Stres Diperberat Pekerjaan Dan Penatalaksanaannya.docx

  • Uploaded by: Nanda Prima
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Stres Diperberat Pekerjaan Dan Penatalaksanaannya.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 4,298
  • Pages: 16
Stres Diperberat Pekerjaan dan Penatalaksanaannya

Pendahuluan Pekerjaan merupakan bagian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia yang dapat memberikan kepuasan dan tantangan, sebaliknya dapat pula merupakan gangguan dan ancaman.Terjadinya gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja fisik yang buruk telah lama diketahui. Juga telah dipahami bahwa desain dan organisasi kerja yang tidak memadai seperti kecepatan dan beban kerja yang berlebihan merupakan faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan akibat kerja. Tetapi beberapa penelitian membuktikan bahwa faktor-faktor penyebab gangguan kesehatan tersebut tidak murni faktor fisik tetapi juga disertai dengan unsur psikologis.Salah satu unsur dari gangguan psikologis tersebut adalah stress. Stress adalah gambaran untuk seseorang yang merasa menderita dan kemalangan. Ketegangan atau tekanan emosional yang dialami seseorang saat ia sedang menghadapi tuntutan yang besar, hambatan, dan adanya kesempatan yang penting yang dapat mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi fisik seseorang. Menurut hasil penelitian Cooper menunjukan bahwa stress kerja banyak terjadi pada individu dengan latar belakang pekerjaan di bidang pelayanan, yaitu orang-orang yang berkaitan erat dengan orang banyak atau masyarakat.Stres kerja adalah suatu reaksi individu berupa reaksi fisiologis, psikologis dan perilaku yang disebabkan oleh sumber-sumber stres kerja (stressor).Stressor kerja merupakan segala kondisipekerjaan yang dipersepsikan pekerja sebagai suatu tuntutan kerja. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai stress yang diperberat oleh pekerjaan serta penatalaksanaannya.1,2,3 Skenario 5 Seorang perempuan usia 30 tahun, datang ke klinik anda dengan keluhan utama mual berulang sejak 1 bulan yang lalu. Pembahasan Kecurigaan penyakit akibat kerja ditemui saat anamnesis, yaitu pekerjaan pasien.Untuk menyingkirkan apakah pasien kemungkinan didiagnosis karena penyakit umum atau penyakit akibat kerja maka diperlukan langkah diagnosis penyakit akibat kerja.Untuk dapat mendiagnosis Penyakit Akibat Kerja (PAK) pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan menginterpretasikannya secara tepat yang terdiri dari tujuh langkah pendekatan klinis. Diagnosis klinis

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit.Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak. a.

Anamnesis

Menanyakan data-data pribadi seperti nama, jenis kelamin, umur, alamat, dan pekerjaan. Kemudian menanyakan keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga.Riwayat penyakit sekarang biasanya merupakan cerita yang kronologis, terinci, dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat.Sedangkan riwayat penyakit dahulu meliputi pertanyaan yang menanyakan apakah pasien dulu pernah mengalami penyakit-penyakit tertentu yang memungkinkan adanya hubungan dengan penyakit yang dialami sekarang.Riwayat penyakit keluarga ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien memiliki penyakit keturunan yang mungkin diturunkan dari orang tua atau keluarga.Pada pasien yang diduga mengalami penyakit akibat kerja, maka riwayat pekerjaan harus ditanyakan lebih lengkap. Menggali lebih dalam sudah berapa lama pekerjaannya yang sekarang, pekerjaan terakhir sebelum pekerjaan sekarang apa (mungkin saja pasien sudah pensiun atau sudah berganti pekerjaan), jenis pekerjaan dan berbagai alat serta bahan yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut, jumlah jam kerja atau jam giliran kerja, kemungkinan bahaya yang dialami, hubungan gejala dan waktu kerja, apakah ada pekerja lain yang mengalami hal sama. Pada pasien didapatkan hasil : Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 30 tahun, dengan keluhan utama mual berulang sejak 1 bulan yang lalu.Riwayat penyakit sekarang didapatkan pasien pusing dan sulit tidur dan sudah berobat 3x dalam satu bulan ini.Pasien bekerja sebagai seorang karyawati bagian administrasi di Jakarta.Pasien merupakan lulusan sastra inggris dan baru bekerja setelah lulus 1 bulan yang lalu. Diketahui pasien bekerja selama 10 jam sehari, dari pukul 08.00-17.00. b.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksan fisik yang dilakukan adalah tanda-tanda vital meliputi suhu, pernapasan, nadi, dan tekanan darah.Suhu normal pada orang dewasa berkisar 36,5-37,5 oC.Naik atau turunnya suhu dipengaruhi oleh berbagai hal seperti umur, aktivitas tubuh, jenis kelamin, dan sebagainya.Pengukuran dapat dilakukan di beberapa tempat yaitu di mulut, anus, ketiak, dan telinga.Pernapasan normal pada dewasa adalah 16-20 x/menit.Menghitung pernapasan lebih baik dilakukan tanpa diketahui oleh orang yang diperiksa agar tidak membiaskan hasil.Nilai denyut nadi merupakan salah satu indikator untuk menilai sistem kardiovaskular.Nilai normal pada orang dewasa adalah 70-80 x/menit.Tekanan darah menunjukkan nilai sistole dan diastole.Nilai normal pada orang dewasa adalah sekitar 120/80 mmHg.

Selain melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, dilakukan juga pemeriksaan paru normal.Pemeriksaan paru normal terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi dan pemeriksaan lainnya yang berhubungan dengan keluhan pasien. Pada pasien didapatkan hasil : PF dalam batas normal (DBN) c.

Pemeriksaan Penunjang

Bahan pemeriksaan penunjang diambil dari darah, feses, urin, atau dalam organ tubuh untuk melihat apakah ada perubahan dalam tubuh pasien seperti kenaikan kadar leukosit dan sebagainya. Pemeriksaan yang umum dilakukan adalah pemeriksaan darah lengkap, rontgen thorax dan lain-lain yang berkaitan dengan keluhan pasien. Pada pasien didapatkan hasil :darah lengkan dan thorax foto dalam tak ada kelainan d.

Pemeriksaan tempat kerja

Pemeriksaan tempat kerja lebih ditekankan pada lingkungan tempat individu bekerja.Dilihat penerangannya, kelembaban tanah dan udara, penempatan alat dan bahan yang digunakan, terdapat atau tidaknya fasilitas untuk mencuci/membersihkan tubuh jika terkena bahan kimia, dan lain-lain.Evaluasi tempat kerja untuk melihat kemungkinan penyebab penyakit dari tempat atau situasi tempat kerja.Evaluasi tempat kerja diperlukan apabila terdapat kekhawatiran yang dikemukakan pasien atau pihak manajemen adanya pengaruh terhadap kesehatan sehubungan dengan lingkungan kerja tersebut.Evaluasi tempat kerja dapat dilakukan oleh seorang dokter kesehatan kerja yang dipekerjakan di tempat tersebut. Evaluasi tempat kerja dapat dilakukan dari bentuk fisik tempat kerja seperti bentuk ruangannya apakah nyaman untuk bekerja di ruangan tersebut, secara spesifik seperti tinggi atap dan besar ruangan, ruangan berventilasi, tempat duduk dan lain sebagainya. Selain keadaan fisik tempat kerja, situasi atau keadaan sosial seperti hubungan antar pekerja dan komunitas juga perlu diperhatikan. Lingkungan tempat kerja sangat berpengaruh pada kesehatan, kepuasan dalam bekerja dan perilaku pekerja.2,5,6

Pajanan yang dialami Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini

perlu dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup: a) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara kronologis, b) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan, c) Bahan yang diproduksi, d) Materi (bahan baku) yang digunakan, e) Jumlah pajanannya, f) Pemakaian alat perlindungan diri (misal: masker), g) Pola waktu terjadinya gejala, h) Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa), i) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan sebagainya). Penyakit akibat kerja sesuai definisi terbatas pada populasi pekerja dan disebabkan pajanan berlebihan terhadap agen kimia, fisik, biologi, atau psikososial di tempat kerja.Dalam kasus ini, dari hasil anamnesis dan latar belakang pekerjaan pasien tidak ditemukan adanya kemungkinan pajanan terhadap agen kimia, fisik ataupun biologi secara berlebihan.Tetapi terdapat pajanan psikososial dimana diketahui pasien mendapatkan tekanan dari jabatan pasien sebagai wali kelas yang sebenarnya tidak diinginkan pasien yang menyebabkan adanya gangguan pada emosi pasien terutama saat bekerja.Pajanan psikososial tersebut cukup besar sehingga mengakibatkan penderitaan, yaitu pusing dan mual yang dirasakan pasien saat bekerja, hal tersebut menyebabkan pasien terganggu saat bekerja dan menjadi tidak produktif. a.

Faktor Fisik

Yang meliputi keadaan fisik seperti bangunan gedung atau volume udara perkapita atau luas lantai kerja maupun hal-hal yang bersifat fisis seperti penerangan, suhu udara, kelembaban udara, tekanan udara, kecepata aliran udara, kebisingan, vibrasi mekanis, radiasi, gelombang eltromagnetis. b.

Faktor Biologis

Semua makhluk hidup baik dari golongan tumbuhan maupun hewan.Dari yang paling sederhana bersel tunggal sampai dengan yang paling tinggi tikatannya. c.

Faktor Kimia

Semua zat kimia anorganis dan organis yang mungkin wujud fisiknya merupakan salah satu atau lebih dari bentuk gas, uap, debu, kabut, fume (uap logam), asap, awan, cairan, dan atau zat padat. d.

Faktor Ergonomis atau fisiologis

Interaksi antara faal kerja manusia dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya seperti konstruksi mesin yang disesuaikan dengan fungsi indra manusia, postur dan cara kerja yang mempertimbangkan aspek antropometris dan fisiologis manusia. e.

Faktor Mental dan Psikologis

Reaksi mental dan kejiwaan terhadap suasana kerja, hubungan antara pengusaha dan tenaga kerja, struktur dan prosedur organisasi pelaksanaan kerja dan lain-lain. Stress akibat kerja dapat menyebabkan gangguan perilaku dan jiwa di lingkungan kerja. Stress akibat kerja didefinisikan sebagai stress dalam kesehatan kerja akibat ketidakseimbangan antara hasil kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk merealisasikannya. Stress merupakan problem kesehatan kerja yang penting karena secara signifikan menyebabkan kerugian ekonomis. Stres kerja merupakan reaksi pekerja terhadap situasi dan kondisi di tempat kerja yang berdampak fisik dan psikososial bagi pekerja.Klasifikasi stress menurut Hans Selye adalah distress yang destruktif, dan eustress yang positif. Terdapat 3 aspek yang dapat menjadi dampak stress kerja yaitu gejala fisiologis seperti peningkatan debar jantung, dan pernapasan serta tekanan darah; gejala psikologis seperti ketidakpuasan dan marah – marah; serta gejala perilaku antara lain meliputi perubahan kebiasaan makan, banyak merokok, gangguan tidur, tidak masuk kerja, dan penurunan prestasi kerja.4 Hubungan pajanan dengan penyakit Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan penyakit yang diderita.Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut di atas, maka tidak dapat ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja.Jika dalam kepustakaan ada yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang di derita (konsentrasi, jumlah, lama, dan sebagainya).Pajanan psikososial berupa tekanan menyebabkan penyakit psikologis, dalam kasus ini merupakan gangguan stres akut yang juga merupakan bagian dari ansietas.Penyakit psikologis menyebabkan gejala-gejala yang menyerupai gejala pada penyakit organik. Gangguan ansietas mnyebabkan gejalagejala psikologis seperti cemas, takut akan ada bahaya, mudah tersinggung dan gejala fisik seperti berkeringat, tremor, palpitasi, pusing tidak bisa tidur dan konsentrasi yang buruk. Gejala timbul pada saat tertentu, saat pasien berhubungan dengan stressor.Stressor dapat terlihat seperti fobia pada binatang dan bisa juga tidak terlihat seperti pada kasus ini.Pajanan psikososial berupa tekanan atau stressor pada pasien dilihat dari timbulnya gejala yaitu setelah pasien diangkat menjadi wali kelas, gejala muncul pada saat pasien mulai bekerja dan membaik saat selesai bekerja.Pasien tidak puas atau tidak menginginkan jabatannya saat ini ditambah dengan tekanan beban tanggung jawab yang dirasakan pasien sebagai wali kelas di sekolah favorit. Perlu juga ditanyakan pada pasien apakah tekanan tersebut berpengaruh besar dalam keadaan emosi pasien ataukah ada hal lain yang mempengaruhi.4

Besarnya Pajanan Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan penyakit tersebut.Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.Hal ini dapat diperkuat juga dengan mengetahui patofisiologis penyakit serta pemakaian alat pelindung diri.US National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) dan International Labor Organization(ILO) mendefinisikan stres okupasi sebagai responfisik dan emosi yang muncul saat kebutuhan pekerjaan tidaksesuai dengan kapabilitas, daya, atau kebutuhan pekerja. Definisi yang lebih sederhana dikemukakan HSE Inggris,stres okupasi atau stres terkait kerja adalah reaksi padatekanan berlebihan atau beban terjadi di tempat kerja, baik reaksi fisik maupun psikologis.1 Stres merupakan hal normal yang dialami sehari hari ada 2 jenis stres dibagi berdasarkan kemampuan atau cara seseorang menghadapi stres tersebut, yaitu eustress dan distress.Eustress merupakan stres yang positif, dapat diterima dan dihadapi tanpa menimbulkan gangguan emosi yang besar ataupun penderitaan.Eustress bersifat membangun orang menjadi lebih dewasa dan memberikan kemampuan beradaptasi terhadap tekanan lingkungan.Distress merupakan stres yang negatif dan bersifat menghancurkan.Distress menimbulkan gangguan emosi yang besar dan memberikan penderitaan.Berdasarkan Japanese National Survey of Health di tahun 2004, stres yang berkaitan dengan pekerjaan merupakan penyebab stress paling sering.Pada kasus ini pajanan psikososial yang dialami pasien cukup besar sehingga mengakibatkan penderitaan, yaitu pusing dan mual yang dirasakan pasien saat bekerja, hal tersebut menyebabkan pasien terganggu saat bekerja dan menjadi tidak produktif.1,7

Peranan faktor individu Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi penyakit. Dalam hal ini diperlukan status kesehatan fisik penderita seperti riwayat alergi, perlu diketahui riwayat kesehatan (riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih sensitif terhadap pajanan yang dialami, kebersihan personal, kepatuhan dalam menaati peraturan terkait tempat kerja penderita, kebiasaan

berolahraga. Faktor indiviual perlu diperhatikan sebelum menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.Faktor individual seperti status kesehatan pasien dan kebiasaan pasien ada kemungkinan berpengaruh.Perlu diketahui apakah sebelumnya pasien atau keluarga pasien memiliki riwayat psikiatri. Apabila pasien memiliki riwayat psikiatri maka harus ditelusuri apakah tekanan dalam pekerjaan berkontribusi dalam memperberat penyakit atau tidak.7 Faktor lain di luar pekerjaan Meliputi kebiasaan individu sehari-hari (merokok, minum minuman beralkohol, jarang makan makanan sehat), ada atau tidak adanya pajanan di rumah, hobi individu, apakah individu memiliki pekerjaan sampingan selain pekerjaan utama.7 Diagnosis Okupasi Sesudah menerapkan keenam langkah di atas perlu dibuat suatu keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar ilmiah.Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjaan hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya.Hal ini perlu dibedakan pada waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan menderita penyakit tersebut pada saat ini. Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/mempercepat timbulnya penyakit. Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa untuk menegakkan diagnosis Penyakit Akibat Kerja diperlukan pengetahuan yang spesifik, tersedianya berbagai informasi yang didapat baik dari pemeriksaan klinis pasien, pemeriksaan lingkungan di tempat kerja (bila memungkinkan) dan data epidemiologis.1,2

WORKING DIAGNOSIS Stress akibat kerja adalah suatu penyakit kronis yang disebabkan oleh kondisi-kondisi di tempat pekerjaan yang berdampak negatif pada kinerja seseorang dan atau kesehatan fisik dan jiwanya. Stress dalam kesehatan kerja diakibatkan karena adanya ketidakseimbangan antara hasil kerja yang diharapkan dengan kemampuan untuk merealisasikannya. Stress yang diperberat oleh pekerjaan yaitu suatu penyakit yang terjadi pada populasi pekerja tanpa adanya agen penyebab ditempat kerja, namun dapat diperberat oleh kondisi lingkungan pekerjaan yang buruk bagi kesehatan. 3-5

DIAGNOSIS BANDING



Gastritis

Stres memiliki efek negatif melalui mekanisme neuroendokrin terhadap saluran pencernaan sehingga beresiko untuk mengalami gastritis.Gastritis merupakan salah satu masalah kesehatan saluran pencernaan yang paling sering terjadi.Gastritis lambung merupakan gangguan umum diskontinuitas dari mukosa lambung, yang disebabkan oleh berbagai faktor seperti alkohol, stres, obat antiinflamasi, dan lainlain.Penderita gastritis umumnya mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas, berupa nafsu makan menurun, perut kembung dan perasaan penuh di perut, mual, muntah, dan bersendawa. Biasanya untuk orang yang memiliki banyak kesibukan akan merasa cepat lelah dan tidak bisa mengatur waktu makannya dengan baik sehingga mengalami gangguan pencernaan seperti gastritis.6,7 EPIDEMIOLOGI Terdapat berbagai faktor yang dapat mempengaruhi stress kerja, yaitu salah satunya adalah karakteristik individu.Karakteristik demografi individu memiliki kaitan dengan stress yang dialami individu terkait dengan pekerjaannya. Dalam beberapa penelitian diungkapkan bahwa faktor karakteristik usia, jenis kelamin, bidang pekerjaan, pengalaman kerja, dan status perkawinan berpengaruh terhadap tingkat stress kerja.Meskipun beberapa peneliti menyatakan bahwa jenis kelamin merupakan penentu perbedaan pengaruh sumber stress terhadap emosi dan kelangsungan fisik serta tingkat kehadiran seseorang. Ada beberapa alasan mengapa sumber stress yang sama dapat mempengaruhi perempuan dan laki-laki secara berbeda. Ini dapat kita lihat bahwa jenis kelamin memoderasi hubungan stress dan variable yang mempengaruhinya seperti kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan, depresiasi secara signifikan yang lebih besar pada perempuan dibanding laki-laki dan juga perempuan dinyatakan lebih cepat mengalami kelelahan, kecemasan dibanding laki-laki. Lalu faktor usia, dimana usia berhubungan dengan toleransi seseorang terhadap stress dan jenis stressor yang paling mengganggu. Pada usia dewasa biasanya lebih mampu mengontrol stress dibanding dengan usia kanakkanak dan usia lanjut dengan kata lain orang dewasa lebih mempunyai toleransi terhadap stress yang lebih baik.7 ETIOLOGI Cooper dan Davidson membagi penyebab stres dalam pekerjaan menjadi dua, yakni: • Group stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari situasi maupun keadaan di dalam perusahaan, misalnya kurangnya kerjasama antara karyawan, konflik antara individu dalam suatu kelompok, maupun kurangnya dukungan sosial dari sesama karyawan di dalam perusahaan. • Individual stressor, adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, misalnya tipe kepribadian seseorang, kontrol personal dan tingkat

kepasrahan seseorang, persepsi terhadap diri sendiri, tingkat ketabahan dalam menghadapi konflik peran serta ketidakjelasan peran.4 Kondisi-kondisi yang cenderung menyebabkan stress disebut stressors. Ada 2 kategori penyebab stress, yaitu on-the-job dan off-the-job. Ada sejumlah kondisi kerja yang sering menyebabkan stress bagi para karyawan. Kondisi-kondisi kerja tersebut adalah sebagai berikut : 1.

Beban kerja yang berlebihan

2.

Tekanan atau desakan waktu

3.

Kualitas supervise yang jelek

4.

Iklim politis yang tidak aman

5.

Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai

6.

Wewenang yang tidak mencukupi untuk melaksanakan tanggung jawab

7.

Kemenduaan peranan (role ambiguity)

8.

Frustasi

9.

Konflik antar pribadi dan antar kelompok

10.

Perbedaan antara nilai-nilai perusahaan dan karyawan

11.

Berbagai bentuk perubahan

Di lain pihak, stress karyawan juga dapat disebabkan masalah-masalah yang terjadi di luar perusahaan. Penyebab-penyebab stress “off-the-job” antara lain : 1.

Kekhawatiran financial

2.

Masalah-masalah yang bersangkutan dengan anak

3.

Masalah-masalah fisik

4.

Masalah-masalah perkawinan (misal : perceraian)

5.

Perubahan-perubahan yang terjadi di tempat tinggal

6.

Masalah-masalah pribadi lainnya, seperti kematian sanak saudara.3,4

GEJALA KLINIK Terry Beehr dan John Newman mengkaji ulang beberapa kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga gejala dari stres pada individu, yaitu: 1.

Gejala Psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan : •

Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung



Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)



Sensitif dan hyperreactivity



Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi



Komunikasi yang tidak efektif



Perasaan terkucil dan terasing



Kebosanan dan ketidakpuasan kerja



Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan konsentrasi



Kehilangan spontanitas dan kreativitas



Menurunnya rasa percaya diri

2.

Gejala Fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah: • Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular •

Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan noradrenalin)



Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)



Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

• Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome) •

Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang ada



Gangguan pada kulit



Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan otot



Gangguan tidur

• Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi kemungkinan terkena kanker.

3.

Gejala Perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja adalah: •

Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan



Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas



Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan



Perilaku sabotase dalam pekerjaan

• Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai pelampiasan, mengarah ke obesitas • Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi • Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi, seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi •

Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas



Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga dan teman



Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri.5

DAMPAK Stress akibat kerja merupakan kondisi yang muncul akibat interaksi seseorang dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Stress ditandai dengan perubahan pada diri seseorang yang memaksa mereka menyimpang dari fungsinya secara normal. Memang tidak selamanya stress berdampak negatif pada penderitanya, dan bahkan dapat pula berdampak positif. Semua itu tergantung pada kondisi psikologis dan sosial seseorang yang mengalami stress, sehingga reaksi terhadap setiap kondisi stress sangat berbeda.4 1.

Dampak Terhadap Individu

Dampak stress kerja bagi individu adalah munculnya masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan, psikologis dan interaksi interpersonal. a.

Kesehatan

Sistem kekebalan tubuh manusia ini bekerja sama secara integral dengan sistem fisiologis lain, dan kesemuanya berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh, baik fisik maupun psikis yang cara kerjanya di atur oleh otak. Seluruh sistem tersebut sangat mungkin dipengaruhi oleh faktor psikososial seperti stress dan immunocompetence.Istilah immunocompetence ini biasanya digunakan di bidang

kedokteran untuk menjelaskan derajat keaktifan dan keefektifan dari sistem kekebalan tubuh.Jadi, tidak heran jika orang yang mudah stress, mudah pula terserang penyakit. b.

Psikologis

Stress berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terusmenerus. Menurut istilah psikologi, stress berkepanjangan ini disebut stress kronis. Stress kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh, pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara perlahan-lahan. Akibatnya, orang akan terus-menerus merasa tertekan dan kehilangan harapan. Akar dari stress kronis ini adalah dari pengalaman traumatis di masa lalu yang terinternalisasi, tersimpan terus dalam alam bawah sadar. Hal ini jadi berbahaya karena orang jadi terbiasa "membawa" stress ini ke mana saja, dimana saja dan dalam situasi apapun juga; stress kronis ini dianggap sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka sehingga tidak ada upaya untuk mencari jalan keluarnya lagi. Singkatnya, orang yang menderita stress kronis ini sudah hopeless and helpless. Tidak heran jika para penderita stress kronis akhirnya mengambil keputusan untuk bunuh diri, atau meninggal karena serangan jantung, stroke, kanker, atau tekanan darah tinggi.4,5 c.

Interaksi Interpersonal

Orang yang sedang stress akan lebih sensitif dibandingkan orang yang tidak dalam kondisi stress. Oleh karena itulah, sering terjadi salah persepsi dalam membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik, nasihat, bahkan perilaku orang lain. Obyek yang sama bisa diartikan dan dinilai secara berbeda oleh orang yang sedang stress. Selain itu, orang stress cenderung mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Pada tingkat stress yang berat, orang bisa menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri dan harga diri. Akibatnya, ia lebih banyak menarik diri dari lingkungan, tidak lagi mengikuti kegiatan yang biasa dilakukan, jarang berkumpul dengan sesamanya, lebih suka menyendiri, mudah tersinggung, mudah marah, mudah emosi. 3,5 2.

Dampak Terhadap Perusahaan

Sebuah organisasi atau perusahaan dapat dianalogikan sebagai tubuh manusia. Jika salah satu dari anggota tubuh itu terganggu, maka akan menghambat keseluruhan gerak, menyebabkan seluruh tubuh merasa sakit dan menyebabkan individunya tidak dapat berfungsi secara normal. Demikian pula jika banyak di antara karyawan di dalam organisasi mengalami stress kerja, maka produktivitas dan kesehatan organisasi itu akan terganggu. Randall Schuller, mengidentifikasi beberapa perilaku negatif karyawan yang berpengaruh terhadap organisasi. Menurut peneliti ini, stress yang dihadapi oleh karyawan berkorelasi dengan penurunan prestasi kerja, peningkatan ketidakhadiran kerja, serta tendensi mengalami kecelakaan.

Secara singkat beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh stress kerja dapat berupa: • kerja

Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen maupun operasional



Mengganggu kenormalan aktivitas kerja



Menurunkan tingkat produktivitas

• Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan.Kerugian finansial yang dialami perusahaan karena tidak imbangnya antara produktivitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji, tunjangan, dan fasilitas lainnya. Banyak karyawan yang tidak masuk kerja dengan berbagai alasan, atau pekerjaan tidak selesai pada waktunya entah karena kelambanan atau pun karena banyaknya kesalahan yang berulang.5 PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan stress di tempat kerja secara menyeluruh tidak hanya membutuhkan kooperasi dan partisipasi pasien tapi juga partisipasi aktif organisasi tempat kerja, melaksanakan perbaikan tempat kerja seoptimal mungkin, menciptakan manajemen yang terbuka, terlaksananya komunikasi dua arah antara pekerja dan pimpinan, memberikan tugas-tugas dan otoritas tugas yang jelas memberikan targettarget yang menantang tapi mudah dicapai, jadwal kerja yang fleksibel tapi terncana, memberikan teguran pada pekerja yang salah secara wajar, adil tanpa kekerasan. •

Terapi Psikofarmaka

Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi. •

Terapi Somatik

Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain. •

Psikoterapi

Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang.Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.5-7

PENCEGAHAN Ada berbagai cara untuk mengatasi stress.Jika akibat stres telah mempengaruhi fisik dan bahkan menimbulkan penyakit tertentu, peranan obat / medikasi biasanya diperlukan.namun obat itu sendiri kurang efektif untuk mengatasi stress dalam jangka panjang.Ada efek negatif bila menggunakan obat terus menerus. Disamping obat-obat tertentu membutuhkan biaya yang mahal,obat juga bias mengakibatkan ketergantungan dan bahkan membuat orang tertentu kebal terhadap obat tertentu.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara : 1.

Istirahat dan Tidur

Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak. 2.

Olah Raga atau Latihan Teratur

Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran. 3.

Berhenti Merokok

Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh. 4.

Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras

Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol. 5.

Pengaturan Berat Badan

Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres. 6.

Pengaturan Waktu

Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres.Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari.Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan

waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.7,8

KESIMPULAN Stress dapat dialami oleh setiap orang dan dapat diakibatkan berbagai faktor. Dalam kasus ini perempuan yang berprofresi sebagai seorang karyawan di bagian administrasi disebuah perusahaan di daerah sudirman, mengalami stress yang diperberat oleh karena pekerjaan yang dimaksukkan ke dalam kategori pengaruh psikologis. Dampak yang terjadi dapat mempengaruhi diri sendiri dan juga karir di mana perempuan tersebut bekerja.Perlu penaganan yang tepat baik untuk individu dan pajanan disekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA 1. Faktor yang berhubungan dengan stress kerja pada pedagang tradisional pasar daya kota Makassar tahun 2013. Diunduh dari http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/5666/JURNAL%20 SDM.pdf?sequence=1. 24 Oktober 2016. 2. Stress akibat kerja dan penatalaksanaannya. Diunduh dari http://www.univmed.org/wp-content/uploads/2011/02/Ridwan(2).pdf. 24 Oktober 2016. 3. Perbedaan stress kerja antara shift I dan shift III bagian produksi di PT X. diunduh dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=173842&val=4700&title =Perbedaan%20Stres%20Kerja%20Antara%20Pekerja%20Shift%20I%20Dan %20Shift%20III%20Bagian%20Produksi%20Di%20PT.%20Nusantara%20B uilding%20Industries. 24 Oktober 2016. 4. Kesehatan mental konsep, cakupan, dan perkembangan oleh Siswanto S.pSi. 2007. Yogyakarta. 5. Carole Spiers, Tolley’s Managing stress in the workplace, (Croydon: Reed Elsevier; 2003). 6. Smith A. The scale of perceived occupational stress. Occup med J 2000;50295-8. 7. Faktor-faktor yang berhubungan dengan stress kerja pada perawat di ruang icu dan ugd rsud datoe binangkang kabupaten x. diunduh dari http://fkm.unsrat.ac.id/wpcontent/uploads/2014/11/JURNAL_RYO_GOBEL_091511073.pdf. 24 Oktober 2016.

Related Documents


More Documents from "livia erina"