[HOTD] susah & sabaR Assalamu'alaikum wr.wb. Hadith of the Day: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Apakah manusia itu menyangka bahwa sekali-kali tiada seorang pun yang berkuasa atasnya?Dia mengatakan: "Aku telah menghabiskan harta yang banyak". Apakah dia menyangka bahwa tiada seorang pun yang melihatnya? Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan. Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan, atau memberi makan pada hari kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. (QS. Al-Balad,90 :4-17) Hadist riwayat Ibnu Abbas ra.: Bahwa Nabi saw. ketika tertimpa Kesusahan, beliau berdoa: "Tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun, tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan Yang Memiliki Arsy nan Agung, tidak ada Tuhan selain Allah Tuhan segenap langit, Tuhan bumi serta Tuhan Arsy nan Mulia" Links:
[mempeRbanyak dzikiR kepada Allah dan mensyukuRi beRbagai ni'mat Allah] http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1087&bagian=0 [sabaR dan keutamaannya] http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihathadits&id=15 [hukum mengadakan walimah yang sedeRhana] http://syariahonline.com/new_index.php/id/5/cn/10088 [beRani hidup dengan cObaan] http://pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/27/99jumat.htm [sabaR dan syukuR] http://catatanhati.blogsome.com/2004/12/18/sabar-dan-syukur/ [sungguh akan Kami beRikan cObaan kepadamu] http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg00834.html [mempeRsiapkan ummat menghadapi Rintangan] http://www.al-ikhwan.net/index.php/akhbar-ikhwan/2006/mempersiapkan-ummatmenghadapi-rintangan/ [keutamaan sabaR menghadapi cObaan] http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=222&bagian=0 [anjuRan untuk menutup kekuRangan kaum muslimin dan laRangan daRi mencaRi-caRi kekuRangan meReka] http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihathadits&id=12 [sabaR dan tawakal kunci kebeRhasilan] http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/10/99jumat.htm [bOlehkah zakat maal untuk menOlOng teman yang kesusahan] http://syariahonline.com/new_index.php/id/8/cn/1280 [memandang Ringan segala cObaan] http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1286&bagian=0
*************************** untuk lihat kiriman lengkap HOTD, kunjungi http://oRiDo.wordpress.com
wassalam -oRiDoPerbanyakamalmenujusurga
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1087&bagian=0 Memperbanyak Dzikir Kepada Allah Dan Mensyukuri Berbagai Ni'mat Allah Senin, 11 Oktober 2004 18:48:39 WIB Kategori : Al-Wasailu Al-Mufidah MEMPERBANYAK DZIKIR KEPADA ALLAH DAN MENSYUKURI BERBAGAI NI’MAT ALLAH Oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy MEMPERBANYAK DZIKIR KEPADA ALLAH Diantara sarana yang paling besar untuk kelapangan hati ialah memperbanyak berdzikir kepada Allah. Berdzikir ini memiliki pengaruh yang mengagumkan bagi kelapangan dan ketentraman hati dan hilangnya kegelisahan dan kegundahan. Allah berfirman. “Artinya : Ingatlah, hanya dengan berdzikir kepada Allah, hati menjadi tenteram’ [ArRa’d : 28] Maka, berdizikir kepada Allah memiliki pengaruh yang agung untuk mewujudkan maksud ini, oleh sebab keistimewaan dzikir itu sendiri dan oleh sebab dianugrahkannya balasan dan pahala bagi seorang hamba lantaran dzikirnya itu. MENSYUKURI BERBAGAI NI’MAT ALLAH Begitu juga, menyebut-nyebut aneka ni’mat Allah yang zhahir maupun yang bathin adalah diantara sarana menuju kelapangan dan ketentraman hati. Karena, mengetahui dan menyebutnyebut ni’mat itu menjadi salah satu sebab yang dengan itu Allah menangkis kegelisahan dan kegundahan. Seorang hamba dianjurkan untuk bersyukur. Syukur itu adalah tingkatan yang paling tingggi dan paling luhur. Sampai-sampai sekalipun hamba itu dalam keadaan mengalami derita kefakiran atau sakit ataupun cobaan lainnya, karena, jika ni’mat-ni’mat Allah yang telah dikaruniakan kepadanya –yang hal itu tidak dapat dihitung- ia bandingkan dengan cobaan yang menimpanya, maka cobaan itu bukanlah apa-apa dibanding ni’mat-ni’mat lain. Bahkan jika Allah menguji seorang hamba dengan satu cobaan atau musibah, lalu ia menunaikan kewajiban bersabar, ridha dan pasrah dalam mengarungi cobaan itu, niscaya entenglah tekanan cobaan itu dan ringanlah bebannya. Disamping itu, perenungan seorang hamba pada balasan dan pahala Ilahi dibalik cobaan itu dan keberhambaannya kepada Allah dengan melaksanakan kewajiban bersabar dan ridha, semua itu akan dapat mengubah hal yang pahit menjadi manis. Dengan itu, manisnya pahala di balik cobaan itu justeru akan membuatnya melupakan pahitnya bersabar karenanya. [Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga
Kiat Hidup Bahagia hal 22-26, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihathadits&id=15
Artikel Hadits : Sabar Dan Keutamaannya Jumat, 19 Maret 04 Allah berfirman : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala tanpa batas. (QS. 39:10) Dan firman-Nya : Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadam, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (QS. 2:155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan:"Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji'uun". (QS. 2:156) Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. 2:157) •
Dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma bahwa seorang wanita datang menghadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata : Ya Rasulullah ! sungguh saya ini sering terkena ayan dan ( ketika terkena ayan ) aurat saya terbuka, maka berdo'alah untuk saya. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkata : jika kamu berkehendak ( agar untuk bersabar ), maka kamu bersabar dan kamu akan mendapatkan surga, dan jika kamu berkehendak ( agar saya berdo'a ) maka saya akan berdo'a kepada Allah agar Dia menyembuhkanmu. Maka wanita itu menjawab : saya akan bersabar, lalu berkata lagi : tetapi aurat saya sering terbuka ( ketika penyakit ini datang ) oleh karena itu do'akanlah agar aurat saya tidak terbuka, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berdo'a untuknya.HR. Bukhari dan Muslim.
•
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : sungguh menakjubkan segala perkara orang yang beriman, dan semua itu baik baginya dan hal itu tidak dimiliki oleh selain orang yang beriman : yaitu jika ia mendapatkan kebaikan atau kesenangan maka dia akan bersyukur dan yang sedemikian itu baik baginya, dan jika ia terkena hal yang tidak menyenangkan ( mara bahaya ) maka dia bersabar dan hal yang sedemikian itu baik baginya. HR. Muslim.
•
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : tidaklah ada sesuatu yang menimpa seorang muslim ( baik sesuatu itu berupa ) kelelahan, penyakit, kegundahan, kesedihan, atau sesuatu yang menyakitkannya sampai duri yang menimpanya kecuali Allah menggugurkan sebagian dosa-dosanya karena mushibah tersebut. HR. Bukhari dan Muslim
•
Dalam hadits lain Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : tidaklah seorang muslim tertimpa sesuatu yang menyakitkannya kecuali Allah menggugurkan dosadosanya, sebagaimana gugurnya ( berjatuhannya ) daun-daun pepohonan. HR. Bukhari dan Muslim.
Keterangan.
Sungguh kesenagan dan kesusahan yang kita alami adalah cobaan dari Allah bahkan kehidupan dunia ini semuanya adalah cobaan. Agar mendapatkan kebahagian dunia dan akhirat, maka setiap muslim harus memahami hakekat kehidupan dunia ini dan mengambil bekal utama dalam menjalaninya, di antara bekal tersebut adalah sikap sabar. Sabar mempunyai kedudukan yang agung dalam agama Islam, bahkan semua urusan agama berdiri di atas sabar tersebut yaitu : • • •
Sabar dalam menjalankan perintah Allah Ta'ala Sabar dalam menjauhi larangan-Nya Sabar dalam menghadapi mushibah yang dihadapi.
Dan orang yang bersabar dialah yang beruntung, karena dia telah melaksanakan ketaatan kepada Allah dan mengharapkan balasan darinya, dan karena gelisah dan bertindak tidak ridha atas apa yang telah menimpa adalah tindakan yang tidak akan merugikan kecuali yang bersangkutan karena orang yang tidak ridha dengan taqdir Allah berarti dia telah terkena mushibah dua kali, mushibah atas mushibah yang telah menimpanya dan mushibah atas hilangnya pahala yang besar yang telah dijanjikan oleh Allah bagi mereka yang bersabar dalam menghadapi taqdir-Nya. Adapun di antara janji Allah bagi orang mu'min yang bersabar adalah : • • •
Allah akan memberikan ganjaran kepadanya tanpa terhitung. Dengan mushibah tersebut ( jika bersabar dan mengharapkan balasan dari Allah ) Allah akan menghapuskan dosa-dosanya. Allah akan mengangkat derajat orang yang sabar dalam menghadapi cobaan dari Allah.
Kandungan ayat dan hadits. • • •
Keutamaan bersabar. Keutamaan orang yang beriman. Keluasan rahmat Allah bagi orang-orang yang beriman dengan dihapuskan dosa-dosanya dengan segala macam mushibah yang menimpanya
http://syariahonline.com/new_index.php/id/5/cn/10088 Konsultasi : Nikah Hukum Mengadakan Walimah Yang Sederhana Pertanyaan: Assalamu'alaikum wr.wb. Pak Ustadz yang baik, Saya mempunyai anak perempuan yang rencananya akan dinikahkan akhir tahun ini. Meskipun keluarga kami cukup mampu untuk mengadakan resepsi di gedung dengan mengundang berbagai fihak (termasuk relasi), saya mempunyai prinsip ambil menurut syariat Islam saja (akad nikah & walimahan sederhana di rumah), melakukan penghematan dalam masa krisis ini (tidak berlaku boros & riya ingin dilihat orang sebagai orang mampu) dan tidak menyulitkan pihak yang diundang (mempersiapkan diri ke resepsi, mobil, angpow dll). Kenapa sich kita tidak mencoba mendobrak tradisi ini? Mendingan biaya untuk sewa gedung, catering dll. yang puluhan juta itu diberikan kepada anak untuk bekal hidupnya. Ini pikiran pragmatis saya. Tapi isteri dan anak saya tidak setuju, malu katanya kalau tidak di gedung dll. Bagaimana nasihat
Ustadz menghadapi dilema ini, adakah dalil-dalil agama yang dapat saya gunakan untuk menyadarkan mereka? Terima kasih atas pencerahan dan keterangan agama dari Ustadz. Wassalamu'alaikum wr.wb. Barnas Somadinata Jawaban: Assalamu `alaikum Warahmatullahi Wabaraktuh Alhamdulillah, Washshalatu wassalamu `ala Rasulillah, wa ba�d.
Wacana Anda itu sangat benar dan baik sekali. Dan kami kira banyak orang yang sejalan dengan hal itu. Meski memang masih sedikit orang yang secara sadar mau melakukannya. Barangkali karena terbawa oleh perasaan gengsi. Benar bahwa Rasulullah SAW memerintahkan kepada Abdurrahman bin Auf ra untuk menyembelih seekor kambing. Namun tipe shahabat yang satu ini memang bukan tipe sembarangan. Beliau termasuk dalam deretan orang banyak duit alias orang kaya di Madinah. Sehingga menyembelih seekor kambing buatnya untuk sekedar mengundang makan-makan dalam sebuah walimah tentu sangat tidak ada beratnya. Sebab inti dari sebuah walimah itu adalah pengumuman atas sebuah pernikahan. Berikutnya adalah doa yang dipanjatkan kepada pasangan yang berbahagia. Selain tentu ada makanan yang dihidangkan sesuai dengan makna walimah secara bahasa. Sehingga melakukan resepsi pernikahan mungkin saja dengan makanan yang sederhana. Bahkan dahulu Rasulullah SAW pernah melakukan walimah hanya dengan dua mud gandum. Dua mud gandung berarti gandum sebanyak yang bisa dipegang dengan kedua tapak tangan. Riwayat bahwa Rasulullah SAW melakukan hal itu terdapat dalam hadits Bukhari. Intinya, tidak ada keharusan untuk melakukan acara walimah yang terlalu membuang-buang harta. Padahal makanan yang dihidangkan itu barangkali jauh lebih dibutuhkan oleh para fuqara dan orang-orang miskin. Sehingga jangan sampai makanan yang kita hidangkan dengan harga selangit itu justru dicap sebagai makanan yang paling buruk di sisi Allah SWT. Sebagaimana terdapat dalam hadits berikut ini. Dari Abi Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,�Makanan yang paling jahat adalah makanan walimah. Orang yang butuh makanan itu (si miskin) tidak diundang dan yang diundang malah orang yang tidak butuh (orang kaya). (HR. Muslim) Inilah walimah yang paling jahat dan alangkah sedihnya bila orang-orang miskin malah tidak dapat tempat, karena si empunya hajat hanya mengundang mereka yang perutnya sudah buncit saja. Maka marilah kita biasakan membuat acara walimah meski pun hanya sederhana saja. Tidak perlu mengejar gengsi dan sebutan orang, juga jangan merasa menjadi dianggap pelit oleh orang lain. Kita keluarkan harta untuk walimah semampunya dan sesanggupnya. Kalau tidak ada, tidak perlu diada-adakan. Sebab yang penting acara walimahnya bisa berjalan, karena memang anjuran dari Rasulullah SAW. Dan tentu akan menjadi sangat baik bila kita limpahkan makanan itu kepada mereka yang miskin, fakir, yatim, kesusahan dan kelaparan. Sebab harta yang kita keluarkan akan lebih berguna dan pahala dari Allah SWT tentu akan semakin besar. Bukankah kita lebih mengharap
pujian dari Allah SWT ketimbang pujian dari tamu undangan ? Disisi lain, orang yang membuang-buang harta atau berboros-boros tentu akan menjadi teman syetan. Sebagaimana firman Allah SWT : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS. Al-Isra� : 27) Hadaanallahu Wa Iyyakum Ajma`in, Wallahu A`lam Bish-shawab, Wassalamu `Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
http://pikiran-rakyat.com/cetak/2006/012006/27/99jumat.htm renungan jumat Berani Hidup dengan Cobaan Oleh H. HENDI SULAEMAN, S.H. KITA sepenuhnya menyaksikan bahwa bencana atau musibah silih berganti menimpa bangsa dan negara kita, seperti gelombang tsunami, gempa bumi, pesawat jatuh, tanah longsor, banjir bandang, dan sebagainya. Bahkan di antara kita ada yang was was, kira-kira bencana apa lagi yang akan menimpa kita ke depan. Ini semua menjadi bukti bahwa Allah SWT memberi peringatan kepada kita semua agar kita tetap sadar, tetap ingat kepada-Nya. Lebih dari itu untuk orang yang beriman merupakan ujian dari Allah SWT, apakah kuat atau tidak iman mereka dengan adanya cobaan-cobaan ini, apakah akan lebih mempertebal imannya atau memperlemah imannya. "Dan sesungguhnya kami berikan cobaan kepdamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikan kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan "Innalillahi wa inaa ilaihi raaji'un" (Q.S. Al Baqarah: 155-156). Oleh betapa besarnya cobaan ini, makanya Allah memberi suatu penilaian yang tinggi untuk manusia yang tetap sabar, tetap tahan uji, istikomah, imannya tidak mudah tergoyahkan. Bahkan Allah memberikan rasa kegembiraan bagi orang yang sabar, yaitu orang yang sadar dan merasa bahwa segala perkara adalah milik Allah, yang berupa keselamatan serta keberkahan dari Allah SWT, seperti firman-Nya: "Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah yang mendapat petunjuk" (Q.S. Al baqarah: 157) Yang perlu mendapat perhatian dari kita semua dan adanya musibah itu yaitu apa yang menyebabkan Allah memberikan cobaan tersebut. Di antara beberapa sebab yang utama yang menjadi penyebabnya adalah "hasil perbuatan manusia itu sendiri". Sudah cukup banyak pelajaran yang kita terima, baik melalui penjelasan dalam Al Q uran atau hadist Rasulullah saw. yang menceritakan tentang bencana dan kehancuran umat-umat terdahulu, ternyata semuanya berawal dari pelanggaran terhadap aturan-aturan Allah dan pengingkaran terhadap rasul-rasul atau pemuka agama di antara mereka.
Pada saat malapetaka besar menimpa kaum Bani Israil hanyalah ulah segelintir orag, ternyata ulah Zumri bin Syalum. Tatkala ditegur oleh Nabi Musa AS, ternyata Zumri malah berkata: "Demi Allah, dalam masalah ini aku tidak akan taat kepadamu". Hal ini persis seperti yang terjadi sekarang ini. Begitu banyak seruan-seruan para ulama, ustaz, kiai dan tokoh-tokoh agama mengenai perlunya menghindari berbagai kemaksiatan dan perlunya memperbaiki moral. Tetapi kenyataannya mereka malah lebih memperturutkan hawa nafsu. Korupsi, pornografi, pornoaksi, narkoba, perjudian, pelacuran, pencurian dan kejahatankejahatan lainnya. H. M. Yahya Ajlami mengatakan bahwa demikian permisifnya masyarakat kita terhadap kemaksiatan, sehingga beliau berani berkata, semua bencana yang terjadi di negeri ini bukanlah sebagai cobaan melainkan sebagai azab atau siksaan Allah SWT. Kita sadar bahwa di masjid-masjid masih terdengar azan, pesantren-pesantren masih diminati para santri, majelis taklim masih digandrungi masyarakat, jemaah haji terus meningkat dan acara-acara hari besar Islam masih tetap diperingati. Tetapi dilain tempat, kemaksiatankemaksiatan pun tidak kalah marak. Pantaslah kalau akhirnya bencana-bencana tidak kunjung berakhir. Seseorang tak mungkin dengan mudah akan masuk ke dalam surga tanpa adanya derita dan cobaan. Memang merupkan suatu konsekuensi yang harus diterima oleh setiap insan tanpa pandang bulu ialah hidup ini pasti penuh dengan penderitaan dan cobaan dalam berbagai bentuk. Tak seorangpun lepas daripadanya, mau hidup berarti mau pula menerima cobaan.*** Penulis, Ketua DKM Muslimin Jln. Talagabodas, Bandung.
http://catatanhati.blogsome.com/2004/12/18/sabar-dan-syukur/
Sabar dan Syukur Sumber: Tazkiyatun Nafs Allah memposisikan orang2 yang sabar dalam posisi yang mulia, banyak dinyatakan didalam ayat-ayat Al qurán bahwa Allah bersama dengan orang2 yang sabar, Allah mencintai orang-orang yang sabar. Ada 3 macam sabar, yaitu: - Sabar dalam ketaatan - Sabar dalam kemaksiatan Kedua sabar diatas terkait dengan ikhtiar, kemudian - Sabar dalam menerima cobaan Sering presepsi manusia berada pd point ini Dan 3 macam tingkatan sabar: 1. Sabar u/ meninggalkan Hawa Nafsu setingkat dgn orang yang bertaubat 2. Sabar atas apa yang menimpa setingkat dgn orang yang Zuhud 3. Mencintai apa yang diperbuat Tuhan thd diri kita setingkat dgn orang yang Siddiq Bahkan ketika usaha kita u/ bersabar tidak dirasakan berat maka sdh termasuk SABAR
Penjabaran dari 3 macam sabar: 1. Sabar dalam Ketaatan Pada dasarnya manusia memiliki 2 macam keadaan, yaitu: - Sesuai dgn Hawa Nafsu Keadaan ini paling sulit u/ dikendalikan, shg kerap kali manusia menjadi melampui batas. Sabar dalam kesenangan lebih sulit dibandingkan ketka kita dalam keadaan sulit/ tertimpa musibah. Orang miskin lebih mudah bersabar dibandingkan orang kaya. Oleh karena itu harus bisa mengontrol diri - Tdk sesuai dgn Hawa Nafsu Terkait dgn ikhtiar. Ketaatan merupakan lawan dr Hawa Nafsu, karena sebenarnya tabiat jiwa manusia tidak suka pada ubudiyah tapi lebih menyukai rubbubiyah. 2. Sabar dalam kemaksiatan Hal ini juga terkait dgn ikhtiar manusia, seperti yang terdapat didalam Q.S. 16:90 ,,Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran’’. Namun kemaksiatan itu sendiri pada dasarnya sesuai dgn dorongan Hawa Nafsu. 3. Sabar dalam menerima cobaan Point ini terlepas dari ikhtiar manusia. Dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, ´´Sabar pada benturan pertama memiliki 900 tingkatan…“. Sabar merupakan barang dagangan para Nabi. Dalam sebuah kisah Rasulullah menyuruh seorang ibu u/ bersabar atas kematian anaknya dimana ia meraung dan menangis menjerit. Namun ia malah berkata, “Engkau tidak mengerti kepedihanku“. Kemudian Rasulullah pergi. Dan salah seorang sahabat menegur ibu tsbt, ‘’Tahukah kau siapa yang barusan memberikanmu nasihat? Ia adalah Rasulullah’’. Kemudian ibu tsbt pergi mengejar Rasulullah dan mengatakan,’’Ya Rasulullah aku sabar, aku ridho’’. Tapi Rasulullah mengatakan,’’Sabar itu adalah pada benturan yang pertama’’. ‘’Tidaklah seorang hamba yang ditimpa musibah melainkan ia mengucapkan Innalillahi wa inna illaihi roojiún’’ (H.R. Muslim) Derajat Sabar ialah dgn tidak ada kebencian (tidak mempertanyakan) terhadap musibah yang menimpa. Sehingga yang harus ditampakkan adalah RIDHO, bahwa semua yang terjadi adalah atas kehendak-Nya. Sabar yang baik adalah bila orang yang tertimpa musibah tersebut tidak diketahui oleh orang lain (ia tidak mengumbar perihal musibahnya tsbt ke orang lain). Dan tidak dikeluarkan dari kata sabar apabila dgn linangan air mata. Allahlah yang menurunkan penyakit dan memberikannya obat. Setiap penyakit diperlukan ilmu dan amal. Agama dan ilmu merupakan jalan keluar dari setiap permasalahan yang ada. Cara memperkuat/menumbuhkan sabar: - Bermujahadah (bersungguh-sungguh); dengan pengetahuan yang kuat akan memperkuat agama dan iman - Melatih dorongan Agama u/ melawan dorongan Hawa Nafsu; diperlukan PEMBIASAAN, seperti pembiasaan pada anak kecil juga dgn kekuatan agama
SYUKUR Dalam sebuah hadist dikatakan: `Sungguh aneh perkara orang mu´min, ketika diberi cobaan ia bersabar dan ketika diberi nikmat ia bersyukur` Syukur berarti tidak hanya dalam hati mengakui tapi juga dalam ibadah dan amal perkataan. Agar dapat bersyukur diperlukan: 1. Ilmu 2. Kondisi spiritual 3. Amal perbuatan Pemberi segala nikmat adalah ALLAH, namun seringkali kita menganggap bahwa semua itu karena diri sendiri dan mengenyampingkan Allah. Bersyukur bukan tentang nikmat yang diberikan, tapi bersyukur kepada pemberi nikmat itu sendiri. Kita memberikan kegembiraan kita kepada pemberi nikmat akan nikmat tsbt. Namun seringkali syukur kita masih ditempatkan kepada nikmat & pemberian nikmat tsbt, bukan kepada ALLAH.
http://www.mail-archive.com/
[email protected]/msg00834.html
[daarut-tauhiid] Fw: Sungguh akan Kami Berikan Cobaan Kepadamu Ahmad Bustam Thu, 01 Jun 2006 02:10:32 -0700 -------Original Message------From: Johan Arifin Bismillahirrohmanirrohiim, Sungguh akan Kami Berikan Cobaan Kepadamu Pernahkah kita merasa diuji oleh Allah? Kita cenderung mengatakan kalau kita ditimpa kesusahan maka kita sedang mendapat cobaan dan ujian dari Allah. Jarang sekali kalau kita dapat rezeki dan kebahagiaan kita teringat bahwa itupun merupakan ujian dan cobaan dari Allah. Ada diantara kita yang tak sanggup menghadapi ujian itu dan boleh jadi ada pula diantara kita yang tegar menghadapinya. Al-Qur'an mengajarkan kita untuk berdo'a: "Ya Tuhan kami, jangnlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya..."(QS 2: 286) Do'a tersebut lahir dari sebuah kepercayaan bahwa setiap derap kehidupan kita merupakan cobaan dari Allah. Kita tak mampu menghindar dari ujian dan cobaan tersebut, yang bisa kita pinta adalah agar cobaan tersebut sanggup kita jalani. Cobaan yang datang ke dalam hidup kita bisa berupa rasa takut, rasa lapar, kurang harta dan lainnya.
Bukankah karena alasan takut lapar saudara kita bersedia mulai dari membunuh hanya karena persoalan uang seratus rupiah sampai dengan berani memalsu kuitansi atau menerima komisi tak sah jutaan rupiah. Bukankah karena rasa takut akan kehilangan jabatan membuat sebagian saudara kita pergi ke "orang pintar" agar bertahan pada posisinya atau supaya malah meningkat ke "kursi" yg lebih empuk. Bukankah karena takut kehabisan harta kita jadi enggan mengeluarkan zakat dan sadaqoh. Al-Qur'an melukiskan secara luar biasa cobaan-cobaan tersebut. Allah berfirman: "Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2: 155) Amat menarik bahwa Allah menyebut orang sabarlah yang akan mendapat berita gembira. Jadi bukan orang yang menang atau orang yang gagah....tapi orang yang sabar! Biasanya kita akan cepat-cepat berdalih, "yah..sabar kan ada batasnya..." Atau lidah kita berseru, "sabar sih sabar...saya sih kuat tidak makan enak, tapi anak dan isteri saya?" Memang, manusia selalu dipenuhi dengan pembenaran-pembenaran yang ia ciptakan sendiri. Kemudian Allah menjelaskan siapa yang dimaksud oleh Allah dengan orang sabar pada ayat di atas: "(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". (Qs 2: 156) Ternyata, begitu mudahnya Allah melukiskan orang sabar itu. Bukankah kita sering mengucapkan kalimat "Inna lillahi...." Orang sabar-kah kita? Nanti dulu! Andaikata kita mau merenung makna kalimat Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un maka kita akan tahu bahwa sulit sekali menjadi orang yang sabar. Arti kalimat itu adalah : "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali." Kalimat ini ternyata bukan sekedar kalimat biasa. Kalimat ini mengandung pesan dan kesadaran tauhid yang tinggi. Setiap musibah, cobaan dan ujian itu tidaklah berarti apa-apa karena kita semua adalah milik Allah; kita berasal dari-Nya, dan baik suka-maupun duka, diuji atau tidak, kita pasti akan kembali kepada-Nya. Ujian apapun itu datangnya dari Allah, dan hasil ujian itu akan kembali kepada Allah. Inilah orang yang sabar menurut Al-Qur'an! Ikhlaskah kita bila mobil yang kita beli dengan susah payah hasil keringat sendiri tiba-tiba hilang. Relakah kita bila proyek yang sudah didepan mata, tiba-tiba tidak jadi diberikan kepada kita, dna diberikan kepada saingan kita. Berubah menjadi dengki-kah kita bila melihat tetangga kita sudah membeli teve baru, mobil baru atau malah pacar baru. Bisakah kita mengucap pelan-pelan dengan penuh kesadaran, bahwa semuanya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Kita ini tercipta dari tanah dan akan kembali menjadi tanah.... Bila kita mampu mengingat dan menghayati makna kalimat tersebut, ditengah ujian dan cobaan yang menerpa kehidupan kita, maka Allah menjanjikan dalam Al-Qur'an: "Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." Dalam sebuah hadis qudsi Allah berkata: "Siapa yang tak rela menerima ketentuan-Ku, silahkan keluar dari bumi-Ku!"
Subhanallah..... "inna lillahi wa inna ilaihi raji'un"
http://www.al-ikhwan.net/index.php/akhbar-ikhwan/2006/mempersiapkan-ummatmenghadapi-rintangan/ Mempersiapkan Ummat Menghadapi Rintangan Al-Ikhwan.net | 10 December 2006 | 18 Dzulqaidah 1427 H | Hits: 303 DR. Muhammad Mahdi Akif Segala puji hanya milik Allah Tuhan semesta alam, shalawat dan salam selalu tercurah atas pemimpin kita, nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan sahabat. selanjutnya… Akhir-akhir ini begitu banyak rintangan yang dihadapi oleh umat Islam, bahaya yang terus mengancam di sekitarnya, kepedihan dan kesedihan datang silih berganti, krisis dan bencana terus terjadi seakan enggan untuk berhenti… Penjajah yahudi zionis hari demi hari terus menambah kekejamannya, mengepung saudara kita di bumi Palestina yang didukung langsung oleh rekan dekatnya Amerika, menghancurkan tanaman dan keluarga, melakukan kerusakan di muka bumi, menghancurkan rumah dan sarana umum, membuat terowongan bawah tanah, menangkap, memenjarakan, bahkan membunuh dan membunuh warga Palestina yang tidak berdosa, sementara itu di Bait Hanoun para wanita dengan gagah berani menjadi tameng hidup menghadapi permusuhan mereka hingga ajal menjemput mereka Di Irak masih terus berkecamuk perang antara dua golongan (sunni dan Syiah), dimana para penjajah membuat warganya menjadi berkelompok-kelompok, saling menyerang antar kelompok, membantai anak-anak dan para ulama, merampas harta, dan melakukan polarisasi para penerusnya, yang kebanyakan dari keturunan Arab, menggunakan nama seperti namanama kita, berbicara dengan bahasa kita, namun mereka tetaplah kelompok jahat yang selalu memusuhi kita!! Memecah belah umat!! Memporak-porandakkan negara hingga mencapai titik kehancuran yang menyedihkan. Di negara Sudan masih saja terjadi persekongkolan untuk memecah belah negara Sudan; dengan tujuan agar daerah selatan Sudan yang merupakan seperempat daerah subur negara Sudan berpisah darinya. Setelah itu di bagian barat Sudan (Darfour) adanya intervensi negara luar (barat) sehingga terus berkobar perang disana, boleh jadi setelah itu bagian timur Sudan yang saat ini sedang mengalami kemajuan.. Di Afganistan Amerika berusaha menguasai dan mengokohkan pendudukannya disana; guna menguasai tempat tersebut secara ekonomi dan politik, mengeliminir keberadaan daerah yang berbatasan dengan iran, memutus eksistensi Rusia dan Cina, menguasai sumber minyak di lautan Qazwin dan Asia Tengah, dan bertujuan mengamankan perekonomian dan kemaslahatan perusahaan minyak Amerika. Adapun secara internal mayoritas bangsa Arab dan negara Islam berada dalam kekuasaan diktator, yang eksis didukung oleh musuh-musuh kita, pekerjaannya hanya memiskinkan umatnya, membodohi warganya dan melemahkan keberadaan mereka… politik, militer, ekonomi, ilmu dan seni.
Para pejabat dan pemimpin di negara-negara arab atau negara mayoritas penduduknya muslim selalu mempertahankan jabatan mereka (kursi singganasananya) hingga bertahun-tahun lamanya, hidup dengan penuh kemewahan dan kenikmatan, merampas kekayaan negara… didukung oleh kekuatan penjajah barat - dipimpin oleh Amerika Serikat - menjajah umat Islam, merampas kekayaan negara, menghantam siapa saja yang menghalanginya; demi mendapatkan jati diri dihadapan persekutuan yang baru, satu misi dan visi. Persekutuan ini telah mengakar dalam tubuh mereka, kediktatoran internal dengan kejahatan external sehingga umat menjadi terbelakang dalam bidang keilmuan, tidak memiliki kemampuan yang maksimal, mengharap akan makanan dan pakaian, hidup dengan kemiskinan ditengah kemajuan negara lain, sehingga keadaan ini menjadi jurang pemisah antara kami dengan bangsa lain. Demikianlah nasib kita sebagai warga Arab dalam bidang keilmuan yang tidak bisa meningkatkan kemampuan pendapatan lebih dari 3 dollar dibanding dengan pendapatan warga dinegara barat hingga mencapai 409 dollar perhari seperti negara Jerman, 601 Dollar di Jepang dan 681 Dollar di Amerika. Persekutuan ini terus bertambah kekejamannya dengan ditangkapnya dan dipenjarakannya orang-orang yang berusaha melakukan perubahan secara bebas (terbuka), para pemegang prinsip Islam dan akhlak yang mulia dalam menghadapi kediktatoran yang telah menghancurkan nilai-nilai dan prilaku dari kehidupan mereka. Persekutuan tersebut terus bercokol hingga terjadi benturan dengan tsawabit (keutuhan) islam dan nilai-nilainya, hingga muncul sekelompok orang yang memerangi hijab (jilbab) dengan menggunakan kekuasaan, menghalangi dakwah kepada Allah SWT dengan meggunakan undangundang memangkas segala aktivitas kebajikan dengan menggunakan jabatan dan membiarkan kebebasan melalui kekuatan nafsu syahwani. Persekutuan telah merambah pada penghapusan sejarah umat Islam, menghilangkan loyalitas para pemuda terhadap Islam, kecendrungan dan keterikatan mereka pada agama, umat dan negara. Persekutuan ini telah melahirkan generasi yang kehilangan kepercayaan terhadap masa depannya, memandang masa depan dengan hampa, penuh ketakutan, kekhawatiran dan keraguan. Menghadapi rintangan Rintangan yang selalu kita pelajari setiap pagi dan sore ini, yang selalu mengancam eksistensi kita sebagai bangsa dan umat dan mengancam keyakinan (aqidah) dan syariat kita, sangatlah membutuhkan dari sekelompok umat yang mau mengerahkan segala potensinya, pengorbanannya, dan selalu berusaha untuk berada dijalan yang lurus dalam menghadapi ancaman ini. Kami sangat membutuhkan adanya barisan yang lurus dan para mukhlisin dari generasi umat guna mengdapi dan menghadang kedzaliman para penguasa dan penjajah eksternal (barat) dan para diktator internal (penguasa arab) dan menghancurkan persekutuan mereka. Karena mereka telah megnhinakan kebangsaan kita, menghancurkan (persatuan) negeri kita. Bahwa tabiat agama kita adalah kemuliaan, mengajak untuk selalu memiliki himmah aliya (semangat yang tinggi), azam yang kuat, tsiqoh, serta selalu bergerak guna menyelamatkan umat, menghadapi rintangan dan ancaman tanpa ada rasa putus asa dan takut, dan tanpa ada keraguan dalam mengemban amanat, karena syariat dan agama Islam mengharamkan sikap putus asa dan pesimisme, melarang untuk merasa hina dan lari dari beban dan amanah. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kamu merasa hina dan bersedih hati karena kamu adalah yang paling tinggi (mulia) jika kamu beriman” (QS Ali Imron: 139), dan firman Allah: “Sehingga jika
para Rasul sudah merasa putus asa dan merasa mereka telah didustakan maka datanglah kepada mereka pertolongan Kami” (QS. An-Nisa : 110). Kami menyadari.. bahwa kami adalah manusia biasa, kami bersedih sebagaimana yang dialami umat kami, kami berduka terhadap apa yang dialami oleh saudara kami, namun kesedihan dan duka bukanlah jalan terbaik kecuali mendorong kita untuk bersimpuh disisi Allah, tsiqoh pada pertolongan-Nya, tawakkkal kepada-Nya, berjuang dengan sungguh-sungguh untuk menyelamatkan perahu (yang hampir karam) dan menghalau rintangan. Allah SWT berfirman: “Dan janganlah kalian berputus asa dari Ruh (pertolongan) Allah, karena tidaklah berputus asa dari Ruh Allah kecuali orang-orang kafir” (QS. Yusuf : 78), dan Allah berfirman: “Dan tidaklah berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang yang sesat” (Al-Hijr : 56), dan Allah berfirman: “Apakah kalian mengira akan masuk surga sementara belum datang kepada kalian (cobaan) seperti orang-orang sebelum kalian, mereka ditimpa kesulitan dan kesusahan dan goncangan sehingga Rasul dan orang-orang beriman yang bersamanya berkata: “Kapan datangnya pertolongan Allah”. Ketahuilah bahwa pertolongan adalah dekat” (QS. Al-Baqoroh : 214). Realitasnya Jika tabiat agama kita mengajak kita untuk selalu bekerja dan berusaha tanpa henti agar mampu menghalau segala ancaman dan rintangan, dan jika kabar gembira datang dari langit karena usaha dan kerja keras serta teguh dalam menghadapi segala ancaman…maka realitasnya adalah menggapai kabar gembira, menghadirkan kemenangan pada setiap bangsa; selalu bersemangat dalam menjalankan (melaksanakan) kewajiban, dan mengemban amanah dan tanggung jawab tanpa ragu-ragu dan merasa hina. Demikianlah yang terjadi pada saat perang di Libanon; memperteguh pada diri setiap orang bahwa setiap bangsa memiliki keinginan untuk merdeka, menghadang setiap ancaman dengan pukulan yang lebih keras terhadap musuh yang mengklaim dirinya tidak bisa dikalahkan, menggagalkan proyek pembangunan tatanan timur tengah yang baru. Demikian juga halnya dengan negara Iran yang mampu merobohkan kepungan dan menghadang segala rintangan, hingga mampu keluar dari jalan gelap yang telah direkayasa oleh Amerika melalui negara-negara tetangganya. Bahkan demikian pula dengan Korea Utara yang mampu keluar dengan sendirinya dari cengkraman, Amerika telah mendikte dunia yang tidak boleh dilanggar oleh siapapun. Demikian pula dengan saudara kita Hamas yang bersikukuh dengan pendiriannya di hadapan rintangan yang menyelimuti mereka dari berbagai arah dan menyerbu dari segala penjuru, mereka mampu membawa senjata dalam menghadapi musuh, keluar mempertahankan diri dan negara mereka. laki-laki dan wanita bahkan anak-anak rela berkorban tanpa ada rasa takut mati. Hari demi hari mulai hadir kesadaran terhadap realita yang terjadi di tengah umat ini, para pemuda yang telah mendapatkan potensi yang mereka miliki; padahal sebelumnya mereka telah lupa dengan agama, sejarah, azzam dan loyalitas mereka, namun secara perlahan kesadaran para generasi terhadap nilai-nilai, agama dan loyalitas mereka terhadap umat lahir kembali. Apa yang harus dilakukan??
Dengan adanya basyarah ilahiyah (kabar gembira dari Allah) dan realitas ini, tidak ada yang dapat kita lakukan kecuali melakukan usaha dengan sungguh-sungguh dan berkesinambungan, karena waktu bukan hanya untuk kemaslahatan bangsa dan umat kita saja. Kita membutuhkan generasi dari pemuda yang mengenal Tuhan mereka, memahami besarnya tantangan, memahami risalah mereka, mampu berdiri tegak dijalannya dan berpegang teguh dengan misi mereka, memperindah hiasan agama dan dakwah serts amal untuk kemasalahatan umat; dakwah dan pemahaman, usaha dan pembinaan, target dan karakter, ikhlas dan kejujuran serta kesucian dan tauladan. Kami membutuhkan kesadaran umat dan bangsa dari kelalaiannya, mengingatkannya dari bahaya yang mengkungkung dan menyelimutinya dari lingkaran yang menggerogoti hidupnya tanpa menyembunyikan potensi dan tanpa berlambat-lambat dalam bekerja. Kami juga membutuhkan adanya tolong-menolong bersama para mukhlisin guna menyambung keseimbangan ilmiyah dan komunikasi antara kami dan seluruh umat, ditengah tekanan dari para pemimpin, guna meningkatkan pendapatan finansial dan melakukan riset ilmiyah dan teknologi yang dapat memberikan kemaslahatan umat. Kami juga membutuhkan adanya shaf (barisan) melawan kedzaliman dan kediktatoran para pemimpin di negeri-negeri kita, dan memobilisasi kepada para pejabat untuk selalu berpihak pada rakyaknya, condong kepada bangsanya ketimbang memata-matai untuk kepentingan musuh, agar para pejabat menyadari bahwa sandaran yang hakiki tidak akan terwujud kecuali jika berpegang teguh pada tsawabit, aqidah dan syariah, condong kepada rakyat sehingga menjadi alternatif, bergerak untuk membela umat, melawan/menghadang berbagai ancaman yang menyelimuti bangsa negara. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah pada baginda Muhammad saw, nabi yang ummi, kepada keluarga, para sahabat… dan segala puji hanyalah milik Allah. (DR. Muhammad Mahdi Akif, Mursyid Am Al-Ikhwanul Muslimun)
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=222&bagian=0 Keutamaan Sabar Menghadapi Cobaan Selasa, 17 Februari 2004 12:38:45 WIB Kategori : Wanita : Wasiat KEUTAMAAN SABAR MENGHADAPI COBAAN Oleh Majdi As-Sayyid Ibrahim "Artinya : Dari Ummu Al-Ala', dia berkata :"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menjengukku tatkala aku sedang sakit, lalu beliau berkata. 'Gembirakanlah wahai Ummu Al-Ala'. Sesungguhnya sakitnya orang Muslim itu membuat Allah menghilangkan kesalahan-kesalahan, sebagaimana api yang menghilangkan kotoran emas dan perak". [1] Wahai Ukhti Mukminah ! Sudah barang tentu engkau akan menghadapi cobaan di dalam kehidupan dunia ini. Boleh jadi cobaan itu menimpa langsung pada dirimu atau suamimu atau anakmu ataupun anggota keluarga yang lain. Tetapi justru disitulah akan tampak kadar imanmu. Allah menurunkan
cobaan kepadamu, agar Dia bisa menguji imanmu, apakah engkau akan sabar ataukah engkau akan marah-marah, dan adakah engkau ridha terhadap takdir Allah ? Wasiat yang ada dihadapanmu ini disampaikan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala menasihati Ummu Al-Ala' Radhiyallahu anha, seraya menjelaskan kepadanya bahwa orang mukmin itu diuji Rabb-nya agar Dia bisa menghapus kesalahan dan dosa-dosanya. Selagi engkau memperhatikan kandungan Kitab Allah, tentu engkau akan mendapatkan bahwa yang bisa mengambil manfaat dari ayat-ayat dan mengambil nasihat darinya adalah orangorang yang sabar, sebagaimana firman Allah. "Artinya : Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah kapal-kapal (yang berlayar) di laut seperti gunung-gunung. Jikalau Dia menghendaki, Dia akan menenangkan angin, maka jadilah kapal-kapal itu terhenti di permukaan laut. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan) -Nya bagi setiap orang yang bersabar dan banyak bersyukur". [AsySyura : 32-33] Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memuji orang-orang yang sabar dan menyanjung mereka. Firman-Nya. "Artinya : Dan, orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itulah orang-orang yang benar (imannya), dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa". [Al-Baqarah : 177] Engkau juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya. "Artinya : Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar". [Ali Imran : 146] Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung. Firman-Nya. "Artinya : Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan". [An-Nahl : 96] "Artinya : Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas". [Az-Zumar : 10] Bahkan engkau akan mengetahui bahwa keberuntungan pada hari kiamat dan keselamatan dari neraka akan mejadi milik orang-orang yang sabar. Firman Allah. "Artinya : Sedang para malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu, (sambil mengucapkan) :'Salamun 'alaikum bima shabartum'. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu" [Ar-Ra'd : 23-24] Benar. Semua ini merupakan balasan bagi orang-orang yang sabar dalam menghadapi cobaan. Lalu kenapa tidak ? Sedangkan orang mukmin selalu dalam keadaan yang baik ?. Dari Shuhaib Radhiyallahu anhu, sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda. "Artinya : Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Apabila mendapat kelapangan, maka dia bersyukur dan itu kebaikan baginya. Dan, bila ditimpa kesempitan, maka dia bersabar, dan itu kebaikan baginya". [2]
Engkau harus tahu bahwa Allah mengujimu menurut bobot iman yang engkau miliki. Apabila bobot imanmu berat, Allah akan memberikan cobaan yang lebih keras. Apabila ada kelemahan dalam agamamu, maka cobaan yang diberikan kepadamu juga lebih ringan. Perhatikalah riwayat ini. "Artinya : Dari Sa'id bin Abi Waqqash Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku pernah bertanya : Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling keras cobaannya ?. Beliau menjawab. Para nabi, kemudian orang pilihan dan orang pilihan lagi. Maka seseorang akan diuji menurut agamanya. Apabila agamanya merupakan (agama) yang kuat, maka cobaannya juga berat. Dan, apabila di dalam agamanya ada kelemahan, maka dia akan diuji menurut agamanya. Tidaklah cobaan menyusahkan seorang hamba sehingga ia meninggalkannya berjalan di atas bumi dan tidak ada satu kesalahan pun pada dirinya".[3] "Artinya : Dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu anhu, dia berkata. 'Aku memasuki tempat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, dan beliau sedang demam. Lalu kuletakkan tanganku di badan beliau. Maka aku merasakan panas ditanganku di atas selimut. Lalu aku berkata.'Wahai Rasulullah, alangkah kerasnya sakit ini pada dirimi'. Beliau berkata :'Begitulah kami (para nabi). Cobaan dilipatkan kepada kami dan pahala juga ditingkatkan bagi kami'. Aku bertanya.'Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berat cobaannya ?. Beliau menjawab. 'Para nabi. Aku bertanya. 'Wahai Rasulullah, kemudian siapa lagi?. Beliau menjawab.'Kemudian orang-orang shalih. Apabila salah seorang di antara mereka diuji dengan kemiskinan, sampai-sampai salah seorang diantara mereka tidak mendapatkan kecuali (tambalan) mantel yang dia himpun. Dan, apabila salah seorang diantara mereka sungguh merasa senang karena cobaan, sebagaimana salah seorang diantara kamu yang senang karena kemewahan". [4] Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, ia berkata. "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : "Artinya : Cobaan tetap akan menimpa atas diri orang mukmin dan mukminah, anak dan juga hartanya, sehingga dia bersua Allah dan pada dirinya tidak ada lagi satu kesalahanpun". [5] Selagi engkau bertanya :"Mengapa orang mukmin tidak menjadi terbebas karena keutamaannya di sisi Rabb.?". Dapat kami jawab :"Sebab Rabb kita hendak membersihkan orang Mukmin dari segala maksiat dan dosa-dosanya. Kebaikan-kebaikannya tidak akan tercipta kecuali dengan cara ini. Maka Dia mengujinya sehingga dapat membersihkannya. Inilah yang diterangkan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap Ummul 'Ala dan Abdullah bin Mas'ud. Abdullah bin Mas'ud pernah berkata."Aku memasuki tempat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, lalu aku berkata.'Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sungguh menderita demam yang sangat keras'. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata."Benar. Sesungguhnya aku demam layaknya dua orang diantara kamu yang sedang demam". Abdullah bin Mas'ud berkata."Dengan begitu berarti ada dua pahala bagi engkau ?" Beliau menjawab. "Benar". Kemudian beliau berkata."Tidaklah seorang muslim menderita sakit karena suatu penyakit dan juga lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahankesalahannya dengan penyakit itu, sebagaimana pohon yang menggugurkan daun-daunnya". [6] Dari Abi Sa'id Al-Khudry dan Abu Hurairah Radhiyallahu anhuma, keduanya pernah mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata.
"Artinya : Tidaklah seorang Mukmin ditimpa sakit, letih, demam, sedih hingga kekhawatiran yang mengusiknya, melainkan Allah mengampuni kesalahan-kesalahannya". [7] Sabar menghadapi sakit, menguasai diri karena kekhawatiran dan emosi, menahan lidahnya agar tidak mengeluh, merupakan bekal bagi orang mukmin dalam perjalanan hidupnya di dunia. Maka dari itu sabar termasuk dari sebagian iman, sama seperti kedudukan kepala bagi badan. Tidak ada iman bagi orang yang tidak sabar, sebagaimana badan yang tidak ada artinya tanpa kepala. Maka Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu anhu berkata. "Kehidupan yang paling baik ialah apabila kita mengetahuinya dengan berbekal kesabaran". Maka andaikata engkau mengetahui tentang pahala dan berbagai cobaan yang telah dijanjikan Allah bagimu, tentu engkau bisa bersabar dalam menghadapi sakit. Perhatikanlah riwayat berikut ini. "Artinya : Dari Atha' bin Abu Rabbah, dia berkata. "Ibnu Abbas pernah berkata kepadaku. 'Maukah kutunjukkan kepadamu seorang wanita penghuni sorga .?. Aku menjawab. 'Ya'. Dia (Ibnu Abbas) berkata. "Wanita berkulit hitam itu pernah mendatangi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, seraya berkata.'Sesungguhnya aku sakit ayan dan (auratku) terbuka. Maka berdoalah bagi diriku. Beliau berkata.'Apabila engkau menghendaki, maka engkau bisa bersabar dan bagimu adalah sorga. Dan, apabila engkau menghendaki bisa berdo'a sendiri kepada Allah hingga Dia memberimu afiat'. Lalu wanita itu berkata. 'Aku akan bersabar. Wanita itu berkata lagi. 'Sesungguhnya (auratku) terbuka. Maka berdo'alah kepada Allah bagi diriku agar (auratku) tidak terbuka'. Maka beliau pun berdoa bagi wanita tersebut". [8] Perhatikanlah, ternyata wanita itu memilih untuk bersabar menghadapi penyakitnya dan dia pun masuk sorga. Begitulah yang mestinya engka ketahui, bahwa sabar menghadapi cobaan dunia akan mewariskan sorga. Diantara jenis kesabaran menghadapi cobaan ialah kesabaran wanita muslimah karena diuji kebutaan oleh Rabb-nya. Disini pahalanya jauh lebih besar. Dari Anas bin Malik, dia berkata."Aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata. "Artinya : Sesungguhnya Allah berfirman.'Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan kebutaan) pada kedua matanya lalu dia bersabar, maka Aku akan mengganti kedua matanya itu dengan sorga" [9] Maka engkau harus mampu menahan diri tatkala sakit dan menyembunyikan cobaan yang menimpamu. Al-Fudhail bin Iyadh pernah mendengar seseorang mengadukan cobaan yang menimpanya. Maka dia berkata kepadanya."Bagaimana mungkin engkau mengadukan yang merahmatimu kepada orang yang tidak memberikan rahmat kepadamu .?" Sebagian orang Salaf yang shalih berkata :"Barangsiapa yang mengadukan musibah yang menimpanya, seakan-akan dia mengadukan Rabb-nya". Yang dimaksud mengadukan di sini bukan membeberkan penyakit kepada dokter yang mengobatinya. Tetapi pengaduan itu merupakan gambaran penyesalan dan penderitaan karena mendapat cobaan dari Allah, yang dilontarkan kepada orang yang tidak mampu mengobati, seperti kepada teman atau tetangga. Orang-orang Salaf yang shalih dari umat kita pernah berkata. "Empat hal termasuk simpanan sorga, yaitu menyembunyikan musibah, menyembunyikan merahasiakan) shadaqah, menyembunyikan kelebihan dan menyembunyikan sakit". Ukhti Muslimah ! Selanjutnya perhatikan perkataan Ibnu Abdi Rabbah Al-Andalusy : "Asy-Syaibany pernah berkata.'Temanku pernah memberitahukan kepadaku seraya berkata.'Syuraih mendengar tatkala aku mengeluhkan kesedihanku kepada seorang teman. Maka dia memegang tanganku
seraya berkata.'Wahai anak saudaraku, janganlah engkau mengeluh kepada selain Allah. Karena orang yang engkau keluhi itu tidak lepas dari kedudukannya sebagai teman atau lawan. Kalau dia seorang teman, berarti engkau berduka dan tidak bisa memberimu manfaat. Kalau dia seorang lawan, maka dia akan bergembira karena deritamu. Lihatlah salah satu mataku ini,'sambil menunjuk ke arah matanya', demi Allah, dengan mata ini aku tidak pernah bisa melihat seorangpun, tidak pula teman sejak lima tahun yang lalu. Namun aku tidak pernah memberitahukannya kepada seseorang hingga detik ini. Tidakkah engkau mendengar perkataan seorang hamba yang shalih (Yusuf) :"Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku". Maka jadikanlah Allah sebagai tempatmu mengadu tatkala ada musibah yang menimpamu. Sesungguhnya Dia adalah penanggung jawab yang paling mulia dan yang paling dekat untuk dimintai do'a". [Al-Aqdud-Farid, 2/282] Abud-Darda' Radhiyallahu anhu berkata. "Apabila Allah telah menetapkan suatu taqdir,maka yang paling dicintai-Nya adalah meridhai taqdir-Nya". [Az-Zuhd, Ibnul Mubarak, hal. 125] Perbaharuilah imanmu dengan lafazh La ilaha illallah dan carilah pahala di sisi Allah karena cobaan yang menimpamu. Janganlah sekali-kali engkau katakan :"Andaikan saja hal ini tidak terjadi", tatkala menghadapi taqdir Allah. Sesungguhnya tidak ada taufik kecuali dari sisi Allah. [Disalin dari kitab Al-Khamsuna Wasyiyyah Min Washaya Ar-Rasul Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Lin Nisa, Edisi Indonesia Lima Puluh Wasiat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam Bagi Wanita, Pengarang Majdi As-Sayyid Ibrahim, Penerjemah Kathur Suhardi, Terbitan Pustaka Al-Kautsar] _________ Foote Note [1]. Isnadnya Shahih, ditakhrij Abu Daud, hadits nomor 3092 [2]. Ditakhrij Muslim, 8/125 dalam Az-Zuhud [3]. Isnadnya shahih,ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 1509, Ibnu Majah, hadits nomor 4023, Ad-Darimy 2/320, Ahmad 1/172 [4]. Ditakhrij Ibnu Majah, hadits nomor 4024, Al-Hakim 4/307, di shahihkan Adz-Dzahaby [5] Isnadnya Hasan, ditakhrij At-Tirmidzy, hadits nomor 2510. Dia menyatakan, ini hadits hasan shahih, Ahmad 2/287, Al-Hakim 1/346, dishahihkan Adz-Dzahaby [6]. Ditakhrij Al-Bukhari, 7/149. Muslim 16/127 [7]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/148-149, Muslim 16/130 [8]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/150. Muslim 16/131] [9]. Ditakhrij Al-Bukhari 7/151 dalamAth-Thibb. Menurut Al-Hafidz di dalam Al-Fath, yang dimaksud habibatain adalah dua hal yang dicintai. Sebab itu kedua mata merupakan anggota badan manusia yang paling dicintai. Sebab dengan tidak adanya kedua mata, penglihatannya menjadi hilang, sehingga dia tidak dapat melihat kebaikan sehingga membuatnya senang. dan tidak dapat melihat keburukan sehingga dia bisa menghindarinya
http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihathadits&id=12
Artikel Hadits : Anjuran Untuk menutup Kekurangan kaum Muslimin Dan Larangan Dari Mencari-cari Kekurangan Mereka Jumat, 19 Maret 04 •
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : "tidaklah seorang hamba menutupi aurat ( kekurangan/aib ) orang lain di dunia kecuali Allah menutupi auratnya ( aibnya ) di akhirat " HR. Muslim
•
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda : muslim ( orang Islam ) adalah saudara bagi orang Islam lainnya, dia tidak menganiayanya dan tidak pula menyerahkannya kepada musuhnya ( tidak juga meninggalkannya tanpa pertolongan ), barangsiapa menolong saudaranya untuk memenuhi hajatnya, maka Allah bersamanya dalam memenuhi hajatnya, dan barangsiapa melapangkan suatu kesusahan dari seorang muslim, maka Allah akan melapangkan baginya suatu kesusuhan dari kesusahan di hari qiamat, dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim, maka Allah menutupi aibnya di hari qiamat. HR. Muslim.
•
Dari Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam naik ke atas mimbar, lalu memanggil dengan suara yang tinggi : wahai orang-orang yang beriman dengan lisannya dan iman itu belum sampai ke hati mereka, janganlah menyakiti orang-orang yang beriman, janganlah mencela mereka, dan janganlah mencari-cari aurat ( aib ) mereka, karena barangsiapa mencari-cari aib saudaranya yang muslim, maka Allah membuka aibnya dan memalukannya walaupun dia berada di dalam rumahnya. HR. Tirmidzi.
Keterangan Allah 'Azza wa Jalla cinta untuk menutupi aib makhluk-Nya, dan memerintahkannya ( menutupi aib orang lain ), oleh karena itu Allah mengharamkan tindakan mata-mata dan melarangnya, dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah memberitahukan bahwa siapa saja yang menutupi aib seseorang, maka Allah menutupi aibnya di hari kiamat, dan melarang mencaricari aib kaum muslimin dan tindakan memata-matai mereka tentang pekerjaan yang mereka sembunyikan. Kandungan hadits-hadits di atas : • • •
Keutamaan menutupi aib kaum muslimin, dan hal itu adalah salah satu sebab agar Allah menutupi kekurangannya di hari kiamat. Larangan untuk mencari-cari aib kaum muslimin dan memata-matai mereka. Sangsi bagi mereka yang melakukan hal tersebut ( mencari-cari aib orang lain ), bahwa Alllalh akan memalukannya dan menampakkan bagi manusia aibnya yang dia tutuptutupi.
( diterjemahkan dari buku Durus Yaumiyyah, Rasyid bin Husain al-Abd Al-Karim, hlm. 351352)
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2006/032006/10/99jumat.htm renungan jumat Sabar dan Tawakal Kunci Keberhasilan Oleh MARSUDI FITRO WIBOWO "HAI orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung." (Ali 'Imran [3]: 200). SALAH satu ciri akhlak mulia (akhlaqul karimah) dari seorang Muslim yang selalu menghiasi dirinya adalah sifat sabar dan tawakal. Keduanya sangat dianjurkan sekali dalam ajaran Islam, sebagaimana perintah-perintah Allah yang telah termaktub di dalam kitab suci Alquran dan
hadis-hadis Rasulullah saw. Kesabaran sangatlah membutuhkan waktu cukup panjang dan tidak cukup dengan satu kali cobaan, sehingga kesabaran itu benar-benar teruji dan terbukti. Maka, dengan panjangnya waktu tersebut tidak akan merasa berkeluh kesah dan berburuk sangka baik terhadap sesama maupun terhadap Allah. Di sinilah pentingnya tawakal atau beserah diri dengan apa yang telah kita lalui dan yakini berada dalam aturan-Nya semata, bahwa apa yang kita miliki semua hanya miliki-Nya. Imam al-Gazali mendefinisikan sabar dalam kitab Minhajul 'Aabidin, bahwa sabar menurut bahasa adalah menahan diri. Sedangkan bersabar dalam hati adalah menahan diri dan tidak berkeluh kesah. Menurut para ulama karena hati goyah dalam menghadapi kesulitan. Ada juga yang berpendapat, gelisah dan mengeluh karena menginginkan penderitaan serta kesusahan itu cepat berlalu, dan tidak menyerahkan kepada Allah. Menurut filsafat Islam, sabar ini terbagi kedalam beberapa bagian, yakni: ash-shabru fil-'ibadah (sabar dalam beribah), ash-shabru 'indal-mushibah (sabar ditimpa musibah atau malapetaka), ash-shabru 'anid-dunya (sabar terhadap kehidupan dunia), ash-shabru 'anil ma'shiyah (sabar terhadap ma'siyat), dan ash-shabru fil-jihaad (sabar dalam perjuangan). Sebagai bahan pelajaran di atas, seyogianya kita mengambil contoh teladan dari umat terdahulu, bagaimana mereka menghiasi hidup dengan tawakal dan kesabaran yang indah tanpa mengenal berkeluh kesah. Selain itu, seorang Muslim hendak pula dalam menghadapi setiap persoalan dan kondisi, mengambil sabar sebagai perisai untuk mencapai kemenangan, QS. [3] : 200. Terkadang jika kita ditimpa musibah, cobaan atau ujian yang tiada kunjung selesai, seringkali berputus asa. Bahkan apabila kita menginginkan sesuatu yang belum tercapai, seringkali kita ingin memperoleh tujuan tersebut cepat-cepat datang dan terkabul. Padahal, Allah SWT telah berfirman, "Maka bersabarlah kamu dengan sabar yang baik." (QS. Al Ma'aarij [70]: 5). Maksudnya, bersabar yang indah tanpa tergesa-gesa dan tanpa berkeluh kesah, yang mana di balik semua itu terdapat hikmah yang besar untuk kelanjutan di masa akan datang. Dengan demikian, kita perlu menjadikan sabar dalam kehidupan kita untuk memperoleh keberuntungan dengan cara mengingat bahwa kehidupan di dunia yang kita jalani ini datangnya dari Allah, dan telah menjadi ketentuan Allah SWT yang tertulis pada Lauhul Mahfudz. Sedangkan fondasi atau benteng bersabar adalah selalu ingat bahwa dengan bersabar kita akan mendapatkan pahala dari Allah, serta akan akan mendapatkan ganti yang teramat besar disisi Allah SWT yang telah dijanjikan dalam Alquran. Rasulullah saw. bersabda, maa u'tiya ahadun min 'athaa'i khairin ausa'a minash ash-shabri (tidak ada pemberian Tuhan yang lebih luas dan lebih baik seperti yang diberikan kepada orang-orang yang bersabar). Dari hadis ini tercermin banyak manfaat dan keutamaan bagi orang-orang yang bersabar karena Allah. Maka, sikap sabar dan tawakal adalah kunci keberhasilan, sebab setiap kebaikan akan berhasil dengan sabar dan tawakal walaupun waktunya yang cukup lama. Bahkan yang dianggap mustahil pun bisa terjadi jika Allah menghendaki. Di sini jelas sekali, bahwa, kebaikan dunia dan akhirat terdapat dalam sifat sabar dan tawakal. Seorang Muslim tidaklah memahami sabar dan tawakal ini penolakan tehadap sebab tanpa berusaha, pasrah terhadap kelemahan dan ketidakmampuan dengan buruk sangka terhadap takdir Allah. Akan tetapi ia memahaminya sebagai bagian dari iman dan akidahnya. Sebab sabar dan tawakal kepada Allah SWT suatu kewajiban makhluk, bahkan tuntutan agama dan akidah Islam. Oleh kerena itu, kita sebagai Muslim mesti memiliki sifat optimis --berbaik sangka terhadap Allah-untuk meraih kesejahteraan, kebahagian, dan untuk kemaslahatan hidup baik urusan duniawi maupun ukhrowi dengan doa dan ikhtiar serta melaksanakan amalan-amalan yang disukai Allah. Namun keadaan ini harus didampingi oleh sikap sabar dan tawakal tersebut.
Sebab, jika kedua sifat ini tidak ditanamkan bisa melahirkan kegundahan, keresahan, ketergesa-gesaan, keluh kesah, bahkan bisa buruk sangka terhadap Allah SWT. Dalam hadis Qudsi Allah SWT berfirman, "Aku bagaimana prasangka hamba-Ku." Sebagai balasan bagi mereka yang sabar dan bertawakal, Allah SWT berfirman, "Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang saleh, sesungguhnya akan Kami tempatkan mereka pada tempattempat yang tinggi di dalam surga, yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Itulah sebaik-baik pembalasan bagi orang-orang yang beramal, (yaitu) yang bersabar dan bertawakal kepada Tuhannya." (QS. Al 'Ankabuut [29]: 58-59). Oleh karena itu Alquran telah memberikan petunjuk yang jelas sekali bagi mereka yang beriman dan bertakwa untuk bersabar dalam menghadapi musibah, ujian dan cobaan. Banyak sekali dalam Alquran --khususnya perintah-untuk bersabar yang berbentuk fi'il 'amr sebagai bahan pelajaran, tafakur, dan muhasabah, yakni QS., 2:45, 2:153, 3:120, 3:146, 3:186, 3:200, 7:128, 8:46, 10:109, 11:49, 11:115, 16:127, 18:28, 19:65, 20:132, 25:20, 30:60, 31:17, 38:17, 40:55, 40:77, 46:35, 50:39, 52:48, 54:27, 68:48, 68:49, 70:5, 73:10, 74:7, 90:17. Sedangkan mengenai tawakkal dan perintah untuk bertawakal Allah SWT telah menegaskan dalam QS., 3:122, 3:159, 3:160, 3:173, 4:81, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 8:49, 8:61, 9:51, 9:59, 9:129, 10:71, 10:84, 10:85, 11:56, 11:88, 11:123, 12:67, 13:30, 14:11, 14:12, 16:42, 16:99, 25:58, 26:217, 27:79, 29:59, 33:3, 33:48, 39:38, 42:10, 42:36, 58:10, 60:4, 64:13, 65:3, 67:29, 73:9.*** Penulis adalah Alumni Universitas Langlangbuana Bandung, editor di sebuah penerbitan di Bandung.
http://syariahonline.com/new_index.php/id/8/cn/1280 Konsultasi : Zakat Bolehkah Zakat Maal Untuk Menolong Teman yang Kesusahan Pertanyaan:
Assalamu‘alaikum wr.wb. Belum lama ini ada salah seorang teman yang mendapat ujian dari Allah SWT, istrinya harus dioperasi dan dia sedang membutuhkan dana. Dan teman saya itu hidupnya pas-pasan dan sangat sederhana. Saya mau tau apakah boleh uang zakat mal digunakan untuk membantu dia? Atau kalau saya membantu dia jatuhnya sebagai infak/shodaqoh dan bukan sebagai zakat? Sebenarnya siapa saja yang berhak menerima zakat mal itu? Terima kasih atas penjelasan pak Ustadz Wassalam Tinie Jawaban: Assalamu ‘alaikum wr. Wb. Orang yang sedang kesusahan itu termasuk fakir miskin yang berhak mendapat zakat. Yang berhak mendapat zakat mal mustahikin yang disebutkan dalam surat At-Taubah: 60. Wallahu a‘lam bis-shawab.
Pusat Konsultasi Syariah
http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=1286&bagian=0 Memandang Ringan Segala Cobaan Dan Jangan Mudah Terguncang Oleh Bayangan Buruk Jumat, 7 Januari 2005 16:24:54 WIB Kategori : Al-Wasailu Al-Mufidah MEMANDANG RINGAN SEGALA COBAAN Oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dy Diantara sarana yang paling bermanfaat untuk sirnanya keguncangan dan kegundahan manakala seorang hamba tertimpa aneka bencana adalah hendaknya ia berupaya memandang dan menjadikannya ringan. Yaitu, dengan mengandaikan atau membayangkan kemungkinan yang lebih buruk dari yang telah terjadi, dan ia kuatkan hatinya dalam menghadapinya. Jika ia lakukan itu, hendaknya ia berupaya, sejauh kemungkinanm untuk meringankan apa yang mungkin diringankan . Maka, dengan penguatan hati dan upaya yang bermanfaat semacam ini akan hilanglah kegelisahan dan kegundahannya, dan berganti menjadi upaya keras untuk meraih berbagai hal yang bermanfaat dan menangkis berbagai madharat yang menimpa hamba. Lalu, jika ia terhampiri beberapa penyebab ketakutan, penyebab sakit, penyebab kemiskinan dan ketaktercapainya aneka hal yang disenanginya, hendaklah menghadapinya dengan tenang dan menguatkan hati dalam menanggung derita cobaan akan meringankannya dan menghilangkan tekanannya. Terutama jika ia menyibukkan dirinya untuk menangkis cobaan itu sebatas kemampuannya. Dengan itu, menyatulah dalam dirinya tekad mengukuhkan batin seiring berupaya yang bermanfaat, yang hal itu akan membuatnya tidak kalut oleh berbagai musibah. Ia tekan dirinya agar memperbaharui kekuatannya untuk melawan berbagai cobaan dan bencana, seiring bersandar dan percaya penuh kepada Allah. Tidak diragukan, bahwa upaya-upaya ini memiliki manfaat yang sangat agung untuk terwujudnya suatu kegembiraan dan kelapangan dada, di samping ia pun terus berharap pahala, baik didunia maupun di akhirat. Hal ini sudah dicoba dan disaksikan keberhasilannya. Bukti-bukti keberhasilannya bagi mereka yang telah mecobanya banyak sekali. JANGAN MUDAH TERGUNCANG OLEH BAYANGAN BURUK Di antara terapi yang paling hebat untuk penyakit syaraf hati, bahkan juga penyakit tubuh, adalah ketahanan dan kekuatan hati serta tidak mudah terguncang atau larut oleh bayangbayang atau khayalan-khayalan buruk yang dipengaruhi oleh pikiran buruk. Karena, bila mana manusia takluk kepada khayalan-khayalan buruk dan hatinya mudah larut oleh pengaruhpengaruh emosional yang berupa : rasa takut akan teridapnya penyakit atau semacamnya, mudah marah ataupun terganggunya pikiran oleh hal-hal yang memedihkan perasaaannya, dan membayangkan akan terjadinya bencana ataupun akan hilangnya segala yang disenanginya, kegundahan, penyakit dalam maupun luar dan rusaknya syaraf, yang hal itu mempunyai berbagai efek buruk, yang semua orang menyaksikan sendiri bahayanya yang banyak. [Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa’idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia hal 29-35, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma’ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]