Tugas Buk Endah Anak.docx

  • Uploaded by: Elsa Rahmadi
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tugas Buk Endah Anak.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,816
  • Pages: 15
MAKALAH MATERI PENYAKIT ANAK DIINDONESIA

Disusun Oleh: Elsa rahmadi januastuti

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM TA. 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji dan syukur terucap hanya pada Allah SWT yang Maha Esa atas Ridhanya, akhirnya saya dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang penyakit anak yang sering muncul di Indonesia. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabatnya, serta seluruh umat yang senantiasa taat dalam menjalankan syariatnya. Saya mengucapkan terima kasih yang tiada tara kepada seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak. Bila dalam penyampaian makalah ini ditemukan hal-hal yang tidak berkenan bagi pembaca, dengan segala kerendahan hati saya mohon maaf yang setulusnya. Kritik dan saran dari pembaca sebagai koreksi sangat saya harapkan untuk perbaikan makalah ini kedepan. Semoga taufik, hidayah dan rahmat senantiasa menyertai kita semua menuju terciptanya keridhaan Allah SWT.

Daftar isi BAB I PENDAHUALAN A. Latar belakang B. Rumusan masalah C. Tujuan BAB II PEMBHASAN A. Penjelasan pneumonia B. Etiologi C. Fatofisiologi D. Menifestasi klinis E. Pemeriksaan dignostik F. Pencegahan dan faktor resiko BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR FUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini banyak sekali penyakit yang baru pada saluran pernafasan dan penyebabnya bermacam-macam, ada di sebabkan oleh virus, bakteri, dan lain sebagainya. Dengan penomena ini harus menjadi perhatian bagi kita semua. Salah satu penyakit pada saluran pernafasan adalah pneumonia. Penyakit Pneumonia sering kali diderita sebagian besar orang yang lanjut usia (lansia) dan mereka yang memiliki penyakit kronik sebagai akibat rusaknya sistem kekebalan tubuh (Imun), akan tetapi Pneumonia juga bisa menyerang kaula muda yang bertubuh sehat. Saat ini didunia penyakit Pneumonia dilaporkan telah menjadi penyakit utama di kalangan kanak-kanak dan merupakan satu penyakit serius yang meragut nyawa beribu-ribu warga tua setiap tahun. (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78) Penanggulangan penyakit Pnemonia menjadi fokus kegiatan program P2ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar istilah Pnemonia lebih dikenal masyarakat, sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang penanggulangan Pnemonia. Program P2ISPA mengklasifikasikan penderita kedalam 2 kelompok usia: Usia dibawah 2 bulan (Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia) Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun (2 bulan – Pnemonia, Pnemonia Berat dan Bukan Pnemonia ). Klasifikasi Bukan-pnemonia mencakup kelompok balita penderita batuk yang tidak menunjukkan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak menunjukkan adanya penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam. Penyakit ISPA diluar pnemonia ini antara lain: batuk-pilek biasa (common cold), pharyngitis, tonsilitis dan otitis. Pharyngitis, tonsilitis dan otitis, tidak termasuk penyakit yang tercakup dalam program ini. Pneumonia merupakan masalah kesehatan di dunia karena angka kematiannya tinggi, tidak saja dinegara berkembang, tapi juga di negara maju seperti AS, Kanada dan negaranegara Eropah. Di AS misalnya, terdapat dua juta sampai tiga juta kasus pneumonia per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000 orang (S. A. Price, 2005, Hal 804-814) Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah kardiovaskuler dan tuberkulosis. Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka

kematian. Gejala Pneumonia adalah demam, sesak napas, napas dan nadi cepat,dahak berwarna kehijauan atau seperti karet,serta gambaran hasil ronsen memperlihatkan kepadatan pada bagian paru. Kepadatan terjadi karena paru dipenuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan luman. Tapi akibatnya fungsi paru terganggu, penderita mengalami kesulitan bernapas, karena tak tersisa ruang untuk oksigen. Pneumonia yang ada di masyarakat umumnya, disebabkan oleh bakteri, virus atau mikoplasma ( bentuk peralihan antara bakteri dan virus ). Bakteri yang umum adalah streptococcus Pneumoniae, Staphylococcus Aureus, Klebsiella Sp, Pseudomonas sp,vIrus misalnya virus influensa(Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78) Dalam keadaan normal, paru-paru dilindungi terhadap infeksi oleh berbagai mekanisme. Infeksi paru-paru bisa terjadi bila satu atu lebih dari mekanisme pertahanan terganggu oleh organisme secara aspirasi atau melalui penyebaran hematogen. Aspirasi adalah cara yang lebih sering terjadi. berbagai mikroorganisme baik virus, jamur, maupun bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia. Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak. Infeksi saluran napas akut/pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang alveolus dan jaringan interstisial. Pneumonia masih merupakan masalah di negara sedang berkembang termasuk indonesia. Insiden penyakit sekitar 10-20 kasus per seratus anak setiap tahun di negara sedang berkembang, sedangkan negara maju hanya 24 kasus per seratus anak setiap tahun.

B. Rumusan masalah 1. Apa etiologi penyakit pneumonia pada anak? 2. Bagaimana patofisiologi dan pathway penyakit pneumonia pada anak? 3. Bagaimana manifestasi klinis dan komplikasi penyakit pneumonia pada anak? 4. Apa pemeriksaan diagnostic yang digunakan penyakit pneumonia pada anak? 5. Bagaimana cara pencegahan dan factor resiko dari penyakit pneumonia pada anak? C. Tujuan Setelah mempelajari makalah ini mahasiswa diharapkan mampu memahami apa itu penyakit pneumonia.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif mansjoer, 2001, Hal 446 ). Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi. Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007, Hal 76-78). Pneumonia adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi. ( S. A. Frice. 2005, Hal 804) Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak. Infeksi saluran napas akut/pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang alveolus dan jaringan interstisial. Pneumonia masih merupakan masalah di negara sedang berkembang termasuk indonesia. Insiden penyakit sekitar 10-20 kasus per seratus anak setiap tahun di negara sedang berkembang, sedangkan negara maju hanya 24 kasus per seratus anak setiap tahun. Berdasarkan pedoman MTBS (2000). Pneumonia dapat di klasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnosa medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu di ambil, sehingga anak tidak terlambat mendapatkan penangan. Klasifikasi tersebut adalah: 1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala: a. Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis?tidak sadar. b. Terdapat tarikan dinding dada kedalam

c. Terdapat stridor (suara napas bunyi ‘grok grok’ saat inspirasi). 2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat. Batasan napas cepat adalah: a. Anak usia 2-12 bulan apabila frekuensi napas 50x/menit atau lebih. b. Anak usia 12 bulan- 5 tahun pabila frekuensi napas 40x/menit atau lebih. Berdasarkan usia anak, WHO mengklasifikasikan pneumonia menjadi: 1.

Pneumonia Berat, pada bayi usia kurang dari 2 bulan bayi disebut menderita peneumonia berat menunjukan napas berat atau mengalami retraksi yang berat.

2.

Pneumonia sangat

Berat,

jika bayi tidak mau menyusu/minum, kejang,

demam, hipotermia, bradipnea, atau napas ireguler. 3.

Pneumonia ringan, pada anak usia 2 bulan-5 tahun anak mengalami pneumonia ringan jika bayi mengalami napas cepat.

Frekuensi napas cepat berdasarkan usia anak Umur

Frekuensi Napas

Kurang dari 2 bulan

≥60

2-11 bulan

≥50

1-5 tahun

≥40

≥5 tahun

≥30

B. Etiologi Penyebab Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi. (Arif mansjoer, dkk, Hal 466). 1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa, eneterobacter 2. Virus: virus influenza, adenovirus 3. Micoplasma pneumonia Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme baik virus, jamur, maupun bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah s. Pneumonia yang mengenai berbagai kelompok umur. Anak yang berusia kurang dari 3 tahun paling sering

terinfeksi respiratory syncytal virus (RSV), dan pada umur yang lebih muda disebabkan oleh adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus. Pada anak diatas 10 tahun pneumonia disebabkan oleh mycoplasma pneumonia, chlamydia pneumonia. Selain berbagai mikroorganisme tersebut adapula beberapa faktor yang mempermudah seseorang terinfeksi pneeumonia antara lain: 1. Anatomi bawaan 2. Defisit immunologi 3. Polusi 4. GER (Gastroeshageal reflux) 5. Aspirasi 6. Tidak minum asi 7. Lingkungan kumuh

C. Patofisiologi Sebagian besar pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus dan organismeorganisme infeksius lainnya. Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap

mekanisme pertahan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus ( contoh: varisella, campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks ) dapat terjadi melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005, Hal 804-814).

D. Menifestasi klinis Secara umum dapat di bagi menjadi: 1. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam (39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu makan kurang keluhan gastrointestinal. 2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. 3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas), perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki. 4. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah menjadi nyeri

tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah). 5. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.

E. Pemeriksaan diagnostic 1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses) luas /infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial), atau penyebaran/perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus). Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih. 2. GDA/nadi oksimetris: tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit paru yang ada. 3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat diambil biosi jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos, aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah dapat menunjukan bakteremia semtara 4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS, memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial. 5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan diagnosis organisme khusus. 6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain. Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia) 7. Elektrolit : Natrium dan Klorida mungkin rendah 8. Bilirubin : Mungkin meningkat.

9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ; kareteristik sel rekayasa(rubela)) (Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP, Hal 164-174) F. Pecegahan dan faktor resiko Dengan mempunyai pengetahuan tentang faktor-faktor dan setuasi yang umumnya menjadi redispredisposisi individu terhadap pnumonia akan membantu untuk mengidentifikasi pasien-pasien yang beresiko terhadap pneumonia. Tindakan preventif memberikan perawatan antisipatif dan preventif adalah tindakan perawatan yang penting(Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573). 1. Setiap kondisi yang menghasilkan lendir atau obstruksi bronkial dan mengganggu draniase normal paru menahun (PPOM) meningkat kerentanan pasien terhadap pneumonia. Tindakan preventif :tingkatkan batuk dan pengaluaran sekresi. 2. Pasien imunosupresif dan mereka dengan jumlah neutrofi rendah (neutropeni) adalah mereka yang berisik. Tindakan preventif : lakukan tindak kewaspadaan khusus terhadap infeksi. 3. IndIvidu yang merokok berisik, kerena asap rokok mengganggu baik aktifitas mukosiliari dan makrofag. Tindaka preventif : ajurkan individu untuk berhenti merokok. 4. Setiap pasien yang diperbolehakan berbaring secara pasif di tempat tidur dalam waktu yang lama yang secara relatif imobil dan bernafas dangkal berisiko terhadap bronkopneumonia. Tinadakan preventif : sering mengubah posisi. 5. Setiap individu yang mengalami depresi reflek batuk (karna medikasi, keadaan yang melemahkan atau otot-otot pernafasan lemah), telah mengaspirasi benda asing ke dalam paru-paru selama periode tidak sadar (cedera kepala,anestesia), atau mempunyai mekanisme menelan abnormal adalah mereka yang hampir pasti mengalami bronkopneumonia. Tindakan preventif : penghisan trakeobronkial, sering mengubah posisi, bijakan dalam memberikan obat-obat yang meningkatkan resiko aspirasi dan terafi fisik dada.

6. Setiap pasien yang dirawat dengan regimen NPO (dipuasakan) atau mereka yang mendapat antibiotik mengalami peningkatan kolonisasi organisme faring dan berisiko. Tindakan preventif : tingakan higiene oral yang teratur. 7. Individu yang sering mengalami intoksikasi terutama rentan terhadap pneumonia, karna alkohol menekan reflek-reflek tubuh, mobolisasi sel darah putih dan gerakan siliaris trakeaobronkial. Tindakan preventif : bikan dorong kepada individu untuk mengurangi masukan alkohol 8. Setiap individu yang menerima sedatif atau opioid dapat mengalami pernafasan, ynga mencetuskan pengumpulan sekresi bronkial dan selanjutnya mengalami pneumonia. Tindakan preventif : observasi fekuensi pernapasan dan ke dalam pernafasan sebelum memberikan. Jika tampak depresi pernapasan, tunds pemberian obat dan laporkan masalah ini. 9. Pasien yang tidak sadar atau mempunyai reflek batuk dan menelan buruk adlah mereka yang berisiko terhadap pneumonoia akibat penumpukan seksesi atau aspirasi. Tindakan preventif : sering melakukan . 10. Individu lansia terutama mereka yang rentan pneumonia karna refleksi batuk. Pneumonia paskaoperatif seharusnyadapat diperkirakan terjadi pada lansia. Tndakan prepentif : sering mobolisasi, dan batuk efekif dan latihan pernapasan 11. Setiap orang meneriama pengobatan terapi pernasapan dapat mengalami pneumonia jika peralatan tersebit tidak dibersikan dengan tepat. Tindakan preventif : pastiakn bahwa peralatan pernapasan telah di bersikan dengan tepat. (Suzanne C. Smeltzer,dkk , Hal 573)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius. Pneumonia dapat menjadi suatu infeksi yang serius dan mengancam nyawa. Ini adalah benar terutama pada orang-orang tua, anak-anak, dan mereka yang mempunyai persolan-persoalan medis lain yang serius, seperti COPD, penyakit jantung, diabetes, dan kanker-kanker tertentu. Untungnya, dengan penemuan dari banyak antibiotik-antibiotik yang kuat, kebanyakan kasus-kasus dari pneumonia dapat dirawat dengan sukses. Etiologi dari pneumonia paling umum ditemukan adalah disebabkan karena bakteri streptococcus. Dan yang lebih banyak resiko terserang pneumonia adalah orang tua, karena banyak sekali orang tua terdapat riwayat merokok. Pneumonia adalah suatu peradangan alveoli atau pada parenchyma paru yang terjadi pada anak. Infeksi saluran napas akut/pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang alveolus dan jaringan interstisial. Pneumonia masih merupakan masalah di negara sedang berkembang termasuk indonesia. Insiden penyakit sekitar 10-20 kasus per seratus anak setiap tahun di negara sedang berkembang, sedangkan negara maju hanya 2-4 kasus per seratus anak setiap tahun. Pneumonia disebabkan oleh berbagai mikroorganisme baik virus, jamur, maupun bakteri. Bakteri yang paling sering menyebabkan pneumonia adalah s. Pneumonia yang mengenai berbagai kelompok umur. Anak yang berusia kurang dari 3 tahun paling sering terinfeksi respiratory syncytal virus (RSV), dan pada umur yang lebih muda disebabkan oleh adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus. Pada anak diatas 10 tahun pneumonia disebabkan oleh mycoplasma pneumonia, chlamydia pneumonia.

DAFTAR FUSTAKA Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. EGC : Jakarta. Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8, Vol. 1, EGC, Jakarta. Doenges, Marilynn, E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. EGC, Jakarta Jeremy, dkk. 2005. At a Glance Sistem Respirasi, Edisi 2. Erlangga : Jakarta Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine. 2005. Patofisiologi Jilid 2, Edisi 4. EGC : Jakarta. Soeparman, dkk. 1998. Ilmu Penyakit Dalam jilid II. FKUI : Jakarta DR. Nursalam, M.nurs (dkk).2008. Asuhan Keperwatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika Dr. Suandi, I.K.G, Sp.A. 2011. Diet Anak Sakit Gizi Klinik. Edisi 2. Jakarta: EGC Nurarif, Amin Huda. 2015. APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA. Jilid 3. Jogjakarta: Mediaction Suriyadi, Skp, MSN, Rita Yuliani, Skp, M.Psi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada

Related Documents

Tugas Basis Data Endah
November 2019 22
Tugas Buk Siska.docx
May 2020 34
Tugas Buk Wiwik.docx
November 2019 33

More Documents from "Anonymous DzifF4fo"