TUGAS SGD 1 BLOK LEADERSHIP AND ENTERPRENEURSHIP SEMESTER VII
OLEH : KELOMPOK 5 AYU WULAN ENGGAL P
I1B015050
ETIKA PANGUDIANA
I1B015051
ROMANDINA ASWINDARTI
I1B015052
NABILA ALMA MAITSANI
I1B015053
SITI WAKHIDATUN M
I1B015054
ANIS KHOIRIYAH
I1B015055
YOGI ADITYA
I1B015056
NURUL ISNAENI YUNELY
I1B015057
WAHYU WIRA HUTAMA
I1B015058
LAELI NUR ROKHMAH
I1B015059
CHAERINA NUR AZIZA
I1B015060
QURROTA A’YUNINA
I1B015061
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN PURWOKERTO 2018
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan suatu keharusan dalam sebuah kelompok ataupun organisasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan mencapai tujuan yang di dalamnya terdapat sebuah interaksi antar pengikut dan pimpinan. Selain itu, adanya sebuah kepemimpinan dapat dijadikan sebagai kemampuan untuk memotivasi dan memengaruhi anggotanya. Kepemimpinan yang tidak berjalan dengan baik atau tidak sesuai dengan prinsip akan sulit untuk mencapai sebuah tujuan tertentu (Norkholis). Kepemimpinan berdasarkan karakteristiknya terdiri dari dua macam, yaitu pemimpin dan manajer. Pemimpin merupakan seorang yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan untuk memberi arahan dan bekerja sama secara efektif dengan anggota sesuai dengan wewenang yang dimiliki serta bertanggung jawab atas pekerjaan anggotanya dalam mencapai suatu tujuan (Hasibuan, 2011). Sedangkan manajer adalah seseorang yang mengatur suatu pekerjaan dengan membuat rencana dan mengendalikan anggotanya dalam kelompok untuk mencapai sasaran tertentu (KBBI). Sebuah kepemimpinan dapat dimiliki oleh setiap manusia apabila mempunyai keinginan untuk berubah menjadi lebih baik. Banyak tokoh masyarakat yang dapat dijadikan panutan sebagai pemimpin dengan melihat karakter tokoh tersebut. Sehingga adanya panutan dapat menilai diri sendiri bagaimana karakternya apabila menjadi seorang pemimpin. Oleh karena itu, penyusun akan membahas tentang kepemimpinan dan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang efektif. B. Tujuan 1. Mahasiswa mampu mengetahui perbedaan pemimpin dan manajer 2. Mahasiswa mampu mengetahui kepemimpinan yang sesuai dalam sebuah organisasi 3. Mahasiswa mampu memahami seberapa penting adanya leader dan follower dalam kepemimpinan
4. Mahasiswa mampu mengembangkan keterampilan sebagai pemimpin, manajer, dan follower 5. Mahasiswa mampu mempunyai tokoh pemimpin yang efektif di masyarakat 6. Mahasiswa mampu memahami pentingnya integritas dalam kepemimpinan.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pemimpin dan manajer 1. Pengertian pemimpin dan manajer Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), pemimpin memiliki kata dasar “pimpin” yang sering disebut sebagai pemuka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja atau tua-tua yang dalam konteks perannya berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara dalam sistem tertentu. Sedangkan menurut McShane (2004) pemimpin adalah seseorang yang mampu memberi arahan dan mempengaruhi aktivitas terkait dengan tugas dari anggota kelompok. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pemimpin merupakan seseorang yang ditunjuk sebagai pimpinan yang mampu mempengaruhi orang lain dengan kemampuannya serta dapat mengarahkan dan membimbing anggotanya dalam menyelesaikan tugas. Pengertian menejer menurut Muizu dan Sule (2017) yaitu seseorang yang melaksanakan kegiatan menejemen dengan tujuan untuk memastikan bahwa keseluruhan tujuan yang telah ditentukan atau ditetapkan oleh organisasi dapat terwujud. Manajer juga dapat didefinisikan sebagai seseorang yang bekerja melalui orang lain dengan mengoordinasikan kegiatan-kegiatan guna mencapai sasaran organisasi. 2. Perbedaan pemimpin dengan manajer Berikut ini beberapa perbedaan pemimpin dengan manajer menurut Lunenburg (2011) : Perbedaan Definisi
Pemimpin Orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi, memotivasi dan membuat orang lain berkontribusi untuk mencapai kesuksesan suatu organisasi.
Manajer Orang yang bertugas untuk mengarahkan dan mengatur suatu kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Kepribadian
Orientasi Fokus Pendekatan ke pekerjaan
Risiko Kekuatan melalui Organisasi Menyentuh Proses berpikir Penetapan tujuan
Penuh kharisma, terkadang terlihat sangat berani mengambil resiko. Penuh imajinasi. Manusia Memimpin manusia Melihat masalah dan mencari solusi yang kreatif. Dengan komitmen dan kharismanya, ia memotivasi dan membuat tim tergerak untuk menyelesaikan masalah. Mengambil risiko Kharisma dan pengaruh
Mempunyai pengikut Perasaan / Hati Fokus pada orang Tampak lahiriah Menjabarkan visi Menciptakan masa depan Melihat secara luas Hubungan memberdayakan terhadap Kolega karyawan Melihat permasalahan Operasi Melakukan hal yang benar Menciptakan perubahan Melayani bawahan Pemerintahan Menggunakan pengaruh Menggunakan konflik Bertindak tegas
Rasional, fokus pada tujuan dan terstruktur. Cerdas dan penuh analisis.
Tugas Mengatur pekerjaan Membuat strategi, peraturan dan metode kemudian membuat tim dan ide
Menghindari risiko Jabatan resmi dan posisi Mempunyai anak buah Logika / Kepala Fokus pada benda Tampak ke dalam Melaksanakan rencana Meningkatkan masa sekarang Melihat secara sempit Mengontrol Bawahan Mengarahkan & koordinat Melakukan sesuatu dengan benar Mengelola perubahan Melayani superordinates Menggunakan otoritas Menghindari konflik Bertindak secara bertanggung jawab
3. Kepemimpinan Dalam Organisasi Dalam memimpin suatu organisasi diperlukan penerapan gaya kepemimpinan yang tepat antara pemimpin dengan anggotanya. Karena gaya kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap kesuksesan untuk mencapai goals dari sebuah organisasi tersebut. Keberhasilan dari seorang pemimpin dalam memimpin sebuah organisasi dapat ditinjau dari gaya kepemimpinannya ketika memimpin organisasi tersebut. Gaya kepemimpinan yang biasa dijumpai seperti gaya otokratik, gaya laisez faire, dan gaya demokratik. Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya kepemimpinan yang tidak membutuhkan musyawarah dan tidak boleh ada anggota yang ikut campur terhadap keputusan pemimpinnya. Kemudian gaya kepemimpinan laisez faire adalah gaya kepemimpinan yang menunjukkan sifat masa bodo dari pemimpin dan memberikan kebebasan terhadap anggotanya. Dan gaya kepemimpinan demokratik adalah gaya kepemimpinan yang selalu mengedepankan keputusan bersama, menghargai pendapat satu sama lain dan selalu mau menerima saran dan kritik demi mencapai tujuan bersama (Sutikno, 2014). 4. Leader dan Follower Leader adalah seorang pemimpin yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan dengan personality atau wibawa yang baik. Seorang leader dapat memimpin organisasi formal maupun informal dan menjadi panutan bagi para followers-nya. Sedangkan followe adalah anggota atau pengikut leader dalam suatu organisasi baik formal maupun informal (Hasibuan, 2007). Dalam sebuah kepemimpinan, peran antara leader dan follower adalah sama pentingnya. Leader mempunyai porsinya sendiri dalam mengelola suatu kepemimpinannya, seperti menjadi suatu penggerak dan mencari rencana untuk mencapai tujuan. Dan follower dalam tugasnya adalah menjadi follower yang mampu mencerminkan leader-nya dengan baik dan menjadi follower yang aktif. Baik leader dan follower, mereka harus bersama-sama berperan aktif dalam suatu organisasi. Leader yang aktif dan follower yang aktif akan membuat organisasi dan sebuah
kepemimpinan yang baik. Oleh sebab itu, baik leader dan follower dalam suatu kepemimpinan adalah sama pentingnya. 5. Melatih diri sendiri sebagai mahasiswa menjadi seorang follower, manager dan leader Hal paling penting dan mendasar yaitu mulai dari diri sendiri. Bagaimana kita memimpin diri sendiri untuk mewujudkan sesuatu yang ingin dituju. Selain itu, seorang mahasiswa juga bisa melatih dirinya sebagai manager diri sendiri, misalnya dengan membuat jadwal harian dari pagi hingga tidur, bagaimana mengatur waktu agar dapat memanfaatkan waktu semaksimal mungkin, memilih antara hal yang paling penting dan tidak penting agar waktu tidak terbuang sia-sia. Setelah seseorang dapat mengatur dirinya sendiri dengan baik, maka seseorang tersebut akan terlatih untuk mengatur hal lain atau bahkan dapat menjadi pemimpin. Contohnya dengan mengikuti sebuah UKM di kampus. Saat pertama kali mengikuti kegaiatan UKM, mungkin seseorang hanya menjadi follower karena masih belajar dan mencari pengalaman. Namun, semakin lama seseorang itu terlatih dalam sebuah organisasi, membuat dirinya semakin mahir dalam menghadapi suatu masalah atupun tantangan. Hal ini menjadikan seseorang tersebut dapat diangkat menjadi seorang pemimpin dari UKM dengan mempertimbangkan kemahirannya dalam memimpin sebuah organisasi. Kesimpulannya, siapa saja mempunyai kesempatan untuk menjadi follower, manager ataupun pemimpin. Hanya membutuhkan keberanian dan kemauan untuk melatih diri sendiri untuk mencapai semua keinginan tersebut. Dimulai dari berlatih menjadi follower yang baik, kemudian berkembang menjadi manager, sampai menjadi pemimpin dalam sebuh organisasi. B. Figure seorang pemimpin yang efektif di masyarakat 1. Joko Widodo Jokowi merupakan salah satu figur pemimpin yang efektif. Sebagai kepala pemerintahan pada masa Gubernur DKI Jakarta, Jokowi mampu
menjadi seorang pemimpin yang diharapkan oleh masyarakat. Model kepemimpinan yag terlihat pada masa pemerintahan Jokowi adalah kepemimpinan transformasional (Yusuf, 2013). Terdapat 4 ciri-ciri kepemimpinan transformasional, yaitu karakter idealized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration (Ladkin, 2010 dalam Umiarso, 2018). Karakter idealized influence ditunjukkan oleh Jokowi melalui kharismanya dalam memberikan pengaruh, sehingga bawahan dapat mengikuti pimpinan melalui perilaku yang mencerminkan visi dan misinya yaitu pelayanan kepada masyarakat. Pada berbagai kesempatan Jokowi selalu menegaskan agar mengutamakan pelayanan. Kartu Jakarta Sehat dan kesiapsiagaan banjir merupakan salah satu bukti perilaku yang sesuai dengan misinya yaitu pelayanan. Idealized influence juga ditunjukkan dengan sikap Jokowi yang menghargai bawahan serta warganya. Jokowi bersedia mendengarkan aspirasi warganya secara langsung. Sikap menghargai ini tercermin dari dekatnya jarak komunikasi antara dirinya dengan para pejabat. Pengaruh kharismatik yang ada pada Jokowi tidak terlepas dari kemampuannya menjadi role model yang dikagumi, dihargai, dan diikuti oleh bawahannya (Yusuf, 2013). Pada karakter inspirational motivation, Jokowi mampu menjadi pemimpin yang dapat memotivasi masyarakat untuk menjadikan Indonesia lebih maju. Hal tersebut terlihat dari tidakan berani yang telah dilakukan serta ide-ide yang diberikan mampu menginspirasi dan memotivasi masyarakat. Sebagai contoh, ide pembebasan jalan tanah abang yang mendapatkan banyak pujian oleh masyarakat setelah selesai terealisasi. Selain itu, kebiasaan Jokowi untuk terjun langsung kelapangan atau ke lokasi bencana membuat Jokowi tidak hanya memberikan bantuan bersifat materil, namun juga memberikan motivasi kepada korban bencana (Yusuf, 2013). Karakter intellectual stimulation terlihat dari kemampuan Jokowi dalam mendorong bawahannya untuk menyelesaikan permasalahan dengan cepat, cermat dan rasional. Contohnya dalam mengatasi banjir, dia sangat
rasional bahwa banjir akan diatasi secara bertahap dengan menjalin kerjasama Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat guna mengendalikan aliran sungai yang berhulu di kedua provinsi tersebut. Selain itu, terdapat program Kartu Jakarta Sehat yang diluncurkan bagi keluarga miskin. Kartu Jakarta Sehat dapat langsung diperoleh puskesmas-puskesmas hanya dengan menunjukkan KTP dan kartu keluarga, tanpa harus ke RT, RW dan Kelurahan sehingga pasien yang ingin berobat gratis tidak dihadapkan pada prosedur yang panjang. Sikap cepat, cermat dan rasional dalam menghadapi persoalan dapat mendorong para bawahan untuk menemukan cara baru yang lebih efektif dalam menyelesaikan masalah (Yusuf, 2013). Karakter individualized consideration ditunjukkan oleh Jokowi melalui cara kerjasama yang dilakukannya dengan Ahok, wakil gubernurnya. Walaupun Jokowi bersikap halus, tetapi dirinya tidak mempermasalahkan sikap Ahok yang bicara apa adanya, lugas, bahkan terkesan kasar. Hal tersebut yang mencerminkan karakter individualized consideration, yaitu seorang pemimpin yang mampu memahami perbedaan individual (Yusuf, 2013). 2. Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habiebie Prof. Dr. Ing. H. Bacharuddin Jusuf Habiebie lahir di Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936. Beliau merupakan presiden ketiga RI yang menggantikan Presiden Soeharto karena pengunduran dirinya pada 21 Mei 1998. Beliau merupakan wakil presiden dan presiden dengan masa jabatan terpendek. Habiebie menjabat sebagai wakil presiden selama 2 bulan 7 hari dan ketika menjadi presiden beliau menjabat selama 1 tahun 5 bulan (Wikipedia, 2018). Sejak kecil Habiebie telah menunjukkan sikap yang tegas dan berpegang teguh pada prinsipnya. Semasa sekolahpun Habiebie merupakan sosok yang difavoritkan karena kecerdasaannya, dan beliaupun berhasil memperoleh gelar doktor konstruksi pesawat terbang di Jerman setelah 10 tahun belajar di sana dengan predikat suma cum laude. Maka, tidak heran jika latar belakang pendidikannya tersebut cukup mempengaruhi cara kepemimpinannya selama menjabaat sebagai presiden. Didalam setiap
pengambilan keputusan beliau selalu memperhatikan faktor yang dapat diukur, sehingga kebijakan yang dihasilkanpun sering kali mengagetkan. Beliau orang yang bisa dibilang cukup gampang bergaul, terbuka, memiliki gaya komunikasi yang spontan, meletup-letup dan cepat bereaksi. Beliau juga merupakan orang yang sangat detail, suka mencoba dan suka berinovasi (Syakdiah, 2015). Semasa jabatannya menjadi presiden, Habiebie menerapkan Gaya Kepemimpinan Dedukatif- fasilitatif dan Kepemimpnan Demokratis. Beliau menciptakan pemerintahan yang transparan dan demokratis dengan cara membuka kebebasan pers di waktu itu. Dimasa jabatannya pula banyak peraturan- peraturan yang dibuat. Selain itu, di dalam kabinetnya sendiri Habiebie meningkatkan koordinasi dan menghilangkan sikan egois di antara kalangan menteri (Syakdiah, 2105; Wikipedia, 2018). Meskipun, masa jabatan Habiebie cukup singkat dan saat menjabat kondisi Indonesia cukup kacau, kepemimpinan Habiebie ini tergolong cukup baik. Hal ini terbukti dengan keberhasilannya memberikan landasan kukuh bagi Indonesia melalui berbagai macam peraturan. Selain itu, juga terdapat kemajuan di bidang ekonomi dibanding dari tahun- tahun sebelumnya (Syakdiah, 2105; Wikipedia, 2018). 3. Ir. Soekrano Soekarno merupakan tipikal pemimpin yang kharismatik yang bertanggung jawab serta membuat pengikutnya mudah mencintai dan menyayanginya karena karakter beliau yang selalu mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. Soekarno berjasa besar menyatukan bangsa Indonesia dalam kesadaran bersama meraih kemerdekaan, karena beliau ahli membangkitkan semangat melalui orasi-orasinya yang berani dan menggemuruh. Soekarno sering menjadi pusat perhatian dalam rapat-rapat umum, diatas podium, ditengah massa yang riuh hingga memukau audiens, dan audiens sebaliknya memukau dengan tepukan tangan. Melalui katakatanya, Soekarno menjembatani dan menyatukan berbagai elemen yang berbeda. Selain itu, Soekarno berjasa dalam mengilhami Sumpah Pemuda 1928 dan dengan kecerdasan yang brillian beliau mampu merumuskan dasar
negara Pancasila (Wilardjo, 2012). Kepemimpinan seperti Soekarno efektif diterapkan karena mempunyai integritas tinggi dan mampu menghadapi berbagai situasi yang dihadapi. C. Pentingnya integritas dalam kepemimpinan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, integritas adalah mutu, sifat, atau keadaan yg menunjukkan kesatuan yg utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Lebih lanjut, dijelaskan oleh John C. Maxweel (2001) dalam Pramita, (2015) dalam bukunya “The 21 Irrefuble Laws of Leadership” ada 14 kualitas kepemimpinan yang secara umum dirasa penting dan perlu ada dalam diri seorang pemimpin antara lain meliputi Kepercayaan; Sikap; Kompetensi; Komitmen
Pemimpin;
Integritas;
Prioritas;
Semangat
yang
tinggi;
Kepelayanan; Tanggung jawab; Disiplin diri; Hubungan yang baik; Pengertian; Visi; dan Pemberdayaan Manusia. Dalam poin Integritas disebutkan beberapa alasan mengapa integritas begitu penting, antara lain: a. Integritas membina kepercayaan. Dengan integritas yang ditemukan dalam diri seorang pemimpin yang bukan hanya kata-kata belaka tetapi juga disertai tindakan akan menumbuhkan kepercayaan dalam diri pengikutnya (Maxwell, 1995 : 41 dalam Pramita, 2015). b. Integritas punya nilai pengaruh tinggi. Integritas merupakan kualitas manusia yang diperlukan untuk sukses bisnis. Dengan integritas yang dipunyai oleh seorang pemimpin akan memperbesar pengaruhnya, karena pengikut melihat adanya sesuatu yang bisa dipercayai dalam diri pemimpin (Maxwell,1995 :42 dalam Pramita, 2015). c. Integritas memudahkan standar tinggi. Pemimpin harus hidup dengan standar yang lebih tinggi daripada pengikutnya. Dengan adanya watak yang baik (integritas) memungkinkan pemimpin untuk melaksanakan semua tanggung jawabnya, kalau watak seorang pemimpin rendah, maka standarnya pun rendah (Maxwell, 1995:43 dalam Pramita, 2015). d. Integritas menghasilkan reputasi yang kuat, bukan hanya citra. Citra adalah apa yang dipikirkan orang lain tentang diri seseorang. Integritas adalah apa
diri seseorang yang sesungguhnya. Kadang-kadang kehidupan menjepit seseorang pada saat-saat mengalami tekanan seperti itu, apa yang ada di dalamnya akan ketahuan, dengan demikian akan menentukan bagaimana reputasi seseorang (Maxwell, 1995:44 dalam Pramita, 2015). e. Integritas berarti menghayati diri sebelum memimpin orang lain. Sebelum memimpin orang lain seorang pemimpin harus menghayati dirinya sendiri, karena pemimpin tidak bisa memimpin siapa pun lainnya lebih jauh daripada tempat pemimpin sendiri berada. Oleh karena itu, perlu dipastikan apakah pemimpin sudah memiliki integritas terlebih dahulu sebelum memimpin orang lain karena orang akan cenderung mengikuti pemimpin (Maxwell, 1995:45 dalam Pramita, 2015). f. Integritas membantu seorang pemimpin dipercaya bukan hanya pintar. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa pemimpin sungguh-sungguh dengan apa yang dikatakannya. Kepemimpinan yang efektif tidak hanya berdasarkan sifat pintar, tetapi juga berdasarkan sikap konsisten (Maxwell, 1995:46 dalam Pramita, 2015). g. Integritas adalah prestasi yang dicapai dengan susah payah. Integritas bukan sebuah faktor yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Ini adalah hasil dari disiplin pribadi, kepercayaan batin, dan keputusan untuk jujur sepenuhnya dalam segala situasi dalam kehidupan pemimpin. Untuk memperoleh integritas diperlukan suatu proses yang terus berlangsung (Maxwell, 1995:47 dalam Pramita, 2015). Dari uraian di atas dapat dilihat pentingnya integritas sabagai karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin karena integritas mengandung pengertian apa yang dikatakan pemimpin itu juga yang harus diperbuatnya. Sehingga pemimpin dapat memberi teladan kepada para pengikutnya.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Kepemimpinan
merupakan
suatu
keharusan
dalam
sebuah
organisasi yang dapat mempengaruhi keberhasilan mencapai tujuan yang di dalamnya terdapat sebuah interaksi antar leader dan follower. Di dalam kepemimpinan juga terdapat pemimpin dan manajer. Namun pemimpin dan manajer ini ternyata memiliki perbedaan masing-masing. Kepemimpinan dalam suatu organisasi juga memiliki gaya kepemimpinan yang bermacam-macam. Di samping hal tersebut seorang pemimpin juga harus bisa menjadi pemimpin yang efektif di masyarakat. Kepemimpinan pun juga harus mempentingkan integritas karena untuk menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan. 2007. KBBI, edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Hasibuan, M. S. (2007). Manajemen dasar, pengertian dan masalah. Jakarta: Bumi Aksara. Lunenburg, C. F. 2011. Leadership versus Management: A Key Distinction—At Least in Theory. International Journal Of Management, Business, And Administration 14(1). McShane, Steven L dan Von Glinow, Mary A. 2004.Organizational BehaviourEmerging Knowledge and Practice For The Real World 3thEdition. New York : McGraw-Hill Muizu, W & Sule, E.2017. Manajer dan Perangkat Manajemen Baru. Pekbis Jurnal.9(2):151-160. Pramita, Artie. 2015. Integritas Dalam Kepemimpinan. Jurnal “Admisitrasi Publik”. Volume XI. Nomor 2. Desember 2015 Sutikno. (2014). Pemimpin dan Kepemimpinan. Lombok: Holistica Lombok. Syakdiah. (2015). Presiden Republik Indonesia dan Gaya Kepemimpinannya. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Vol V, no. 1 Umiarso. (2018). Kepemimpinan Trasformasional Profetik. Jakarta: Prenadamedia Group Wikipedia. (2018). B.J Habiebie. Diakses http://id.wikipedia.org/wiki/B._J._Habiebie pada 6 September 2015
dari
Wilardjo, Setia Budhi. 2012. Sukarno: Suatu Tinjuan Perspektif Sejarah dan Perilaku Organisasi. Jurnal Unimus. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang. Yusuf, M. (2013). Fenomena Kepemimpinan Politik Jokowi. Ganec Swara. 7 (1), 26-31