Spo Anastesi Umum Konsul Dewasa.docx

  • Uploaded by: sitohusada
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Spo Anastesi Umum Konsul Dewasa.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,408
  • Pages: 5
PELAYANAN ANESTESI UMUM

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RUMAH SAKIT SITO HUSADA

Tanggal terbit

Standar Prosedur Operasional

Ditetapkan Direktur

Drg.Falentinus Parera, MM Anestesi

Pengertian

umum

adalah

merupakan

tindakan

medis

dengan

memberikan obat-obatan yang mengakibatkan penderita tidak sadar yang bersifat sementara

Tujuan Kebijakan

Prosedur

Menghilangkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh suatu tindakan pembedahan 1. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi di ruang instalasi bedah sentral baik elektif / terencana maupun emergency. 2. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien belum sadar secara penuh. 3. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun pasca pembedahan sesuai perintah dokter anestesi.

. 1. Lakukan induksi dengan memberikan obat sedative sesuai indikasi dan dosis melalui infuse 2. Pemeliharaan anestesi/maintenance O2 a. Selesai melakukan induksi sampai pasien tidur dan reflek bulumata hilang maka sungkup muka diletakkan pada muka sesuai dengan ukuran. Pastikan napas sudah spontan kembali dengan ditandai ada gerakan yang teratur pada reservoir bag b. mulai diberikan O2 2 Lt/menit dan diberikan obat anestesi inhalasi sesuai indikasi dan dosis c. Kalau stadium anestesi sudah bekerja,rahang sudah relaks, masukkan uropharing airway tube d. Pemberian obat anestesi inhalasi dikurangi sebelum operasi dimulai e. Pemberian obat anestesi inhalasi dihentikan beberapa saat sebelum operasi selesai f. Setelah selesai semua, pasien dipindahkan ke ruang pulih sadar dan di beri O2 sesuai dosislewat kanul nasal sampai pasien sadar A. Teknik anastesi nafas spontan dengan pipa endotrakea 1. Lakukan induksi dengan obat sedative intra vena sampai pasien tidur. Sungkup muka dipasang pada muka pasien jika reflek sudah hilang, berikan obat pelumpuh otot sesuai indikasi dan dosis secara intra vena 2. Setelah pasien apneu diberi nafas buatan. Sesudah

relaksasi pada otot rahang kemudian dilakukan intubasi 3. Sesudah pipa endotrakea masuk dilakukan tes dengan cara menekan dada merasakan udaranya atau juga dapat dilakukan auscultasi dada pada kedua apek paru lalu kita isi balon dengan udara dan masukkan guedel lalu difiksasi dengan plestes/hipafik. 4. Pipa endotrakeal dihubungkan konektor sirkuit alat mesin anestesi . bila sudah ada gerakan nafas spontan diberi tambahan obat pelumpuh otot dosis pemeliharaan kemudian diberikan obat anestesi inhalasi sesuai kebutuhan

5. Selanjutnya kedalaman

anestesi dipertahankan dengan

O2 dan obat anestesi inhalasi

B. Teknik

anestesi

nafas

kendali

dengan endotrakea

1. Lakukan induksi dengan obat sedative sesuai indikasi dan dosis sampai pasien tidur. Sungkup muka dipasang pada muka pasien apabila reflek bulumata sudah hilang berikan obat pelumpuh otot sesuai indikasi dan dosis secara intra vena 2. Setelah pasien apneu diberi nafas buatan. Sesudah relaksasi pada otot rahang kemudian dilakukan intubasi 3. Pipa endotrakeal dihubungkan konektor sirkuit alat / mesin anestesi 4. Bila reservoir bag mulai bergerak (nafas spontan) beri obat pelumpuh otot dengan dosis pemeliharaan. 5. Nafas dikendalikan dengan cara manual yaitu dengan cara memijat reservoir bag sesuai dengan frekwensi pernafasan ( 4 detik 1 kali memijit ) / ventilator 6. Apabila akan terjadi nafas spontan pembedahan akan selesai, masukkan lagi obat pelumpuh otot dosis 1/3 dosis awal. 7. Untuk mengakhiri anestesi dengan nafas kendali pasien diharuskan

nafas

spontan

dengan

memberikan

kombinasi obat sulfas atropine dengan 0,5 prostigmin atau dosis bisa diulang sampai nafas spontan adekuat. Lakukan ekstubasi dan oksigenasi sebanyak 6 L/menit Unit terkait

1. Kamar Operasi 2. Ruang Pemulihan 3. Rawat Inap

PELAYANAN ANESTESI UMUM

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

RUMAH SAKIT SITO HUSADA

Tanggal terbit

Standar Prosedur Operasional

Ditetapkan Direktur

Drg.Falentinus Parera, MM Anestesi

Pengertian

umum

adalah

merupakan

tindakan

medis

dengan

memberikan obat-obatan yang mengakibatkan penderita tidak sadar yang bersifat sementara

Tujuan

Menghilangkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh suatu tindakan pembedahan

Kebijakan

Prosedur

1. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi di ruang instalasi bedah sentral baik elektif / terencana maupun emergency. 2. Tindakan perawatan dari persiapan hingga melakukan pengawasan selama pasien belum sadar secara penuh. 3. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun pasca pembedahan sesuai perintah dokter anestesi.

. I.

OPERASI ELEKTIF

PERSIAPAN OPERASI A. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam anamnesa 1. Identifikasi pasien, misal: nama,umur, alamat, pekerjaan dll. 2. Pernyataan persetujuan untuk anestesi yang ditandatangani oleh pasien atau wali. 3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit dalam anestesi, antara lain : penyakit alergi, penyakit paru-paru kronik (asma bronkial, bronkitis), penyakit jantung, hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal. 4. Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan yang mungkin menimbulkan interaksi dengan obat-obat anestesi. 5. Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami pada waktu yang lalu, berapa kali dan selang waktu. Apakah saat itu mengalami komplikasi, seperti: lama pulih sadar, memerlukan perawatan intensif pasca bedah, dll. 6. Kebiasaan buruk sehari-hari yang mungkin dapat mempengaruhi jalannya anestesi, seperti : merokok, minum minuman beralkohol, pemakai narkoba. B. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik rutin meliputi: keadaan umum kesadaran, anemis / tidak, BB, TB, suhu, tekanan darah, denyut nadi, pola dan frekuensi pernafasan. 2.Dilakukan penilaian kondisi jalan nafas yang dapat menimbulkan kesulitan intubasi. C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1. Darah : Hb, Ht, hitung jenis lekosit, golongan darah, waktu pembekuan dan perdarahan. 2. Urine : protein, reduksi, sedimen 3. Foto thorak : terutama untuk bedah mayor 4. EKG : rutin untuk umur > 40 tahun 5. Elekrolit (Natrium, Kalium, Chlorida)

6. Dilakukan pemeriksaan khusus bila ada indikasi,misal: a. EKG : pada anak dan dewasa < 40tahun dengan tandatanda penyakit kardiovaskuler. b. Fungsi hati (bilirubin, urobilin, dsb.) bila dicurigai adanya gangguan fungsi hati. c. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin) bila dicurigai adanya gangguan fungsi ginjal. PENATALAKSANAAN D. Persiapan Hari Operasi 1. Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi / muntah. Untuk dewasa dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi, sedang anak / bayi 45 jam. 2. Tentang pemberian cairan infus sebagai pengganti defisit cairan selama puasa, paling lambat 1 jam sebelum operasi (dewasa) atau 3 jam sebelum operasi , untuk bayi / anak dengan rincian:  1 jam I : 50%  1 jam II : 25%  1 jam III : 25% 3. Gigi palsu / protese lain harus ditanggalkan sebab dapat menyumbat jalan nafas dan mengganggu. 4. Perhiasan dan kosmetik harus dilepas /dihapus sebab akan mengganggu pemantauan selama operasi. 5. Pasien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus, bersih dan longgar dan mudah dilepas. 6. Mintakan ijin operasi dari pasien atau keluarganya. 7. Sudah terpasang jalur / akses intravena menggunakan iv catheter ukuran minimal 18 atau menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang. 8. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2 9. Dilakukan pemeriksaan fisik ulang, jika ditemukan perubahan dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan elektif maka pembedahan dapat ditunda untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut. 10. Jika pasien gelisah/cemas diberikan premedikasi: a. Midazolam dosis 0,07-0,1mg/kgBB iv b. Pada anak SA 0,0100-015 mg/kgBB + midazolam 0,1mg/kgBB + ketamin 3-5mg/kgBB im atau secara intra vena SA 0,01 mg/kgBB + midazolam 0,07 mg/kgBB 11. Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen 6 liter/menit dengan masker (pre oksigenasi) selama 5 menit. 12. Obat induksi yang digunakan secara intravena: a. Ketamin (dosis 1-2 mg/kgBB) b. Penthotal (dosis 4-5 mg/kgBB) c. Propofol (dosis 1-2mg/kgBB) 13. Pada penderita bayi atau anak yang belum terpasang akses intravena, induksi dilakukan dengan inhalasi memakai agent inhalasi yang tidak iritasi atau merangsang jalan nafas seperti halothane atau sevoflurane. 14. Selama induksi dilakukan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi maupun saturasi oksigen). 15. Pada kasus operasi yang memerlukan pemeliharan jalan nafas, dilakukan intubasi endotracheal tube. 16. Pemeliharaan anestesi dilakukan dengan menggunakan asas trias anestesia (balance anaesthesia) yaitu : sedasi, analgesi, dan relaksasi. 17. Pemeliharaan anestesi dapat menggunakan agent volatile (halothane, enflurane, maupun isoflurane) atau TIVA (Total Intravena Anestesia) dengan menggunakan ketamin atau propofol. 18. Pada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan pemeliharaan dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi. 19. Ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar. 20. Setelah operasi penderita dirawat dan dilakukan pengawasan tanda vital secara ketat di ruang pemulihan. 21. Penderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal setelah memenuhi kriteria (Aldrete score > 8 untuk

penderita dewasa atau Stewart Score > 5 untuk penderita bayi / anak). 22. Apabila post-operasi diperlukan pengawasan hemodinamik secara ketat maka dilakukan di ruang intensif (ICU). II. OPERASI DARURAT (EMERGENCY) 1. Dilakukan perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu. 2. Dilakukan pemeriksaan laboratorium standard atau pemeriksaan penunjang yang masih mungkin dapat dilakukan. 3. Pada operasi darurat, dimana tidak dimungkinkan untuk menunggu sekian lama, maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif dengan cara merangsang muntah dengan apomorfin atau memasang pipa nasogastrik. 4. Dilakukan induksi dengan metode rapid squence induction menggunakan suksinil kolin dengan dosis 1 2 mg /kgBB. 5. Pemeliharaan anestesi dan monitoring anestesi yang lainnya sesuai dengan operasi elektif.

Unit terkait

1. IGD 2. Kamar Operasi 3. 3.Rawat Inap

Related Documents

Anastesi Umum
May 2020 36
Spo Anastesi Konsul.docx
October 2019 49
Anastesi Lokal.docx
November 2019 43
Umum
October 2019 46

More Documents from ""

Spo Pilih Sadar.docx
October 2019 65
Rs.docx
October 2019 44
Spo Gizi.docx
November 2019 44
Marlin Spo Asuhan Pasien.pdf
November 2019 43