media-dakwah • • •
<-- Terurut Topik --> <-- Terurut Waktu -->
[media-dakwah] Fw: Saudaraku beribicara tentang TASAWUF Mas No Thu, 24 Aug 2006 03:32:14 -0700 mudah-mudahan Allah memberi kesempatan kepadaku menuliskan: KOREKSI TERHDAP AQIDAH KAUM SUFI mailist ini. (kebenaran harus ditampilkan) ammiin ----- Original Message ----From: Nashir Ahmad M. To: [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] ; [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, August 24, 2006 8:43 AM Subject: Saudaraku beribicara tentang TASAWUF Salam, Saudaraku berbicara tentang tasawuf, silahkan disimak hingga tuntas agar tidak berada dalam kesalah pahaman terus menerus. ==== Sebagian besar ulama berpendapat bahwa istilah tasawuf atau sufi mulai muncul dan tersebar pada abad ke-2 Hijriyah dan paruh kedua abad tersebut. Ini tidak berarti bahwa pada abad tersebut belum ada semangat hidup spiritual di kalangan kaum muslimin. Ada kehidupan spiritual yang akarnya bersumber dari Islam, meski tidak disebut tasawuf. Pada masa Nabi Shallahu Alaihi wa Sallam, kehidupan spiritual yg dipraktekkan kaum Muslimin tidak disebut tasawuf dan orang yg mengamalkannya tidak disebut sufi. Karena, mereka ketika itu disebut “Sahabat”, dan sebutan “Sahabat
Rasulullah” dianggap sebagai sebutan yg paling mulia. Hal yg sama juga terjadi pada masa tabi`in. Sebutan “Tabi`in” (pengikut para sahabat) adalah sebutan yg paling mulia bagi mereka. Orang yg hidup setelah masa tabi`in pun kemudian disebut sebagai “tabi`it tabi`in” (pengikut para tabi`in). Kemudian zamanpun berganti dan derajat orang pun menjadi berbeda. Orang khusus yg menekuni masalah agama kemudian disebut zahid (orang yg zuhud) dan abid (orang yg banyak ibadah). Selanjutnya muncullah bid`ah-bid`ah dan klaim-klaim suci dari setiap kelompok. Setiap kelompok mengklaim mempunyai orang zahid. Maka sekelompok Ahlusunnah yg senantiasa mendekatkan diri pada Allah dan menjaga hati dari kelalaian mengkhususnya diri dengan sebutan SUFI. Sebutan ini mulai dikenal dikalangan orang-orang besar tersebut sebelum abad ke-2 Hijriah. (Ar-Risalah Al-Qusyairiyah). Tasawuf sebagai pengamalan zuhud sudah dikenal secara luas pada abad pertama dan menjelang berakhirnya abad ke-2 Hijriyah. Sedangkan Kata TASAWUF DAN SUFI baru muncul menjelang berakhirnya abad kedua Hijriah, dan tersebar luas hingga menjadi salah satu cabang ilmu keislaman yang mempunyai kaidah-kaidah dan dasar-dasar seperti cabang-cabang ilmu lainnya. SUMBER-SUMBER TASAWUF Ada kelompok yg berpendapat bahwa tasawuf berakar dari luar ajaran Islam seperti ; Majusi atau Hindu, Kristen atau Yunani, Atau campuran dari agama-agama tersebut. Tasauf bersumber dari Yunani? Teori ini mengandung banyak kelemahan serta bertentangan dengan realitas sejarah. Pertama: Tasawuf Islam telah berkembang sebelum ajaran dan pemikiran agama hindu merasuki masyarakat muslim. Selain itu, tasawuf Islam lahir sebelum munculnya satu-satunya referensi tentang akidah agama hindu. Referensi itu adalah sebuah buku yg ditulis oleh Abu Ar-Raihan Al-Biruni (315H-440H) dengan judul Tahqiq Ma lil Hindi min Maqulah Maqbulah fil `Aqli Au Marzulah. Kedua: Dari referensi tersebut Al-Biruni tidak menyebutkan adanya hubungan mempengaruhi dan dipengaruhi. Oleh karena itu, tidak ada sandaran dan landasan historis yg memperkuat tentang teori tersebut yg mengatakan tasawuf bersumber dari yunani. (Tarikh
At-Tashawwuf Al-Islami, lihat juga Dr. Jamil Muhammad Abul `Ala, AtTasawwuf Al-Islami Nasy`atuh wa Tathawwuruh) Tasawuf bersumber dari Persia? Sejarah membuktikan adanya hubungan Arab-Persia. Namun demikian, kita tidak mendapatkan keterangan yg jelas yg membuktikan adanya transmisi agama majusi dan filsafat Persia dari bangsa Persia ke bangsa Arab melalui hubungan tadi. Tidak ada argumentasi yg memungkinkan kita untuk membuat kesimpulan “bahwa tasawuf secara spesifik adalah salah satu pengaruh dan buah dari hubungan antara bangsa Arab dengan bangsa Persia”.(AL-Hayah Ar-Ruhiyah fil Islam) Jika ada orang yg mengatakan bahwa ajaran tasawuf bersumber dari Persia akibat terpengaruhnya para syeikh sufi pada Persia, maka berarti orang tersebut tidak memahami sejarah, dan pendapatnya itu bertentangan dengan kaidah ilmiah. Selain itu, fakta menyatakan besarnya pengaruh para sufi terhadap para sufi Persia. Sebut saja Muhyiddin Ibnu Arabi (wafat 638H) Tokoh sufi ini sangat berpengaruh terhadap sejumlah besar tokoh sufi Persia semisal Al-Iraqi (wafat 686H) dan AL-Kirmani (wafat 698 H) Tasawuf bersumber dari Filsafat Yunani? Sejarah membuktikan bahwa pemikiran Arab dan Yunani baru mengalami persinggungan setelah adanya kegiatan penerjemahan literature-literatur Yunani kuno ke dalam Bahasa Arab. Sementara Kegiatan penerjemahan ini baru dilakukan setelah tasawuf tumbuh dan berkembang pesat. Hal ini membuktikan bahwa pada fase-fase pertamanya tasawuf bersih dari pengaruh yunani. Tasawuf bersumber dari Kristen? Pendapat para peneliti diatas pun tidak benar karena para sufi dan zahid yg terpengaruh ajaran Kristen muncul belakangan, jauh hari setelah kemunculan tasawuf itu sendiri. Anggapan sebagian orientalis yg mengatakan bahwa pola hidup miskin, sikap zuhud, dan zikir yang dilakukan para sufi diadaptasi dari Kristen juga salah. Karena banyak sekali ayat Al-Qur`an dan Sunnah Nabi yg menyeru ummatnya untuk berprilaku zuhud dan tidak cenderung pada dunia dan kenikmatannya. Banyak pula ayat dan hadits yg memotivasi umat untuk berzikir. Semua ini menegaskan bahwa praktek sufi tersebut mempunyai sumber yg orisinil
dalam Islam. Kesimpulannya::: Setiap pendapat tentang keterpengaruhan tasawuf oleh unsur diluar Islam tidak tepat dan tidak didukung oleh dikumen atau teks yg diketahui khalayak ramai. Oleh karena itu, maka pendapat tersebut hanya terbatas pada masa paska tahun 1920M. Bahkan, sebagian orang yg berpendapat demikian mulai mencabut pendapatnya (Tarikh At-Thasawwuf Al-Islami). Akhirnya, para zuhud dan sufi generasi pertama adalah orang-orang yg bersih jiwanya dan cerah hatinya, bersih nuraninya dan mampu menyingkap hakikat. Mereka melakukan seperti apa yg dilakukan oleh Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam seperti zuhud, wara`, takwa, dan ibadah berkesinambungan. Keterpengaruhan mereka pada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (bukan pada agama dan filsafat lain) itulah yg mengantarkan mereka menjadi manusia sufi dan zahid. TASAWUF BERSUMBER DARI ISLAM ??? Ada kelompok yang mengatakan bahwa tasawuf bersumber dari ajaran Islam. Inilah pendapat yang paling benar. Karena, dasar-dasar akidah dan perilaku tasawuf bersumber dari teks-teks Alqur`an dan As-Sunnah, dan kehidupan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para sahabat beliau. Para zuhud menyandarkan kegiatan zuhudnya dari sumber-sumber Islam tersebut, demikian juga para sufi yg menempuh jalan yg lurus. Dari Al-Quran: “Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yg sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (Al-`Ankabut:64). Lihat pula Al-Hadid:20-21 Ali-Imran:191 Thaha:130 Al-Hujurat:13 Dalam banyak ayatnya, Al-Qur`an memotifasi untuk hidup zuhud dan mewaspadai sikap cinta dunia dan kemerlapannya. Orang yg membaca Al-Qur`an secara jeli akan menjumpai ayat-ayat yg membuka pintu zikir, introspeksi diri, ibadah dan bangun malam bagi para ahli ibadah. Al-Qur`an juga berbicara tentang muraqabah, taubat, takut (khauf) pada Allah, harapan (raja`) pada Allah, syukur, tawakal, serta sabar. Al-Qur`an penuh
dengan anjuran untuk mengamalkan sifat terpuji. Maka karena itu, para sufi berupaya memperindah diri dengan sifat-sifat terpuji. Dan mengambil materi pertamanya dan makanan rohani mereka dari Kitabullah. Hadits Qudsi dan Hadits Nabi: Abuhurairah r.a. berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: Allah Azza Wajalla berfirman, “Aku tergantung pada prasangka hambaKu dan Aku selalu bersamanya tatkala ia mengingatKu. Jika hambaKu mengingatKu dalam hatinya, maka Aku akan mengingatnya dalam diriKu. Dan, jika ia menyebutKu dihadapan orang banyak, maka Aku akan menyebutnya di hadapan orang banyak yg lebih baik dari mereka. Jika dia mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta. Jika ia mendekat padaKu sehasta maka aku akan mendekat padanya satu depa. Jika dia padaKu dengan berjalan, maka Aku akan datang padanya dengan berlari. (H.R. Muslim) “Bersikap zuhudlah pada dunia, niscaya Allah akan mencintaimu, Bersikap zuhudlah dari segala apa yg dimiliki manusia, niscaya manusia akan mencintaimu!.” (H.R. Ibnu Majah) “Jadilah engkau didunia ini laksana orang asing atau orang yg sedang menyeberang jalan.” (H.R. Al-Bukhari) Malaikat Jibril bertanya pada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang Ihsan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab: “Ihsan adalah engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihatNya; dan jika engkau tidak melihatNya. Maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. ALBukhari) KEHIDUPAN NABI SHALLALLAHU ALAIHI WA SALLAM: Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam hidup dalam keadaan zuhud dan menjauhi kemewahan dunia, baik sebelum dan sesudah pengangkatan beliau sebagai nabi, beliau hidup dalam suasana bersih, zuhud, penuh ibadah, dan memfokuskan diri untuk Allah Azza wa Jalla. Aisyah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam melaksanakan sholat malam hingga kaki beliau pecah-pecah. Akupun berkata padanya, “Mengapa engkau melakukan semua ini, wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu, baik dosa terdahulu maupun yang akan datang? Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, “Tidakkah aku ingin menjadi hamba yg bersyukur?” (HR. Al-Bukhari) Dalam riwayat lain, Aisyah r.a. berkata, “Sejak datang (hijrah) ke Madinah, keluarga Muhammad tidak pernah merasakan kenyang dengan makanan gandum selama tiga malam sampai beliau wafat”. (HR. Al-Bukhari) Dalam riwayat lain, Aisyah r.a. berkata, “Tidaklah Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam makan sebanyak dua kali dalam sehari kecuali salah satu di antaranya dengan kurma”. (HR. Al-Bukhari). KEHIDUPAN PARA SAHABAT: ABU BAKAR AS-SHIDDIQ .R.A. (WAFAT 13H) Abu Bakar As-Shiddiq, seorang sahabat yg zahid, bertaqwa, dan wara`. Dia membuang jauh dunia, meninggalkan tujuan-tujuan duniawi, untuk menghadapkan diri sepenuhnya padaAllah, hingga dalam kurun waktu enam tahun dia tidak menambah satu bajupun. Dia pernah berkata, “Inilah yg diharapkan Allah dariku.” Dalam kesempatan lain dia mengatakan, “Jika seorang hamba telah merasa kagum pada perhiasan dunia, maka Allah membenci hamba ini sampai ia meninggalkan perhiasan itu” (AL-Hayah Ar-Ruhiyyah fi Al-Islam) Dalam kesempatan lain juga berbicara tentang ma`rifat. “Barang siapa merasakan sesuatu dari kemurnian ma`rifat, maka hal itu akan membuatnya lupa pada selain Allah Ta`ala, dan merasa asing ditengah-tengah manusia” (AL-Hayah ArRuhiyyah fi Al-Islam). UMAR BIN KHATTAB R.A. (WAFAT 24 H) Umar bin Khattab r.a. sangat terpengaruh oleh ahlak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dia meneladani sikap zuhud dan ibadah Rasulullah. Kehidupannya juga terpengaruh oleh kehidupan beliau, Rohaninya jernih dan hatinya bersih. Contoh paling nyata dari gaya hidup bersahaja Umar adalah kenyataan pada saat menjadi khalifah, Umar berpidato ditengah-tengah rakyat. Saat itu dia memakai sarung dengan dua belas tambalan, dan salah satu tambalan bajunya terbuat dari kulit. Selain itu baju yang dikenakannya memiliki empat tambalan. Dia tidak mempunyai baju selain yg dikenakannya itu. Selain itu, dia juga mencuci baju dengan tangannya sendiri. (At-Tasawwuf Al-Islami:Manabi`uh wa Athwaruh. lihat
pula Al-Hayah Ar-Ruhiyyah. Hal. 21). UTSMAN BIN AFFAN R.A (WAFAT 35 H) Utsman adalah sahabat yg zahid, bertakwa, wara` banyak merenungkan alam semesta dan Al-Qur`an. Disiang hari berpuasa, sementara dimalam hari mengerjakan shalat. Tidak pernah seharipun ia meninggalkan bacaan Al-Qur`an sampaisampai saat ia mati terbunuh, ia sedang memegang AL-Qur`an. (Al-Hayah ArRuhiyyah) Suatu hari Usman berkata, “Aku menjumpai kebaikan itu terkumpul dalam empat hal: pertama Mencintai Allah, kedua Saabar dalam Menjalankan Hukum Allah, ketiga Rela menerima Takdir Allah Azza wa Jalla, keempat Malu karena dilihat Allah Azza wa Jalla. (Nasy`atuh wa Athwaruh) Salah satu tanda kezuhudannya ia memberi makanan lezat kepada orangorang muslim. Kemudian ia masuk rumah dan hanya memakan cuka dan minyak. (Ahmad bin Hanbal) ALI BIN ABI THALIB R.A. (WAFAT 40 H) Ali r.a. adalah sahabat yg zuhud, bersahaja dan sabar. Bajunya robek di sana sini. Pada suatu saat orang yg melihat bajunya robek bertanya, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau mengenakan baju yg robek?” Dia menjawab, “Agar hati ini bisa khusyu’ dan orang mukmin mencontoh perilaku ini.” (AL-Hayah Ar-Ruhiyyah). Perilaku Ali ini oleh para sufi dijadikan sebagai teladan bagi perilaku zuhud, hingga seorang ulama sufi mengatakan, “Semoga Allah meridhai Amirul Mukminin Ali. Jika dia tidak disibukkan oleh urusan perang, niscaya ia akan memberikan makna yg banyak dalam ilmu kami.” (Ath-Thusi, Al-Luma`). Ali pernah berkata pada dunia, “Kepadaku engkau merayu, kepadaku engkau rindu. Jauh.. .. Rayulah orang lain. Aku meninggalkanmu karena tiga hal, umurmu pendek, majelismu hina, dan bahayamu ringan. Ah.. karena sedikitnya bekal, jauhnya perjalanan dan sepinya perjalanan”. (Manabi`uh wa Athwaruh) Tidak hanya Khulafaurrasyidin yang melakukan hidup zuhud, tapi juga sahabat-sahabat lain. Mereka adalah teladan luhur yg menjadi panutan bagi manusia. Diantara sahabat yang melakukan zuhud adalah Abdullah bin Umar, dia berpuasa disiang hari, sholat di malam hari dan menghatamkan Al-Qur`an setiap malam. Sahabat lain Adalah Tamim Ad-Dari yg terkenal dengan sholat tahajjudnya.
SELANJUTNYA Orang-orang zuhud di kalangan Sahabat dan Murid-muridnya kita akan melihat bagaimana Tasawuf pada fase awalnya berjalan sesuai dengan Ajaran Al-Qur`an dan As-Suunah sampai pada zaman Imam Al-Ghazali: ABU DHARDA` R.A (WAFAT 32 H) Ia terkenal sebagai sahabat yg banyak merenungkan alam ciptaan Allah untuk mengambil pelajaran darinya. Ia sangat memperhatikan ketakwaan yang hakiki, beramal untuk akhirat dan bersikap zuhud dalam memandang dunia, karena dunia akan hilang dan musnah. ABU DZAR AL-GHIFARI R.A. (WAFAT 32 H) Abu Dzar Alghifari dikenal sebagai toko zuhud. Ia sangat keras menentang orang yg menimbun-nimbun emas. Abu Dzar berusaha mencontoh gaya hidup Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, ia hidup dengan sikap zuhud. Ia mempertahankan pola hidup sederhana hingga istrinya memprotesnya, karena kemiskinan yg dideritanya bersama keluarga. Ia pun menjawab protes istrinya dengan mengatakan, “Wahai Ummu Dzar, sesungguhnya kita dihadapkan pada akibat yg berat di esok hari. Orang yg membawa beban dunia yg ringan pada hari itu lebih baik dari pada orang yg membawa beban yg berat”. (Ahmad bin Hambal) ZAINAL ABIDIN (WAFAT 95 H) Ia mempraktekkan sikap Zuhud, tetapi zuhudnya tidak dilakukan dengan meninggalkan kesenangan dunia. Ia memakai pakaian bagus. Hal ini dilakukan sebagai bentuk pengamalan ajaran Al-Qur`an untuk menikmati kesenangan hidup, asal tidak melampaui batas dan tidak berlebihan. HASAN AL-BASHRI (WAFAT 110 H) Abu Thalib Al-Makki mengatakan, “Jika Hasan AL-Bashri datang, seakan ia baru datang dari kuburan kekasihnya. Jika ia sedang duduk, maka ia duduk bagikan seorang tawanan yg hendak dipenggal lehernya”. JA`FAR ASH-SHIDDIQ DAN MAQAM MA`RIFAT. Al-Qushairi (Wafat 148 H) berpendapat dan pendapatnya ini disetujui oleh Ibnul Jauzi dan As-Silmi : Ja`far Ashiddiq adalah toko yg meletakkan zuhud sebagai dasar tasawuf. MA`RUF AL-KARKHI (WAFAT 201 H) Dipenghujung abad I dan awal abad II H tasawuf berada dalam perkembangan pesat
di tangan seorang tokoh quthub tasawuf . Dia adalah Ma`ruf Al-Karkhi. Ia mengatakn bahwa tasawuf yg dipraktekkan didasarkan pada ajaran ALQur`an dan As-Sunnah. ABU SULAIMAN AD-DARANI (WAFAT 215 H) ABU HUSAIN AHMAD BIN AL-HAWARI (WAFAT 230 H) Ia mengataka, “Barang siapa melihat dunia dengan pandangan tamak dan cinta, maka Allah akan mengeluarkan cahaya yakin dan Zuhud dari dalam dirinya” (Ibid.75) AL-MUHASIBI (WAFAT 243 H) Ia memiliki pengetahuan yg luas dalam ilmu kalam. Menurutnya, kita bisa memiliki hati yg jernih secara sempurna jika patuh pada kaidah-kaidah ahlak tasawuf. Banyak ahli fiqih yg mengkritiknya diantara yg mengkritiknya adalah Imam Ahmad bin Hanbal. Namun para sejarawan menulis bahwa akhirnya Imam Ahmad bin Hanbal memahami pendapat Al-Muhasibi. Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Aku tidak mengingkari AL-Muhasibi karena aku melihat saat adzan maghrib dikumandangkan ia melakukan sholat, ia menikmati makan, dan kemudian berbicara dengan teman-temannya saat mereka menghadapi hidangan makanan. Apa yg dilakukan sesuai dengan ajaran Sunnah…..” Selanjutnya Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Apa yg aku dengar tentang tasawufnya berlainan dengan pemandangan yg aku lihat sendiri. Aku memohon ampunan dari Allah Yang Maha Agung.” (Asy-Sya`rani, At-Thabaqat, hal. 218-219) DZUN NUN AL-MISRI (WAFAT 240 H) ABU SAID AL-KHARRAZ (WAFAT 279 H) SAHL BIN ABDULLAH AT-TUSTURI AL-JUNAID BIN MUHAMMAD ABU HUSAIN AL-WARRAQ (WAFAT 319) IMAM AL-GHAZALI (LAHIR 450 H) Demikian Tasawuf dijalankan oleh kelompok orang-orang yg berpegang teguh pada Al-Qur`an dan As-Sunnah. Tasawuf berkembang hingga sampai pada puncaknya pada zaman Imam Al-Ghazali (lahir 450 H). Tasawuf dikuatkan oleh dalil-dalil dan Ajaran Al-Qur`an dan As-Sunnah, dibangun diatas perilaku dan ahlak para Nabi dan orang-orang yg jernih hatinya. SELANJUT SIAPAKAH YG MENGAKU-NGAKU SUFI?
Setiap sisi kehidupan baik politik, agama, dan ilmu pengetahuan pasti diisi oleh orang-orang gadungan demikian juga dalam dunia tasawuf. Siapakah kelompok gadungan itu ?:::::: Menurut Imam Al-Ghazali: Kelompok I: Berpenampilan layaknya seorang sufi tetapi mereka tidak melakukan mujahadah, riyadhah, tidak melakukan muraqabah lahiriah dan bathiniah serta tidak membersihkan diri dari maksiat. Penampilannya sebagai sufi dimaksudkan untuk mendapatkan harta dan kedudukan dengan cara cepat. Al-Ghazali mengatakan, “Mereka adalah sufi-sufi jaman ini kecuali mereka yang dijaga oleh Allah SWT….” Kelompok II: Memperhatikan penampilan tapi mengabaikan hatinya; tidak mau makan sederhana; tidak mau tinggal dirumah sederhana. “Bahaya kejahatan mereka menimpa manusia yg lain, karena mengikuti langkah mereka. Adapun yg tidak mau mengikuti mereka, pasti berburuk sangka pada seluruh sufi yg sejati. Orang ini menganggap semua sufi berprilaku demikian, dan akhirnya mencela semua sufi secara terang-terangan.” Kelompok ini lebih berbahaya, orang yg menjadi pengikutnya akan sesat sementara orang yg tidak mau ikut akan menilai semua sufi dengan penilaian yg keliru. Kelompok III: Mengaku mempunyai ilmu melalui kasyaf dan ma`rifat, padahal sesungguhnya adalah orang yg jauh dari agama, mereka mengklaim lebih tinggi derajatnya dari pada ilmu orang zaman dahulu dan zaman sekarang, mereka memandang ulama dengan sinis, menurutnya ulama lain tidak mampu sampai pada hakikat. Mereka meremehkan ulama, menganggap tujuan utama ulama adalah amal (bukan ilmu). Imam Al-Ghazali mengataka, “Diantara sufi palsu ada yg mengaku mempunyai ilmu mukasyafa, melihat Al-Haq, telah melewati semua maqam, dan sampai di dekat Allah.” Kelompok IV: Melaksanakan amal kebajikan, mencari yg halal, sibuk melakukan mujahadah, dan mengawasi keadaan hati. Hanya saja mereka mengklaim maqam zuhud, tawakal, dan cinta tanpa mengetahui hakikat, syarat, tanda, dan penghalangpenghalang maqam ini.
Ini terjadi karena mereka malu pada manusia bukan karena Allah SWT. Kelompok V: Sibuk mencari makanan halal, tapi lalai dalam mengevaluasi perbuatan hati dan anggota badannya. “Diantara mereka ada yg sibuk mencari makanan, pakaian, dan pendapatan yg halal. Mereka tidak sadar bahwa Allah hanya meridhoi hambaNya yg melakukan ketaatan dengan sempurna. Karena barang siapa yg mengikuti sebagian tuntunan Allah dan mengabaikan tuntunanNya yg lain maka ia adalah orang yg terpedaya”. Kelompok VI: Mengaku berahlak mulia, tawadhu`, dan lapang dada. Mereka membantu para sufi. Yg mereka harapkan adalah pujian. Mereka adalah manusia yg gemar pamer kebajikan (riya`). Kelompok VII: Mereka adalah adalah orang yg menghiasi jiwa dengan ahlak mulia dan membersihkannya dari aib. Mereka tidak mempunyai kegiatan lain selain mencari aib dan penyakit hati. Ahirnya waktu mereka banyak yg terbuang dan tidak sempat melakukan hal lain. “seakan-akan mereka hidup sendiri dan tidak sibuk dengan penciptanya, mereka sibuk membahas waktu dan penghalang ibadah haji tapi tidak melakukan menempuh jalan untuk melaksanakannya…”(Al-Kasyf wat Tabyin. Hal 72). Kelompok VIII: Menempuh jalan mujahadah hingga terbuka bagi mereka pintu ma`rifat. Ia merasa takjub dan heran. Ia memikirkan bagaiman pintu-pintu itu terbuka bagi dirinya dan Tertutup bagi orang lain selain dirinya. Pikiran orang ini disebut tipu daya. (Al-Ihya 3,406). Kelompok IX: Kelompok ini belum mendapat cahaya penerang jalan; juga belum mendapatkan karunia. Saat sampai pada tujuan, mereka merasa puasdan menyangka telah sampai, padahal sesungguhnya belum. Mereka salah sangka, karena Allah memiliki banyak hijab. Hijab pertama yg harus dilalui adalah jiwa hamba sendiri. Jika hakikat itu telah terbuka, maka ia akan mampu mendengar seluruh alam. Pada saat itu, cahaya akan bersinar kemilau, karena hakikat semua yg wujud akan nampak dimatanya. Lalu mereka takjub lalu bisa saja ia berteriak mengatakan “AKULAH AL-HAQ…!”
Kelompok X Melepaskan diri dari aturan syariat. Kenapa terjadi demikian? Karena mereka menempuh jalan tarekat tanpa bekal ilmu dan tanpa dasar As-Sunnah. Mereka adalah orang-orang yg telah menyimpang. “Batas yg memisahkan antara kita dengan mereka (orang kafir) adalah sholat” (HR. An-Nasa`i). Demikian, saat ini banyak sekali corak warna tentang hal ini beserta yang menentangnya. Ada yg mengaku tapi tidak termasuk, ada yg tidak mengaku tapi termasuk, ada yg mengaku lurus tapi bengkok, ada yg mengaku bengkok tapi lurus. Allahlah yg maha mengetahui, bukan anda. (e-mail sender) PEMIKIRAN ASING YG MEMASUKI TASAWUF HULUL Pandangan Imam Al-Ghazali terhadap Paham Immanentisme atau Hulul Imam Al-Ghazali menolak keras paham ini ia mengatakan, “Mengabaikan akal dan hukumnya menyebabkan manusia terjebak dalam kesalahan, yaitu menganggap sama dua entitas yg tidak mungkin saling menempati satu sama lain. Kedua entitas itu adalah Zat Allah dan diri manusia. (Al-Maqshad Al-Asna fi Syarh Asma`illah Al-Husna). ITTIHAD Imam AL-Ghazali mengatakan, “Pandangan tentang menyatunya Sang Khaliq dengan mahluk adalah pandangan yang sangat jelas kebatilannya. Karena klaim “hamba telah menjadi tuhan” bertentangan dengan hakikat Allah sendiri. Bahkan, Tuhan harus disucikan dari sifat yg berlaku pada manusia, seperti hal yang mustahil ini (yaitu ittihad). (Al-Maqshad Al-Asna). WAHDATUL WUJUD Imam Al-Ghazali mengatakan, “Adalah suatu hal yg tidak masuk akal dan tidak dapat diterima, jika allah menjadikan diriku seperti DiriNya. Tidak masuk akal Allah jika Allah menjadikanku qadim, padahal aku bukanlah sang pencipta langit dan bumi… Jika seorang membenarkan kejadian mustahil ini, berarti ia telah mengabaikan akal... Ia tidak layak untuk diajak bicara. Dia harus ditinggalkan. Al-Ghazali menjelaskan, mungkin saja ucapan para sufi mabuk tersebut diartikan
secara kiasan sebagimana yg sering diucapkan oleh penyair karena jika tidak maka ucapan tersebut dianggap sebagai penyimpangan, kesalahan dan keluar dari islam. IBNU TAIMIYAH (LAHIR 661 H) Tersebar kabar di kalangan peneliti, klasik maupun modern, bahwa Ibnu Taimiyah memusihi tasawuf . kabar ini tidak mempunyai dasar ilmiah, bahkan disandarkan pada pandangan yg salah. (Da`irah Almaarif Al-Islamiyah). Ini adalah anggapan keliru yg dibuat oleh musuh Ibnu Taimiyah, karena orang yg meneliti dengan teliti kitab-kitab Ibnu Taimiyah akan menjumpai pernyataan-pernyataan yg memuji guru-guru sufi yg setia pada Al-Quran dan As-Sunnah. Ibnu Taimiyah mengelompokkan sufi ke dalam tiga golongan: Sufi hakiki (yang benar-benar sufi), Sufi (yang megharapkan) rizki dan sufi (yang hanya) penampilan. Ibnu taimiyah mengatakan, “Pendapat yg benar, mereka kaum sufi itu sebenarnya adalah orang yg bersungguh-sungguh menaati Allah, sebagaimana golongan lain juga melakukannya….”(Ash Shufiyah wa Al-Fuqara’)
------------------------------------------------------------------------------Apakah Anda Yahoo!? Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru! [Non-text portions of this message have been removed]
Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah. Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/
<*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
•
[media-dakwah] Fw: Saudaraku beribicara tentang TASAWUF Mas No •
Kirimkan email ke