Rs.docx

  • Uploaded by: sitohusada
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rs.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,164
  • Pages: 12
PELAYANAN ANESTESI UMUM

RS. SITO HUSADA ATAMBUA

SPO

PENGERTIAN

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

001/SPO-AP/RS.SH

0

1 dari 3

Tanggal terbit

Ditetapkan,

18 Maret 2019

Direktur

Drg.Falentinus Parera, MM Anestesi umum adalah merupakan tindakan medis dengan memberikan obat-obatan yang mengakibatkan penderita tidak sadar yang bersifat sementara

TUJUAN

Menghilangkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh suatu tindakan pembedahan

KEBIJAKAN

1. Melakukan tindakan anaesthesiologi pada pasien yang akan dilakukan operasi di ruang instalasi bedah sentral baik elektif / terencana maupun emergency. 2. Tindakan

perawatan

dari

persiapan

hingga

melakukan

pengawasan selama pasien belum sadar secara penuh. 3. Memberikan obat-obatan anestesi bila diperlukan baik dalam persiapan, selama maupun pasca pembedahan sesuai perintah dokter anestesi PROSEDUR

I.

OPERASI ELEKTIF

PERSIAPAN OPERASI A. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam anamnesa 1.

Identifikasi pasien, misal: nama,umur, alamat, pekerjaan dll.

2. Pernyataan persetujuan untuk anestesi yang ditandatangani oleh pasien atau wali. 3. Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita yang mungkin dapat menjadi penyulit dalam anestesi, antara lain : penyakit alergi, penyakit paru-paru kronik (asma bronkial, bronkitis), penyakit jantung, hipertensi, penyakit hati dan penyakit ginjal. 4. Riwayat obat-obat yang sedang atau telah digunakan yang mungkin menimbulkan interaksi dengan obat-obat anestesi.

PELAYANAN ANESTESI UMUM

RS. SITO HUSADA ATAMBUA No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

001/SPO-AP/RS.SH

0

1 dari 3

5. Riwayat operasi dan anestesi yang pernah dialami pada waktu yang lalu, berapa kali dan selang waktu. Apakah saat itu mengalami komplikasi, seperti: lama pulih sadar, memerlukan perawatan intensif pasca bedah, dll. 6. Kebiasaan

buruk

sehari-hari

yang

mungkin

dapat

mempengaruhi jalannya anestesi, seperti : merokok, minum minuman beralkohol, pemakai narkoba. B. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan fisik rutin meliputi: keadaan umum kesadaran, anemis / tidak, BB, TB, suhu, tekanan darah, denyut nadi, pola dan frekuensi pernafasan. 2.Dilakukan penilaian kondisi jalan nafas yang dapat menimbulkan kesulitan intubasi. C. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 1.

Darah : Hb, Ht, hitung jenis lekosit, golongan darah, waktu pembekuan dan perdarahan.

2. Urine : protein, reduksi, sedimen 3. Foto thorak : terutama untuk bedah mayor 4. EKG : rutin untuk umur > 40 tahun 5. Elekrolit (Natrium, Kalium, Chlorida) 6. Dilakukan pemeriksaan khusus bila ada indikasi,misal: a. EKG : pada anak dan dewasa < 40tahun dengan tandatanda penyakit kardiovaskuler. b. Fungsi hati (bilirubin, urobilin, dsb.) bila dicurigai adanya gangguan fungsi hati. c. Fungsi ginjal (ureum, kreatinin) bila dicurigai adanya gangguan fungsi ginjal. PENATALAKSANAAN D. Persiapan Hari Operasi 1. Pengosongan lambung, penting untuk mencegah aspirasi isi lambung karena regurgitasi / muntah. Untuk dewasa dipuasakan 6-8 jam sebelum operasi, sedang anak / bayi 45 jam.

PELAYANAN ANESTESI UMUM

RS. SITO HUSADA ATAMBUA No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

001/SPO-AP/RS.SH

0

1 dari 3

2. Tentang pemberian cairan infus sebagai pengganti defisit cairan selama puasa, paling lambat 1 jam sebelum operasi (dewasa) atau 3 jam sebelum operasi , untuk bayi / anak dengan rincian: 

1 jam I

: 50%



1 jam II

: 25%



1 jam III : 25%

3. Gigi palsu / protese lain harus ditanggalkan sebab dapat menyumbat jalan nafas dan mengganggu. 4. Perhiasan dan kosmetik harus dilepas /dihapus sebab akan mengganggu pemantauan selama operasi. 5. Pasien masuk kamar bedah memakai pakaian khusus, bersih dan longgar dan mudah dilepas. 6. Mintakan ijin operasi dari pasien atau keluarganya. 7. Sudah terpasang jalur / akses intravena menggunakan iv catheter ukuran minimal 18 atau menyesuaikan keadaan pasien dimana dipilih ukuran yang paling maksimal bisa dipasang. 8. Dilakukan pemasangan monitor tekanan darah, nadi dan saturasi O2 9. Dilakukan pemeriksaan fisik ulang, jika ditemukan perubahan dan tidak memungkinkan untuk dilakukan pembedahan elektif maka pembedahan dapat ditunda untuk dilakukan pengelolaan lebih lanjut. 10. Jika pasien gelisah/cemas diberikan premedikasi: a. Midazolam dosis 0,07-0,1mg/kgBB iv b. Pada anak SA 0,0100-015 mg/kgBB + midazolam 0,1mg/kgBB + ketamin 3-5mg/kgBB im atau secara intra vena SA 0,01 mg/kgBB + midazolam 0,07 mg/kgBB 11. Sebelum dilakukan induksi diberikan oksigen 6 liter/menit dengan masker (pre oksigenasi) selama 5 menit.

PELAYANAN ANESTESI UMUM

RS. SITO HUSADA ATAMBUA No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

001/SPO-AP/RS.SH

0

1 dari 3

12. Obat induksi yang digunakan secara intravena: a. Ketamin (dosis 1-2 mg/kgBB) b. Penthotal (dosis 4-5 mg/kgBB) c. Propofol (dosis 1-2mg/kgBB) 13. Pada penderita bayi atau anak yang belum terpasang akses intravena, induksi dilakukan dengan inhalasi memakai agent inhalasi yang tidak iritasi atau merangsang jalan nafas seperti halothane atau sevoflurane. 14. Selama induksi dilakukan monitor tanda vital (tekanan darah, nadi maupun saturasi oksigen). 15. Pada kasus operasi yang memerlukan pemeliharan jalan nafas, dilakukan intubasi endotracheal tube. 16. Pemeliharaan anestesi dilakukan dengan menggunakan asas trias anestesia (balance anaesthesia) yaitu : sedasi, analgesi, dan relaksasi. 17. Pemeliharaan anestesi dapat menggunakan agent volatile (halothane, enflurane, maupun isoflurane) atau TIVA (Total Intravena Anestesia) dengan menggunakan ketamin atau propofol. 18. Pada pembedahan yang memerlukan relaksasi otot diberikan pemeliharaan dengan obat pelumpuh otot non depolarisasi. 19. Ekstubasi dilakukan setelah penderita sadar. 20. Setelah

operasi

penderita

dirawat

dan

dilakukan

pengawasan tanda vital secara ketat di ruang pemulihan. 21. Penderita dipindahkan dari ruang pemulihan ke bangsal setelah memenuhi kriteria (Aldrete score > 8 untuk penderita dewasa atau Stewart Score > 5 untuk penderita bayi / anak). 22. Apabila post-operasi diperlukan pengawasan hemodinamik secara ketat maka dilakukan di ruang intensif (ICU).

PELAYANAN ANESTESI UMUM

RS. SITO HUSADA ATAMBUA No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

001/SPO-AP/RS.SH

0

1 dari 3

II. OPERASI DARURAT (EMERGENCY) 1. Dilakukan perbaikan keadaan umum seoptimal mungkin sepanjang tersedia waktu. 2. Dilakukan

pemeriksaan

laboratorium

standard

atau

pemeriksaan penunjang yang masih mungkin dapat dilakukan. 3. Pada operasi darurat, dimana tidak dimungkinkan untuk menunggu sekian lama, maka pengosongan lambung dilakukan lebih aktif dengan cara merangsang muntah dengan apomorfin atau memasang pipa nasogastric 4. Dilakukan induksi dengan metode rapid squence induction menggunakan suksinil kolin dengan dosis 1 2 mg /kgBB. 5. Pemeliharaan anestesi dan monitoring anestesi yang lainnya sesuai dengan operasi elektif UNIT TERKAIT

1. IGD 2. Kamar Operasi 3. Rawat Inap 4. Laboratorium

RS. SITO HUSADA

PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH SADAR

ATAMBUA No. Dokumen

SPO

PENGERTIAN TUJUAN

No. Revisi

Halaman

0

1 dari 3

Tanggal terbit

Ditetapkan,

18 Maret 2019

Direktur

Drg.Falentinus Parera, MM Perawatan dan pemantauan pada penderita di ruang pulih sadar Mendeteksi dan memantau kondisi dan kelainan yang timbul pada pasien sesudah pembedahan, dan segera mengambil tindakan bila dijumpai keadaan yang abnormal

KEBIJAKAN

Semua penderita setelah selesai pembedahan harus dipantau di ruang PACU ( Post Anesthetic Care Unit )/ Ruang pulih sadar

PROSEDUR

1. Setelah penderita dilakukan pembedahan/anestesi, penderita diawasi di ruang pulih sadar 2. Kemudian segera diperiksa ulang tanda-tanda vitalnya. 3. Semua penderita yang dilakukan anestesi umum harus diberikan O2 selama masa pulih sadar. 4. Dilakukan pengawasan penderita mengenai : Sistem saraf pusat terdiri dari : o Derajat kesehatan o Reflek cahaya dari pupil mata o Reaksi rangsang dengar Sistem respirasi o Posisi penderita terutama yang belum sadar o Pemeliharaan jalan nafas o Amati frekuensi dan dalam/dangkalnya pernafasan o Suara nafas lancar / ada sumbatan o Adekuat / inadekuatnya pernafasan o System peredaran darah  System pencernaan  System perkemihan  Warna kulit  Pengawasan perdarahan

terhadap

PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH SADAR

RS. SITO HUSADA ATAMBUA

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

0

1 dari 3

 Pengukuran Tanda-tanda vital yang regular  Pantau terhadap nyeri danmuntah Pemberian terapi penderita sesuai petunjuk dokter  Sebagai pedoman selama penderita di ruang pulih sadar menggunakan parameter Aldrete Score ALDRETE SCORING SYSTEM Nomor 1

Criteria WARNA KULIT Kemerahan normal

Skor

Pucat

1

Sianosis 2

AKTIFITAS MOTORIK Gerak 4 anggota tubuh Gerak 2 anggota tubuh Tidak ada gerakan

3

4

5

PERNAFASAN Nafas dalam, batuk dan tangis kuat Nafas dangkal dan adekuat Apneu dan nafas tidak adekuat TEKANAN DARAH ± 20 mmHg dari pre operasi ± 20 – 50 mmHg dari pre operasi ± 50 dari pre operasi KESADARAN Sadar penuh mudah di panggil Respon terhadap rangsangan +, reflek protektif +

2

0

2 1 0

2 1 0

2 1 0

2 1

PASCA PEMBEDAHAN DI RUANG PULIH SADAR

RS. SITO HUSADA ATAMBUA

No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

0

1 dari 3

Tidak ada resp[on, reflek 0 protektif Pasien dapat dipindahkan ke bangsal jika nilai Aldrete Score minimal 8 dan penderita akan dipindahkan ke ICU jika Aldrete Score kurang dari 8 BROMAGE SCORE Nomor 1

2 3

Criteria Dapat mengangkat tungkai bawah

Skor

Tidak dapat menekuk lutut tapi dapatmengangkat kaki Tidak dapat mengangkat tungkai bawah tetapimasih dapat menekuk lutut

1

4

0

2

Tidak dapat mengangkat kaki 3 sama sekali Pasien dapat dipindahkan ke bangsal jika nilai Bromage Score kurang dari 2. UNIT TERKAIT

1. Ruang Pulih Sadar 2. Rawat Inap

ANESTESI LOKAL

RS. SITO HUSADA ATAMBUA No. Dokumen

SPO

No. Revisi

Halaman

0

1 dari 3

Tanggal terbit

Ditetapkan, Direktur

PENGERTIAN

Drg.Falentinus Parera, MM . Pemberian anestesi lokal adalah tindakan menghilangkan rasa sakit atau nyeri secara lokal tanpa disertai hlangnya kesadaran Pemberian anestesi lokal dapat dengan tekhnik  Anestesi permukaan adalah pengolesan atau penyemprotan analgetik lokal diatas selaput mukosa seperti mata,hidung,faring.  Anestesi infiltrasi adalah penyuntikan larutan analgetik lokal langsung diarahkan disekitar tempat lesi,luka atau insisi.cara infiltrasi yang serng digunakan adalah blokade lingkar dan larutan obat disuntikan intradermal atau subcutan  Anestesi blok adalah penyuntikan analgetik lokal langsung ke saraf utama atau pleksussaraf.  Anestesi regional intravena adalah penyuntikan larutan analgetik local intravena Obat anestesi lokal/regional adalah obat yang menghambat hantaran saraf bila dikenakan secara lokal.anestesi lokal idealnya adalah yang tidak mengiritasi atau merusak jaringan secara permanen,batas keamanan lebar,mula kerja singkat,masa kerja cukup lama,larut dalam air,stabil dalam larutan,dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan dan efeknyareversibel. Contoh obat anestesi lokal

TUJUAN

 Lidokain (liqnikaon,xylocain) adalah anestesi lokal kuat yang digunakan secara topikal dan suntikan.Efek anestesi lebih kuat,cepat,ekstensif dibanding prokain. Untuk menghilangkan rasa sakit sementara ketika melakukan tindakan bedah minor dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit pada tubuh

ANESTESI LOKAL

RS. SITO HUSADA ATAMBUA No. Dokumen

KEBIJAKAN

PROSEDUR

No. Revisi

Halaman

0

1 dari 3

Sebagai pedoman dalam pemberian anestesi lokal pada saat melakukan tindakan bedah minor dan prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit. Pelaksanaan pemberian anestesi lokal pada saat melakukan tindakan bedah minor dan prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit harus mengikuti langkah-langkah yang tertuang dalam SPO pemberian anestesi lokal. 1. Petugas mengidentifikasi pasien ,mencocokkan identitas pasien dengan rekam medis. 2. Petugas menganamnesa pasien 3. Petugas mencatat anamnesa pasien ke rekam medis 4. Petugas menidurkan pasien di ruang tindakan,memposisikan luka yang akan dilakukan anestesi terlihat kasat mata 5. Petugas memberikan informed consent pada pasien dan keluarga tentang tindakan anestesi yang akan dilakukan 6. Pasien menandatangani lembar informed consent setelah diberi informed consent oleh petugas 7. Petugas mempersiapkan alat dan bahan steril untuk melakukan tindakan anestesi 8. Petugas mencuci tangan dengan 7 langkah mencuci tangan 9. Petugas menggunakan sarung tangan steril 10. Petugas mengambil obat anestesi dengan menggunakan spuit dibantu dengan petugas lain yang membukakan obat anestesi 11. Petugas memberikan informasi kalau akan segera dilakukan penyuntikan pembiusan untuk menghilangkan rasa sakit 12. Petugas menyuntikkan obat anestesi local langsung ke lesi,luka dan sekitarnya secara blokade lingkar dan obat disuntikan intradermal atau subcutan 13. Petugas menunggu 1-2 menit sampai obat anestesi bereaksi dan pasien sudah tdak merasakan sakit pada luka dansekitarnya 14. Petugas menanyakan pada pasien dengan memberikan rangsangan nyeri pada sekitar luka apakah masih nyeri atau tidak dan sudah merasa baal/kesemutan pada kulit sekitar luka. 15. Setelah pasien tidak merasa nyeri petugas membersihkan luka yang terkena kotoran dengan larutan NaCl 0,9%

UNIT TERKAIT

13. Petugas melakukan tindakan bedah minor 1. Poli Bedah 2. Kamar operasi

RS. SITO HUSADA

PENANGANAN PASIEN HENTI JANTUNG AKIBAT TINDAKAN ANESTESI

ATAMBUA

No. Dokumen

SPO

No. Revisi

Halaman

0

1 dari 3

Tanggal terbit

Ditetapkan, Direktur

PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN

Drg.Falentinus Parera, MM Penanganan kasus henti jantung / cardiac arrest setelah pemberian obat-obatan anestesi Untuk meningkatkan kembali kinerja jantung untuk kelangsungan hidup . Falsafah dan tujuan penanganan pasien Gawat Darurat (PPGD):

PROSEDUR

1.

Mencegah kematian.

2.

Memperpanjang hidup pasien.

3.

Mencegah terjadinya kecacatan 1. Mengenali tanda-tanda henti jantung: a. Hilang kesadaran dalam waktu 15 detik setelah henti jantung. b. Tak teraba denyut jantung pada arteri femoralis dan karotik komunikasi pada orang dewasa, sedangkan pada anakanak arteri brakhialis. c. Henti nafas (megap-megap / gasping d. Terlihat seperti mati (death appererence)

kulit

like

pucat

sampai

kelabu. e. Terjadi dilatasi pada pupil. 2. Lakukan resusitasi jantung paru (RJP) sesuai prosedur baik dengan 1 penolong atau 2 penolong. 3. Bila (RJP) tidak berhasil pasien langsung diberikan obat-obatan cairan a. Adrenalin 0,5-1 mg untuk orang dewasa diberikan secara intravena (adrenalin) direncanakan dengan aquabidset sebanyak 9 ml dosis tersebut diulang beberapa kali sampai

RS. SITO HUSADA ATAMBUA

PENANGANAN PASIEN HENTI JANTUNG AKIBAT TINDAKAN ANESTESI No. Dokumen

No. Revisi

Halaman

0

1 dari 3

terjadi denyut spontan atau mati b.Natrium bikarbonat dosis 1 mg/ kg BB secara intravena. c.Pasang infuse sesuai indikasi 4. Lihat hasil EKG monitor 5. Bila terjadi asistole lakukan terapi fibrilasi (treatment fibrillation). Elektroda dipasang sebelah kiri puting susu kiri dan sebelah kanan sternum atas 6. Defribilator luar: arus searah dosis a. 100-360 W sec (joule) untuk dewasa. b. Untuk anak-anak: 100-200 W sec (joule) c. Untuk bayi: 50-100 W sec (joule) 7. Syok terapi bisa diulang bila diperlukan 8. Seseorang dinyatakan mati bila fungsi pernafasan spontan dan jantung telah berhenti secara menetap dan telah terjadi kematian otak. UNIT TERKAIT

Kamar Operasi

More Documents from "sitohusada"

Spo Pilih Sadar.docx
October 2019 65
Rs.docx
October 2019 44
Spo Gizi.docx
November 2019 44
Marlin Spo Asuhan Pasien.pdf
November 2019 43