“Good leader must first become good servants” – Robert Greenleaf Pemimpin sejatinya bukanlah penguasa layaknya raja pada masa kerajaan. Pemimpin pada era demokrasi seperti sekarang ini adalah pelayan rakyat, dan sebagai pelayan sudah pasti harus melayani rakyatnya dengan baik. Namun seperti yang sekarang kita ketahui, satu demi satu terbongkar penyalahgunaan wewenang yang dilakukan para pemimpin, khususnya tindak pidana korupsi yang seakan sudah lumrah jika dilakukan oleh para wakil rakyat. Salah satu kasus yang santer diberitakan adalah kasus penerimaan dana gratifikasi yang dilakukan oleh Zumi Zola, gubernur Jambi non-aktif saat ini. Pria kelahiran 31 Maret 1980 itu diancam pidana seperti yang diatur Pasal 11 UU Tipikor juncto Pasal 55 ayat ke-1 KUHPidana juncto Pasal 65 ayat (1) KUHPidana. Sementara untuk uang ketok palu pengesahan RAPBD Jambi, Zumi Zola disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf A UU 31/1999 juncto Pasal 55 ayat ke-1 KUHP1. Kasus ini merupakan sebuah ironi mengingat Zumi Zola selama menjadi gubernur Provinsi Jambi kerap kali mendapatkan perhatian khalayak luas karena aksi-aksinya yang kontroversial. Sebut saja di antaranya saat Zola menggebrak meja di sebuah rumah sakit karena melihat sejumlah petugas rumah sakit tertidur di tengah-tengah aktivitas pelayanan pasien dan melakukan inspeksi mendadak (sidak) di sebuah kantor Samsat di Jambi beberapa waktu pasca pelantikannya menjadi Gubernur dan menemukan aksi pungli saat ada masyarakat mengurus STNK. Aksinya yang terakhir ini juga dilengkapi dengan Zola memecat 20 orang pegawai Samsat2. Aksi-aksi kontroversial yang dilakukannya selama menjabat sebagai Gubernur Jambi ini tentu mendapatkan perhatian masyarakat dan dapat membuat masyarakat memberikan penilaian positif kepada kepemimpinan Zumi Zola. Tentu saja sebaliknya, kasus yang dialami Zumi Zola dan membuatnya menjadi tahanan KPK ini mencederai kepercayaan masyarakat. Kasus yang dialami oleh Zumi Zola ini menunjukkan inkonsistensi
dalam
kepemimpinannya. Khususnya pada masa awal kepemimpinannya sebagai gubernur Jambi, Zumi Zola menunjukkan sikap tegas, terlihat bersih dan menjunjung tinggi profesionalitas.
1
Bernie, Mohammad. 2018. “Dana Gratifikasi Zumi Zola : Mengalir ke PAN Hingga Kurban Iduladha”, https://tirto.id/dana-gratifikasi-zumi-zola-mengalir-ke-pan-hingga-kurban-iduladha-cUAG diakses 05 September 2018 pukul 23.27 2 Aragon, Hira Hilary. 2018. “7 Kontroversi Zumi Zola, ngamuk di rumah sakit hingga tersangka KPK”, https://www.brilio.net/politik/7-kontroversi-zumi-zola-ngamuk-di-rumah-sakit-hingga-tersangka-kpk180201f.html diakses 05 September 2018 pukul 23.29
Namun seperti ungkapan sudah biasa kita dengar bahwa kejatuhan seseorang biasanya diakibatkan oleh perkara yang menyangkut harta, tahta dan wanita. Zumi zola pun tersandung pada permasalahan yang sama, penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan pribadi. Menurut saya, permasalahan yang dihadapi Zumi Zola ini dapat mempengaruhi penilaian masyarakat di Jambi pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Untuk memberikan kepercayaan pada periode selanjutnya. Terlebih jika Ia bermaksud untuk mencalonkan diri pada jejang yang lebih tinggi. Saya pun akan meragukan untuk memberikan kepercayaan karena sudah terbukti dan tercatat pernah melakukan tindak pidana korupsi, yang mana itu berarti mengambil apa yang seharusnya menjadi milik masyarakat. Namun jika yang ditanyakan apakah masyarakat bisa memberikan kembali kepercayaannya kepada tersangka korupsi, mungkin saja ia masih memiliki peluang untuk kembali terpilih melayani masyarakat tetapi dengan penilaian yang tidak mungkin sama dengan sebelumnya.