Ujian Kasus - Hemiparese Dextra -new.docx

  • Uploaded by: Han Yang
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ujian Kasus - Hemiparese Dextra -new.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 3,939
  • Pages: 27
SEORANG LAKI-LAKI 53 TAHUN DENGAN HEMIPARESE DEXTRA ET CAUSA STROKE INFARK TROMBOTIK

Oleh : Gabriel Manggala S.

G991902023

Hillary Fungestu Y.

G99172086

Wida Prima N.

G99171047

Andita Fatichah S.

G99172038

Farhah Millata H.

G99181029

Ghina Harisa A.

G991902024

Abdurahman B.W

G99152004

Pembimbing : dr. Ninik Dwiastuti, Sp. KFR

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN REHABILITASI MEDIK FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2019

BAB I STATUS PASIEN

I.ANAMNESIS A. Identitas Pasien Nama

: Tn.F

Umur

: 53 tahun

Jenis Kelamin

: Laki laki

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Wiraswasta

Alamat

: Banjarsari, Surakarta

Status

: Menikah

Masuk rumah sakit : 24 Maret 2019

B. Keluhan Utama Kelemahan anggota gerak kanan. C. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien merupakan rujukan dari RS Dr. Oen Surakarta dengan keluhan kelemahan anggota gerak kanan sejak kurang lebih 11 jam SMRS. Kelemahan anggota gerak kanan terjadi secara tiba-tiba saat pasien bangun tidur. Anggota gerak kanan terasa sangat berat untuk digerakkan sehingga pasien tidak dapat melakukan aktifitas dan hanya bisa berbaring di tempat tidur. Keluhan tidak disertai dengan demam, nyeri kepala, mual, muntah, kejang, bicara pelo, wajah perot, penurunan kesadaran, serta gangguan penglihatan. BAK dan BAB pasien dalam batas normal. 2

Satu hari SMRS pasien merasa seperti kesemutan pada separuh badan bagian kanan tetapi anggota gerak masih bisa digerakkan seperti biasa. Kemudian tiba-tiba dini hari saat pasien bangun tidur pasien merasa anggota gerak kanan menjadi berat dan sulit digerakkan. Pasien tidak mempunyai riwayat penyakit seperti ini sebelumnya. Gula darah pasien terkontrol normal namun pasien memiliki riwayat darah tinggi. Saat dirujuk dari RS Dr. Oen tekanan darah pasien 217/111 mmHg.

D. Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Trauma

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: (+)

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Alergi obat/makiri

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Mondok

: disangkal

E. Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Keluhan Serupa

: (+) Ayah pasien

Riwayat Hipertensi

: (+) Ayah pasien

Riwayat DM

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Alergi

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal 3

F. Riwayat Kebiasaan dan Gizi Riwayat Merokok

: (+)

Riwayat Minum alkohol

: disangkal

Riwayat Olahraga

: jarang

G. Riwayat Sosial Ekonomi Pasien tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Pasien bekerja sebagai wiraswasta. Saat ini dirawat di RSDM dengan fasilitas BPJS.

II. PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalis Keadaan umum kesan tampak sakit sedang, compos mentis, GCS E4V5M6, gizi kesan lebih. B. Tanda Vital Tekanan darah

: 210/120 mmHg

Nadi

: 72 x/menit, isi cukup, irama teratur

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: 36,2°C

Saturasi

: 98%

Berat badan

: 98 kg

Tinggi badan

: 173 cm

C. Kulit Warna sawo matang, pucat (-), ikterik (-), petechie (-), venektasi (-), spider naevi (-), striae (-), hiperpigmentasi (-), hipopigmentasi (-) D. Kepala Normocephal, deformitas (-/-) E. Mata Konjungtiva pucat (-/-), sclera ikterik (-/-), oedem palpebra (-/-), sekret (-/), strabismus (-/-), pterigium (-/-), erosi kornea (-/-) 4

F. Hidung Deformitas (-), darah (-/-), sekret (-/-) G. Telinga Normotia, deformitas (-/-), darah (-/-), sekret (-/-) H. Mulut Bibir kering (-), sianosis (-), oral drooling (-), lidah kotor (-), lidah tremor (-), stomatitis (-), mukosa pucat (-), gusi berdarah (-), papil lidah atrofi (-) I. Leher Simetris, trakea di tengah, JVP R+2 cm, limfonodi tidak membesar, nyeri tekan (-), benjolan (-) J. Thorax a. Retraksi interkosta (-), simetris kanan dan kiri b. Jantung Inspeksi

: Ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: Ictus cordis teraba di SIC V 1 cm ke arah medial linea Midclavicularis sinistra

Perkusi

: Kanan atas

: SIC II linea parasternalis dekstra

Kiri bawah

: SIC V, 1 cm ke arah medial linea midclavicularis sinistra

Kanan bawah : SIC IV linea parasternalis dekstra Auskultasi : Bunyi jantung I dan II intensitas normal, reguler, bising (-) c. Paru Inspeksi

: Pengembangan dinding dada kanan = kiri

Palpasi

: Fremitus raba kanan = kiri

Perkusi

: Sonor di seluruh lapang paru

Auskultasi : Suara vesikuler (+/+), wheezing (-/-), RBH (-/-), RBK (-/-) K. Trunk Inspeksi

: simetris, shoulder tilt (-), deformitas (-), skoliosis (-) edema (-/-), inflamasi (-/-), wasting muscle (-)

Palpasi

: suhu normal, nyeri gerak (-/-), nyeri tekan (-/-), 5

deformitas (-) Perkusi

: nyeri ketok kostovertebra (-)

L. Abdomen Inspeksi

: dinding perut sejajar dengan dinding dada

Auskultasi

: peristaltik (+) 12x/menit

Perkusi

: timpani

Palpasi

: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba

M. Ekstremitas Oedem

N.

Akral dingin -

-

-

-

-

-

-

-

Status Neurologis a. Kesadaran

: GCS E4V6M5

b. Fungsi luhur

: kesan dalam batas normal

c. Fungsi sensorik

: kesan dalam batas normal

d. Nervi craniales

:

1) N. I

: dalam batas normal

2) N. II, III

: pupil isokor (3mm/3mm), refleks cahaya (+/+)

3) N. II, IV, VI

: gerak bola mata dalam batas normal

4) N. V

: reflek kornea (+/+), otot pengunyah dalam batas normal

5) N. VII

: gerak otot wajah dalam batas normal

6) N. VIII

: pendengaran dan keseimbangan dalam batas normal

7) N. IX, X

: uvula di tengah, reflek menelan baik

8) N. XI

: dalam batas normal

9) N. XII

: dalam batas normal

e. Kekuatan motorik : 2222 / 5555 2222 / 5555 6

f. Reflek Fisiologis Biceps Triceps Patella Achilles g. Reflek Patologis

Dekstra +2 +2 +2 +2

Sinistra +2 +2 +2 +2

Dekstra + -

Hoffmann-Tromner Babinsky Chaddock Oppenheim Gordon

Sinistra -

h. Tonus Tonus ekstremitas atas : normal/normal Tonus ekstremitas bawah : normal/normal i. Klonus Klonus Paha : -/Klonus Kaki : -/j. Tanda Meningeal Kakukuduk Kernig Brudzinski I Brudzinski II Brudzinki III

(-) Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan Tidak Dilakukan

O. Fungsi Motorik Range of Motion (ROM) dan Manual Muscle Test (MMT) ROM

NECK

Aktif 0 – 50° 0 – 60° 0 – 45° 0 – 45° 0 – 80° 0 – 80°

Fleksi Ekstensi Lateral bending kanan Lateral bending kiri Rotasi kanan Rotasi kiri 7

Pasif 0 – 50° 0 – 60° 0 – 45° 0 – 45° 0 – 80° 0 – 80°

MMT 5 5 5 5 5 5

ROM Pasif

Ekstremitas Superior

Shoulder

Sinistra

Dekstra

Sinistra

Dekstra

Sinistra

Fleksi

0 – 180°

0 – 180°



0 – 180°

2

5

Ekstensi

0 – 60°

0 – 60°



0 – 60°

2

5

Abduksi

0 – 180°

0 – 180°



0 – 180°

2

5

Adduksi

0 – 60°

0 – 60°



0 – 60°

2

5

0 – 90°

0 – 90°



0 – 90°

2

5

0 – 70°

0 – 70°



0 – 70°

2

5

0 – 150°

0 – 150°



0 – 150°

2

5

Ekstensi









2

5

Pronasi

0 – 90°

0 – 90°



0 – 90°

2

5

Supinasi

0 – 90°

0 – 90°



0 – 90°

2

5

Fleksi

0 – 90°

0 – 90°



0 – 90°

2

5

Ekstensi

0 – 70°

0 – 70°



0 – 70°

2

5

0 – 30°

0 – 30°



0 – 30°

2

5

0 – 20°

0 – 20°



0 – 20°

2

5

0 – 50°

0 – 50°



0 – 50°

2

5

0 – 90°

0 – 90°



0 – 90°

2

5

0 – 90°

0 – 90°



0 – 90°

2

5

0 – 90°

0 – 90°



0 – 90°

2

5

0 – 30°

0 – 30°



0 – 30°

2

5

Rotasi Internal Rotasi Fleksi

Wrist

Ulnar Deviasi Radius Deviasi MCP I Fleksi MCP

II-IV

Fleksi DIP Finger

MMT

Dekstra

Eksternal

Elbow

ROM Aktif

II-V

Fleksi PIP

II-V

Fleksi MCP Ekstensi

I

Fleksi

Sde

Sde

Ekstensi

Sde

Sde

8

Trunk

Right Lateral Bending Left Lateral Bending

Ekstremitas Inferior

Hip

Knee

Ankle

Sde

Sde

Sde

Sde

ROM Pasif

ROM Aktif

MMT

Dekstra

Sinistra

Dekstra

Sinistra

Dekstra

Sinistra

Fleksi

0 – 120°

0 – 120°



0 – 120°

2

5

Ekstensi

0 – 30°

0 – 30°



0 – 30°

2

5

Abduksi

0 – 45°

0 – 45°



0 – 45°

2

5

Adduksi

0 – 30°

0 – 30°



0 – 30°

2

5

Eksorotasi

0 – 45°

0 – 45°



0 – 45°

2

5

Endorotasi

0 – 35°

0 – 35°



0 – 35°

2

5

Fleksi

0 – 135°

0 – 135°



0 – 135°

2

5









2

5

Dorsofleksi

0 – 20°

0 – 20°



0 – 20°

2

5

Plantarfleksi

0 – 40°

0 – 40°



0 – 40°

2

5

Eversi

0 – 20°

0 – 20°



0 – 20°

2

5

Inversi

0 – 30°

0 – 30°



0 – 30°

2

5

Ekstensi

9

P.

Sirriraj Stroke Score (SSS) SSS = (2.5 x kesadaran ) +(2 x muntah)+(2 x sakit kepala) + (0.1x TD Diastolik) – (3x Ateroma) -12 SSS= (2.5 x 0) +(2x 0) + (2x 0) +0.1 x 120) –(3x 0) -12 = 0

Q. Foto Klinis Pasien

Gambar 1. Pemeriksaan ROM ektremitas superior dan inferior

Gambar 2. Pemeriksaan N.VII 10

III.

PEMERIKSAAN PENUNJANG A. Laboratorium Darah (24 Maret 2019) Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Rujukan

HEMATOLOGI RUTIN Hemoglobin

16.1

g/dl

13.5-17.5

Hematokrit

50

%

33 – 45

Leukosit

9.4

103/  L

4.5 – 11.0

Trombosit

380

103 /  L

150–450

Eritrosit

5.52

103/  L

4.50 – 5.90

INDEX ERITROSIT MCV

90.7

/um

80.0 – 96.0

MCH

29.2

pg

28.0 – 33.0

MCHC

32.1

g/dl

33.0 – 36.0

HITUNG JENIS Eosinofil

4.10

%

0.00 – 4.00

Basofil

0.30

%

0.00 – 2.00

Netrofil

54.50

%

55.00 – 80.00

Limfosit

32.80

%

22.00 – 44.00

Monosit

8.30

%

0.00 – 7.00

HEMOSTASIS APT

12.3

detik

10.0 – 15.0

APTT

35.20

detik

20.0 – 40.0

INR

0.930 KIMIA KLINIK

Gula Darah Sewaktu

100

mg/dl

60 – 140

SGOT

14

u/l

<35

SGPT

15

u/l

<45

Creatinine

1.0

mg/dl

0.8 – 1.3

11

Ureum

19

mg/dl

<50

ELEKTROLIT Natrium darah

136

mmol/L

136 – 145

Kalium darah

4.2

mmol/L

3.3 – 5.1

Kalsium darah

1.20

mmol/L

1.17 – 1.29

B. CT Scan Kepala Tanpa Kontras (24 Maret 2019)

Kesimpulan: Lesi hipodens di lobus occipital kanan Lesi hipodens di lobus frontoparietal sinistra

12

C. Skala Indeks Barthel untuk menentukan nilai Activities Daily Living (ADL) No. Item yang dinilai Skor 1.

Makan (Feeding)

Nilai

0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles 2 mentega dll. 2 = Mandiri

2.

Mandi (Bathing)

0 = Tergantung orang lain 0 1 = Mandiri

3.

Perawatan diri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain (Grooming) 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, 0 gigi, dan bercukur

4.

Berpakaian (Dressing)

0 = Tergantung orang lain 1 = Sebagian dibantu (misal mengancing 1 baju) 2 = Mandiri

5.

Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan (Bowel) tidak terkontrol 1 = Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam)

2

2 = Kontinensia (teratur lebih dari 7 hari) 6.

Buang air besar 0 = Inkontinensia (tidak teratur/perlu enema) (Bladder) 1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu)

2

2 = Kontinensia (teratur) 7.

Penggunaan toilet

0 = Tergantung bantuan orang lain 1 = Membutuhkan bantuan, tapi melakukan beberapa hal sendiri

13

dapat 1

2 = Mandiri 8.

Transfer

0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan untuk duduk (2 orang) 1 2 = Bantuan kecil (1 orang) 3 = Mandiri

9.

Mobilitas

0 =

Immobile (tidak mampu)

1 = Menggunakan kursi roda 2 = Berjalan dengan bantuan satu orang

0

3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti, tongkat) 10.

Naik tangga

turun 0 = Tidak mampu 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu)

0

2 = Mandiri Interpretasi hasil: 20

: Mandiri

12-19 : Ketergantungan Ringan 9-11

: Ketergantungan Sedang

5-8

: Ketergantungan Berat

0-4

: Ketergantungan Total

Pada pasien ini didapatkan jumlah skor Barthel 9 (Ketergantungan sedang). IV.

ASSESSMENT Klinis

: Hemiparese dextra.

Topis

: Korteks frontoparietal sinistra

Etiologis : Stroke infark trombotik

14

V. DAFTAR MASALAH Masalah Medis: Stroke infark trombotik  Problem Rehabilitasi Medik 1. Fisioterapi : Penderita belum maksimal dalam menggerakkan lengan dan tungkai kirinya. 2. Okupasi Terapi

: Gangguan dalam melakukan aktivitas fisik

3. Sosiomedik

: Memerlukan bantuan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari 4. Ortesa-protesa

: Keterbatasan saat ambulasi

5. Psikologi

: Beban pikiran karena kesulitan melakukan aktivitas

sehari –hari

VI. PENATALAKSANAAN 

Terapi Medikamentosa : 1. Bed rest total 2. Head up 30º 3. Diet bubur lunak 1700 kkal 4. Infus NaCl 0,9% 20 tpm 5. Injeksi Ranitidin 1 amp/12 jam 6. Paracetamol oral 2 x 1000gram 7. Aspilet 1 x 80mg 8. Candesartan 1 x 16mg



Rehabilitasi Medik: 1. Fisioterapi : a. Tujuan Jangka pendek 1) Meningkatkan endurance. 2) Meningkatkan kekuatan anggota gerak bagian kanan. 3) Mempertahankan ROM anggota gerak bagian kanan . 15

b. Jangka Panjang 1) Pasien dapat melakukan aktifitas fungsional secara mandiri. 2) Mampu dan terampil mobilisasi dan transfer. 3) Mencegah komplikasi lebih lanjut. c. Intervensi Fisioterapi 1) Latihan aktif 

Prosedur: Posisi pasien tidur terlentang lalu anggota gerak kanan dipandu untuk menggerakkan secara aktif.



Tujuan : 1. Memelihara ROM. 2. Meningkatkan kekuatan otot. 3. Mencegah kontraktur dan kekakuan sendi (stiffnes).

2) Strength Exercise 

Prosedur: Posisi pasien tidur terlentang lalu anggota gerak kanan digerakkan secara pasif.



Tujuan : 1. Memelihara ROM 2. Meningkatkan kekuatan otot 3. Mencegah kontraktur dan kekakuan sendi (stiffnes)

2. Okupasi terapi : Latihan

meningkatkan

kemampuan

motorik

halus

(meraih,

menggenggam) dan koordinasi tangan dengan aktivitas agar dapat menjalankan ADL sesuai fungsi awalnya. 16

3. Sosiomedik : Edukasi terhadap keluarga pasien mengenai bagaimana perawatan pasien dan pentingnya peran keluarga dalam pengawasan dan membantu pasien untuk melakukan latihan rehabilitasi di rumah 4. Orthesa dan prothesa : Untuk membantu mobilitas pasien setelah keadaan membaik, bisa menggunakan alat bantu jalan jika diperlukan. 5. Psikologi : Psikoterapi suportif untuk mengurangi kecemasan pasien dan keluarganya.

VII. IMPAIRMENT, DISABILITIAS, HANDICAP Impairment : Hemiparese Dextra Disabilitias : keterbatasan dalam mandi, grooming, mobilitas, serta naik turun tangga. skala barthel 9 (ketergantungan sedang). Handicap

: pasien tidak bisa mengikuti kegiatan sosial seperti ronda,

bekerja.

VIII. PLANNING Planning Diagnostik : Planning Terapi

: Fisioterapi, Okupasi Terapi

Planning Edukasi

: - Penjelasan penyakit dan komplikasi yang bisa terjadi - Penjelasan tujuan pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan - Edukasi untuk home exercise dan ketaatan untuk melakukan terapi 17

Planning Monitoring : - Evaluasi hasil fisioterapi, ROM dan MMT - Monitoring tekanan darah,

IX. TUJUAN 1. Mengurangi atau menghilangkan rasa lemah pada separuh badan sebelah kanan 2. Mengembalikan penderita pada tingkat aktivitas normalnya 3. Membantu pemulihan penderita sehingga mampu mandiri dalam menjalankan aktivitas kehidupan sehari-hari.

X.

PROGNOSIS Ad vitam

: dubia ad bonam.

Ad sanam

: dubia ad bonam.

Ad fungsionam

: dubia ad bonam.

18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I.

STROKE A. Definisi Definisi stroke menurut American Hearth Association/American Stroke Association pada tahun 2013 adalah defisiensi neurologik karena adanya cedera fokal pada sistem saraf pusat yang disebabkan karena gangguan vaskuler seperti infark serebral, intracerebral hemorrhage (ICH), dan subarachnoid hemorrhage (SAH), dan merupakan penyebab umum disabilitas dan kematian di seluruh dunia.

B. Epidemiologi Stroke merupakan masalah neurologis serius yang utama di Amerika Serikat. Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke. Menurut

Yayasan

Stroke

Indonesia

(Yastroki),

terdapat

kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya

tingkat

produktifitas

serta

dapat

mengakibatkan

terganggunya sosial ekonomi keluarga. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali, sepertiga 19

lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami gangguan fungsional berat. Menurut berbagai literatur, insidens stroke hemoragik antara 15%30% dan stroke non hemoragik antara 70%-80%, tetapi untuk negaranegara berkembang atau Asia, kejadian stroke hemoragik sekitar 30% dan stroke non hemoragik 70%, terdiri dari trombosis serebri 60%, emboli serebri 5%, dan lain-lain 35%. Insidens stroke meningkat seiring bertambahnya usia. Setelah umur 55 tahun, resiko stroke iskemik meningkat 2 kali lipat setiap dekade. Menurut Schultz, penderita yang berumur antara 70-79 tahun banyak menderita perdarahan intrakranial. Kejadian stroke lebih banyak pada laki-laki dengan perbandingan 1,3:1, kecuali pada usia lanjut dimana rasionya sudah tidak jauh berbeda.

C. Etiologi Yang menjadi persoalan pokok pada stroke adalah gangguan peredaran darah pada daerah otak tertentu. Beberapa hal yang menyebabkan lesi vaskuler serebral antara lain : 1.

Penyumbatan aliran darah otak karena vasospasme langsung dan menimbulkan gejala defisit atau perangsangan sesuai dengan fungsi daerah otak yang terkena.

2.

Penyumbatan aliran darah yang disebabkan oleh thrombus. Akibatnya aliran darah otak regional tidak memadai dalam memenuhi kebutuhan darah otak yang terganggu.

3.

Penyumbatan aliran darah otak oleh embolus. Sumber embolisasi dapat terletak di arteri karotis atau vertebralis tapi dapat juga di jantung dan sistem vaskuler sistemik.

4.

Lesi daerah otak akibat ruptur dinding pembuluh darah. Penyebab ruptur pembuluh darah bisa akibat dari suatu stroke embolik, perdarahan lobaris spontan dan perdarahan intraserebral akibat hipertensi. 20

D. Faktor Resiko Faktor resiko adalah kelainan atau kondisi yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor resiko umumnya dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu: 1. Yang tidak dapat dikontrol: a. Umur, makin tua kejadian stroke makin tinggi. b. Ras atau bangsa, Afrika (negro), Jepang, dan Cina lebih sering terkena stroke c. Jenis kelamin, laki-laku lebih beresiko dibanding wanita d. Riwayat keluarga (orang tua, saudara) yang pernah mengalami stroke pada usia muda, maka yang bersangkutan beresiko tinggi terkena stroke. 2. Yang dapat dikontrol: a. Hipertensi b. Diabetes Melitus c. Transien Ischemic Attack d. Fibrasi Atrial e. Post stroke f. Abnormalitas lipoprotein g. Fibrinogen tinggi dan perubahan hemoreologikal lain h. Perokok i. Peminum alcohol j. Hiperhomosisteinemia k. Infeksi virus dan bakteri l. Obat kontrasepsi oral m. Obesitas / kegemukan n. Kurang aktivitas fisik o. Hiperkolesterolemia/hipertrigliserida/hiperglikemia p. Stres fisik dan mental

21

E. Manifestasi Klinik Stroke non hemoragik biasanya bermanifestasi sebagai : 

Kelumpuhan wajah dan anggota gerak.



Terjadi pada saat santai atau terjadi pada pagi hari.



Gangguan sensibilitas daerah yang lumpuh



Disartria.



Adanya riwayat TIA sebelumnya.



Tidak biasanya ditemukan nyeri kepala, muntah, kejang dan kesadaran yang menurun.



Tidak ditemui adanya tanda rangsangan meningeal.

Stroke hemoragik sendiri khas sehingga dapat dibedakan dari stroke non hemoragik. Gejala klinis yang biasanya ditemui : 

Kelumpuhan wajah dan anggota gerak yang mendadak.



Serangan pada saat aktif disertai nyeri kepala yang hebat.



Gangguan sensibilitas daerah yang mengalami kelumpuhan.



Ataksia, disartria.



Mual, muntah yang nyata.



Gangguan penglihatan.



Gangguan kesadaran, kejang.



Kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan meningeal.

F. Diagnosis Diagnosis klinik stroke dibuat berdasarkan batasan stroke, dilakukan pemeriksaan klinis yang teliti, meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan neurologis dan pemeriksaan radiologis. Perhatian utama rehabilitasi adalah evaluasi potensi perkembangan pasien dengan rehabilitasi yang intensif. Tujuan dari rehabilitasi harus realistis dan fleksibel sebab status neorologis dari pasien dan derajat 22

kelainan biasanya berubah seiring waktu. Hal terbaik didapatkan jika pasien dan keluarga berpartisipasi dalam mencapai tujuan rehabilitasi.

G. Evaluasi Penderita Stroke dari Segi Rehabilitasi Medik Tujuan rehabilitasi medik adalah tercapainya sasaran fungsional yang realistik dan untuk menyusun suatu program rehabilitasi yang sesuai dengan sasaran tersebut. Pemeriksaan penderita meliputi empat bidang evaluasi: 1. Evaluasi neuromuskuloskeletal Evaluasi ini mencakup evaluasi neurologi secara umum dengan perhatian khusus pada: 

Tingkat kesadaran



Fungsi mental termasuk intelektual.



Kemampuan bicara.



Nervus kranialis.



Pemeriksaan sensorik.



Pemeriksaan fungsi persepsi.



Pemeriksaan motorik



Pemeriksaan gerak sendi.



Pemeriksaan fungsi vegetatif.

2. Evaluasi medik umum Mencakup sistem kardiovaskuler, sistem pernapasan, sistem endokrin serta sistem saluran urogenital. 3. Evaluasi kemampuan fungsional Meliputi kegiatan sehari-hari (AKS) seperti makan dan minum, mencuci, kebersihan diri, transfer dan ambulasi. Untuk setiap jenis aktivitas tersebut ditentukan derajat kemandiriaan dan ketergantungan penderita juga kebutuhan alat bantu. 23

4. Evaluasi psikososial-vokasional Mencakup faktor psikologis, vokasional dan aktifitas rekreasi, hubungan dengan keluarga, sumber daya ekonomi dan sumber daya lingkungan Evaluasi psikososial dapat dilakukan dengan menyuruh penderita mengerjakan suatu hal sederhana yang dapat dipakai untuk penilaian tentang kemampuan mengeluarkan pendapat, kemampuan daya ingat dan orientasi.

H. Program Rehabilitasi Medik pada Penderita Stroke  Fase awal Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah proper bed positioning, latihan luas gerak sendi, stimulasi elektrikal dan begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional.  Fase lanjutan Tujuannya adalah unyuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan aktifitas kegiatan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke. Program pada fase ini meliputi : a. Fisioterapi 1) Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2 kebawah) 2) Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.

24

3) Latihan gerak sendi bisa pasif, aktif dibantuatau aktif tergantung dari kekuatan otot. 4) Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot. 5) Latihan fasilitasi / redukasi otot 6) Latihan mobilisasi. b. Okupasi Terapi (aktifitas kehidupan sehari-hari/AKS) Sebagian

besar

penderita

stroke

dapat

mencapai

kemandirian dalam AKS, meskipun pemulihan fungsi neurologis pada ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan

alat

Bantu

yang

disesuaikan,

AKS

dengan

menggunakan satu tangan secara mandiri dapat dikerjakan. Kemandirian dapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang disesuaikan. c. Terapi Bicara Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat ditangani oleh speech therapist dengan cara: 1) Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas, menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan. 2) Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan mengucapkan kata-kata. 3) Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi mengucapkan kata-kata. 4) Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga. d. Ortotik Prostetik Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alatalat yang sering digunakan antara lain: arm sling, hand sling,

25

walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace, cock-up, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO). e. Psikologi Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui serial fase psikologis, yaitu: fase shok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase penerimaan. Sebagian penderita

mengalami

fase-fase

tersebut

secara

cepat,

sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase, bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi. f. Sosial Medik dan Vokasional Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara

keluarga,

keterangan

tentang

pekerjaan,

kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan hidup serta keadaan rumah penderita.

I. Prognosis Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis yaitu : a. Saat mulainya rehabilitasi medik, program dimulai kurang dari 24 jam maka pengembalian fungsi lebih cepat. Bila dimulai kurang dari 14 jam maka kemampuan memelihara diri akan kembali lebih dahulu. b. Saat dimulainya pemulihan klinis, prognosis akan lebih buruk bila ditemukan adanya : 1-4 minggu gerak aktif masih nol (negatif); 46 minggu fungsi tangan belum kembali dan adanya hipotonia dan arefleksia yang menetap.

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Sacco RL et al. An updated definition of stroke for the 21st century. AHAJ. 2013; 44 (7): 2064-2089 2. Siwi RC. Epidemiologi Stroke. Dalam : Kumpulan Makalah Pertemuan Ilmiah Regional II. Perdossi. Manado, 2002. 3. Walelang TH. Faktor Resiko dan Pencegahan Stroke. Poceeding symposium stroke up date. Manado. Perdosi, 2001. 4. Karema W. Diagnosis dan Klasifikasi Stroke. Dalam : Siwi R, Supit W. Et all eds. Stroke Up Date. Bagian Neurologi / SMF FK UNSRAT / RSUP Manado. Perdossi. Manado, 2002 ; 1 1 5. Angliadi LS. Rehabilitasi Medik Pada Stroke. Proceeding symposium stroke up date. Manado. Perdosi, 2001.

27

Related Documents


More Documents from "Alfonsus Cipta Raya"

October 2019 36
October 2019 41
April 2020 26