Pengertian Tasawuf Dari segi Bahasa terdapat sejumlah kata atau istilah yang menjelaskan kata tasawuf. Harun Nasution, misalnya menyebutkan lima istilah yang berkenaan dengan taswauf, yaitu al – suffah (ahl – suffah), (orang yang ikut pindah dengan nabi dari Makkah ke Madinah), Shaf (barisan), Sophos (Bahasa Yunani : Hikma), dan Suf (Kain Wol). Dari segi lingguistik (kebahasaan) Tasawuf adalah sikap mental yang selalu memelihara kesucian, ibadah, hidup sederhana, rela berkorban dan selalu bersikap bijaksana. Jika dilihat dari sudut pandang manusia sebagai makhluk yang terbatas, selama ini ada tiga sudut pandang yang digunakan oleh para ahli untuk mendefinisikan tasawuf, yaitu sudut pandang manusia sebagai makhluk terbatas, manusia sebagai makhluk yang harus berjuang, manusia yang ber – Tuhan. Sumber Tasawuf Di kalangan para orientalis barat biasanya di jumpai pendapat yang mengatakan bahwa sumber yang membentuk tasawuf ada lima, yaitu unsur Islam, unsur Massehi (agama Nasrani), unsur Yunani, Unsur Hindu atau Budha dan unsur Persia. -
Unsur Islam
Unsur kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam,Al Quran dan Al Sunnah serta praktik kehidupan nabi dan para sahabatnya. Al – Quran antara lain berbicara tentang kemungkinan manusia dengan tuhan dapat aling mencintai (mahabbah), perintah agar manusia senantiasa bertaubah membersihkan diri memohon ampunan kepada Allah petunjuk bahwa
manusia akan senantiasa bertemu dengan tuhan dimanapun mereka berada, tuhan memberikan cahaya kepada orang yang di kehendakinya. Selanjutnya Al – Quran mengingatkan manusia agar dalam hidupnya tidak di perbudak oleh kehidupan dunia dan harta benda, senantiasa berikap sabar dalam menjalani pendekatan diri kepada Allah SWT. Selanjutnya dalam kehidupan Nabi SAW juga terdapat petunjuk yang menggambarkannya sebagai seorang sufi. Nabi Muhammad SAW telah melakukakan pengasingan diri ke gua hiraa menjelang datangnya wahyu. Dia menjauhi pola hidup kebendaan seperti praktik perdagangan yang menggunakan segala cara yang menghalalkan di kalangan orang arab. Para sahabatpun ada yang mengikuti praktik bertasawuf sebagaimana yang di amalkan oleh nabi Muhammad SAW. Abu Bakar Ash – Shiddiq : “Aku mendapatkan kemuliaan dalam ketakwaan, kefanaan dalam keagungan dan rendah hati. Demikian pula khalifah Umar Bin Khatab pada suatu ketika pernah berkhutbah di hadapan jamaah kaum muslimin dalan keadaan berpakaian yang sangat sederhana. Demikian pula sahabat – sahabat lainnya. Selain sumber – sumber tersebut di atas, situasi masyarakat pada masa itu pun ikut mempersubur lahirnya tasawuf setelah Islam tersebar kesegala penjuru dan makin kokoh pemerintahan Islam serta semakin makmurnya masyarakat, maka mulai timnul pola hidup yang bermewah – mewah dan berfoya – foya. Keadaan kemudian timbulan sekelompok masyarakat yang protes dengan cara hidup zuhud, maka timbulah pla hidup tasawuf.
Dari informasi tersebut terlihat bahwa munculnya tasawuf di kalagan umat Islam bersumber pada dorongan ajaran Islam dan faktor situasi sosial dan sejarah kehidupan masyarakat pada umumnya. -
Unsur Luar Islam
Dalam berbagai literatur yang ditulis para orientalis barat sering dijumpai uraian yang menjelaskan bahwa tasawuf islam dipengaruhi oleh adanya unsur agama masehi, unsur Yunani, unsur hindu/budha dan unsur Persia. -
Unsur masehi
Von kromyer berpendapat bahwa tasawuf adalah buah dari unsur agama Nasrani yang terdapat pada zaman jahiliyah. Hal ini diperkuat juga oleh Gold Ziher yang mengatakan bahwa sikap fakir dalam islam adalah merupakan cabang dari agama Nasrani. Menurut keyakinan Nasrani bahwa Isa bin Maryam adalah seorang yang fakir, dan injil juga disampaikan kepada orang fakir. -
Unsur Yunani
Kebudayaan Yunani yaitu filsafatnya telah masuk pada dunia dimana perkembangannya dimulai pada akhir daulah umayyah dan puncaknya pada daulah abasiyah, metode berpikir filsafat Yunani ini juga telah ikut memengaruhi pola berpikir sebagian orang islam yang ingin berhubungan dengan tuhan. -
Unsur Hindu/Budha
Antara tasawuf dan sistem kepercayaan agama Hindu dapat dilihat adanya hubungan seperti sikap fakir, dairwisy. Al-Birawi
mencatat bahwa ada persamaan antara cara ibadah dan mujahadah tasawuf dengan Hindu. -
Unsur Persia
Sebenarnya antara Arab dan Persia itu sudah ada hubungan semenjak lama yaitu hubungan dalam bidan politik, pemikiran, kemasyarakatan dan sastra. Akan tetapi belum ditemukan dalil yang kuat yang menyatakan bahwa kehidupan rohani Persia telah telah masuk ke tanah Arab. Yang jelas adalah kehidupan kerohanian arab masuk ke Persia itu terjadi melalui ahli-ahli tasawuf di dunia ini. Namu barangkali ada persamaan antara istilah zuhd di Arab dengan Zuhd menurut agama Manu dan Mazdaq dan hakikat Muhammad menyerupai paham harmuz (Tuhan Kebaikan) dalam agama Zarathustra. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebenarnya tasawuf itu bersumber dari ajaran islam itu sendiri mengingat yang dipraktikkan Nabi dan para sahabat. Assas-assasnya pun dapat dilihat berlandaskan pada Al-Quran dan As-Sunnah. Sumber-sumber yang menggambarkan bahwa tasawuf seolah-olah bukan dari ajaran islam, biasanya berasal dari barat. Di dalam literature yang ditulis oleh para orientalis barat kita menjumpai uraian seperti itu. Perlu dicatat bahwa pemikiran yang dihasilkan dari pemahaman terhadap Al Quran dan As sunnah itu pun sifatnya jauh berbeda dengan pemikiran bebas yang tidak bersumber pada dua sumber islam tersebut. Pemikiran yang tidak bersumer pada Al Quran dan As Sunnah bersifat bebas, liberal dan tidak terikat pada ajaran apapaun.
Ajaran tasawuf bersumber pada Al Quran dan As sunnah yang penggarapannya memerlukan bantuan pemikiran yang sehat, lurus dan tidak keluar dari semangat ajaran Al quran dan As sunnah itu sendiri, yaitu pemikiran yang tidak sampai mengingkari adanya tuhan dan kerasulan Muhammad, tidak sampai menentang rukun iman dan rukun Islam.
3. Ketiga, dalam perjalanan hidupnya manusia akan sampai pada batas batas di mana harta benda dan kemewahannya tidak diperlukan lagi, yaitu pada saat usianya sudah mulai lanjut membuat kurangya selera seseorang pada kemewahan. Pada saat seperti ini tidak ada jalan lain kecusli dengan lebih mendekatkan diri pada tuhan, tempat ia harus mempertanggungjawabkan amalnya. 4. Keempat, dalam suasana kehidupan modern yang dibanjiri oleh berbagai paham sekuler seperti matrealisme (memuja materi), hedonism (memuja kepuasan nafsu), vitalisme(memuja keperkasaan) dan sebagainya. Dalam keadaan demikian tasawuf dapat menjadi salah satu alternative untuk mengatasi masalah tersebut secara ekonomi, tetapi hasilnya cukup efektif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka tidak ada alasan untuk ragu-ragu menerima ajaran tasawuf, atau menolaknya. Bahkan jika boleh dikatakan bahwa tasawuf itulah sebenarnya inti ajaran islam, dengan berbagai peritimbangan sebagai berikut. 1. Pertama, bahwa kehidupan yang kekal adalah kehidupan I akhirat nanti yang kebahagiaanya amat bergantung kepada selamatnya rohani manusia dari perbuatan dosa dan pelanggaran. Allh berfirman Pada hari itu tidak bermanfaat harta dan anak, kecuali mereka yang dating menghadap Alllah dengan jiwa yang sehat. (Qs Al Syu’ara[26]:89) Untuk mewujudkan rohani yang sehat seperti yang dimaksud di ayat tersebut termasuk tugas tasawuf 2. Kedua, bahwa kebahagiaan yang hakiki dalam kehidupan di dunia ini sebenarnya terletak pada adanya keenangan batinyang dihasilkan dari kepercayaan dan ketundukan pada Tuhan. Banyaknya harta benda, kedudukan dan lainnya membuat sesorang lupa diri dan membawa seseorang jatuh pada lembah kemaksiatan, jika tidak diarahkan pada jiwa tasawuf.
Dengan melihat sebagian kecil dari keuntungan yang yang ditawarkan oleh tasawuf ini, maka tidak ada alasan utuk tidak menerima tasawuf sebagai bagian integral dari ajaran islam bahkan ia harus diletakkan pada barisan yang paling depan dalam menyelamatkan kehidupan manusia dari bahaya kehancuran dan kesengsaraan di dunia dan akhirat. Manfaat Tasawuf 1.
Membersihkan Hati dalam Berinteraksi dengan Allah
Bentuk interaksi manusia dengan Allah adalah ibadah, ibadah tidak akan mencapai sasaran apabila hati tidak besih dengan melupakan Allah SWT. Sementara itu, esensi tasawuf adalah tazkiyatun nafs yang artinya membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran. Dengan
bertasawuf hati orang akan menjadi bersih sehingga dalam berinteraksi kepada Allah akan menemukan kedamaian hati dan ketenangan jiwa. 2.
Membersihkan Diri dari Pengaruh Materi
Dalam pembahasan ini tasawuf juga dapat dikatakan bermanfaat untuk membersihkan diri dari pengaruh-pengaruh negatif duniawi yang mengganggu jiwa manusia. Pada hakikatnya manusia memiliki jasad dan ruh. Jasad manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya di dunia, dan ruh pun juga memiliki hak ketenangan. Agar keduanya seimbang, pemenuhan jasad manusia tidaklah sematamata untuk memenuhi nafsu, tetapi dimaksudkan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah agar rohani pun merasakan ketenangan. 3.
Menerangi Jiwa dari Kegelapan
Tidak sedikit orang yang ketika ingin mendapatkan harta benda atau kekayaan dilakukan dengan jalan yang tidak halal, yaitu menjadikan mereka gelap mata. Misalnya, korupsi, pemerasan, suap dan cara-cara lain yang tidak terpuji. Tindakan seperti ini membuat hati seseorang menjadi gelap, kemudia keras dan sulit menerima kebenaran agama. Timbullah keresahan, patah hati, cemas, dan serakah. Semua penyakit hati ini dapat disembuhkan dengan ajaran agama, khususnya yang berhubungan dengan hati nurani atau jiwa, yaitu tasawuf. 4.
Memperteguh dan Menyuburkan Keyakinan Agama
Keteguhan hati tidak dapat dicapai tanpa adanya siraman jiwa. Jadi peranan siraman jiwa di sini amatlah penting. Banyak manusia yang
tenggelam dalam menggapai kebahaiaan duniawi yang serba materi dan tidak lagi mempedulikan masalah spiritual. Pada akhirnya paham-paham tersebut membawa kehampaan jiwa dan menggoyahkan sendi-sendi keimanan. Jika ajaran tasawuf diamalkan oleh seorang muslim, ia akan bertambah teguh keimanannya dalam memperjuangkan agama Islam. 5.
Mempertinggi Akhlak Manusia
Jika hati seseorang suci, bersih, serta selalu disinari oleh ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya, maka akhlaknya pun baik. Hal ini sejalan dengan ajaran tasawuf yang menuntun manusia untuk menjadi pribadi muslim yang memiliki akhlak mulia dan dapat menghilangkan akhlak tercela. Aspek moral adalah aspek yang terpenting dalam kehidupan manusia. Apabila manusia tidak memilikinya, turunlah martabatnya dari manusia menjadi binatang. Dalam akidah, jika seseorang melanggar keimanan ia akan dihukum kafir. Di dalam fikih, apabila seseorang melanggar hukum dianggap fasik atau zindik. Adapun dalam akhlak, apabila seseorang melanggar ketentuan, maka dinilai telah berlaku tidak bermoral. Oleh karena itu, mempelajari dan mengamalkan taawuf sangat tepat bagi kaum muslim karena dapat mempertinggi akhlak, baik dalam kaitan interaksi antara manusia dan Tuhan (hubungan vertikal, yaituhablun minallah) maupun interaksi antara sesama manusia (hubungan horizontal, yaitu hablun minannas).