (97,22)
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini berarti persediaan yang menumpuk di gudang perusahaan lebih sedikit sehingga penjualan bertambah.
f. Working Capital Turnover = Tahun 2015
=
= (53,93)
Tahun 2016
=
= 25,50
Pada tahun 2016 terjadi peningkatan pada rasio ini dibandingkan dengan tahun 2015. Hal ini berarti perusahaan telah efektif dalam memanfaatkan modal kerja pada siklus kas di periode tersebut. 57
58
4. Rasio Profitabilitas a. Gross Profit Margins = Tahun 2015
=
Tahun 2016
=
= 1,37 = 1,37
Tidak terjadi perubahan pada rasio ini
b. Operating Income Ratio = Tahun 2015
=
= 1,75
Tahun 2016
=
= 1,37
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti kurang optimalnya operasi perusahaan.
c. Operating Ratio = Tahun 2015
=
= (0,75)
Tahun 2016
=
= (0,75)
Tidak terjadi perubahan pada rasio ini.
d. Net Profit Margin/Sales Margin = Tahun 2015
=
= 0,25
Tahun 2016
=
= 0,26
Pada tahun 2016 terjadi peningkatan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti operasi perusahaan dinilai lebih baik jika dilihat dari laba bersihnya. 58
59
e. Earning Power of Total Investment
=
Tahun 2015
=
= 0,58
Tahun 2016
=
= 0,52
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti, kemampuan aset perusahaan untuk menghasilkan laba lebih rendah.
f. Rate of Return on Investment (ROI) = Tahun 2015
=
= 0,46
Tahun 2016
=
= 0,42
Pada tahun 2016 terjadi penurunan pada rasio ini dibandingkan tahun 2015. Hal ini berarti pada tahun 2016 laba bersih yang dihasilkan perusahaan bila diukur dari nilai aset lebih rendah daripada tahun sebelumnya.
g. Rate of Return of Net Worth = Tahun 2015
=
= 0,20
Tahun 2016
=
= 0,20
Tidak terjadi perubahan pada rasio ini.
59
60
4.3 Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
PT MATAHARI DEPARTMENT STORE Tbk KERTAS KERJA UNTUK LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 (dinyatakan dalam jutaan, kecuali dinyatakan lain)
Komponen Laporan Posisi Keuangan
Periode 2016
Naik/Turun Debit Kredit
2015
Dana Penggunaan Sumber
Modal Kerja Naik Turun
Aset Aset Lancar Kas dan Setara Kas
Rp
1.712.844
Rp
946.658
Rp
766.186
-
-
-
Rp766.186
-
Rp
73.137
Rp
39.312
Rp
33.825
-
-
-
Rp 33.825
-
pihak ketiga
Rp
16.558
Rp
30.848
-
Rp
14.290
-
-
-
Rp
14.290
pihak berelasi
Rp
4.871
Rp
5.866
-
Rp
995
-
-
-
Rp
995
Persediaan
Rp
995.276
Rp
1.007.811
-
Rp
12.535
-
-
-
Rp
12.535
Rp
-
Rp
53.899
-
Rp
53.899
-
-
-
Rp
53.899
Piutang Usaha pihak ketiga Piutang Lain-Lain
Pajak Dibayar Dimuka pajak lain-lain
60
61 Beban Dibayar Dimuka Sewa
Rp
116.526
Rp
90.361
Rp
26.165
-
-
-
Rp 26.165
-
lain-lain
Rp
19.502
Rp
9.551
Rp
9.951
-
-
-
Rp 9.951
-
Uang Muka Sewa
Rp
5.599
Rp
64.856
Rp 59.257
-
-
-
Rp 59.257
Aset Lancar Lainnya
Rp
29.739
Rp
23.779
-
-
Rp 5.960
-
Jumlah Aset Lancar
Rp
2.974.052
Rp
2.272.941
Aset Tidak Lancar Uang Muka Pembelian Aset Tetap Aset Pajak Tangguhan
Rp
80.220
Rp
35.985
-
-
-
Rp
40.219
Aset Tetap (setelah dikurangi akumulasi penyusutan sebesar Rp1.383.834; 31 Desember 2015: Rp1.127.519) Sewa Jangka Panjang
Rp
Rp
5.960
-
44.235
Rp
35.985
-
Rp
38.416
Rp
1.803
-
Rp
1.803
-
-
-
979.858
Rp
876.566
Rp
103.292
-
Rp
103.292
-
-
-
Rp
396.110
Rp
370.325
Rp
25.785
-
Rp
25.785
-
-
-
Uang Jaminan
Rp
135.669
Rp
133.636
Rp
2.033
-
Rp
2.033
-
-
-
Aset Tidak Lancar Lainnya
Rp
252.750
Rp
153.172
Rp
99.578
-
Rp
99.578
-
-
-
Jumlah Aset Tidak Lancar
Rp
1.884.826
Rp
1.616.350
Jumlah Aset
Rp
4.858.878
Rp
3.889.291
Liabilitas dan Ekuitas Liabilitas
61
Rp
62 Liabilitas Lancar Utang Usaha pihak ketiga
Rp
1.662.533
Rp
1.551.619
-
Rp 110.914
-
-
-
Rp110.914
pihak ketiga
Rp
127.670
Rp
151.179
pihak berelasi
Rp
945
Rp
945
pajak penghasilan badan
Rp
4.951
Rp
97.608
pajak lain-lain
Rp
29.993
Rp
12.749
-
Rp
pihak ketiga
Rp
405.378
Rp
280.046
-
pihak berelasi Kewajiban Imbalan Kerja Jangka Pendek Penghasilan Tangguhan
Rp
45.329
Rp
51.134
Rp
240.762
Rp
206.349
Rp
70.793
Rp
87.385
Jumlah Liabilitas Lancar
Rp
2.588.354
Rp
2.439.014
Rp
415.281
Rp
344.110
Rp
415.281
Rp
344.110
Rp
3.003.635
Rp
2.783.124
Utang Lain-Lain Rp
23.509
-
-
-
Rp 23.509
-
Rp
92.657
-
-
-
Rp 92.657
-
17.244
-
-
-
Rp 17.244
Rp 125.332
-
-
-
Rp125.332
-
-
-
34.413
-
-
-
-
-
71.171
-
Rp 71.171
Utang Pajak
Akrual
Liabilitas Tidak Lancar Kewajiban Imbalan Kerja Jangka Panjang Jumlah Liabilitas Tidak Lancar Jumlah Liabilitas
Rp
5.805 -
Rp
Rp 16.592
-
62
Rp
Rp
5.805 -
Rp 16.592
-
Rp 34.413 -
-
63
Ekuitas Modal Saham modal dasar 3.911.120.640 lembar saham modal ditempatkan dan di setor penuh 2.917.918.080 lembar saham yang terdiri dari: 6.168.960 lembar saham seri A dengan nilai nominal Rp5.000 per saham (nilai penuh); 259.096.320 lembar saham seri B dengan nilai nominal Rp350 per saham (nilai penuh); 2.652.652.800 lembar saham seri C dengan nilai nominal Rp100 per saham (nilai penuh) Tambahan Modal Disetor
Rp -Rp
386.794
Rp
386.794
-
-
-
-
-
-
3.571.934 -Rp
3.571.934
-
-
-
-
-
-
Saldo Laba Dicadangkan
Rp
116.397
Rp
116.397
-
-
-
-
-
-
Tidak Dicadangkan
Rp
4.923.986
Rp
4.174.910
-
Rp 749.076
-
Rp 749.076
-
-
Jumlah Ekuitas
Rp
1.855.243
Rp
1.106.167
63
64 Jumlah Liabilitas dan Ekuitas
Rp 4.858.878
Rp 3.889.291 Rp 1.249.126
Rp1.249.126
Rp
268.476 Rp820.247
Rp
551.771
Rp980.650
Rp428.879 Rp551.771
Berdasarkan data diatas diketahui bahwa adanya kenaikan modal kerja pada tahun 2016 yaitu sebesar Rp551.771. Hal ini disebabkan adanya terjadinya penggunaan yang kecil untuk Aset Tidak Lancar, yaitu sebesar Rp268.576 sedangkan sumber yang didapatkan besar yaitu Rp820.247.
64
65
4.4 Analisis Sumber dan Penggunaan Kas PT MATAHARI DEPARTMENT STORE Tbk. LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS Periode yang berakhir 31 Desember 2016 Sumber kas dari: Hasil Operasi Selama Tahun 2016 Saldo Laba Penurunan Piutang Lain Lain Penurunan Persediaan Penurunan Pajak Dibayar Dimuka Penurunan Uang Muka Sewa Kenaikan Utang Usaha Kenaikan Utang Pajak Lain-Lain Kenaikan Akrual Pihak Ketiga Kenaikan Kewajiban Imbalan Kerja Jangka Pendek Kenaikan Kewajiban Imbalan Kerja Jangka Panjang Total Sumber Kas Penggunaan Kas Kenaikan Piutang Usaha Kenaikan Beban Dibayar Dimuka Kenaikan Aset Lancar Lainnya Kenaikan Uang Muka Pembelian Aset Tetap Kenaikan Aset Pajak tangguhan Kenaikan Aset Tetap Kenaikan Sewa Jangka Panjang Kenaikan Uang Jaminan Kenaikan Aset Tidak Lancar Lainnya Penurunan Utang Lain-Lain Penurunan Utang Pajak Penghasilan Badan Penurunan Akrual Pihak Berelasi Penurunan Penghasilan Tangguhan Total Penggunaan Kas Kenaikan Kas
65
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
749.076 15.285 12.535 53.899 59.257 110.914 17.244 125.332
Rp
34.413
Rp
71.171 Rp 1.249.126
Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp
33.825 36.116 5.960 35.985 1.803 103.292 25.785 2.033 99.578 23.509 92.657 5.805 16.592 Rp
Rp482.940 766.186
66
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa pada tahun 2016 terjadi kenaikan kas sebesar Rp766.186. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2016 terjadi banyak penurunan pada piutang dan peningkatan pada utang, sedangkan kenaikan aset dan penurunan utang lebih kecil sehingga sumber kas lebih besar daripada penggunaan kas pada tahun 2016.
66
67
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Perbandingan Laporan Laba Rugi pada PT Matahari Departement Store Tbk. Secara keseluruhan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Kenaikan ini disebabkan karena adanya kenaikan yang cukup signifikan pada pos Pendapatan dan penurunan pada pos Biaya. 2. Perbandingan Laporan Posisi Keuangan pada PT Matahari Departement Store Tbk., secara keseluruhan mengalami kenaikan pada tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Kenaikan ini disebabkan karena kenaikan yang cukup signifikan pada pos Aset Lancar diiringi penurunan yang signifikan pada pos Liabilitas. 3. Berdasarkan analisis rasio keuangan PT Matahari Departement Store Tbk., dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan pada tahun 2016 secara keseluruhan sudah lebih efektif dibandingkan pada tahun 2015. Namun, terjadi kurang optimalnya operasi perusahaan jika diukur dari sisi yang berbeda. 4. Berdasarkan analisis sumber dan penggunaan modal kerja PT Matahari Departement
Store Tbk., pada tahun 2016 perusahaan telah
menggunakan modal kerja nya secara lebih efektif dibandingkan tahun 2015, hal ini dapat dilihat dari meningkatnya modal kerja pada tahun 2016 tersebut.
67
68
5. Berdasarkan analisis sumber dan penggunaan kas PT Matahari Departement
Store Tbk., pada tahun 2016 perusahaan telah
mengoperasikan perusahaan dengan lebih optimal sehingga sumber kas dapat lebih besar daripada penggunaannya.
5.2 Saran 1.
Perusahaan sebaiknya lebih meningkatkan penjualan agar laba perusahaan tetap dapat meningkat walaupun nantinya ada kenaikan dari pos-pos beban.
2.
Perusahaan sebaiknya meningkatkan kinerja bagian kredit agar piutang dapat tertagih seluruhnya, sehingga akan menambah nilai aset lancar.
3.
Perusahaan sebaiknya meningkatkan kinerja, terutama pada bagian pemanfaatan aset dan operasi perusahaan, agar laba yang dihasilkan dapat optimal.
4.
Perusahaan sebaiknya mempertahankan perputaran modal yang ada, agar sumber modal yang ada tetap lebih besar dibandingkan dengan penggunaannya.
5.
Perusahaan sebaiknya mempertahankan perputaran modal yang ada, agar sumber modal yang ada tetap lebih besar dibandingkan dengan penggunaannya.
68