BAB I TINJAUAN TEORI
A. Implikasi Hukum dalam Dokumentasi Dokumentasi keperawatan dikatakan mempunyai implikasi hukum apabila dokumen catatan perawatan kesehatan pasien diakui secara hukum dan dapat dijadikan bukti dalam persidangan. Informasi di dalam dokumen tersebut dapat memberikan catatan secara singkat tentang perawatan kesehatan pasien. Agar catatan benar-benar sesuai dengan standar hukum maka sangat diperlukan aturan pencatatan sebagai berikut. 1. Hendaknya dapat merhahami dasar hukum dari tuntutan malpraktek yang kemungkinan melibatkan para perawat. Unsur ini penting dari semua gugatan hukum didasarkan pada kondisi fisik seorang pasien yang menggugat perawat. 2. Dapat memberikan informasi kondisi pasien secara tepat, dengan jalan: a. Catat proses keperawatan yang diberikan dan kebutuhan untuk keperawatan lebih lanjut b. Catat evaluasi sedikitnya satu kali setiap giliran jaga Waspadai perubahan yang didapat pada status pasien terutama kemunduran atau hasil yang tidak diharapkan 3. Buat catatan singkat tentang komunikasi perawat dengan dokter dan intervensi perawatan yang telah dilakukan 4. Memperhatikan fakta-fakta secara tepat dan akurat mengenai penerapan proses keperawatan. Data yang relevan harus mencangkup riwayat kesehatan pasien, pemeriksaan fisik, diagnosa perawatan, rencana dan intervensi perawatan, serta evaluasinya. 5. Memperhatikan situasi perawatan pasien dengan jalan mencatat secara rinci masalah kesehatan pasien yang kompleks seperti: pasca operasi, pasien yang memerlukan perawatan intensif, dan pasien yang mengalami infeksi berat. Hal ini berguna untuk menghindari kemungkinan tuntutan atau gugatan kepada perawat karena kelalaiannya.
1
Selain aturan yang ada dalam hukum khususnya yang berkaitan dengan aspek pendokumentasian maka diperlukan pengetahuan tentang arti hukum terhadap status atau kondisi pasien. Artinya, gugatan hukum pada umumnya menyangkut gugatan fisik. Misalnya: peristiwa kecelakaan lalu Iintas, kecelakaan kerja, kebakaran atau trauma, dam penyakit yang ditimbulkan oleh berbagai produk beracun. Disamping itu, gugatan tidak hanya menyangkut gangguan fisik. Korban kejahatan dan korban akibat kelalaian petugas kesehatan pun dapat diadukan ke pengadilan baik itu perdata atau pun pidana,tergantung kondisi penggugat. Contoh tuntutan pidana: Tuntutan pindana tentang pemerkosaan. Catatan perawat pada pemerik’saan dalam alat kelamin (genetalia) dapat diajukan sebagai bukti dalam persidangan. Contoh tuntutan perdata: Seorang wanita menderita luka bakar serius karena ledakan kompor di rumahnya kemudian menggugat pabrik kompor. Catatan di ruang gawat darurat tentang luka bakar tersebut diakui sebagai bukti selama persidangan yang memberikan kesaksian tentang luas atau derajat luka bakar, perawatan, dan pengobatan luka bakar. Pembuatan catatan harus berdasarkan standar perawatan yang ditetapkan hukum sebagai bentuk perlindungan diri yang sah dan gugatan hukum. Maka harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Legal (sah). Disahkan secara hukum b. Kesalahan. Kerugian individu yang dapat di berikan ganti rugi menurut hukum biasanya berupa sejumlah uang. c. Kelalaian. Kegagalan menjalankan perawatan dengan baik atau wajar (yang melampaui batas standar perawatan yang ditetapkan oleh hukum) d. Malpraktik. Kelalaian profesi atau kegagalan mematuhi standar perawatan yang harus di jalankan oleh seorang profesional e. Standar perawatan. Standar perilaku perawatan yang harus dipatuhi oleh seorang perawat profesional.
2
f. Kewajiban. Tuntutan hukum bagi seseorang untuk mematuhi standar perawatan guna melindungi orang lain dari risiko gangguan yang tidak wajar. g. Pelanggaran. Kegagalan untuk menjalankan kewajiban h. Kelalaian kasual. Kelalaian yang menyebabkan gangguan nyata pada seseorang. . i.
Ganti rugi. Ganti rugi yang diminta melalui pengadilan oleh penderita kecelakaan atau cedera karena kelalaian orang lain. Ganti rugi menunjukkan sejumlah uang sesuai dengan tingkat gangguan yang diderita penggugat
j.
Liabilitas. Keputusan hukum bahwa seseorang bertanggung jawab atas gugatan pada orang lain dan diwajibkan untuk membayar ganti rugi.
B. Isu Legal dan Standar Praktik Dalam praktiknya, dokumentasi ini belum dilaksanakan secara penuh, untuk memenuhi beberapa Standar profesi yang telah ditetapkan. Menurut ANA, dalam
proses
pelaksanaan
asuhan
keperawatan,
standar
dokumentasi
mencangkup data pengkajian yang relevan, diagnosa, tujuan yang terukur, rencana keperawatan, respons klien, perbaikan diagnosa dari hasil dan rencana keperawatan. Sedang menurut JCAHO standar yang dipakai meliputi: standar pengkajian awal, pengkajian ulang, diagnosa keperawatan klien dan kebutuhan, rencana intervensi, asuhan keperawatan yang dilakukan, respons pasien terhadap tindakan dan kemampuan untuk mengelola serta berkesinambungan terhadap kebutuhan keperawatan.
Sebagai wujud kelegalan catatan perawatan maka dalam penulisannya harus memenuhi syarat yaitu dalam penulisan tidak boleh dihapus dengan menggunakan cairan penghapus. Komentar atau kriteria tentang klien maupun tim kesehatan lainnya, betulkan segera bila ada kesalahan. Yang dicatat hanya fakta, jangan membuat tangan kosong pada catatan perawatan, tulis dengan tinta jelas. Bila suatu instruksi meragukan, beri catatan bahwa perlu klariflkasi. Catat apa yang dikerjakan sendiri hindari kalimat umum seperti keadaan tidak berubah, bertambah baik. Mulailah pencatatan dengan waktu (jam atau tanggal) dan akhiri dengan tanda tangan. 3
Kriteria tersebut di atas digunakan dan dilaksanakan sesuai dengan standar. Bila salah satu kriteria tidak terpenuhi maka dokumentasi belum bisa dianggap sempurna dan fungsi sebagai aspek legal belum bisa dijadikan ukuran. Di samping itu, ada beberapa situasi yang bisa memberi kecenderungan pada tuntutan hukum dalam dokumentasi keperawatan, yaitu: 1. Kesalahan administrasi pengobatan 2. Kelemahan dalam supervisi diagnosa secara adekuat dan penggunaan alat 3. Kelalaian dalam mengangkat/mengecek benda asing setelah operasi 4. Mengakibatkan klien mengancam luka 5. Pemberhentian obat oleh perawat 6. Tidak memperhatikan teknik anti septik yang diharuskan 7. Tidak mengikuti peraturan dan prosedur yang diharuskan.
Kecerobohan perawat juga menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam dokumentasi, mengingat dapat memudahkan dijadikan tuntutan atau tuduhan. Tetapi, tidak semua kecerobohan akan mudah dituntut melainkan sebelumnya diidentifikasikan lebih dahulu sejauh mana kecerobohan tersebut. Terdapat empat elemen kecerobohan yang harus dibuktikan penuntut sebelum tuduhan dikenakan, yaitu: 1. Melalaikan suatu tugas. Perawat adalah sebuah profesi yang mempunyai peran dan fungsi sebagai pendidik, pelaksana, pengelola, dan peneliti dalam memberikan pelayanan keperawatan pada individu, keluarga, dan masyarakat. Tuntutan dapat dijatuhkan bila peran di atas tidak dijalankan dengan sepenuhnya (lalai) karena telah menunjukkan suatu kecerobohan dalam tugas. Contohnya “perawat lupa melakukan pemantauan cairan tiap 6 jam sehingga pasien mengalami syok dan akhimya meninggal “ 2. Tidak memenuhi standar praktik keperawatan. Standar keperawatan telah ditentukan oleh organisasi keperawatan atau dewan keperawatan. Mereka menata aturan atau batasan bagi praktik keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, baik praktik keperawatan individu, kelompok, maupun rumah sakit. yang bertujuan memberikan batasan pada profesi perawat tentang ruang lingkup praktik keperawatan. Contohnya: “pasien meninggal setelah diberi obat oleh perawat tanpa meminta resep dari dokter. “ 4
3. Adanya hubungan sebab akibat terjadinya cedera. Seseorang dikatakan ceroboh bila dalam menjalankan tindakan dapat menyebabkan kerusakan pada sistem dalam tubuh seperti adanya luka dan lain sebagainya. Contohnya:
“pasien
mengalami
luka
pada
rektum
akibat
tindakan
pengeluaran feses secara manual oleh perawat “ 4. Kerugian yang aktual (hasil lalai). Perawat dalam menjalankan perannya pada pelaksanaan tindakan, selalu berusaha memberikan kanyamanan dan rasa aman pada klien. Sangat memungkinkan dalam tindakannya tersebut berakibat merugikan secara nyata. Dengan demikian, tindakan tersebut menunjukkan kecerobohan yang memungkinkan tuduhan atau dapat dijatuhkan tuntutan Contohnya: “pasien mengalami infeksi pada luka pasca operasi akibat kelalaian perawat yang tidak merawat luka secara teratur“
C. Implikasi Etik Dalam Pendokumentasi Pelaksanaan etik dalam dokumentasi keperawatan ada tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Pandangan etik dokumentasi keperawatan. Artinya, asuhan keperawatan pasien ditujukan untuk seluruh proses kehidupan dan keadaan. Perawatan ini sangat kompleks dan etis seperti bagaimana menimbulkan kepercayaan kepada pasien, penentuan kematian, instruksi resusistasi tidak perlu dilakukan termasuk obat-obat pendukung dalam memberikan dukungan keluarga bagi pasien yang menghadapi kematian. Proses dokumentasi ini akan menjawab pernyataan secara jelas. Informasi yang akurat akan membantu dalam pemecahan masalah yang membutuhkan dokumentasi yang objektif dalam situasi apapun. Menurut Cunin dan Flahcny lcrdupm enam model petunjuk dalam pemecahan masalah. a. Informasi dan latar belakang situasi b. Mengidentifikasi dan menjernihkan komponen etis dalam situasi. c. Identitikasi kebenaran. pekerjaan, otoritas, dan kewibawaan dalam pembuatan keputusan d. Meluruskan rencana dan tindakan e. Menyamakan fakta kedalam lingkungan sosial yang legal f. Pengambilan keputusan berdasarkan isi pembuat keputusan 5
2. Menjaga kerahasiaan
(privasi pasien).
Hal ini dilakukan dalam praktik
keperawatan. Pencatatan tentang pelayanan kesehatan merupakan suatu jaminan kerahasiaan dan keakuratan dalam asuhan keperawatan. Perawat berperan penting dalam menjaga kerahasiaan dan keamanan pencatatan kesehatan pasien. Dalam penyiapan pencatatan harus berhati-hati karena kegiatan tersebut dijadikan jaminan kepercayaan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain: mengeluarkan informasi data pasien, nama pasien. alamat, tanggal masuk, data rahasia seperti data klinis terdiri dari pemeriksaan, observasi, pengobatan, percakapan pasien dengan perawat.
3. Moral perjanjian. Moral perjanjian merupakan suatu pertimbangan etik yang digunakan dalam melaksanakan dokumentasi keperawatan. Yang termasuk dalam moral perjanjian adalah etik perizinan, mencangkup: a. Perizinan yang tak langsung; Saat pengambilan darah untuk tes, pasien langsung memberikan tangan b. Perizinan langsung; Pasien dengan kemauanya sendiri datang ke rumah sakit c. Perizinan yang perlu pemberitahuan; Pasien perlu membuat keputusan rasional sebelum menentukan keputusan; pasien perlu tindakan operasi, maka dokter harus memberikan penjelasan lebih dahulu Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perizinan atau perjanjian yang sesuai dengan standar dokumentasi keperawatan yaitu: 1. Surat perjanjian yang telah diterima dan diarsipkan pada tempat yang tepat, yang mencantumkan tanggal, waktu prosedur, tanda tangan yang lengkap dan jelas, dan beberapa format yang memuat atau mencatat sejumlah adanya penyakit alergi. 2. Jika persetujuan diberikan secara lisan (melalui telepon) maka fakta harus disaksikan dan dicatat oleh dokter dan perawat serta harus ada saksi lain 3. Catatan perkembangan harus memuat pernyataan-pernyataan penjelasan yang telah diberikan, media apa yang digunakan, dan tanggal serta waktu surat persetujuan ditandatangani.
6
Perizinan atau persetujuan yang dilakukan perawat terhadap klien dalam pencatatan informasi mempunyai kewajiban moral,yaitu : 1. Mengetahui kegunaan dari perizinan 2. Mengetahui masalah perizinan mengenai informasi 3. Memberi pendapat sebagai bahan penyelidikan. Dalam hal ini, berkaitan dengan perlindungan hak asasai manusia. 4. Mengakui akan keadaan yang diperlukan antara perawat dengan pasien terhadap kebutuhan 5. Mengetahui kapan blangko perizinan itu diperlukan serta di dapat sebagai perlindungan pasien.
D. Manajemen Resiko Pendokumentasian Keperawatan 1. Konsep Manajemen Resiko Sebelum kita mengaitkan konsep manajemen risiko ke dalam bahasan dokumentasi keperawatan, ada baik-nya memahami terlebih dahulu tentang terminologi dan batasan manajemen resiko tersebut. Resiko adalah kemungkinan kehilangan finansial ataupun sesuatu yang berharga dan bernilai. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kemungkinan kehilangan tersebut. baik yang disebabkan oleh kerusakan, pencurian, salah dalam menempatkan
sesuatu
ataupun
tidak
bertanggungjawabnya
sesorang
terhadap tugas sehingga menyebabkan orang lain atau dirinya sendiri terjadi luka. Sedangkan yang dimaksud dengan manajemen resiko adalah proses jaminan kualitas yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dalam upaya
mengidentifikasi,
mengawasi.
meminimalkan
dan
mencegah
kemungkinan kehilangan sesuatu yang berharga dan yang mempunyai nilai luka. Sedangkan yang dimaksud dengan manajemen resiko adalah proses jaminan kualitas yang diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dalam upaya
mengidentifikasi,
mengawasi.
meminimalkan
dan
mencegah
kemungkinan kehilangan sesuatu yang berharga dan yang mempunyai nilai.
7
2. Tujuan Utama dari Manajemen Resiko Tujuan utama dari manajemen resiko adalah melakukan pengkajian dan mencarl pemecahan masalah terhadap masalah potensial sebelum masalah itu benar-benar terjadi. misalnya luka, Walaupun demikian. keberhasilan manajemen resiko akan sangat tergantung pada perawat dan para profesi kesehatan lainnya. Hal ini disebabkan karna merekalah yang melakukan kegiatan dan bertanggungjawab secara professional melalui pembuatan dokumentasi tentang semua aktivitas-aktivitas dan hasil observasinya. Pencatatan yang tepat dan benar dapat menghasilkan dokumen yang menggambarkan situasi-situasi resiko tinggi. yang meliputi kejadian-kejadian yang tidak diharapkan untuk terjadi maupun praktek-praktek lainnya yang menjamin keselamatan dan kesehatan pasien. Selaln ltu, pencatatan yang layak dapat memberikan perlindungan baik kepada pasien, perawat maupun lnstitusi penyelenggara pelayanan kesehatan. Dokumentasl keperawatan meliputi catatan-catatan yang lengkap berisi kronologis suatu peristiwa, kegiatan yang telah, sedang, dan yang akan dilakukan. kondisi pasien dan orang-orang yang terlibat dalam pelayanan kesehatan termasuk didalamnya kegiatan keperawatan, maka dokumentasi keperawatan dinilai mempunyai kekuatan untuk menjadi alat manajemen resiko yang efisien. Mengingat pentingnya manajemen resiko tersebut, seorang perawat
haruslah memiliki pemahaman yang utuh
tentang
manajemen resiko. antara lain adalah lingkungan resiko tinggi dan upaya menekan resiko.
3. Lingkungan Resiko Tinggi Pada hakikatnyasemua tempat di tatanan pelayanan kesehatan berada pada lingkup potensial resiko unggul. Disebut demikian karna semua tempat memakai teknologi tinggi dalam memberikan pelayanan kepada pasien. Salah satu contoh yang dmaksud dengan lingkungan resiko unggul di Rumah Sakit adalah kamar bedah. unit perawatan lmensif (ICU) dan unit perawatan khusus. jumlah kejadian yang umumnya banyak dilaporkan adalah banyaknya pasien jatuh ataupun kesalahan dalam memberikan pengobatan. Untuk menekan resiko menjadi seminimal mungkin, sebenarnya yang penting dilakukan adalah berkisar pada bagaimana mencegah kejadian jatuh, memelihara dan menggunakan alat secara tepat. 8
Pada lingkup asuhan keperawatan. secara umum resiko yang sifatnya potensial lebih sukar diidentifikasi dan sulit dikontrol. Di bawah ini adalah situasl-situasi yang umumnya beresiko dan berpotensi menimbulkan tejadinya luka dan tuntutan, dlantaranya adalah :
a. Kesalahan dalam pemberian obat. baik yang menimbulkan luka ataupun tidak, misalnya : Ny Minah mendapatkan obat Ciprofloksasin 500 mg tetapi perawat A memberikan obat Amoksilin 500 mg. b. Menunda pemberian asuhan keperawatan, misalnya : Tn besuki mengeluhkan nyerl di daerah lnfus kepada perawat tetapi perawat menunda untuk mengobservasi keadaan pasien sehingga 1/2 Jam kemudian tampak kulit di daerah penusukan lnfus berwarna sangat merah dan bengkak. c. Pengkajian yang dilakukan perawat tidak lengkap, misalnya : perawat melupakan pengkajian psikososial karna berpendapat bahwa paslen hanya mengeluh saklt perut. Padahal bisa saja terjadi keluhan yang dialaml pasien berkaitan dengan masalah psikologis. d. Kesalahan memperkirakan dalam melakukan identifikasi pasien. misalnya : Perawat A memberikan obat Antalgin 500 mg kepada Tn Amlr S padahal seharusnya obat diberikan pada Tn Amir B. e. Meremehkan hak privacy pasien; pengungkapan informasi yang bersifat rahasia, misalnya perawat G membicarakan masalah pasiennya kepada pasien lainnya. f. Kelemahan atau kelalaian memonitor dan supervisi pasien, misalnya : Perawat B lalai memonitor isi dari cairan infus, sehingga sampai cairan habis belum diganti dengan cairan yang baru. g. Ketidak mampuan dalam memberikan informasi, kaitannya dengan informed consent. h. Pemberian informasi yang tidak konsisten dari beberapa sumber yang berbeda. i.
Menolak
kehendak
pasien
yang
berkenaan
dengan
pengabaian
pelayanan. contoh : tidak menyampaikan amanah/ wasiat. j.
Menyelidiki kepemilikan pasien tanpa ada kewenangan
9
4. Upaya Menekan Resiko
Komunikasi merupakan sumber resiko dalam pelayanan kesehatan. Dalam beberapa kasus tuntutan pengadilan maupun pengaduan yang ditujukan kepada petugas, dokter, perawat di Identifikasi karena kurangnya komunikasi dokter dan perawat kepada pasien dan keluarganya. Oleh sebab itu kualitas berinteraksi dengan pasien dan keluarganya adalah sangat panting. Salah satu media penemuan antara dokter-perawat pasien-keluarga adalah pada: saat memberikan penyuluhan kesehatan.
5. Mendokumentasikan Elemen Manajemen Resiko Dokumentasl
keperawatan
dapat
memberikan
bukti
kualitas
asuhan
keperawatan.Dokumentasl yang komprehenslf dapat bercerita terhadap dokumen ltusendiri, pasiennya, tenaga kesehatan maupun untuk penulisnya. Dipihak laln, pembuatan dokumentasi yang tidak lengkap dapat menunjukkan pekerjaan perawat yang bersangkutan tampil sangat tidak adekuat. Oleh sebab itu, pendokumentasian yang tepat merupakan salah satu kunci dari keberhasilan
program
manajemen
resiko.
Pendokumentasian
yang
komprehensif harus memilikl unsur sebagai berikut: a. Faktual dan ielas b. Ringkas nam un Iengkap c. Akurat dam objektif d. Relevan dan tepat waktu e. terbatas dan spesifik f. Masuk aka! dan dapat difahami Dalam membuat dokumentasi pasien, sedapat mungkin ditulis secara singkat, kata-katanya jelas, obyektif dan isinya bersifat spesifik. Dokumentasi yang dimaksud meliputi : 1. Apa yang dilihat (posisi pasien. wama, kondisi kulit, cacat dan sebagalnya). 2. Apa yang didengar (keluhan pasien, mendengkur, mengerang). 3. Apa yang tercium (nafas berbau aceton, bau tak wajar dari drain).
10
4. Apa yang teraba (extremitas dingin. pergeseran dan ada tidaknya kripitasi). 5. Tindakan apa yang dilakukan terhadap pasien (traksi servikal). 6. Respon
terhadap
tindakan
(nyeri
hilang
atau
bertambah
buruk
keadaannya). 7. Apa yang dilakukan untuk melindungi pasien (penghalang tempat tidur terkunci, pengikat tangan yang lunak), dan 8. Apa yang dilakukan untuk melindungi milik pasien yang bernilai (gigi palsu atau kontak lensa disimpan pada tempatnya yang aman).
6. Prinsip Manajemen resiko dan Pendokumentasinnya Dibawah ini beberapa petunjuk yang mungkin dapat membantu bagaimana menggabungkan
prinsip-prinsip
manajemen
resiko
ke
dalam
proses
dokumentasi : 1.
Mengetahui dan mengikuti kebijakan setempat tentang tata cara pendokumentasian,
baik
pendokumentasian
pada
kejadian
biasa
(rutinitas) ataupun kejadian yang luar biasa (KLB). Perawat sebaiknya menggunakan format yang baku untuk pengisiannya. Tiap Rumah Sakit mempunyai format baku dan cara pengisian yang berbeda, walaupun item dalam tiap format relatif sama. 2.
Dokumentasikanlah
seluruh
data
dasar
secara
lengkap
dan
komprehensif. Dokumentasi ini merupakan dasar untuk memberikan pelayan keperawatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan pasien. Data dasar ini meliputi pengkajian pemeriksaan fisik, psikologis dan spiritual serta data lain yang terkait . 3.
Dokumentasikan semua faktor resiko dan data lain yang dapat mengakibatkan keterbatasan fisik tertentu, seperti : alat bantu berjalan, prostese, kruk dll
4.
Dokumentaslkan semua tindak lanjut secara akurat. lengkap, dalam waktu yang pasti dan cara yang setepat mungkin. Ini merupakan cara yang baik untuk menunjukkan bahwa masalah telah diidentifikasi dan pemecahan masalah telah dilakukan,
11
5.
Deskripsikan perilaku pasien secara obyektif, terutama jika perilakunya menyimpang, obstruktif atau destruktif. sebagai contoh : pasien menolak untuk menebus setiap resep dokter yang diberikan atau perilaku mengunci diri di kamar mandi selama waktu pemberian obat.
6.
Jangan gunakan isi dokumen sebagai bahan pergunjingan atau bahan pertikaian.
ingatlah
bahwa
dokumentasl
tersebut
adalah
catatan
perawatan dan perkembangan status kesehatan pasien dan bukan bahan komentar staf. 7.
Tulislah catatan tersebut dengan rapi, jelas dan gunakanlah tatabahasa yang benar. Biasanya pernyataan yang panjang atau luas akan sulit dibaca atau dimengerti oleh orang lain, bahkan tidak berguna. Tulisan yang tidak dapat dibaca karena ejaan tidak jelas disebut sebagai data yang tidak realibel dan validitasnya akan dapat dipertanyakan karena besarnya kemungkinan kesalahan-kesalahan
Mendokumentasikan tindakan ataupun hasil observasi langsung ke dalam berkas dokumentasi pasien akan membuat dokumen itu akurat dan terhindar dari kealpaan (lupa). Akan Iebih baik jika pendokumentasian tidak menundanya sampai waktu pergantian dinas tiba. Untuk membuatnya akurat juga dapat dilakukan dengan jalan mencek atau membaca kembali dokumen yang telah ditulis. Apabila terjadi ketidakcocokan dengan sesama rekan perawat, hendaknya segera dilaporkan kepada orang yang tepat dan berwenang, seperti kepala ruangan atau penanggung jawab shift. Apabila salah satu halaman berkas dokumen mau dicopy ulang, akan lebih baik mencatat identitas orang yang meminjam berkas dokumen tersebut. Untuk memperoleh identifikasi yang paling baik, sebaiknya gunakanlah nama pasien secara lengkas. Jangan gunakan kata ”pasien” dan sedapat mungkin tidak membuat laporan lompat-lompat, acak-acakan atau tidak sistematis.
12
BAB II KASUS
Ny. N. (55 th), Islam, Jawa, pendidikan sampai SMP, Ibu Rumah Tangga, alamat di Sukarame datang ke RS Abdul Moeloek tanggal 26 November 2018. Jam masuk IGD 10.30 WIB diantar oleh anaknya Ny. S (29 th), dengan keluhan sesak nafas + 1 minggu yang lalu. Rujukan dari Rumah Sakit Urip Sumoharjo dengan tampak kaki(ekstremitas bawah) bengkak, Kesadaran CM. Pada saat pengkajian pada tanggal 26 November 2018 pukul 11.20 WIB didapatkan pasien mengatakan sesak nafas dan kadang juga batuk. Pasien mengatakan sesak sesak bertambah jika beraktivitas seperti miring kianan dan miring kiri saat istirahat atau tidur, dan berkurang ketika posisi badan miring kesebelah kanan dan posisi setengah duduk. Pasien tampak terpasang O2 sebanyak 3 liter. Tambak Sesak yang dirasakan selama kurang lebih 15 menit. RR 30x/menit, tampak gelisah (+) meringis (+), lemah (+), irama napas tidak teratur dan retraksi dada. Karena sesak dan batuk yang dirasakan pasien, pasien banyak beristirahat di tempat tidur, tampak aktivitas dibantu keluarga seperti akan mandi, makan, BAB dan BAK. Tampak aktivitas dibantu keluarga dan tenaga kesehatan. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil S : 36,5oC, nadi : 110 x/menit, RR : 36 x/menit, TD : 160/100 mmHg, BB sebelum saki = 54kg BB, setelah sakit: 49 kg, TB : 152 cm. Hasil pemeriksaan head to toe, terdapat benjolan di kepala pasien bekas operasi 1 tahun yang lalu, klien mengatakan selama sakit ia masih sempat mencuci rambut sehingga rambutnya bersih, klien terlihat pucat dan lemas, konjungtiva anemis, tampak pernapasan cuping hidung dan serta turgor kulitnya tidak elastis. Telinga klien simetris dan bersih, mukosa bibir terlihat kering namun gigi nampak normal, bersih dan tidak terdapat karies, tidak terdapat pembesaran tonsil. Pada bagian dada tampak mengembang, pergerakan pernapasan menurun. Pada bagian dada sebelah kanan terdengar ronkhi, suara paru redup, tidak tampak kemerahan, tidak ada bekas operasi, tidak ada clubbing finger, tidak ada iktus cordis. Nampak retraksi dada dan pola nafas tidak normal normal. Abdomen tampak simetris, tidak ada nyeri tekan, suara redup dan terdapat bunyi bising usus 9x/menit. Klien mengalami gangguan menelan, klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual muntah, makan habis ¼ porsi tiap kali makan, minum air putih 3-4 gelas sehari. Klien mengeluh lemas dan sesak. Menggunakan Pempers. 13
FORMAT DOKUMENTASI PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS Data Klien Nama
: Ny. N
Umur
: 55 Tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Jl. Karimun Jawa Perundam 5, Blok C No.4 RT.012, Sukarame, Bandar Lampung.
Data Penanggungjawab Nama
: Ny. S
Umur
: 29 tahun
Pendidikan
: D3 Keperawatan
Pekerjaan
: Perawat
Hubungan dengan klien
: Anaknya
Alamat
: Sukarame, Bandar Lampung
Data Medis Diagnosa medis
: Efusi Pleura
Tanggal masuk RS
: 24 Novemberr 2018 jam 10.30 WIB
Nomor Register
: 00572580
B. PENGKAJIAN 1. Riwayat Penyakit a. Keluhan utama : Keluhan utama saat masuk rumah sakit : Klien datang pada tanggal 24 November 2018, dengan keluhan sesak nafas. Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengatakan sesak nafas. b. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST) Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan utama sesak napas seperti tertekan. 14
c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan pernah dioperasi sebelumnya yaitu operasi up shunt di RS Urip Sumoharjo selama kurang lebih 2 tahun yang lalu. d. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit pernafasan.
2. Pemeriksaan Umum a. Kesadaran
: Composmentis
b. TTV Suhu
: 36,5oC
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 36 x/menit
TD
: 160/100 mmHg
BB Sebelum Sakit
: 54 Kg
BB Saat Sakit
: 49 Kg
TB
: 152 cm
3. Pemeriksaan Fisik a. Kulit : Turgor kulit tidak elastis b. Kepala : ada benjolan c. Rambut : Warna rambut hitam dan bersih d. Mata : Simetris, konjungtiva anemis e. Hidung : Simetris, , tampak pernapasan cuping hidung f. Telinga : Simetris, bersih, tidak mengeluarkan serumen, pendengaran normal g. Mulut : Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-) h. Leher : Tidak terdapat pembesaran tonsil i.
Dada 1. Inspeksi : Simetris, nampak retraksi dada, pola nafas lambat 2. Palpasi : turgor kulit tampak elastic, akral hangat,tampak teraba cembung 3. Perkusi : Suara paru redup 4. Auskultasi : terdengar suara tambahan ronkhi pada dada bagian kanan 15
j.
Abdomen 1. Inspeksi : Terlihat membesar 2. Palpasi : tidak nada nyeri tekan 3. Perkusi : Bunyi redup 4. Auskultasi : Bunyi bising usus 9 x/menit
k. Genetalia : Tidak nampak terpasang DC, menggunakan Pempers. l.
Ekstremitas : tidak ada luka, terdapat pembengkakan pada ekstremitas.
4. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan
Terpasang O2 nasal Kanul 3 liter
oksigenasi Kebutuhan nutrisi
Tidak nafsu makan, makan habis ¼ porsi tiap kali makan,
Kebutuhan cairan
Minum air putih 3-4 gelas sehari
dan elektrolit Kebutuhan eliminasi
Keluarga mengatakan BAK frekuensi 4-5x/hari, Keluarga mengatakan sudah 2 hari tidak BAB.
Kebutuhan personal
Keluarga megatakan saat sakit pasien hanya
hygiene
mandi di lap dengan menggunakan washlap
Kebutuhan aktivitas
Hanya terbaring di tempat tidur, pasien terpasang infuse pada ekstremitas dekstra, terpasang O2 3 liter.
Kebutuhan tidur dan
Kurang istirahat, tidur hanya 6 jam/ harinya
istirahat
karena sesak dan gelisah yang dirasakan pasien
Kebutuhan aman dan nyaman Kebutuhan pembelajaran Bandar Lampung, 24 November 2018
SYAZA
16
ANALISIS DATA
No. 1
Data
Masalah Keperawatan
DS : Pasien mengatakan Batuk
Bersihan jalan nafas
berdahak
tidak efektif
Etiologi Produksi sputum
DO : batuk(+), Sputum (+), Ronchi dextra (+).
2
DS : Pasien mengatakan sesak napas
Pola nafas tidak efektif
Hipoventilasi
Intoleransi akktivitas
Ketidakmampuan
DO : 1. Klien tampak sesak, 2. Irama nafas tidak teratur, 3. Retraksi dada, 4. RR 30x/menit , 5. terpasang O2 3 liter
3
DS : Pasien mengatakan sesak saat melakukan aktivitas seperti miring kiri.
antara suplai O2
DO :
dengan
1.Tampak dibantu
kebutuhan
keluarga dalam aktivitas(ADL) 2. BAB,BAK,Makan, Minum di tempat tidur(+) 3. Gelisah, terpasang infuse ekstremitas bawah dextra 4. Meringis 5. Lemah.
17
FORMAT DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No
1
Diagnosis
Tgl
Paraf
Keperawatan
Ditemukan
Bersihan jalan
24-11-2018
Tgl Teratasi Paraf
28-11-2018
nafas tidak efektif b/d produksi sputum
2
Pola nafas tidak
Feby
24-11-2018
Feby
28-11-2018
efektif b/d Hipoventilasi 3
Intoleransi
Syaza 24-11-2018
Feby 28-11-2018
akktivitas b/d Ketidakmampuan antara suplai O2
Syaza
Feby
dengan kebutuhan
Bandar Lampung, 28 /11//2018 12.45 WIB
Syaza
18
FORMAT RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosis No
Tanggal
Keperawatan
Tujuan
dan Data
(SMART)
Rencana Tindakan
Rasional
Penunjang 1
2
24-11-
Bersihan
Setelah
1. Auskultasi
2018
jalan nafas
dilakukan
tidak efektif
tindakan
b/d produksi
keperawatan
sedikitnya 2500
dan untuk melihat
sputum
selama 2x24
Mv hari kecuali
ada tidaknya
DS : Pasien
jam
kontra indikasi,
sputum.
mengatakan
diharapkan
berikan air
Batuk
Bersihan
hangat.
berdahak
jalan nafas
3. Ajarkan pasien
DO :
bersih dan
napas dalam
batuk(+),
efektf.
Sputum (+),
Kriteria hasil :
postural
Ronchi dextra
batuk hilang
drainase
(+).
atau
Bunyi napas. 2. Berikan cairan
4. Lakukan
5. Kolaborasi
1. Perilaku yang di perlukan untuk mencegah infeksi
2. Cairan hangat memobilisasi dan mengeluarkan secret. 3. Membantu Mengurangi sesak 4. Membersihkan jalan nafas dan
berkurang,
dengan dokter
mencegah
Sputum (-)
dalam
komplikasi
Ronchi (-)
pemberian
5. Kolaborasi untuk
terapi obat dan
meningkatkan
beri oksigen
suplai O2.
24-11-
Pola nafas
Setelah
1. Kaji status
2018
tidak efektif
dilakukan
pernapasan
menentukan
b/d
tindakan
dan skala nyeri
tindakan
Hipoventilasi
selama 2x24
DS : Pasien
jam
mengatakan
diharapkan
3. Pantau TTV
sesak napas
Pola nafas
4. Ajarkan pasien
DO :
kembali
teknik napas
1. Klien
efektif
dalam
2. Beri Posisi semi fowler
1. Membantu dalam
keperawatan selanjutnya 2. Untuk memaksimalkan ekspansi paru 3. Untuk memantau 19
tampak
Kriteria hasil : 5. Kolaborasi
keadaan umum
sesak,
pasien tidak
dengan tim
pasien
2. Irama
merasakan
medis dalam
nafas tidak
sesak, irama
pemberian obat
mengurangi sesak
teratur,
nafas teratur,
sesuai indikasi
nafas pasien
4. Membantu
3. Retraksi
RR dalam
5. Kolaborasi
dada,
batas normal
mengurangi sesa
4. RR
18-24x/ menit
nafas pasien.
30x/menit , 5. terpasang O2 3 liter
3
24-11-
Intoleransi
Setelah
2018
akktivitas b/d
dilakukan
sebelum dan
dapat terjadi
Ketidakmamp
tindakan
sesudah
dengan aktivitas
uan antara
keperawatan
aktivitas
karena obat
suplai O2
selama 2x24
dengan
diharapkan
kemampuan
perpindahan
kebutuhan
kebutuhan
pasien da
cairan (pengaruh
aktivitas dan
penyebab
fungsi jantung)
DS : Pasien
kebutuhan
kelemahan
2. Untuk membantu
mengatakan
ADL
sesak saat
terpenuhi
bantuan dalam
yang dapat di
melakukan
dengan
aktivitas
lakukan pasien.
aktivitas
kriteria hasil
perawatan diri
3. Pemenuhan
seperti miring
1. Mengatak
sesuai indikasi
kebutuhan
kiri.
an tidak
selingi periode
keperawatan diri
DO :
sesak
aktivitas dengan
tanpa
1. Tampak
saat
periode
mempengaruhi
beraktivita
istirahat.
stress miokard
dibantu 2. keluarga dalam
s 2. Pasien
1. Observasi TTV
2. Kaji
3. Berikan
4. Kolaborasi
(vadilator)
aktivitas ringan
kebutuhan
implementasi
oksiigen berlebihan.
aktivitas(A
tampak
program
DL)
beraktivita
rehabilitasi
s ringan di
jantung(jika ada
3. BAB,BAK
1. Hipertensi Ortetik
4. Kolaborasi peningkatan 20
,Makan,
tempat
Minum di
tidur
tempat tidur(+) 4. Gelisah,
indikasi)
terhadap aktivitas menghindari kerja
3. Tidak
jantung /kinsumsi
dibantu
O2 yang berlebih.
lagi oleh
terpasang
keluarga
infuse
dan
ekstremitas
petugas
bawah
kesehatan
dextra
saat
5. Meringis
aktivitas
6. Lemah.
4. Gelisah (-) 5. Meringis() 6. Lemah (-)
Bandar Lampung, 28 /11//2018 12.45 WIB
Syaza
21
FORMAT CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI) 1 Nama klien
: Ny. N
No. Register
: 00572580
Diagnosis Medis
: Efusi Pleura
Hari/Tgl
Diagnosis Kep.
24-11-
Bersihan jalan
2018
nafas tidak efektif b/d produksi
Jam 15.45
Tindakan Kep.
Paraf
1. Kaji TTV pasien 2. Berikan cairan
16.00
sputum
sedikitnya 2500 Mv
Syaza
hari kecuali kontra indikasi, berikan air hangat.
Dayat
3. Ajarkan pasien 16.20
napas dalam 4. Lakukan postural
16.45
drainase 5. Kolaborasi dengan
17.00
dokter dalam pemberian terapi obat dan beri oksigen
22
25-11-
15.45
2018
1. Auskultasi kembali bunyi napas.
16.00
2. Berikan cairan
Syaza
kembali sedikitnya 2500 Mv hari kecuali kontra indikasi,
Dayat
berikan air hangat. 16.20
3. Ajarkan kembali pasien napas dalam
16.45
4. Lakukan kembali postural drainase
17.00
5. Kolaborasi kembali dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan beri oksigen
24-11-
Pola nafas tidak
15.45
2018
efektif b/d
pernapasan dan
Hipoventilasi
skala nyeri 16.00
1. Kaji status
Syaza
2. Beri Posisi semi fowler
16.20
Dayat 3. Pantau TTV
16.25
4. Ajarkan pasien teknik napas dalam
16.50
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat sesuai indikasi
23
25-11-
15.45
2018
1. Kaji kembali status pernapasan dan skala nyeri
16.00
Dayat
2. Beri kembali Posisi semi fowler
16.20
3. Pantau TTV kembali
16.25
4. Ajarkan kembali
Syaza
Syaza
pasien teknik napas dalam 16.50
5. Kolaborasi kembali dengan tim medis dalam pemberian obat sesuai indikasi
24-11-
Intoleransi
2018
akktivitas b/d
sebelum dan
Ketidakmampuan
sesudah aktivitas
antara suplai O2
16.00
16.20
1. Observasi TTV
2. Kaji kemampuan
dengan
pasien da penyebab
kebutuhan
kelemahan 16.45
Syaza
Dayat
3. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi selingi periode
Syaza
aktivitas dengan periode istirahat. 17.00
4. Kolaborasi implementasi program rehabilitasi jantung(jika ada indikasi)
24
25-11-
16.00
2018
1. Observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas
16.20
Dayat
2. Kaji kemampuan pasien da penyebab kelemahan
16.45
Syaza
3. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi selingi periode aktivitas dengan periode istirahat.
17.00
4. Kolaborasi implementasi program rehabilitasi jantung(jika ada indikasi)
Bandar Lampung, 25 November 2018
SYAZA
25
FORMAT CATATAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama klien
: Ny. N
No. Register
: 00572580
Diagnosis Medis
: Efusi Pleura
Hari/Tgl
Diagnosis Kep.
Jam 15.00
Evaluasi
26-11-
Bersihan jalan
2018
nafas tidak efektif
sudah tidak batuk
b/d produksi
O:
sputum
batuk(-), Sputum (-),
Paraf
S : Pasien mengatakan
Ronchi dextra (-).
A : masalah klien teratasi P : Intervensi dihentikan -
Pasien ACC
Syaza
pulang
26
26-11-
Pola nafas tidak
2018
efektif b/d
S : Pasien mengatakan
Hipoventilasi
sudah tidak sesak napas O : irama nafas teratur, RR dalam batas normal 18-24x/ menit A : Masalah teratasi
Syaza
P : Intervensi dihentikan -
Pasien ACC pulang
26-11-
Intoleransi
15.00
S : Mengatakan tidak
2018
akktivitas b/d
sesak saat beraktivitas.
Ketidakmampuan
O : Pasien tampak
antara suplai O2
beraktivitas ringan di
dengan
tempat tidur, Tidak
kebutuhan
dibantu lagi oleh
Syaza
keluarga dan petugas kesehatan saat aktivitas. Gelisah (-), Meringis(-) Lemah (-). A : Masalah klien teratasi P : Intervensi dihentikan -
Pasien ACC pulang
Bandar Lampung, 25 November 2018
SYAZA
27
BAB III ANALISA KASUS PENDOKUMENTASIAN, PEMBAHASAN DALAM MANAJEMEN RESIKO DAN PENANGGULANGAN RESIKO DALAM PENDOKUMENTASIAN
1.1 Analisa Kasus Pendokumentasian 1. Dalam implikasi hukum terdapat aturan bagi perawat untuk membuat catatan singkat tentang komunikasi perawat dengan dokter dan intervensi perawatan yang telah dilakukan. Namun dalam kasus ini tidak terdapat bukti berupa catatan singkat tentang komunikasi perawat dengan dokter. 2. Pada standar praktik disebutkan bahwa salah satu aturan dalam melakukan pencatatan adalah mencantumkan tanda tangan dan nama jelas. Namun pada kasus ini ada beberapa tindakan yang tidak dilengkapi dengan paraf/tanda tangan dan nama perawat. 24-11-
Intoleransi
2018
akktivitas b/d
16.00 1. Observasi TTV sebelum dan sesudah aktivitas
Ketidakmampuan
Syaza
antara suplai O2 dengan
16.20 2. Kaji kemampuan pasien
kebutuhan
da penyebab kelemahan Dayat
3. Berikan bantuan dalam 16.45
aktivitas perawatan diri sesuai indikasi selingi periode aktivitas dengan
Syaza
periode istirahat.
17.00
4. Kolaborasi implementasi program rehabilitasi jantung(jika ada indikasi)
28
5. Selain tanda tangan dan nama jelas perawat juga tidak menuliskan waktu pada saat selesai pengkajian. Bandar Lampung, 24 November 2018
Syaza Seharusnya : Bandar Lampung, 24 November 2018 12:45 WIB
Syaza
6. Kriteria dari implementasi yaitu intervensi bersifat konsisten sesuai dengan recana yang telah dibuat, intervensi diterapkan dengan cara yang aman dan tepat. Namun dalam kasus terdapat ketidaksesuaian antara rencana tindakan dengan implementasi yang dilakukan. Diagnosa I : Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum
Rencana Tindakan 1
24-
Bersihan jalan
Setelah
11-
nafas tidak efektif
dilakukan
2018
b/d produksi
tindakan
sputum
keperawatan
cairan
untuk
DS : Pasien
selama 2x24
sedikitnya
mencegah
mengatakan
jam
2500 Mv hari
infeksi dan
Batuk berdahak
diharapkan
kecuali kontra
untuk
DO :
Bersihan
indikasi,
melihat ada
batuk(+), Sputum
jalan nafas
3. berikan air
tidaknya
(+),
bersih dan
hangat.
sputum.
Ronchi dextra (+). efektf.
1. Auskultasi Bunyi napas. 2. Berikan
4. Ajarkan
1. Perilaku yang di perlukan
2. Cairan
Kriteria hasil :
pasien napas
hangat
batuk hilang
dalam
memobilisasi
29
atau
5. Lakukan
dan
berkurang,
postural
mengeluarka
Sputum (-)
drainase
n secret.
Ronchi (-)
6. Kolaborasi
3. Membantu
dengan
Mengurangi
dokter dalam
sesak
pemberian
4. Membersihk
terapi obat
an jalan
dan beri
nafas dan
oksigen
mencegah komplikasi 5. Kolaborasi untuk meningkatka n suplai O2.
Implementasi 24-11-
Bersihan
2018
jalan nafas tidak efektif
15.45
1.
Kaji TTV pasien
2.
Berikan cairan
16.00
sedikitnya 2500 Mv hari
b/d produksi
kecuali kontra indikasi,
sputum
berikan air hangat. 16.20
3.
Ajarkan pasien napas
Syaza
Dayat
dalam 16.45
4.
Lakukan postural drainase
17.00
5.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat dan beri oksigen
30
Aspek Legal Dalam
No 1.
2.
Pada Kasus
Pendokumentasian Penulisan harus menggunakan
Dokumentasi pada kasus ini telah
tinta jelas
menggunakan tinta hitam
Tidak membuat ruang kosong
Pada dokumentasi ini telah
pada dokumentasi pencatatan
digunakan huruf “N” sebagai pengisi ruang yang kosong
3.
Tidak boleh dihapus dengan
Tidak terlihat ada cairan penghapus
menggunakan cairan
pada dokumentasi keperawatan ini
penghapus/tipe x
karena data yang ada ditulis menggunakan Microsoft Word bukan tulis tangan
4.
Jika terdapat instruksi yang
Catatantidak perlu klarifikasi karena
meragukan, beri catatan bahwa
tidak ada data yang meragukan
perlu klarifikasi 5.
6.
Segera betulkan bila ada
Tidak terdapat kesalahan dalam
kesalahan
dokumentasi
Gunakan kalimat yang jelas dan
Kalimat yang digunakan jelas
hindari penggunaan kalimat yang umum seperti Tekanan Darah Normal, Nadi Normal.
1.2 Pembahasan Dalam Manajemen Resiko dan Penanggulangan Resiko Resiko Observai TTV Pemberian air hangat -
Perlu diperhatikan derjat
Penanggulangan Menggunakan handscoon dan masker agar tidak terjadi infeksi silang. Mengkaji pasien apakah hipersensitivitas atau tidak
kehangatannya agar tidak melukai ronga mulut pasien. Memberikan obat -
Takaran dosis tidak tepat
-
Kesalahan identitas pasien
-
Rute pemberian obat tidak tepat
-
Waktu pemberian obat tidak tepat
Melakukan pemberian obat dengan prinsip 6 benar
31
-
Salah pemberian jenis obat
-
Salah pendokumentasian pemberian obat
Pemberian cairan IV melalui infus -
Salah pemasukkan cairan
Memeriksa cairan yang akan diberikan terlebih dahulu
Menganjurkan keluarga untuk
Menganjurkan keluarga untuk
mengganti baju klien
memakaikan baju yang mudah
-
Munculnya bau badan akibat
menyerap keringat seperti katun
perkembangbiakan bakteri -
Tidak nyaman dengan keadaan
Kolaborasi dengan dokter Kaji lokasi, skala nyeri (PQRST) dan ajarkan teknik relaksasi
Memperhatikan hal hal tertentu seperti : Mencatat nama dokter, saran yang diberikan, ttd dll. Menggunakan Handscoon Dan Masker agar tidak terjadi infeksi silang.
32
BAB IV KESIMPULAN
Dari uraian kasus di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pendokumentasian suatu kasus harus ditulis secara runtut dan jelas untuk memudahkan
pembacaan
dokumentasi.
Dokumentasi
di
mulai
dari
pengkajian,diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Tahap-tahap ini harus diisi dengan data-data yang sesuai dengan apa yang seorang perawat dapatkan dan tindakan yang lakukan. Kata yang digunaka dalam dokumentasi tidak boleh ditambah-tambahkan atau di lebih-lebihkan.Harus apa adanya sesuai dengan apa yang pasien keluhkan.
Selain itu, kita juga harus
memerhatikan resiko-resiko yang mungkin terjadi saat kita memberikan penanganan atau asuhan. Selalu terapkan prinsip-prinsip etik ketika melakukan asuhan keperawatan, aman pasien, aman perawat, dan aman lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA 33
1. Alimul, aziz.2002.Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : Buku kedokteran EGC 2. Ali, zaidin.2010.Dasar Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC 3. Dinarti dkk. (2009). Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media.
34