MAKALAH DOKUMENTASI KEPERAWATAN ASPEK LEGAL DALAM PENDOKUMENTASIAN
DISUSUN OLEH : FEBY DWI JAYANTI (1416301031)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG JURUSAN KEPERAWATAN TANJUNGKARANG D.IV KEPERAWATAN TANJUNGKARANG TAHUN AKADEMIK 2017/2018 i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Aspek Legal dalam Pendokumentasian” tepat pada waktunya.
Makalah ini saya susun untuk melengkapi mata kuliah Dokumentasi Keperawatan, selain itu untuk mengetahui dan memahami tentang Aspek Legal dalam Pendokumentasian. Kami mengucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu setiap pihak diharapkan dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun.
Bandar Lampung, Oktober 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. TINJAUAN TEORI. ................................................................... 1 1.1 Implikasi Hukum.. ................................................................ 1 1.2 Isu Legal dan Standar Praktik............................................. 2 1.3 Implikasi Etik dalam Pendokumentasian ............................ 4 1.4 Manajemen Resiko dalam Pendokumentasian .................. 5 II. KASUS. .................................................................................... 6 II. ANALISA KASUS PENDOKUMENTASIAN,PEMBAHASAN DALAM MANAJEMEN RESIKO DAN PENANGGULANGAN RESIKO DALAM PENDOKUMENTASIAN............................... 22 IV. KESIMPULAN ......................................................................... 28 DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian Implikasi Hukum Implikasi hukum dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting yang harus
terkandung
didalam
dokumentasi
keperawatan.
Dokumentasi
keperawatan harus diakui secara hukum dan dijadikan bukti dalam persidangan untuk menghindari terjadinya pemutar balikan fakta. Selain itu, dengan adanya dokumentasi keperawatan perawat dapat meminimalisir hilangnya informasi serta sebagai media penyaluran informasi antara perawat dengan perawat maupun perawat dengan tenaga kesehatan lainnya. Dalam melakukan pencatatan seorang perawat harus benar-benar mengacu pada standar hukum, oleh sebab itu diperlukan aturan pencatatan sebagai berikut : 1. Catat waktu dan tempat pendokumentasian Pencatatan waktu dan tempat merupakan hal pertama yang dilakukan dalam pendokumentasian. Kemungkinan besar dengan melakukan hal tersebut perawat akan dengan mudah mengingat hal-hal yang terjadi saat ia melakukan tindakan keperawatan. 2. Menjelaskan kondisi pasien secara tepat Menjelaskan kondisi pasien secara tepat dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap tindakan yang telah diberikan oleh perawat. Dalam hal ini perawat harus menjelaskan mengenai riwayat kesehatan klien, pemeriksaan
fisik,
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
intervensi,
implementasi serta evaluasi untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, terutama perubahan kesehatan klien yang terjadi secara mendadak dan membahayakan kondisi klien. 3. Buat catatan singkat tentang komunikasi perawat dengan dokter dan intervensi perawatan yang telah dilakukan Catatan ini diperlukan sebagai bukti apabila terjadi gugatan terhadap perawat. Sehingga perawat dapat menunjukkan bukti tertulis bahwa ia telah melakukan semua tindakan sesuai dengan prosedur serta instruksi dari dokter.
1
2.2 Isu Legal dan Standar praktik Standar praktik keperawatan merupakan pernyataan yang mencangkup kegiatan – kegiatan asuhan yang mengarah kepada praktek keperawatan professional ( ANA, 1992, h. 1 ). 1. Menurut ANA, dalam proses pelaksanaan asuhan keperawatan standar dokumentasi mencangkup data pengkajian yang relevan, diagnosa, tujuan yang terukur, rencana keperawatan, respon klien, perbaiakan diagnosa dari hasil dan rencana keperawatan yang telah dilakukan. 2. Menurut
JCAHO standar yang dipakai adalah pengkajian awal dan
pengkajian ulang, diagnosa keperawatan berdasarkan kebutuhan klien, intervensi yang telah terencana, asuhan keperawatan yang diberikan dan telah dilakukan oleh perawat, respon klien terhadap tindakan dan asuhan keperawatan yang telah diberikan serta kemampuan klien untuk mengatur kebutuhan apabila ia sudah sembuh dan keluar dari rumah sakit. 3. Departemen
Kesehatan
RI
(1998)
dengan
SK
Menkes
RI
No.
660/Menkes/SK/IX/1987 tentang standar praktik keperawatan bagi perawat kesehatan yang isinya adalah standar praktik keperawatan dari segi struktur, segi proses asuhan keperawatan yang diberikan, segi hasil asuhan keperawatan . 4. Departemen Kesehatan RI dengan SK Dirjen Pelayanan Medik No. YM.00.03.2.6.7637 tentang pemberlakuan standar asuhan keperawatan di rumah sakit, tanggal 18 agustus 1993 tentang: a. Standar I : Pengkajian Didalam pengkajian perawat mengumpulkan data- data yang berasal dari pernyataan klien itu sendiri, dari keluarga, atau dari pemeriksaan yang dilakukan. Selain itu didalam pengkajian juga dilakukan pengumpulan data tentang riwayat penyakit klien baik penyakit sekarang, penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga. b. Standar II : diagnosa keperawatan Setelah didapatkan data klien selanjutnya adalah analisa data klien untuk menentukan dignosa keperawatan untuk menentukan tindakan apa yang akan dilakukan.
2
c. Standar III: perencanaan Setelah
menentukan
menetapkan
suatu
diagnosa
keperawatan
perencanaan
untuk
selanjutnya
menunjukan
perawat intervensi
keperawatan tujuan nya untuk mencapai kriteria / hasil yang diharapkan. d. Standar IV: Implementasi Setelah dilakukan nya perencanaan perawat selanjutnya melakukan implementasi atau penenerapan yang sesuai intervensi keperawatan yang telah dibuat. Kriteria dari implementasi yaitu intervensi bersifat konsisiten sesuai dengan recana yang telah dibuat, intervensi diterapkan dengan cara yang aman dan tepat. e. Standar V : evaluasi Evalusi disini perawat menilai hasil yang didapat sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang didapatkan bisa saja sesuai ataupun tidak. Apabila masalah klien teratasi maka asuhan keperawatan akan selesai dilakukan namun jika sebalik nya maka akan dilakukan intervensi kembali untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. f. Standar VI : catatan asuhan keperawatan Setelah melakukan asuhan keperawatan sebaiknya dilakukan pencatatan yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan. Pencatatan juga untuk mencegah hilang nya informasi klien serta untuk memberikan informasi kepada teman sejahwat atau tenaga kesehatan lainnya. Selain itu, pencatatan juga merupakan bukti tertulis apabila ada penuntutan dari keluarga klien dan dari hukum.
Standar praktik (Kelly, 1987) 1. Catat secara objektif : apa yang dilihat, didengar, bau dan rasa 2. Catat secara lengkap : untuk, apa, dimana dan bagaimana 3. Harus akurat : bila keliru, tulis kembali atau silang tanpa hilangkan tulisan yang salah 4. Harus spesifik 5. Catat perkembangan dan perubahan 6. Catat perilaku abnormal 7. Tulis dengan cara yang dibenarkan hukum (menggunakan tinta hitam/tidak dengan pensil) 3
8. Gunakan hanya singkatan standar/baku 9. Hati-hati menulis pernyataan, catat tingkat pendidikan pasien, catat waktu dan tanggal, cantumkan tanda tangan dan nama jelas
2.3 Implikasi Etik dalam Pendokumentasian 1. Pandangan etik dokumentasi keperawatan Pandangan etik dokumentasi keperawatan merupakan segala sesuatu yang dilakukan berupa asuhan keperawatan dengan tujuan untuk memenuhi segala kebutuhan dalam semua proses kehidupan. Dengan adanya dokumentasi
keperawatan,
perawat
mampu
menjawab
pernyataan-
pernyataan secara jelas. Selain itu, keakuratan dalam pemberian informasi juga akan lebih memudahkan dalam pemecahan masalah yang dianggap rumit dan membutuhkan keterangan-keterangan yang objektif. 2. Menjaga kerahasiaan Hal ini sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip kode etik perawat. Menjaga kerahasiaan sama halnya dengan menjaga setiap hal dari klien yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Dalam penyiapan pencatatan harus berhati-hati karena kegiatan tersebut dijadikan jaminan kepercayaan. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain mengeluarkan informasi data pasien, nama pasien, alamat, tanggal masuk, data rahasia seperti data klinis terdiri dari pemeriksaan, observasi, pengobatan, percakapan pasien dengan perawat. 3. Moral perjanjian Moral perjanjian merupakan hal utama yang harus dilakukan oleh perawat maupun tenaga kesehatan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya gugatan ataupun tuduhan dari keluarga klien menyangkut tindakan yang diberikan. Moral perjanjian dapat terjadi begitu saja atau terjadi perjanjian tertulis terlebih dahulu. Misalnya seorang ibu yang datang langsung ke praktik bidan untuk mendapatkan tindakan penyuntikan KB. Berbeda dengan perjanjian yang terjadi begitu saja, perjanjian tertulis dapat dilakukan pada saat akan melakukan tindakan-tindakan yang beresiko tinggi dan membahayakan keadaan klien seperti tindakan operasi pembedahan jantung.
4
2.4 Manajemen Resiko Dalam Pendokumentasian Manajemen resiko merupakan tindakan-tindakan nyata yang digunakan untuk mengurangi kemungkinan cedera yang mungkin saja terjadi klien. Oleh sebab itu, keberadaan manajemen resiko sangatlah penting. Tanpa adanya suatu manajemen resiko, seorang perawat bisa saja melakukan kesalahankesalah yang sebenarnya tidak perlu. Dari banyak kasus cedera pada pasien, kebanyakan dari kasus tersebut dapat ditelusuri dengan mudah sehingga hal ini akan memungkinkan perawat dapat dituntut atas kesalahan atau kecerobohannya dalam memberikan tindakan. Tugas dan pelanggaran diukur oleh standar perawatan. Standar perawatan menurut hukum merupakan derajat perawatan yang harus diwujudkan oleh seorang perawat yang cukup bijaksana dalam kondisi yang sama atau serupa. Derajat perawatan mengharuskan pembandingan perilaku perawat yang nyata dengan standar pelaksanaan profesi. Selain itu, kebijakan rumah sakit, prosedur dan protokol pelaksanaan disamping pelbagai standar yang ditetapkan oleh organisasi akreditisasi, seperti Joint Commission of Healthcare Hospital Organization (JCAHO) digunakan untuk menjangkau derajat perawatan yang dipersyaratkan. Dipengadilan, saksi perawat ahli akan menyampaikan kesaksiannya sebagai bukti derajat keperawatan yang seharusnya diwujudkan oleh seorang perawat yang bijaksana dalam situasi atau keadaan ketika perawat yang dituntut oleh hukum mewujudkan derajat tersebut dalam pekerjaannya.
5
BAB II KASUS
Ny. G. (36 th), Islam, Sunda, SMP, Ibu Rumah Tangga, alamat di Hajimena datang ke RS Abdul Moeloek tanggal 19 September 2017 jam 14.25 WIB diantar oleh Tn. A. (40 th), klien mengatakan badannya panas dingin (demam), bibirnya terasa kering dan haus karena terus berkeringat. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil S : 38,5oC, nadi : 110 x/menit, RR : 20 x/menit, TD : 130/90 mmHg, BB : 61 kg, TB : 165 cm. Klien juga mengatakan bahwa perutnya terasa nyeri dibagian kanan atas dengan skala 4. Itu terlihat dari wajahnya yang nampak menahan nyeri dan gelisah. Hasil pemeriksaan head to toe, tidak terdapat benjolan di kepala, klien mengatakan selama sakit ia masih sempat mencuci rambut sehingga rambutnya bersih, klien terlihat pucat dan lemas, konjungtiva anemis, tidak tampak pernapasan cuping hidung dan tidak sedang flu serta turgor kulitnya tidak elastis. Telinga klien simetris dan bersih, mukosa bibir terlihat kering namun gigi nampak normal, bersih dan tidak terdapat karies, tidak terdapat pembesaran tonsil. Pada bagian dada tidak terdengar wheezing dan ronkhi, suara paru vesikuler, suara paru sonor, tidak terdapat nyeri dada, tidak nampak retraksi dada dan pola nafas normal. Perut pasien terlihat kembung dan keras serta terdapat bunyi thimpany disertai bising usus 11 x/menit. Meskipun lemas namun klien masih mampu pergi ke kamar mandi sehingga tidak nampak adanya pemasangan DC. Klien tidak mengalami gangguan menelan, namun klien mengatakan tidak nafsu makan karena mual muntah, makan habis ¼ porsi tiap kali makan, minum air putih 3-4 gelas sehari. Klien mengeluh lemas dan wajah terlihat pucat karena kurang istirahat.
6
FORMAT DOKUMENTASI PENGKAJIAN KEPERAWATAN
A. IDENTITAS Data Klien Nama
: Ny. G
Umur
: 36 Tahun
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Alamat
: Hajimena
Data Penanggungjawab Nama
: Tn. A
Umur
: 40 tahun
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
Hubungan dengan klien
: Suami
Alamat
: Hajimena
Data Medis Diagnosa medis
: Demam Thypoid
Tanggal masuk RS
: 19 September 2017 jam 14.25 WIB
Nomor Register
: 142506
B. PENGKAJIAN 1. Riwayat Penyakit a. Keluhan utama :
Keluhan utama saat masuk rumah sakit : Klien datang pada tanggal 19 September 2017, dengan keluhan badan terasa panas dingin (demam).
Keluhan utama saat pengkajian : Klien mengatakan badannya terasa panas dingin (demam).
7
b. Riwayat Penyakit Sekarang (PQRST) Klien datang ke Rumah Sakit dengan keluhan utama badan terasa panas dingin (demam). c. Riwayat Penyakit Dahulu Klien mengatakan tidak memiliki penyakit terdahulu d. Riwayat Kesehatan Keluarga Keluarga klien tidak pernah atau tidak ada yang menderita penyakit berat seperti hepatitis, kanker, HIV, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan Umum a. Kesadaran
: Composmentis
b. TTV Suhu
: 38,5oC
Nadi
: 110 x/menit
RR
: 20 x/menit
TD
: 130/90 mmHg
BB
: 61 kg
TB
: 165 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Kulit : Turgor kulit tidak elastis
Kepala : Tidak ada benjolan
Rambut : Warna rambut hitam dan bersih
Mata : Simetris, konjungtiva anemis
Hidung : Simetris, tidak sedang flu, tidak tampak pernapasan cuping hidung
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran
Mulut : Simetris, mukosa bibir kering, gigi normal, bersih, karies (-)
Leher : Tidak terdapat pembesaran tonsil
Dada Inspeksi : Simetris, tidak nampak retraksi dada, pola nafas normal Palpasi : tidak ada nyeri tekan Perkusi : Suara paru sonor 8
Auskultasi : Suara paru vesikuler, tidak terdengar wheezing dan ronkhi
Abdomen Inspeksi : Terlihat membesar Palpasi : Perut kembung, agak keras Perkusi : Bunyi thimpany Auskultasi : Bunyi bising usus 11 x/menit
Genetalia : Tidak nampak terpasang DC
Ekstremitas : -
4. Pengkajian Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan oksigenasi Kebutuhan nutrisi
Tidak nafsu makan, makan habis ¼ porsi tiap kali makan,
Kebutuhan cairan
Minum air putih 3-4 gelas sehari
dan elektrolit Kebutuhan eliminasi Kebutuhan personal hygiene Kebutuhan aktivitas Kebutuhan tidur dan
Kurang istirahat
istirahat Kebutuhan aman dan
Klien juga mengatakan bahwa perutnya terasa
nyaman
nyeri dibagian kanan atas dengan skala 4
Kebutuhan pembelajaran
Bandar Lampung, 19 September 2017
Feby Dwi Jayanti
9
ANALISIS DATA
No. 1
Data DS : Klien mengatakan
Masalah Keperawatan Hiperthermi
badannya terasa panas
Etiologi Proses infeksi salmonella thypi
dingin (demam) DO : Suhu 38,5oC, klien menggigil, akral teraba hangat , nadi 110 x/menit, RR : 20 x/menit, TD : 130/90 mmHg 2
DS : Klien mengatakan
Nyeri
Proses inflamasi
DS : Klien mengatakan
Volume cairan kurang
Kehilangan
bibirnya terasa panas
dari kebutuhan
cairan aktif
nyeri pada perut bagian kanan atas, skala nyeri 4, nyeri timbul hingga 5 menit DO : Wajah pasien tampak menahan nyeri, pasien tampak gelisah, pasien tampak lemah
3
dan kering DO : Mukosa bibir terlihat mulai mengering dan tubuhnya terlihat lemas, klien terlihat banyak mengeluarkan keringat
10
FORMAT DIAGNOSIS KEPERAWATAN
No
1
Diagnosis
Tgl
Keperawatan
Ditemukan
Hiperthermi
19-09-2017
Paraf
Tgl Teratasi
Paraf
21-09-2017
b/d proses infeksi salmonella
Feby
Feby
thypi 2
Nyeri b/d
19-09-2017
21-09-2017
proses inflamasi 3
Volume cairan
Feby 19-09-2017
Feby 21-09-2017
kurang dari kebutuhan b/d kehilangan
Feby
Feby
cairan aktif Bandar Lampung, 19/9//2017 15.10 WIB
Feby Dwi Jayanti
11
FORMAT RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosis No
Tanggal
Keperawata
Tujuan
n dan Data
(SMART)
Rencana Tindakan
Rasional
1. Observasi suhu
1. Mengetahui
Penunjang 1
19-09-
Hiperthermi
Setelah
2017
b/d proses
dilakukan
infeksi
tindakan
salmonella
keperawatan
keluarga untuk
thypi
selama 2x24
memakaikan
DS : Klien
jam
pakaian yang
mengatakan
diharapkan
dapat menyerap
aliran darah dalam
badannya
suhu tubuh
keringat seperti
pembuluh darah
terasa
normal
katun
panas
Kriteria hasil :
dingin
Mempertahan
kompres air
(demam)
kan suhu
hangat
DS : Suhu
tubuh dalam
38,5oC,
batasan
dengan dokter
klien
normal
dalam
tubuh klien 2. Anjurkan
3. Berikan
perubahan suhu tubuh 2. Menjaga kebersihan badan 3. Melancarkan
4. Menurunkan panas dengan obat
4. Kolaborasi
menggigil,
pemberian
akral teraba
terapi obat
hangat ,
antipiretik
nadi 110
sesuai program
x/menit, RR : 20 x/menit, TD : 130/90 mmHg 2
19-09-
Nyeri b/d
Setelah
1. Pasien mampu
2017
proses
dilakukan
mengontrol
tingkat nyeri dan
inflamasi
tindakan
nyeri
skala nyeri
DS : Klien
selama 2x24
12
a. Kaji tingkat
a. Mengetahui
b. Menambah
mengatakan
jam
nyeri dan skala
nyeri pada
diharapkan
nyeri
perut bagian nyeri
b. Jelaskan
kanan atas,
berkurang
penyebab nyeri
skala nyeri
Kriteria hasil :
4, nyeri
Skala nyeri
distraksi
timbul
menjadi 3,
relaksasi (nafas
hingga 5
pasien
dalam)
menit
nampak lebih
DO : Wajah
rileks
c. Ajarkan teknik
wawasan keluarga c. Mengurangi rasa nyeri d. Mengurangi rasa nyeri e. Menurunkan rasa nyeri dengan obat
d. Posisikan pasien
pasien
senyaman
tampak
mungkin
menahan
e. Kolaborasi
nyeri,
dengan tim
pasien
medis dalam
tampak
pemberian obat
gelisah,
analgesik
pasien tampak lemah
3
19-09-
Volume
Setelah
1. Pertahankan
2017
cairan
dilakukan
catatan intake
tingkat kebutuhan
kurang dari
tindakan
dan output yang
cairan
kebutuhan
keperawatan
akurat
b/d
selama 2x24
kehilangan
jam pasien
hidrasi jika
cairan aktif
menunjukkan
diperlukan
DS : Klien
tanda-tanda
3. Pantau tanda-
mengatakan
kekurangan
tanda vital
bibirnya
cairan tidak
4. Pantau status
terasa
ada
panas dan
Kriteria hasil :
2. Monitor status
nutrisi
13
5. Berikan cairan
1. Mengetahui
2. Mengetahui status hidrasi 3. Mengontrol kondisi klien 4. Mengetahui kebutuhan nutrisi 5. Cairan tubuh terpenuhi 6. Kebutuhan energi
kering
1. Memperta
DO :
hankan
Mukosa
urine
bibir terlihat
output
mulai
ruangan
tubuh klien
masukan oral
2. sesuai
(makan dan
dengan
dan
usia dan
tubuhnya
BB
tubuh terpenuhi 7. Kebutuhan energi
6. Dorong
mengering
terlihat
IV pada suhu
minum)
terpenuhi 8. Meminimalisir keadaan pasien
7. Dorong
memburuk
keluarga untuk
3. Tekanan
membantu
lemas, klien
darah,
pasien makan
terlihat
nadi, suhu
banyak
tubuh
dokter jika
mengeluark
dalam
tanda cairan
an keringat
batas
berlebih muncul
normal
memburuk
8. Kolaborasi
4. Tidak ada tandatanda dehidrasi, elastis turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan . Bandar Lampung, 19/9//2017 15.10 WIB
Feby Dwi Jayanti
14
FORMAT CATATAN TINDAKAN KEPERAWATAN (IMPLEMENTASI) 1 Nama klien
: Ny. G
No. Register
: 142506
Diagnosis Medis
: Demam Thypoid
Hari/Tgl
Diagnosis Kep.
Selasa,
Hiperthermi b/d
19-09-
proses infeksi
2017
salmonella thypi
Jam 15.45
Tindakan Kep.
Paraf
1. Observasi suhu tubuh klien Feby
16.00
2. Berikan kompres air hangat
16.20
Satra
3. Lakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi obat antipiretik sesuai program
15
Feby
Rabu, 20-
15.45
1. Observasi kembali
09-2017
suhu tubuh klien 16.00
Satra
2. Berikan kembali kompres air hangat
16.20
Feby
3. Lakukan kembali kolaborasi dengan dokter dalam
Feby
pemberian terapi obat antipiretik sesuai program
Selasa,
Nyeri b/d proses
19-09-
inflamasi
2017
15.45
1. Kaji tingkat nyeri dan skala nyeri
16.00
Feby
2. Ajarkan teknik distraksi relaksasi
16.20
(nafas dalam)
Satra
3. Posisikan pasien senyaman 16.25
mungkin
Feby
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam 16.50
pemberian obat analgesik
16
Feby
Rabu, 20-
15.45
1. Kaji kembali tingkat
09-2017
nyeri dan skala nyeri 16.00
Feby
2. Ajarkan kembali teknik distraksi relaksasi (nafas
Satra
dalam) 16.20
3. Posisikan kembali pasien senyaman mungkin
16.25
Feby
4. Kolaborasi kembali dengan tim medis dalam pemberian
Feby
obat analgesik Selasa,
Volume cairan
19-09-
kurang dari
catatan intake dan
2017
kebutuhan b/d
output yang
kehilangan cairan
akurat
aktif
16.00
1. Pertahankan
16.20
Satra
2. Monitor status hidrasi jika diperlukan
16.30
Feby
3. Pantau tanda-tanda vital
16.35
Feby
4. Pantau status nutrisi
16.50
Feby
5. Berikan cairan IV melalui infus pada suhu ruangan
17.30
Feby
6. Dorong masukan oral (makan dan minum)
17
Satra
17.45
7. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
18.00
Satra
8. Kolaborasi dokter jika tanda cairan berlebih muncul
Satra
memburuk Rabu, 20-
16.00
1. Pertahankan
09-2017
kembali catatan intake dan output yang akurat 16.20
Satra
2. Monitor kembali status hidrasi jika diperlukan
16.30
Feby
3. Pantau kembali tanda-tanda vital
16.35
Feby
4. Pantau kembali status nutrisi
16.50
Feby
5. Berikan cairan IV kembali pada suhu ruangan
17.30
6. Dorong kembali masukan oral (makan dan minum)
17.45
7. Dorong kembali keluarga untuk membantu pasien makan
18.00
8. Kolaborasi kembali dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul 18
Feby
memburuk
Bandar Lampung, 20/9//2017 18.10 WIB
Feby Dwi Jayanti
19
FORMAT CATATAN EVALUASI KEPERAWATAN
Nama klien
: Ny. G
No. Register
: 142506
Diagnosis Medis
: Demam Thypoid
Hari/Tgl
Diagnosis Kep.
Jam
Kamis,
Hiperthermi
21-09-
b/d proses
badannya tidak terasa
2017
infeksi
panas dingin
salmonella
O : Suhu 37,2oC
thypi
Indikator thermoregulasi
15.00
Evaluasi
Paraf
S : Klien mengatakan
a. Suhu 36-37 oC b. Nadi dan RR dalam rentang normal c. Tidak ada
Feby
perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman A : masalah klien teratasi P : Intervensi dihentikan -
Pasien ACC pulang
Kamis,
Nyeri b/d
S : Klien mengatakan
21-09-
proses
sudah tidak merasakan
2017
inflamasi
nyeri perut O : Pasien nampak rileks A : Masalah teratasi P : Intervensi dihentikan -
20
Pasien ACC pulang
Feby
Kamis,
Volume cairan
15.00
S : Klien mengatakan
21-09-
kurang dari
bibirnya tidak kering
2017
kebutuhan b/d
O : Mukosa bibir lembab,
kehilangan
klien tidak terlalu lemas
cairan aktif
A : Masalah klien teratasi P : Intervensi dihentikan -
Feby
Pasien ACC pulang
Bandar Lampung, 21/9//2017 15.10 WIB
Feby Dwi Jayanti
21
BAB III ANALISA KASUS PENDOKUMENTASIAN, PEMBAHASAN DALAM MANAJEMEN RESIKO DAN PENANGGULANGAN RESIKO DALAM PENDOKUMENTASIAN
3.1 Analisa Kasus Pendokumentasian 1. Dalam implikasi hukum terdapat aturan bagi perawat untuk membuat catatan singkat tentang komunikasi perawat dengan dokter dan intervensi perawatan yang telah dilakukan. Namun dalam kasus ini tidak terdapat bukti berupa catatan singkat tentang komunikasi perawat dengan dokter. 2. Pada standar praktik disebutkan bahwa salah satu aturan dalam melakukan pencatatan adalah mencantumkan tanda tangan dan nama jelas. Namun pada kasus ini ada beberapa tindakan yang tidak dilengkapi dengan paraf/tanda tangan dan nama perawat. Rabu,
16.00
20-092017
1. Pertahankan kembali catatan intake dan output yang akurat
16.20
2. Monitor kembali status hidrasi jika diperlukan
16.30
Satra
Feby
3. Pantau kembali tanda-tanda vital Feby
16.35
4. Pantau kembali status nutrisi Feby
16.50
5. Berikan cairan IV kembali pada suhu ruangan
17.30
6. Dorong kembali masukan oral (makan dan minum)
17.45
7. Dorong kembali keluarga untuk membantu pasien makan
18.00
8. Kolaborasi kembali dengan dokter jika tanda cairan berlebih muncul memburuk
22
Feby
3. Selain tanda tangan dan nama jelas perawat juga tidak menuliskan waktu pada saat selesai pengkajian. Bandar Lampung, 19 September 2017
Feby Dwi Jayanti Seharusnya : Bandar Lampung, 19 September 2017 15.25 WIB
Feby Dwi Jayanti
4. Kriteria dari implementasi yaitu intervensi bersifat konsisten sesuai dengan recana yang telah dibuat, intervensi diterapkan dengan cara yang aman dan tepat. Namun dalam kasus terdapat ketidaksesuaian antara rencana tindakan dengan implementasi yang dilakukan. Diagnosa I : Hiperthermi b/d proses infeksi salmonella thypi Rencana Tindakan 1
19-
Hiperthermi b/d
Setelah
09-
proses infeksi
dilakukan
suhu tubuh
perubahan
201
salmonella thypi
tindakan
klien
suhu tubuh
7
DS : Klien
keperawatan
mengatakan
selama 2x24
keluarga untuk
kebersihan
badannya
jam
memakaikan
badan
terasa panas
diharapkan
pakaian yang
dingin (demam)
suhu tubuh
dapat
n aliran
DS : Suhu
normal
menyerap
darah
38,5oC, klien
Kriteria hasil :
keringat
dalam
menggigil, akral
Mempertahan
seperti katun
pembuluh
23
1. Observasi
2. Anjurkan
1. Mengetahui
2. Menjaga
3. Melancarka
teraba hangat ,
kan suhu
nadi 110
tubuh dalam
kompres air
x/menit, RR : 20
batasan
hangat
n panas
x/menit, TD :
normal
4. Kolaborasi
dengan
130/90 mmHg
3. Berikan
dengan dokter
darah 4. Menurunka
obat
dalam pemberian terapi obat antipiretik sesuai program
Implementasi Selasa,
Hiperthermi
19-09-
b/d proses
2017
infeksi salmonella
15.45
1. Observasi suhu tubuh klien Feby
16.00
thypi
2. Berikan kompres air hangat
Satra
16.20 3. Lakukan kolaborasi dengan dokter
Feby
dalam pemberian terapi obat antipiretik sesuai program
Diagnosa II : Nyeri b/d proses inflamasi Rencana Tindakan 1 19-
Nyeri b/d proses
Setelah
1. Pasien
a. Mengetahui
09-
inflamasi
dilakukan
mampu
tingkat nyeri
2017
DS : Klien
tindakan
mengontrol
dan skala
24
mengatakan nyeri selama
nyeri a. Kaji tingkat
nyeri
pada perut
2x24 jam
b. Menambah
bagian kanan
diharapkan
nyeri dan
wawasan
atas, skala nyeri
nyeri
skala nyeri
keluarga
4, nyeri timbul
berkurang b. Jelaskan
hingga 5 menit
Kriteria
penyebab
DO : Wajah
hasil :
nyeri
pasien tampak
Skala nyeri c. Ajarkan teknik
menahan nyeri,
menjadi 3,
distraksi
e. Menurunkan
pasien tampak
pasien
relaksasi
rasa nyeri
gelisah, pasien
nampak
(nafas dalam)
dengan obat
tampak lemah
lebih rileks d. Posisikan
c. Mengurangi rasa nyeri d. Mengurangi rasa nyeri
pasien senyaman mungkin e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik
Implementasi Selasa,
Nyeri b/d proses
19-09-
inflamasi
15.45
1. Kaji tingkat nyeri dan skala
2017
Feby
nyeri 16.00
2. Ajarkan teknik distraksi relaksasi (nafas
Satra
dalam) 16.20
3. Posisikan pasien senyaman
25
Feby
mungkin 16.25
4. Kolaborasi dengan tim medis dalam
Feby
pemberian obat analgesik
No 1.
2.
Aspek Legal Dalam
Pada Kasus
Pendokumentasian Penulisan harus menggunakan
Dokumentasi pada kasus ini telah
tinta jelas
menggunakan tinta hitam
Tidak membuat ruang kosong
Pada dokumentasi ini telah
pada dokumentasi pencatatan
digunakan huruf “Z” sebagai pengisi ruang yang kosong
3.
Tidak boleh dihapus dengan
Tidak terlihat ada cairan penghapus
menggunakan cairan
pada dokumentasi keperawatan ini
penghapus/tipe x
karena data yang ada ditulis menggunakan Microsoft Word bukan tulis tangan
4.
5.
6.
Jika terdapat instruksi yang
Tidak terdapat catatan perlu
meragukan, beri catatan bahwa
klarifikasi karena tidak ada data yang
perlu klarifikasi
meragukan
Segera betulkan bila ada
Tidak terdapat kesalahan dalam
kesalahan
dokumentasi
Gunakan kalimat yang jelas dan
Tidak terdapat kalimat umum dalam
hindari penggunaan kalimat yang
pendokumentasian
umum seperti Tekanan Darah Normal, Nadi Normal.
26
3.2 Pembahasan Dalam Manajemen Resiko dan Penanggulangan Resiko Resiko
Penanggulangan Menggunakan handscoon dan masker agar tidak terjadi infeksi silang. Mengkaji pasien apakah
Observai TTV Pemberian kompres hangat -
Alergi atau hipersensitifitas
hipersensitivitas atau tidak
terhadap kompres hangat Memberikan obat
Melakukan pemberian obat dengan
-
Takaran dosis tidak tepat
prinsip 6 benar
-
Kesalahan identitas pasien
-
Rute pemberian obat tidak tepat
-
Waktu pemberian obat tidak tepat
-
Salah pemberian jenis obat
-
Salah pendokumentasian pemberian obat
Pemberian cairan IV melalui infus -
Salah pemasukkan cairan
Memeriksa cairan yang akan diberikan terlebih dahulu
Menganjurkan keluarga untuk
Menganjurkan keluarga untuk
mengganti baju klien
memakaikan baju yang mudah
-
Munculnya bau badan akibat
menyerap keringat seperti katun
perkembangbiakan bakteri -
Tidak nyaman dengan keadaan
Kolaborasi dengan dokter Kaji lokasi, skala nyeri (PQRST) dan ajarkan teknik relaksasi
27
Memperhatikan hal hal tertentu seperti : Mencatat nama dokter, saran yang diberikan, ttd dll. Menggunakan Handscoon Dan Masker agar tidak terjadi infeksi silang.
BAB IV KESIMPULAN
Dari uraian kasus di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pendokumentasian suatu kasus harus ditulis secara runtut dan jelas untuk memudahkan
pembacaan
dokumentasi.
Dokumentasi
di
mulai
dari
pengkajian,diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implementasi dan evaluasi. Tahap-tahap ini harus diisi dengan data-data yang sesuai dengan apa yang seorang perawat dapatkan dan tindakan yang lakukan. Selain itu, kita juga harus memerhatikan resiko-resiko yang mungkin terjadi saat kita memberikan penanganan atau asuhan.
28
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, aziz.2002.Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : Buku kedokteran EGC Ali, zaidin.2010.Dasar Dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC www.slideshare.net/mobile/snala26/askep-demam-thypoid/ Diakses tanggal 18 September 2017 www.academia.edu/5761535/Askep_demam_typoid/ Diakses tanggal 18 September 2017
29