TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN JIWA 1 “ASKEP KEPUTUSASAAN”
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 DEBY DWIVAYANA
(1710142010045)
FITRA SUCI AYUNI TITANIA
(1710142010008)
MAYANG AFRIOLA
(1710142010015)
NADIA HANIFA
(1710142010020)
RAHMAT BESLY PERMATA
(1710142010026)
RATIKA WULANDARI Z
(1710142010031)
SARAYA SILMINA MANDAGI
(1710142010036)
TIOVINNA OKTAVIA D
(1710142010041)
Prodi S1 Keperawatan Dosen pembimbing : Ns. Siska damaiyanti, M.Kep STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI T.A 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Keperawatan Jiwa 1 ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai “Askep keputusasaan” . Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Bukittinggi,Maret 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... ii DAFTAR ISI .......................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 2 1.3 Tujuan Masalah ......................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Defenisi ..................................................................................... 3 2.2 Etiologi ....................................................................................... 3 2.3 Manifestasi klinis ....................................................................... 4 2.4 Akibat keputusasaan .................................................................. 6 2.5 Pencegahan ................................................................................ 6 2.6 Penatalaksanaan ......................................................................... 7 2.7 Asuhan Keperawatan ................................................................. 9 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ................................................................................ 20 3.2 Saran .......................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 21
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Keputusasaan
menggambarkan
individu
yang
tidak
melihat
adanya
kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih keras mengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang membantunya Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan ,orang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkan. Sebaliknya orang yang tidak berdaya masih bisa mencari alternatif untuk memcah masalahnya ,tetapi tidak mampu melakukan sesuatu untuk mewujudkan karena kurangnya kontrol dan sumber yang tersedia. Perasaan tidak berdaya yang tidak kunjung hilang dapat menimbulkan keputusasaan. Keputusasaan biasanya terkait dengan duka cita ,depresi,dan keinginan untuk bunuh diri.untuk individu dengan resiko bunuh diri perawat juga harus menggunakan resiko bunuh diri. Setiap orang pernah mengalami keputusasaan dalam hidupnya.hal ini muncul dalam bebagai bentuk dan merupakan sejenis perasaan yang lebih sering dirasakan orang. Keputusasaan sering terlihat pada mereka yang cenderung kaku dan tidak fleksibel baik dalam fikiran ,perasaan maupun perilaku Keputusaasan adalah keadaan dimana seseorang atau individu tidak mampu memandang kehidupan ke arah yang lebih baikdan cenderungputus asa akan situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa Dari semua cobaan dan kesulitan yang kita alami dalam hidup, mungkin yang paling berbahaya adalah keputusasaan .terkadang pengalaman putus asa ini dinamakan malam gelap dalam jiwa kita.bila kita mengalami keputusasaan kita merasa bahwa semua jenis terang telah sirna dan pergi,lalu kita berdiri sendiri sedang berdiri di kegelapan. Barangkali dapat menjadi satu penghibur kecil kalau masing masing dari kita menyadari dan mengakui bahwa setiap orang mengalami keputusasaan pada waktu dan tempat tertentu dalam hidup, tanpa kecuali
1
1.2 Rumusan Masalah a. Apa defenisi keputusasaan? b. Apa etiologi dari keputusasaan? c. Bagaimana manifestasi klinis dari keputusasaan? d. Bagaimana akibat dari keputusasaan? e. Bagaimana pencegahan keputusasaan? f. Bagaimana penatalaksanaan dari keputusasaan? g. Bagaimana asuhan keperawatan dari keputusasaan?
1.3 Tujuan masalah a. Untuk mengetahui defenisi keputusasaan b. Untuk megetahui etiologi dari keputusasaan c. Untuk memahami manifestasi klinis dari keputusasaan d. Untuk memahami akibat dari keputusasaan e. Untuk mengetahui pencegahaan keputusasaan f. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari keputusasaan g. Untuk memahami asuhan keperawatan dari keputusasaan
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005). Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan , keraguan, duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. (Cotton dan Range, 2004) Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative atau tersedia pilihan untuk memecahkan masalahmasalah atau untuk mencapai apa yang diinginkan dan tidak dapat menggerakkan energinya sendiri untuk menetapkan tujuan. Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa kehidupannya terlalu berat untuk dijalani (dengan kata lain mustahil). Seseorang yang tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya. 2.2 Etiologi Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu : 1. Faktor kehilangan 2. Kegagalan yang terus menerus 3. Faktor Lingkungan 4. Orang terdekat ( keluarga ) 5. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa) 6. Adanya tekanan hidup 7. Kurangnya iman
3
2.3 manifestasi klinis 1. Mayor ( harus ada) a. Fisiologis : 1) Respon terhadap stimulus melambat 2) Tidak ada energi 3) Tidur bertambah b. Emosional : 1) Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya tapi dapat merasakan 2) Tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan 3) Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup 4) Hampa dan letih 5) Perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa 6) Tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap. c. Individu memperlihatkan : 1) Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan 2) Penurunan verbalisasi 3) Penurunan afek 4) Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat. 5) Ketidakmampuan mencapai sesuatu 6) Hubungan interpersonal yang terganggu 7) Proses pikir yang lambat 8) Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri. d. Kognitif : 1) Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah
dan
kemampuan membuat keputusan 2) Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah yang dihadapi saat ini 3) Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
4
4) Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali ) 5) Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap 6) Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan 7) Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan 8) Tidak dapat mengenali sumber harapan 9) Adanya pikiran untuk membunuh diri.
2. Minor ( mungkin ada ) a. Fisiologis 1) Anoreksia 2) BB menurun b. Emosional 1) Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain 2) Merasa berada diujung tanduk 3) Tegang 4) Muak ( merasa ia tidak bisa) 5) Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani 6) Rapuh c. Individu memperlihatkan 1) Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara 2) Penurunan motivasi 3) Keluh kesah 4) Kemunduran 5) Sikap pasrah 6) Depresi d. Kognitif 1) Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima 2) Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang 3) Bingung
5
4) Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif 5) Distorsi proses pikir dan asosiasi 6) Penilaian yang tidak logis
2.4 akibat dari keputusasaan Akibat yang dapat ditimbulkan dari terjadinya keputusasaan yaitu : 1. Stres 2. Depresi 3. Galau 4. Sakit 5. Pola hidup yang tidak teratur 6. Letih, Lesu, Lemah; disebabkan karena faktor psikis 7. Hilang kesempatan yang ada, karena ketika kesempatan itu datang ia sibuk dengan rasa putus asa yang ada. 8. Trauma; tidak lagi memiliki keberanian dan kemampuan untuk melakukan hal yang sama karena takut akan mengalami rasa putus asa untuk yang kedua kalinya. 9. Gila; akibat jangka panjang yang umumnya terjadi pada sebagian orang 10. Sakit; diawali dengan makan yang tidak teratur, tidur terlalu larut, beban pikiran yang berlebihan. 11. Kematian; beberapa mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri dan tidak hanya karena sakit yang berkepanjangan namun juga karena faktor psikis yang berlebihan. 2.5 Pencegahan Di bawah ini ada beberapa cara mencegah timbulnya keputusasaan yaitu : 1. Berbaik sangkalah kepada ALLAH,Ingat bahwa setiap yang kita alami ada hikmahnya. Semua ini hanyalah sebuah cobaan dan bukti kecintaaan tuhan kepada kita. 2. Berpikir bahwa tidak ada kegagalan yang abadi, karena kita bisa mengubahnya dengan ber buat hal-hal baru.
6
3. Tetapkan tindakan kita dalam keadaan apapun kita tetap bisa memilih tindakan atau mengubah kebiasan lama dan mencari jalan untuk mengatasi masalah yg tengah kita hadapi 4. Bersikap lebih fleksibel, kehidupan tidak selalu seperti yang di harapkan. Apabila kita dapat menyesuaikan diri dengan situasi baru maka ketegangan kita kan berkurang. 5. Kembangkan tindakan yang kreatif Tanyakan pada diri sendiri "KESEMPATAN APA BAGI SAYA DI SINI ? JALAN MANA YANG TERBUKA BAGI SAYA ?" 6. Evaluasi setiap situasi. Pikirkan segala tindakan sebelum bertindak agar bisa di dapatkan pemecah masalah yang baik. 7. Lihat sisi positifnya. Kegagalan memang merupakan pengalaman yang menyakitkan. Tapi daripada memikirkan kerugian yang kita alami, lebih baik fokuskan pada apa yang telah kita pelajari. 8. Bertanggung jawab. Jangan salah kan orang lain
jika gagal,tapi
perhatikan baik-baik masalah nya dan cobalah memahaminya. Tanyakan pada diri sendiri bagaimana mengatasinya? 9. Pelihara selera humor dan tertawa memang tidak segera memecahkan masalah,tetapi akan membantu kita melihat masalah secara perspektif. Hal itu bagaikan cahaya dalam kegelapan. 10. Ingatlah bahwa kegagalan adalah guru yang paling berharga kita bisa belajar tentang bagaimana kita bisa gagal dan bagaimana kita mengatasi sebuah kegagalan.
2.6 Penatalaksanaan Penatalaksanaan medis pada orang yang mengalami keputusasaan yaitu: 1. Psikofarmaka Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan. 2. Psikoterapi
7
Adalah terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan semangat juangnya. Psikoterapi Re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu, psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit, psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika. Mana yang baik dan buruk, mana yang boleh dan tidak, dsbnya.Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya. 3. Terapi Psikososial Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat psikofarmaka. 4. Terapi Psikoreligius Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa.Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen
agama
berhubungan
dengan
manfaatnya
di
bidang
klinik.Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb. 5. Rehabilitasi
8
Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali kekeluarga dan masyarakat.Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dan sebagainya. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat. 2.7 Asuhan keperawatan
A. Pengkajian 1. Identitas klien Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa medis.
2. Keluhan utama Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi hati klien: apa yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku. Beberapa
percakapan
yang
merupakan
bagian
pengkajian
agar
mengetahui apa yang mereka pikir dan rasakan adalah : a. Persepsi yang adekuat tentang rasa keputusasaan b. Dukungan yang adekuat ketika putus asa terhadap suatu masalah c. Perilaku koping yang adekuat selama proses
3. Faktor predisposisi
9
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon keputusasaan adalah: a. Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi suatu permasalahan b. Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik c. Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka dalam menghadapi situasi masalah dan mengalami keputusasaan. d. Struktur Kepribadian Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang dihadapi.
4. Faktor presipitasi Ada beberapa stressor yang dapat menimbulkan perasaan keputusasaan adalah: a. Faktor kehilangan b. Kegagalan yang terus menerus c. Faktor Lingkungan d. Orang terdekat ( keluarga ) e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa) f. Adanya tekanan hidup g. Kurangnya iman 5. Respon Emosional Mayor (harus ada):
10
a. Individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan perasaannya tapi dapat merasakan b. tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan tuhan c. Tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup d. hampa dan letih e. Perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa f. Tidak berdaya,tidak mampu dan terperangkap. Minor (mungkin ada) a. Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain b. Merasa berada diujung tanduk c. Tegang d. Muak ( merasa ia tidak bisa) e. Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani f. Rapuh 6. Respon Kognitif Mayor ( harus ada) a. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan membuat keputusan b. Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah yang dihadapi saat ini c. Penurunan fleksibilitas dalam proses piker d. Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali ) e. Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap f. Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang ditetapkan g. Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan h. Tidak dapat mengenali sumber harapan i. Adanya pikiran untuk membunuh diri. Minor (mungkin ada) a. Penurunan kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima 11
b. Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa datang c. Bingung d. Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif e. Distorsi proses pikir dan asosiasi f. Penilaian yang tidak logis
12
B. Diagnosa, NOC & NIC N
Diagnosa
NOC
NIC
Keputusasaa
Status
kenyamanan: DukunganSpiritual
n
psyikososial
Aktivitasnya:
Indikator:
a. Menggunakan
o 1.
a. Kesejahteraan
terapeutik
psikologis
untuk
membangun
b. Harapan
kepercayaan
dan empati peduli
c. Konsep diri d. Gambaran
b. Menggunakan internal
diri
alat
untuk
memonitor
dan
mengevaluasi kesejahteraan
e. Efekketenangan
rohani yang sesuai
f. Ekspresi
c. Memperlakukan
g. Optimis
dengan
h. Penentuan tujuan
hormat
i. Makna
komunikasi
dan
tujuan
dalamhidup
bermartabat
d. Mendorong dalam
individu dan
partisipasi
interaksi
dengan
j. Kepuasan spiritual
anggota keluarga, teman,dan
k. Depresi
lain-lain
l. Kegelisahan
e. Memberikan
privasi
dan
m. Takut
ketenangan untuk kegiatan
n. Kehilanganspiritual
spiritual
o. Pikiran untuk bunuh diri
f. Mengajarkan
metode
relaksasi dan meditasi
Kontrol depresi diri
g. Menyediakan
music
Indikator:
spiritual,
a. Memonitor
program tv untuk individu
kemampuan
untuk
berkonsentrasi b. Memonitor intensitas
h. Terbuka individu
sastra, radio, atau
terhadap yang
sifat merasa
kesepian dan tidak berdaya
depresi
13
i. Membantu individu untuk c. Mengidentifikasi penyebab depresi d. Memonitor
mengekspresikandan
meringankan
kemarahan
dengan cara yang tepat
manifestasi perilaku depresi
j. Menggunakan nilai teknik klarifikasiuntuk
e. Laporan tidur yang cukup f. Laporan
bisa
individu
memperjelas
keyakinan meningkat
nafsu
membantu
dan
nilai-nilai
yang sesuai Inspirasi Harapan
g. Memonitor
a. Membantu pasien /keluarga
manifestasi fisik dari
untuk
depresi
daerah-daerah
h. Laporan
mengidentifikasi harapan
dalam hidup
memperbaiki
b. Menghindari
suasana hati
tindakan
menutupi kebenaran
i. Berpartisipasi dalam
c. Membantu
pasien
aktivitas
mengembangkanspiritual
menyenangkan
diri
j. Mentaati
jadwal
terapi k. Menghindari penyalahgunaan alkohol l. Menghindari
d. Menciptakan lingkungan yang memfasilitasi pasien berlatih agama yang sesuai e. Memberikan
pasien
/keluarga kesempatan untuk
penyalahgunaan obat
terlibat dengan kelompok
non resep
pendukung
m. Menghindaripenggun aan narkoba n. Menjagakebersihan
f. Mendorong
hubungan
terapeutik dengan penting lainnya
pribadi danperawatan
14
g. Memfasilitasi pasien yang
Harapan Indicator:
memasukkan
a. Mengutarakan
pribadi ke dalam gambar
harapan masa depan
kerugian
tubuhnya
yang positif b. Mengekspresikan keyakinan mengutarakan kehendak
untuk
hidup c. Mengutarakan alasan untuk hidup d. Mengutarakan makna hidup e. Menyatakan optimisme f. Mengungkapkan keyakinan diri g. Mengutarakan kepercayaan lain h. Mengutarakan kedamaian batin i. Mengutarakan
rasa
kontrol diri j. Pameran
semangat
hidup k. Menetapkan tujuan
Ketahanan pribadi Indikator: a. Verbalisasi
positif
melihat keluar
15
b. Menggunakan strategi koping yang efektif c. Mengekspresikanemo si d. Berkomunikasi dengan
jelas
dan
tepat untuk usia e. Pameran suasana hati yang positif f. Pameran positif harga diri g. Mengutarakan kenyamanan dengankesendirian h. Mengutarakan
rasa
percaya diri i. Bertanggung jawabatas
tindakan
sendiri j. Mencari
dukungan
emosional k. Beratnya alternatif untuk memecahkan masalah l. Menghindaripenyalah gunaan narkoba m. Menghindari penyalahgunaan alkohol n. Menggunakan
16
sumber daya o. Pendidikan
dan
kejuruan p. Verbalisasi kesiapan untuk belajar
2.
Koping
Koping
Peningkatan Koping
individu
Indicator :
a. Hargai pemahaman pasien
tidak efektif
a. Menunjukan
tentang proses penyakit dan
fleksibilitas peran b. Keluarga
b. Hargai
menunjukan fleksibilitas
konsep diri dan
diskusikan
alternative respon terhadap peran
para anggotanya
situasi c. Hargai sikap klien terhadap
17
c. Pertentangan masalah
perubahan
d. Nilai keluarga dapat
hubungan
mengatur
dan
masalah- d. Dukung penggunaan sumber
masalah
spiritual jika diminta
e. Melibatkan
anggota e. Gunakan pendekatan yang
keluarga
dalam
membuat keputusan f. Mengekspresikan perasaan
dan
g. Menunjukan strategi untuk
tenang dan berikan jaminan f. Sediakan informasi actual tentang diagnosis, penangan
kebebasan emosional
memanaj
masalah
dan prognosis g. Sediakan realistis
pilihan tentang
stress
kebutuhan
aspek
penggunaan
mekanisme defensive yang
penurunan
i. Peduli
yang
perawatan saat ini h. Dukung
h. Menggunakan strategi
peran
tepat i. Dukung
keterlibatan
terhadap
keluarga dengan cara yang
anggota
tepat
keluarga
j. Bantu
pasien
j. Menentukan prioritas
mengidentifikasi
k. Menentukan
positif
jadwal
untuk
untuk strategi mengatasi
untuk rutinitas danm
keterbatasan dan mengelola
aktivitas keluarga
gaya hidup dan perubahan peran
l. Menjadwalkan untuk k. Bentu klien mengidentifikasi respite care
kemungkinan
m. Mempunyai perencanaan
yang
dapt
terjadi pada l. Bantu klien beradaptasi dan
kondisi kegawatan n. Memelihara
mengantisipasi
perubahan
klien
kestabilan financial o. Mencari
bantuan
18
ketika dibutuhkan p. Menggunakan support social
3.
Isolasi sosial
Dukungan social
Peningkatan Sosialisasi
Indikator :
Aktivitas :
a. Kesediaan
untuk
a. Mendorong
peningkatan
memanggil orang lain
keterlibatan dalam hubungan
untuk bantuan
yang sudah mapan b. Mendorong kesabaran dalam
b. Uang yang tersedia dari orang lain bila diperlukan c. Bantuan
yang
lain yang
lain yang
lain
dan masyarakat e. Mempromosikan umum
yang
lain
yang diberikan oleh orang lain
dengan
f. Mendorong kejujuran dalam diri
kepada
orang lain g. Mempromosikan keterlibatan
emosional
berbagai
orang lain
menyajikan
diberikan oleh orang
g. Bantuan
tujuan bersama
masalah
disediakan oleh orang
f. Informasi
memiliki kepentingan dan
d. Mendorong kegiatan sosial
disediakan oleh orang
e. Kerja
c. Mempromosikan hubungan dengan orang-orang yang
diberikan oleh orang
d. Waktu
perkembangan hubungan
dalam
kepentingan yang sama h. Mendorong
rasa
hormat
terhadap hak orang lain
h. Hubungan
i. Memfasilitasi
penggunaan
kepercayaan orang
alat bantu defisit sensorik
yang bisa
seperti kacamata dan alat
i. Membantu
sesuai
bantu dengar
19
kebutuhan
j. Memberikan umpan balik
j. Jaringan sosial bantu k. Kontak sosial yang mendukung
tentang perbaikan dalam k. Menjaga penampilan pribadi atau kegiatan lainnya
l. Jaringan sosial yang stabil
l. Menghadapi klien tentang gangguan
Keterampilan interaksi
penilaian,
jika
diperlukan m. Memberikan umpan balik
sosial Indikator :
positif
a. Menggunakanpengun
menjangkau orang lain
gkapanyang sesuai
ketika
b. Mengeksplorasi
pasien
kekuatan
b. Pameranreseptif
dan kelemahan dari jaringan
c. Bekerja samadengan
saat ini hubungan
orang lain d. Pamerankepekaan terhadaporang lain e. Menggunakanperilak utegasyang sesuai f. Menggunakankonfro ntasiyang sesuai g. Melibatkanorang lain h. Menggunakankompr omiyang sesuai i. Menggunakan strategiresolusi konflik 4.
Defisit
Self
perawatan
: aktifitassehari-hari
diri
Kriteriahasil:
untukperawatan diri yang
a. Klien terbebas dari
mandiri.
bau badan
care Self Care Assistane : ADLS a. Monitor kemempuan klien
b. Monitor
kebutuhan
klien
untuk alat-alatbantu untuk
20
b. Menyatakankenyama nan
diri,berpakaian,
berhias, toileting danmakan.
terhadapkemampuan untukmelakukan adls c. Dapat
kebersihan
melakukan
adlsdengan bantuan
c. Sediakan bantuan sampai klienmampu
secara
utuh
untuk melakukanself-care. d. Dorong
klien
untuk
melakukanaktivitas
sehari-
hari
normal
yang
sesuaikemampuan
yang
dimiliki. e. Dorong untuk melakukan secaramandiri, bantuan
ketika
tapi
beri
klientidak
mampumelakukannya. f. Ajarkan
klien/
keluarga
untukmendorongkemandiria n,
untukmemberikan
bantuan
hanya
jika
pasientidak mampu untuk melakukannya. g. Berikan
aktivitas
sehari-
rutin
harisesuai
kemampuan. h. Pertimbangkan usia klien jikamendorong pelaksanaan aktivitassehari-hari.
21
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat memobilisasi energy yang dimiliki (NANDA,2005). Keputusasaan menggambarkan individu yang tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki hidupnya dan bersih kerasmengatakan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat membantunya. Keputusasaan berbeda dengan ketidakberdayaan , orang yang putus asa tidak melihat adanya solusi untuk permasalahannya atau tidak menemukan cara untuk mencapai apa yang diinginkan.sebaliknya orang yang tidak berdaya masih dapat menemukan alternatif atau untuk masalah tersebut. 3.2 Saran 1.Bagi seorang perawat perlu memperhatikan kondisi klien secara komprehensif,tidak hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh meliputi biopsikososialkultural. 2.Bagi
mahasiswa
diharapkan
dapat
makin
memperbanyak
pengetahuan dari berbagai referensi tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan keputusasaan. 3Bagi
dunia
keperawatan
diharapkan
berperan
serta
dalam
peningkatan kualitas perawat dengan cara menyediakan akses yang mudah bagi perawat untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan keputusasaan
22
DAFTAR PUSTAKA
Capernito,Lynda Juall.2007.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 10.Jakarta :ECG Nancy R.ahern & Judith M.Wilkinson.2011.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9.Jakarta:ECG. Stuart, G.W. (2007).Buku saku keperawatan jiwa.Edisi 6. Jakarta: EGC.