Seminar Hasil Damiu Martono.docx

  • Uploaded by: Destia Mardianty
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Seminar Hasil Damiu Martono.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,717
  • Pages: 48
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Syarat kesehatan yang dimaksud adalah mikrobiologi, kimia, fisika dan radio aktif (Menteri Kesehatan RI, 2010). WHO (2011) memperhitungkan bahwa kebutuhan air masyarakat di negara berkembang (pedesaan) termasuk di Indonesia antara 30-60 liter/orang/hari, sedangkan di negara-negara maju atau perkotaan memerlukan 60-120 liter/orang/hari. Dalam memenuhi kebutuhan air, manusia selalu memperhatikan kualitas dan kuantitas air. Kuantitas yang cukup diperoleh dengan mudah karena adanya siklus hidrologi, yakni siklus ilmiah yang mengatur dan memungkinkan tersedianya air permukaan dan air tanah. Namun demikian pertumbuhan

penduduk

dan

kegiatan

manusia

dapat

menyebabkan

pencemaran, sehingga kualitas air yang baik dan memenuhi persyaratan tertentu sulit diperoleh. Kesehatan perlu ditingkatkan karena kesehatan itu relatif dan mempunyai bentangan yang luas sampai tingkat yang optimal (Notoatmojo, 2008). Hal inilah yang menjadi alasan mengapa Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang disebut-sebut menggunakan air pegunungan banyak dikonsumsi.

Depot air minum adalah usaha yang melakukan pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Dampak positif adanya depot air minum adalah menyediakan air minum yang kualitasnya aman dan sehat bagi konsumen, menyediakan air minum yang menenuhi kualitas dan menyediakan air minum secara berkesinambungan untuk menunjang kebutuhan rumah tangga. Disisi lain, perkembangan depot air minum berpotensi menimbulkan dampak negatif karena rendahnya jaminan kualitas air minum yang dihasilkan, sehingga apabila hal tersebut tidak dikendalikan akan mengakibatkan kerugian bagi kesehatan misalnya keracunan zat kima dan penyebaran penyakit melalui air. Pada Umumnya Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) telah mendapat izin usaha, peredaran dan pengawasannya telah mendapat izin dari instansi terkait sebelum diedarkan. Namun harga AMDK dari berbagai merek yang cenderung terus meningkat membawa konsumen mencari alternatif baru yang murah. Tingginya minat masyarakat dalam mengkonsumsi AMDK dan mahalnya harga AMDK mendorong tumbuhnya Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di berbagai tempat terutama di kota-kota dan daerah-daerah pinggiran kota. Dilihat dari segi harganya air minum isi ulang jauh lebih murah bila dibandingkan dengan AMDK akan tetapi masyarakat masih ragu dalam menentukan kualitasnya karena depot air minum isi ulang ini mengenai perizinan, pembinaan, pengawasan dan peredarannya belum dilakukan sebagaimana mestinya, padahal masyarakat memerlukan informasi yang jelas terutama tentang keamanan konsumsi, sehingga aman untuk dikonsumsi.

Masyarakat sebagai konsumen air minum perlu dilindungi haknya, seperti yang terlulis dalam undang-undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa dan hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa (Badan Perlindungan Konsumen Nasional RI, 2010). Ada beberapa kemungkinan penyebab DAMIU terkontaminasi diantaranya: sumber air baku, wadah tempat distribusi tidak memenuhi standar hygiene dan sanitasi DAMIU, juga proses filtrasi dan desinfektan dengan teknologi yang rendah. Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah terhadap air minum agar aman dikonsumsi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Penelitian terhadap populasi DAMIU di Semarang ditemukan 34% depot tercemar bakteri demikian juga dengan hasil penelitian di kota Bogor terhadap 27 depot air minum ditemukan 2 (7%) depot tercemar bakteri. Hasil sidak Dinas Kesehatan Jakarta Barat pada Januari 2009 yang lalu menemukan 384 sampel dari DAMIU yang tercemar E.coli. Hasil pengujian kualitas 120 sampel DAMIU dari 10 kota besar (Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yokyakarta, Medan dan Denpasar). Sekitar 16 % dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini menunjukkan buruknya kualitas depot air minum isi ulang.

Berdasarkan hasil uji petik pengambilan sampel depot air minum pada tahun 2013 oleh Dinas Kesehatan Propinsi Bali di sembilan kabupaten/kota, sebesar 20% sampel air minum isi ulang dinyatakan tidak memenuhi persyaratan bakteriologis. Penelitian yang pernah dilakukan oleh Partiana tahun 2015 terhadap kualitas bakterologis air minum isi ulang di kabupaten Bandung diketahui bahwa sebesar 88,9% air minum isi ulang memenuhi syarat dan 11,1% tidak memenuhi syarat karena mengandung bakteri E.coli dan coliform. Berdasarkan hasil beberapa penelitian di berbagai daerah ditemukan pembinaan dan pengawasan terkait dengan perizinan usaha, pengolahan dan higiene sanitasi depot air minum yang belum jelas, serta masih banyak kandungan kuman dan bakteri dalam air minum isi ulang. Depot air minum isi ulang semakin banyak bermunculan, termasuk di wilayah Puskesmas Kembang Seri. Saat ini di wilayah Puskesmas Kembang Seri dengan jumlah penduduk sebanyak 8.346 jiwa terdapat 7 Unit Depot air minum yang rata-rata perhari setiap depot menjual 60 galon kepada masyarakat. Dengan asumsi 60 galon dikalikan 7 depot, berarti setiap hari masyarakat di wilayah puskesmas Kembang Seri mengkonsumsi sebanyak 420 Galon atau sebanyak 8.400 liter air. Bila diasumsikan setiap orang memerlukan 2 liter air minum per hari, maka sebanyak 4.200 atau lebih dari 50% orang di wilayah Puskesmas Kembang Seri mengkonsumsi air minum dari depot air minum, sementara sampai saat ini kualitas air minum yang dijual dari depot air minum tersebut belum diketahui secara pasti terutama kualitas bakteriologisnya (keberadaan

bakteri E Coli/ Golongan coli form). Untuk melindungi konsumen ataupun masyarakat yang menggunakan air minum isi ulang sebagai alternatif yang murah dalam

memenuhi

kebutuhan

air

minum,

maka berdasarkan

pertimbangan tersebut perlu dilakukan penelitian tentang analisis kualitas air minum secara bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan tentang bagaimanakah kualitas bakteriologis air minum isi ulang di wilayah Puskesmas Kembang Seri. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui kualitas bakteriologis air minum isi ulang pada DAMIU di wilayah Puskesmas Kembang Seri. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui sumber air baku yang digunakan pada DAMIU di wilayah Puskesmas Kembang Seri. b. Mengetahui proses pengolahan air minum isi ulang di wilayah Puskesmas Kembang Seri. c. Mengetahui kualitas bakteriologis air minum isi ulang pada DAMIU di wilayah Puskesmas Kembang Seri

D. Manfaat 1. Bagi Akademik / Institusi Dapat menjadi sumber evaluasi yang digunakan sebagai bahan masukan referensi yang nantinya akan berguna bagi disiplin ilmu kesehatan lingkungan tentang pengelolaan Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) 2. Bagi Pengelola dan pekerja Depot Air Minum Isi Ulang. Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan kualitas air minum isi ulang agar tetap terjaga. 3. Bagi Masyarakat Memberikan informasi dan pedoman dalam memilih dan mengkonsumsi air minum isi ulang dengan benar. 4. Bagi Peneliti Sebagai salah satu masukan dan acuan bagi peneliti selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan kualitas air minum isi ulang.

E. Keaslian Penelitian NO

JUDUL

1.

Kajian Kualitas Bakteriologis Air Minum Isi Ulang Di Kabupaten Blora Melalui Metode Most Probable Number

NAMA PENELITI Lydia Ayu Natalia

HASIL PENELITIAN 96% air produk depot air minum isi ulang tidak terkontaminasi bakteri coliform, sedangkan 4% terkontaminasi bakteri coliform. Kondisi hygiene dan sanitasi dari

TAHUN PENELITIAN 2013

2.

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Pemeriksaan Fisik, Kimia Dan Mikrobiologi Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu

Mualim dan Deri Kermelita

depot air minum isi ulang juga berpengaruh terhadap ada tidaknya kontaminasi bakteri coliform. Lebih dari sebagian 7 (58,67%) DAMIU memenuhi syarat hygiene sanitasi. Hasil pemeriksaan air minum isi ulang yang ada pada DAMIU secara fisik dan kimia 100% memenuhi syarat kesehatan air minum, dan lebih dari sebagian (66,67%) air minum isi ulang yang ada pada DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu secara mikrobiologi memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

2017

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian ini akan menggambarkan sumber air baku, proses produksi dan kualitas bakteriologis Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Minum Air sangat penting untuk menopang hidup mahluk hidup, oleh karena itu pasokan air harus memadai, aman, dan mudah diakses (WHO, 2011). Peningkatan akses air minum yang amandapat bermanfaat bagi kesehatan, dan oleh karena itu setiap upaya perlu dilakukan untuk mendapatkan air yang aman. 1. Definisi Air Minum Air minum air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum yang aman dikonsumsi bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif. (Keputusan Menteri Kesehatan Ripublik Indonesia, 2010). Pengertian air minum dapat dilihat juga dalam keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia Nomor:651/MPP/Kep/10/2004 tentang persyaratan teknis Depot Air Minum dan perdagangannya. Dalam keputusan tersebut dinyatakan bahwa air minum adalah air baku yang telah diproses dan aman untuk diminum. Dua pengertian diatas dapat diartikan bahwa. Air minum adalah air yang langsung dapat diminum tanpa menyebabkan gangguan bagi orang yang meminumnya.

2. Sumber Air Minum Sumber air minum merupakan salah satu faktor yang menentukan air minum tersebut layak atau tidak dikonsumsi. Air minum yang aman dikonsumsi bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisik, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif (Keputusan Menteri Kesehatan Ripublik Indonesia, 2010). Pada dasarnya jumlah air di alam ini tetap dan mengikuti suatu aliran yang dinamakan “cyclus Hidrologi” yaitu proses matahari menyinari bumi, sehingga air laut menguap membentuk awan. Kemudian dengan adanya bantuan angin, makin lama makin tinggi dengan temperatur makin rendah, sehingga terjadilah hujan. Air hujan mengalir ke dalam tanah dan jika menemui lapisan rapat air, maka peresapan akan berkurang, sehingga sebagian air akan mengalir di atas lapisan rapat air. Jika air ini keluar pada permukaan bumi, maka air ini akan disebut mata air, tetapi banyak diantaranya mengalir ke laut kembali dan kemudian akan mengikuti siklus hidrologi. Sumber air dibedakan menjadi : a. Air laut mempunyai sifat asin karena banyak mengandung NaCl. b. Air hujan bersifat bersifat agresif sehingga pipa penyalur dan bak resevior akan cepat korosi. Air hujan juga sangat lunak, sehingga akan boros terhadap pemakaian sabun. c. Air permukaan adalah air yang berada di permukaan bumi dan dapat ditemui dengan mudah. Contoh air permukaan adalah air danau, rawa dan sungai.

d. Air tanah adalah air yang terletak di tempat yang lebih dalam dan untuk mendapatkannya harus dilakukan pengeboran hingga mencapai kedalaman 100 – 300 meter. Akses terhadap air tanah biasanya terbatas dan apabila habis maka sumber air ini tidak dapat digantikan Contoh air tanah adalah air sumur dan mata air (Irianto, 2006). 3. Manfaat Air Minum Peranan air sangatlah penting bagi kehidupan. Sekitar 50-70 % berat total tubuh manusia terdiri atas air dan merupakan media tempat berlangsungnya hamper setiap proses tubuh. Otak dan darah adalah dua organ yang penting yang memiliki kadar air diatas 80 %, otak memiliki komponen air sebanyak 90 %, sementara darah memiliki komponen air sebanyak 95 %, tulang yang keras mengandung 22 % air. Meskipun manusia dapat hidup beberapa bulan tanpa makan, bertahan di bawah teriknya panas, ataupun dalam kondisi kering, namun manusia hanya bisa bertahan hidup hanya satu atau dua hari tanpa air. Kekurangan air dalam tubuh dapat menyebabkan kematian. Air mempunyai peranan sangat besar dalam penularan berbagai penyakit menular. Besarnya peranan air dalam penularan penyakit disebabkan oleh karena air itu sendiri yang sangat membantu dan sangat baik untuk kehidupan mikro organisme. 4. Persyaratan Air Minum Persyaratan air minum dipengaruhi oleh kondisi negara masingmasing, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada saat dunia

dilanda krisis air karena semakin menurunnya kualitas air akibat pencemaran, maka dikeluarkan standar kualitas air minum. Standar persyaratan kualitas minum di Indonesia ditetapkan oleh Departemen Kesehatan mulai tahun 1975 kemudian diperbaiki tahun 1990, diperbaiki lagi tahun 2002, dan diperbaiki lagi tahun 2010, yaitu berupa Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum tertanggal 19 April 2010. B. Depot Air Minum Isi Ulang Depot air minum adalah usaha individu yang melakukan proses pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung pada konsumen. Proses pengolahan air pada depot air minum pada prinsipnya adalah filtrasi (penyaringan) dan desinfektan. Proses filtrasi dimaksudkan selain untuk memisahkan kontaminasi dan tersuspensi juga memisahkan campuran yang berbentuk koloid termasuk mikroorganisme dari dalam air, sedangkan desinfektan dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme yang tidak tersaring pada proses sebelumnya. 1. Peralatan Depot Air Minum Mesin dan peralatan produksi yang digunakan dalam depot air minum terdiri dari 7 bagian, yaitu storage tank, stainliss water pump, tabung filter, mikro filter, flow meter, lampu ultraviolet dan ozon, serta galon isi ulang (Menteri Kesehatan RI, 2014). Setiap bagian memiliki fungsi masing-masing, diantaranya: a. Storage Tank : berguna untuk menampung air baku.

b. Stainliss water pump : berguna untuk memompa air baku dari tempat storage tank ke dalam tabung filter. c. Tabung filter yang mempunyai tiga tahapan, yaitu: 1)

Tabung yang pertama berisi aktive sand media filter untuk menyaring partikel-partikel yang kasar dengan bahan dari pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

2)

Tabung yang kedua berisi anthracite filter yang berfungsi untuk menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan efisien.

3)

Tabung yang ketiga berisi granular active carbon media filter yang merupakan karbon filter, berfungsi sebagai penyerap debu, rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.

d. Mikro Filter Saringan air yang terbuat dari polyprophylene fiber yang berguna untuk menyaring partikel air dengan diameter 10 mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron untuk memenuhi persyaratan air minum. e. Flow Meter : berguna untuk mengukur air yang mengalir ke dalam galon isi ulang. f. Lampu ultraviolet dan ozon: berguna untuk desinteksi/sterilisasi pada air yang telah diolah. g. Galon isi ulang Galon isi ulang digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menampung atau penyimpan air minum di dalamnya. Pengisian wadah

dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis. 2. Proses Produksi Depot Air Minum Persyaratan teknis depot air minum juga diatur dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI Nomor 651/MPP/Kep/10/2004. Urutan proses produksi depot air minum dapat dijelaskan seperti berikut: a. Penampungan air baku Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan tangki air dan selanjutnya ditampung dalam bak tendon. Bak tendon dibuat dari bahan tara pangan (food grade) dan bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan, diantaranya khusus digunakan untuk air minum, mudah dibersihkan dan didesinfektan, diberi

pengaman, harus

mempunyai “manhole”, pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran serta selang dan pompa yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup yang baik, disimpan dengan aman dan dilindungi dari kemungkinan kontaminasi tangki, selang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan didesinfeksi bagian luar dan dalam minimal tiga bulan sekali. b. Penyaringan bertahap Tahapan penyaringan antara lain terdiri dari ; (1) Saringan berasal dari pasir atau sandfilter

(2) Saringan karbon aktif atau carbonfilter (3) Saringan halus atau microfilter c. Desinfeksi Desinfeksi dimaksudkan untuk membunuh kuman pathogen. Proses desinfeksi dengan menggunakan ozon (O3) berlangsung dalam tangki pencampur ozon minimal 0,1 ppm dan residu ozon sesaat setelah pengisian berkisar antara 0,06 – 0,1 ppm. Tindakan desinfeksi selain menggunakan ozon, dapat dilakukan dengan cara penyinaran Ultra Violet (UV) dengan panjang gelombang 254 nm atau kekuatan 2.537 derajat Angstrom. Proses desinfeksi sinar ultraviolet yaitu dengan melewatkan air ke dalam tabung atau pipa yang disinari dengan lampu ultraviolet. (1) Pembilasan, Pencucian dan Sterilisasi Wadah Wadah yang dapat digunakan adalah wadah yang terbuat dari bahan tarapangan dan bersih. Depot air minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai tempat air minum. Wadah yang akan diisi harus disanitasi dengan menggunakan ozon (O3) atau air ozon (air yang mengandung ozon). Bilamana dilakukan pencucian maka harus dilakukan menggunakan berbagai jenis deterjen tara pangan dan air bersih dengan suhu berkisar 60-850C, kemudian dibilas dengan air minum/air produk secukupnya untuk menghilangkan sisi-sisa deterjen yang dipergunakan untuk mencuci.

(2) Pengisian Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan dalam tempat pengisian yang higienes (3) Penutup Penutupan wadah yang dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen dan atau disediakan oleh depot air minum (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan, 2004). Gambar 2.1 berikut ini adalah bagan air pengolahan air minum dari penampungan air baku sampai air siap didistribusikan pada konsumen.

C. Hygiene dan Sanitasi Depot Air Minum Hygiene sanitasi adalah upaya kesehatan untuk mengurangi atau menghilangkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya penyebab terjadinya pencemaran terhadap air minum dan sarana yang digunakan untuk

proses pengolahan, penyimpangan dan pembagian air minum (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Adapun persyaratan ataupun pedoman pelaksanaan hygiene dan sanitasi adalah : 1. Lokasi Lokasi depot air minum harus terbebas dari pencemaran yang berasal dari debu di sekitar depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah,

tempat

penumpukan

barang

bekas,

tempat

bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik, sistem saluran pembuangan air dan tempat-tempat lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran (Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI, 2004). 2. Bangunan Konstruksi dari bangunan depot air minum harus memenuhi persyaratan fisik, bangunan harus kuat, aman dan mudah dibersihkan serta mudah pemeliharaannya. Tata ruang usaha depot air minum isi ulang minimal terdiri dari: ruangan proses pengolahan, ruangan tempat pembagian / penyediaan, dan ruang tunggu pengunjung. Lantai depot harus memenuhi syarat, diantaranya bahan kedap air, permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan, selalu dalam kadaan bersih dan tidak berdebu. Dinding bangunan depot harus memenuhi syarat, yaitu bahan kedap air, permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan mudah dibersihkan. Warna dinding terang dan cerah, selalu dalam keadaan bersih, tidak berdebu dan bebas

dari pakaian tergantung. Khusus dinding yang berhubungan dengan semprotan air harus rapat air setinggi minimal 2 meter dari lantai. Atap bangunan harus menutup sempurna seluruh bangunan, bahan atap tahan terhadap air dan tidak bocor, kontruksi atap dan langit-langit dibuat anti tikus (rodent proof). Langit-langit harus tertutup sempurna seluruh ruangan, bahan langit-langit harus kuat, tahan lama dan mudah dibersihkan, dalam keadaan bersih dan tidak berdebu, tinggi minimal 3 meter dari lantai. Syarat yang harus dipenuhi untuk pintu adalah bahan pintu harus kuat, tahan lama dan tidak melepaskan zat beracun, permukaan rata, halus, berwarna terang, mudah dibersihkan, pemasangannya rapi, sehingga dapat menutup dengan baik, membuka kedua arah, selalu dalam keadaan bersih dan tidak berdebu. Jendela depot harus dibuat dari bahan tembus pandang, sehingga proses pengolahan dapat terlihat jelas. Dibuat dari bahan yang tahan lama, permukaan rata, halus, berwarna terang dan mudah dibersihkan. Tinggi sekurang-kurangnya 1 meter diatas lantai, luasnya disesuaikan dengan kegunaannya. Permukaan

tempat

kerja

dan

ruangan

pengolahan

dan

penyimpanan mendapat penyinaran cahaya, baik alam maupun buatan dengan minimal 10 – 20 foot condle atau 100 – 200 lux untuk kenyamanan. Depot harus diatur ventilasi yang dapat menjaga suhu yang nyaman dengan cara menjamin terjadi peredaran udara dengan baik, tidak

mencemari proses pengolahan air minum, menjaga suhu tetap nyaman dan sesuai kebutuhan. Setiap sekat pemisah bangunan depot untuk pencucian, pengisian dan pengolahan harus dari bahan yang kuat, tidak melarutkan zat beracun serta mudah dibersihkan. Konstruksi sekat pemisah harus menjamin tidak dapat dimasuki serangga dan tikus (insect and rodent proof). Setiap proses yang memungkinkan terjadinya dampak radiasi harus

dilakukan

perlindungan yang dibutuhkan. Untuk mengukur dampak radiasi, harus dilakukan pengujian secara berlkala sesuai kebutuhan. 3. Fasilitas Sanitasi Hygiene mengendalikan

sanitasi

adalah

faktor-faktor

air

usaha minum,

yang

dilakukan

penjamah,

tempat

untuk dan

perlengkapannya yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan lainnya. Untuk itu membutuhkan fasilitas sanitasi untuk mewujudkan hygiene sanitasi. Depot sedikitnya harus menyediakan fasilitas sanitasi berupa tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan saluran limbah (Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014). 4. Sarana Pengolahan Air Minum Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air minum harus menggunakan peralatan yang disyahkan pemakaiannya oleh Departemen Kesehatan. Alat dan perlengkapan yang dimaksud meliputi : kran pengisian air baku, pipa pengisian air baku, tendon air baku, pompa

penghisap dan penyedot, filter, mikro filter, kran pengisian air minum curah, kran pencusian botol, tangki pembawa air, kran penghubung (hose), peralatan sterilisasi (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2014) 5. Air Baku Air baku adalah air bersih yang sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu. Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat menghasilkan air minum. Untuk menjamin kualitas air baku wajib dilakukan pengambilan sampel secara periodik. Syarat air baku, yaitu : a. Air dalam keadaan terlindung dari sumber pencemaran, binatang pembawa penyakit, dan tempat perkembangbiakan vektor, yaitu tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor dan binatang pembawa penyakit; dan Jika menggunakan kontainer sebagai penampung air harus dibersihkan secara berkala minimum 1 kali dalam seminggu. b. Air aman dari kemungkinan kontaminasi, yaitu Jika air bersumber dari sarana air perpipaan, tidak boleh ada koneksi silang dengan pipa air limbah di bawah permukaan tanah; Jika sumber air tanah non perpipaan, sarananya terlindung dari sumber kontaminasi baik limbah domestik maupun industri; Jika melakukan pengolahan air secara kimia, maka jenis dan dosis bahan kimia harus tepat. Berdasarkan standar nasional yang mengatur kualitas air minum yaitu Standar Nasional Indonesia (SNI) 01 3553-1996 dari Departemen

Perindustrian dan Perdagangan, yang menyatakan bahwa batas maksimal angka total kuman adalah 100 koloni/ml. Persyaratan kualitas air minum yang memenuhi syarat apabila tingkat kontaminasi 0 koloni/100 ml untuk keberadaan bakteri coliform (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2017). D. Bakteri Bakteri coliform merupakan suatu kelompok bakteri heterogen, berbentuk batang, gram negatif, aerob dan anaerob fakultatif. Pada kondisi aerob, bakteri ini mengoksidasi asam amino, sedangkan jika tidak terdapat oksigen, metabolisme bersifat fermentatif, dan energi diproduksi dengan cara memecah laktosa menjadi asam organik dan gas dalam waktu 24-48 jam, pada suhu 350. Bakteri coliform secara umum memiliki sifat dapat tumbuh pada media agar sederhana, koloni sirkuler dengan diameter 1-3 mm, sedikit cembung, permukaan koloni halus, tidak berwarna atau abu-abu dan jernih (Farida 2009). Coliform merupakan suatu golongan bakteri yang digunakan sebagai indikator adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik di dalam air, jadi adanya bakteri coliform pada air menunjukkan bahwa dalam satu atau lebih tahap pengolahan air pernah mengalami kontak dengan feses yang berasal dari usus manusia. Standart air minum untuk jumlah coliform fecal yaitu 0 per 100 ml. Bakteri coliform di dalam perairan menunjukkan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula resiko kehadiran bakteri patogen lainnya. Keberadan coliform lebih

merupakan indikasi dari kondisi prosessing atau sanitasi yang tidak memadai dan keberadaannya dalam jumlah tinggi dalam air minum menunjukkan adanya kemungkinan pertumbuhan Salmonella, Shigella dan Staphylococcus (Eulis et al 2008). Bakteri coliform di bedakan menjadi 2 tipe, yaitu non fecal dan fecal coliform. Contoh dari tipe non fecal coliform adalah Enterobacter dan klebsiella. Enterobacter dan Klebsiella ini biasanya ditemukan pada hewan dan tanaman yang telah mati. Tipe dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit saluran pernafasan. Contoh dari tipe fecal coliform adalah bakteri Escherechia coli, merupakan bakteri yang berasal dari kotoran manusia dan hewan. Tipe dari bakteri coliform ini dapat menyebabkan penyakit saluran pencernaan (Artianto 2009). E. Coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galur galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008). Adapun bakteri E.Coli selain memiliki karakteristik seperti bakteri koliform pada umumnya juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam air pepton yang mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon.

Beberapa E.coli dapat menyebabkan diare berdarah dan berinvasi ke usus besar. Strain ini terdiri dari sejumlah kecil serogrup yang dapat dibedakan dari E.coli Enterotoksegenik dan E.coli enteropatogenik dan disebut E.coli enteroinvasif. Strain ini seperti organisme lain yang bersifat invasif, sering juga terdapat dalam tinja yang penuh dengan leukosit dan eritrosit (Suharyono, 2008). Untuk menguatkan hasil pengujian kemungkinan adanya pencemaran faeces, selain E.Coli juga digunakan bakteri indikator lain sebagai pelengkap, yaitu streptococcus faecalis. Bakteri ini terdapat di dalam faeces dan jumlahnya bervariasi, tetapi biasanya ada dalam jumlah lebih sedikit dari pada E.Coli. Di dalam air, streptococcus faecalis kemungkinan mati atau hilang dengan kecepatan kurang lebih sama dengan E.Coli, tetapi lebih cepat dari bakteri koliform lainnya. Apabila dalam suatu sampel air ditemukan bakteri dari kelompok koliform tetapi bukan E.Coli, ditemukannya streptococcus faecalis menunjukkan bukti penguat bahwa sampel tersebut telah tercemar kotoran atau faeces. Bakteri koliform lain yang juga sering dianalisis untuk mengetahui kualitas air adalah Clostridium Perfringens. Merupakan bakteri yang bersifat gram positif berbentuk batang dan membentuk spora (Fardiaz, 2011). Bakteri ini juga bersifat anaerobik (tidak memerlukan oksigen untuk kehidupannya). Clostridium Perfringens biasanya juga terdapat didalam faeces, meskipun dalam jumlah jauh lebih sedikit dari pada E.Coli. Spora bakteri ini dalam air dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan bakteri dari kelompok coliform, serta tahan terhadap proses klorinasi pada proses yang biasa digunakan pada praktek sanitasi air.

Ditemukannya spora dari Clostridium Perfringens pada suatu sampel air menunjukkan adanya kontaminasi oleh faeces, dan bahwa pencemaran tersebut telah terjadi dalam waktu yang agak lama. E. Kerangka Teori Air minum aman bagi kesehatan apabila salah satu diantaranya memenuhi persyaratan mikrobiologis. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Gambar 2.1 berikut ini adalah kerangka teori yang berhubungan dengan kualitas air minum pada depot air minum isi ulang.

Permenkes 32/2017

Sumber Air Baku

Sumur gali

Sungai

Sumur bor

Proses Penyediaan Air Minum

PDAM

DAMIU

Mata air

Kepmenperindag 651/2004

AMDK

Proses Produksi Air Minum Isi Ulang siap Dijual

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Parameter Permenkes No.492/Menkes/Per/IX /2010  Fisik  Kimia  Mikrobiologi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian berupa analisis kualitas air minum secara bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri, berupa sumber air baku dan proses produksi. Parameter yang digunakan, yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.

B. Kerangka Penelitian

Sumber Air Baku (Permenkes 32/2017)

Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat

DAMIU

Proses Produksi (Kepmenperindag 651/2004) Parameter :  Mikrobiologi (Permenkes 492/2010)

Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat

Memenuhi syarat Tidak memenuhi syarat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Independen dan Dependen Variabel Definisi Cara ukur Alat Hasil Ukur Skala Operasional Ukur Ukur Sumber air Merupakan Mengisi Kuesioner 0: Buruk Ordinal baku gambaran Kuesioner jika sumber air jawaban baku yang ya ≤ digunakan Median depot air 1: Baik, minum isi jika ulang di jawaban wilayah ya > Puskesmas median Kembang Seri Proses Merupakan Mengisi Kuesioner 0: Buruk Ordinal produksi gambaran Kuesioner jika proses jawaban produksi air ya ≤ minum pada Median depot air 1: Baik, minum isi jika ulang di jawaban wilayah ya > Puskesmas median Kembang Seri Parameter Yaitu adalah Mengisi Kuesioner 0: Tidak Nominal Bakteriologis adanya bakteri. Kuesioner memenu E. coli yang hi syarat terdapat dalam 1: Memeair dari nuhi DAMIU yang syarat dilihat dari laboratorium

D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini seluruh DAMIU dan pegawai DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah yang berjumlah 7 DAMIU. Sampel penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu pengambilan sampel dengan

mengambil jumlah seluruh dari populasi yakni seluruh karyawan DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah yang berjumlah 7 DAMIU. E. Waktu dan Tempat Penelitian Lokasi penelitian yang penulis lakukan adalah di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah dan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2018. F. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil inspeksi hygiene sanitasi dan pemeriksaan laboratorium sampel air minum isi ulang, meliputi pemeriksaan mikrobiologi (Total Bakteri coliform dan E.Coli) pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri. Sampel air minum isi ulang di ambil di DAMIU dengan menggunakan botol kaca yang telah disterilkan. Sampel dimasukkan ke dalam botol steril, selanjutnya dibawa ke laboratorium terakreditasi yang ditunjuk oleh Pemerintah Kota/Kabupaten Propinsi Bengkulu, yaitu di UPTD Laboratorium Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan Puskesmas Kembang Seri Kecamatan Talang Empat Kabupaten Bengkulu Tengah, referensi penulis berupa buku-buku pendukung, peraturan-peraturan, dan datadata dari instansi terkait.

G. Teknik Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data 1. Teknik Pengolahan Data Data yang terkumpul dari lapangan dan hasil pengukuran di laboratorium diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi. 2. Teknik Analisis Data Analisis univariat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sumber air baku dan proses produksi, serta kualitas air minum secara bakteriologis DAMIU di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri. 3. Teknik Penyajian Data Data hasil peneltian yang telah dianalisis akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Depot air minum adalah usaha yang melakukan pengolahan air baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen. Dampak positif adanya

depot

air

minum

adalah

tersedianya

air

minum

secara

berkesinambungan untuk menunjang kebutuhan rumah tangga. Di sisi lain, perkembangan depot air minum berpotensi menimbulkan dampak negatif karena rendahnya jaminan kualitas air minum yang dihasilkan, sehingga apabila hal tersebut tidak dikendalikan akan mengakibatkan kerugian bagi kesehatan misalnya keracunan zat kima dan penyebaran penyakit melalui air. Usaha ini berkembang karena permintaan masyarakat yang tinggi, demikian pula di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri. Dilihat dari segi harganya air minum isi ulang jauh lebih murah bila dibandingkan dengan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) akan tetapi masyarakat masih ragu dalam menentukan kualitasnya karena depot air minum isi ulang ini mengenai perizinan, pembinaan, pengawasan dan peredarannya belum dilakukan sebagaimana mestinya, padahal masyarakat memerlukan informasi yang jelas terutama tentang keamanan konsumsi, sehingga aman untuk dikonsumsi. Masyarakat sebagai konsumen air minum perlu dilindungi haknya, seperti yang terlulis dalam undang-undang Republik Indonesia No 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Konsumen memiliki hak atas

kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang atau jasa dan hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang atau jasa (Badan Perlindungan Konsumen Nasional RI, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa wilayah Puskesmas Kembang Seri memlki jumlah penduduk sebanyak 8.346 jiwa terdapat 7 Unit Depot air minum yang rata-rata perhari setiap depot menjual 60 galon kepada masyarakat. Dengan asumsi 60 galon dikalikan 7 depot, berarti setiap hari masyarakat di wilayah puskesmas Kembang Seri mengkonsumsi sebanyak 420 Galon atau sebanyak 8.400 liter air. Bila diasumsikan setiap orang memerlukan 2 liter air minum per hari, maka sebanyak 4.200 atau lebih dari 50% orang di wilayah Puskesmas Kembang Seri mengkonsumsi air minum dari depot air minum, Ada beberapa kemungkinan penyebab DAMIU terkontaminasi diantaranya: sumber air baku, wadah tempat distribusi tidak memenuhi standar hygiene dan sanitasi DAMIU, juga proses filtrasi dan desinfektan dengan teknologi yang rendah. Hygiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor risiko terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan penjamah terhadap air minum agar aman dikonsumsi (Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Hasil penelitian mengenai analisis kualitas air secara bakteriologis pada DAMIU di wilayah Puskesmas Kembang Seri berupa gambaran sumber air baku, proses produksi dan pemeriksaan air secara bakteriologis pada DAMIU

di wilayah Puskesmas Kembang Seri. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2018. Hasil penelitian dapat disajikan dalam bentuk tabel berikut : 1. Sumber Air Baku Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sumber Air Baku pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2018 SUMBER AIR BAKU DAMIU Sumber Air Baku

No

1. 2. 3.

A

B

C

D

E

F

G

Terlindung dari sumber pencemar

1

1

1

1

1

1

1

Terlindun dari vektor dan perindukan

1

1

1

1

1

1

1

Aman dari kontaminasi

1

1

1

1

1

1

1

Jumlah Nilai Skore

3

3

3

3

3

3

3

Keterangan Keterangan :

Baik Baik Baik

Baik

Baik Baik Baik

0: Buruk jika jawaban ya ≤ Median 1: Baik, jika jawaban ya > median

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sumber air baku Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2017 seluruhnya baik (100%) karena sumber air baku terlindung air sumber pencemar, vektor dan perindukan, serta aman dari kontmainasi. Hal ini sesuai dengan persyaratan Permenkes Nomor : 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Dari wawancara juga diketahui bahwa seluruh sumber air yang digunakan berasal dari air pegunungan.

2. Proses Produksi Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Proses Produksi pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2018 Proses Produksi DAMIU No A

B

C

D

E

F

G

1. 2.

Mesin produksi

1

1

1

1

1

1

1

Proses produksi

1

1

1

1

1

1

1

3.

Pembersihan penampungan air baku

1

1

1

1

1

1

1

4.

Bahan penampungan air baku food grade

1

1

1

1

1

1

1

3

3

3

3

3

3

3

Baik

Baik

Baik

Baik

Baik

Jumlah Nilai Skore Keterangan Keterangan :

Baik Baik

0: Buruk jika jawaban ya ≤ Median 1: Baik, jika jawaban ya > median

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa proses produksi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2017 seluruhnya baik (100%) karena mesin produksi lengkap, proses produksi melalui tahapan penampungan air baku, penyaringan, desinfeksi dan pengisian. Hal ini sesuai dengan persyaratan Menperindag Nomor : 651/MPP/ kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. 3. Hasil Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air secara Bakteriologis Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas air secara bakteriologis pada depot air minum isi ulang pada depot air minum di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri, meliputi total bakteri Coliform dan E. Coli, dengan metode Most Probable Number (MPN) Tabung Ganda 5-1-1/5-5-5 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2018

No

HASIL PEMERIKSAAN DAMIU

Parameter Mikrobiologi

Satuan

E. Coli

Jumlah per 100 ml per sampel

2. Total Bakteri

Jumlah per 100 ml per sampel

1.

Coliform

Keterangan

KMP

A

B

C

D

E

F

G

0

0

0

0

0

2

0

0

0

0

0

0

0

2

0

2

MS MS

MS

MS TMS MS TMS

Keterangan : KMP = Kadar Maksimun yang diperbolehkan MS = Memenuhi Syarat TMS = Tidak Memenuhi Syarat

Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa lebih dari sebagian (71,43%) hasil pemeriksaan kualitas air secara bakteriologis pada depot air minum isi ulang yang dijual di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri memenuhi syarat. Dari 7 sampel yang diambil, terdapat 2 sampel yang positif (E dan G) dan 5 sampel yang negatif (A, B, C, D, dan F) yang memenuhi syarat kualitas air minum, karena dari parameter yang diperiksa kadarnya berada di bawah batas kadar maksimum yang ditetapkan pada Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010.

B. Pembahasan 1. Sumber Air Bersih Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa sumber air baku Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2017 seluruhnya baik (100%) karena sumber air baku terlindung air sumber pencemar, vektor dan perindukan, serta aman dari kontmainasi. Hal ini sesuai dengan persyaratan Permenkes Nomor :

32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. Dari wawancara juga diketahui bahwa seluruh sumber air yang digunakan berasal dari air pegunungan. Asfawi (2004) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa kondisi sanitasi lingkungn depot dari 49 sampel ynag diperiksa didapatkan 18 sampel (36,7%) kategori baik, 13 sampel (26,5%) kategori sedang, dan 18 sampel (36,7%) kategori kurang. Hal ini menggambarkan bahwa banyak kondisi lingkungan depot yang tidakmemenuhi syarat seperti: tempat kotor, lokasi yang menimbulkan pencemaran, tempat usaha bergabung dengan usaha lain, dan sebagainya. 2. Proses Produksi DAMIU Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui bahwa proses produksi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2017 seluruhnya baik (100%) karena mesin produksi lengkap, proses produksi melalui tahapan penampungan air baku, penyaringan, desinfeksi dan pengisian. Hal ini sesuai dengan persyaratan Menperindag Nomor : 651/MPP/ kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. Menurut Navis (2014), pengetahuan dalam pengoperasian usaha depot air minum isi ulang yang tidak sempurna, seperti desinfeksi,

pencucian gallon, dan pembilasan akan menyebabkan rawan pencemaran dan juga mempengaruhi kualitas air minum. Kondisi sanitasi peralatan depot juga dapat menjadi penyebab terjadinya kontaminasi bakteri. Hasil penelitian tentang sanitasi peralatan depot air minum isi ulang di Kota Semarang pada tahun 2004, menunjukkan ada 21 (43%) yang berkategori baik, 17 (35%) berkategori cukup dan 11 (23%) yang berkategori kurang. Masih adanya depot yang masuk dalam kategori kurang disebabkan karena pemilik depot tidak memperhatikan pemeliharaan alat yang dimiliki, yang penting ada peralatan, tidak perlu dibersihkan atau dirawat. Selain itu, juga karena mereka kurang paham dalam pemanfaatan alat (Asfawi, 2004). 3. Hasil Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air secara Bakteriologis Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari sebagian (71,43%) hasil pemeriksaan kualitas air secara bakteriologis pada depot air minum isi ulang yang dijual di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri memenuhi syarat. Dari 7 sampel yang diambil, terdapat 2 sampel yang positif (E dan G) dan 5 sampel yang negatif (A, B, C, D, dan F) yang memenuhi syarat kualitas air minum, karena dari parameter yang diperiksa kadarnya berada di bawah batas kadar maksimum yang ditetapkan pada Permenkes Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010. Air minum haruslah sesuai persyaratan menurut Peraturan Menteri Kesehatan

No.492/MENKES/PER/IV/2010,

bakteri

coliform

dan

Escherichia Coli yang diperbolehkan adalah 0 dalam 100 ml air. Bakteri

coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform merupakan

bakteri indikator

keberadaan bakteri patogenik dan masuk dalam golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, di mana bakteri ini dapat menjadi sinyal untuk menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Bakteri coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacammacam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih didalam tubuh sedangkan bakteri Escherichia coli merupakan jasad indikator dalam substrat air dan bahan makanan yang mampu memfermentasikan laktosa pada temperatur 370C. Escherichia coli terdapat dalam jumlah yang tinggi pada feses manusia. Suhu air yang kadar nutrient di dalam system distribusi air minum kemungkinan besar mendukung pertumbuhan organisme ini. Keberadaan Escherichia coli memberikan bukti adanya kontaminasi fases (Widyastuti, 2014). Penelitian ini sama halnya dengan penelitian Rido Wandrivel, Netty Suharti, dan Yuniar Lestari (2012), Kualitas air minum yang diproduksi depot air minum isi ulang di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi dimana hasil pemeriksaan kualitas air minum isi ulang untuk parameter mikrobiologi tidak memenuhi syarat untuk digunakan.

Penelitian terhadap populasi DAMIU di Semarang ditemukan 34% depot tercemar bakteri demikian juga dengan hasil penelitian di kota Bogor terhadap 27 depot air minum ditemukan 2 (7%) depot tercemar bakteri. Hasil sidak Dinas Kesehatan Jakarta Barat pada Januari 2009 yang lalu menemukan 384 sampel dari DAMIU yang tercemar E.coli. Hasil pengujian kualitas 120 sampel DAMIU dari 10 kota besar (Jakarta, Tangerang, Bekasi, Cikampek, Semarang, Yokyakarta, Medan dan Denpasar). Sekitar 16 % dari sampel tersebut terkontaminasi bakteri coliform. Hal ini menunjukkan buruknya kualitas depot air minum isi ulang.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis analisis kualitas air minum secara bakteriologis pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Sumber air baku depot air minum isi ulang (DAMIU) yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2018 seluruhnya baik (100%) karena menggunakan sumber air baku terlindung dari sumber pencemar, vektor dan perindukan, serta aman dari kontaaminasi. Hal ini sesuai dengan persyaratan Permenkes Nomor : 32 Tahun 2017 tentang Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan dan Persyaratan Kesehatan Air untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, dan Pemandian Umum. 2. Proses produksi Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Wilayah Kerja Puskesmas Kembang Seri Tahun 2018 seluruhnya baik (100%) karena mesin produksi lengkap, proses produksi melalui tahapan penampungan air baku, penyaringan, desinfeksi dan pengisian. Hal ini sesuai dengan persyaratan Menperindag Nomor : 651/MPP/ kep/10/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. 3. Hasil penelitian diketahui bahwa lebih dari sebagian (71,43%) hasil pemeriksaan kualitas air secara bakteriologis pada depot air minum isi ulang yang dijual di wilayah kerja Puskesmas Kembang Seri memenuhi syarat untuk dikonsumsi.

B. Saran 1. Akademis. Diharapkan kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dapat melanjutkan penelitian ini dengan parameter fisik dan kimia pada depot air minum isi ulang (DAMIU). 2.

DAMIU. Diharapkan kepada pihak pemilik depot air minum isi ulang (DAMIU) lebih memperhatikan kualitas air minum, dan memperbaiki kondisi tempat depot air minum isi ulang (DAMIU) tersebut sehingga tidak terjadinya pencemaran dalam air yang akan dijual kepada konsumen.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). “Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktika”. Jakarta : Rineka Cipta Asmadi, dkk. (2011). “Teknologi Pengolahan Air Minum”, Gosyen Publishing, Yogyakarta. Asfawi, Supriyono. 2004. Analisis Faktor yan berhubungn den ualtas Bakteriolois Air Minum Isi Ulang pa Tingkat Produsen di Kota Semarang Tahun 2004. Tesis. Universitas DIponegoro. Chandra, Budiman, (2012). ”Pengantar Kesehatan Lingkungan”, EGC, Jakarta Dinas Kesehatan Kota Bengkulu. (2015). “Profil Kesehatan Kota Bengkulu”. Departemen Perindustrian dan Perdagangan RI, (2004). “Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No. 651 Tahun 2004” tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya. Dewa I, dkk, (2012). “Analisis mutu air minum isi ulang di Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Bandung, Bali”. https://www.google.com/search?q=Analisis+Mutu+Air+Minum+Isi+Ula ng+Di+Kecamatan+Kuta+Selatan%2c+Kabupaten+Badung%2c+Bali diunduh pada 23 januari 2016 pukul 14.30. Hardyanti, dkk. (2006). “Studi Evaluasi Pengolahan Air. Jurnal Presipitasi vol.1 no.1 ISSN 1907-187xx Semarang. Navis Muhammad. (2014). “Hubungan Antara Hyginie Danitas dengan Jumlah Coliform Air Minum Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAMIU) di Kabupaten Depak Tahun 2012”. Unnes Journal of Publik Healt (3)(2) ISSN 2252-6528. Semarang. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). “Metodologi Penelitian Kesehatan”, Rineka Cipta, Jakarta. , Soekidjo, (2008). “Ilmu Kesehatan Masyarakat”, Rineka Cipta, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 492/MENKES/PER/IV/ 2010, “Persyaratan Kualitas Air Minum”. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 43/MENKES/PER/IV/ 2014. “Hygiene Sanitasi Depot Air Minum”. Peraturan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No 651/MPP/Kep/l0/2004 , “Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya”. Rido Wandrivel, Netty Suharti, Yuniar Lestari, (2012). “Kualitas Air Minum Yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang Di Kecamatan Bungus Padang Berdasarkan Persyaratan Mikrobiologi” http://jurnal.fk.unand.ac.id diunduh pada tanggal 20 januari 2016 pukul 18.40. Slamet. (2009) “Kesehatan Lingkungan”, Gadjah Mada University Press, Bandung. Soemirat, Juli. (2011). “Kesehatan Lingkungan”, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Sutrisno, Totok. (2010), “Teknologi Penyediaan Air Bersih”, Rineka Cipta, Jakarta. Suparyanto, (2014), “Air Bersih Dan Bakteri Escherichia Coli”. Suprihatin,Suparno, ( 2013). “Teknologi Proses Pengolahan Air”. Bogor : IPB Press. Suprihatin B, Andriyani R. (2008) “Higiene sanitasi depot air minum isi ulang dikecamatan tanjung redep kabupaten berau kalimantan timur”. http://journal.unair.ac.id/filerPDF/9.DAMIU_Bambang.pdf diunduh pada tanggal 21 januari 2016 pukul 14.30. WHO, (2011). “Pedoman Mutu Air Minum”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Widyastuti, (2014). “Pedoman Mutu air”. Jakarta : EGC

Lampiran Tabel 1 Persyaratan Kualitas Air Minum

A. PARAMETER WAJIB

No 1

Parameter Satuan Paremeter yang berhubungan langsung dengan kesehatan a. Parameter Mikribiologi 1) E.Coli

2) Total Bakteri Coliform

Jumlah per 100 ml sampel Jumlah per 100 ml sampel

Kadar Maksimum yang diperbolehkan

0

0

b. Kimia an-organik

2

1. Arsen 2. Flourida 3. Total Kromium 4. Kadmium 5. Nitrit (sebagai NO2) 6. Nitrat (sebagai NO3) 7. Sianida 8. Selenium Peremeter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan a.Paremeter fisik 1. Bau 2. Warna 3. Total zat padat terlarut (TDS) 4. Kekeruhan 5. Rasa 6. Suhu b.Paremeter Kimiawi 1. Aluminium 2. Besi 3. Kesadahan 4. Khlorida 5. Mangan 6. PH

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0,01 1,5 0,05 0,003 3 50 0,07 0,01

TCU mg/l NTU

Tidak berbau 15 500

C

5 Tidak berasa Suhu udara + 3

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0,2 0,3 500 250 0,4 6,5 – 8,5

7. Seng 8. Sulfat 9. Tembaga 10.Amonia

mg/l mg/l mg/l mg/l

3 250 2 1,5

II. PARAMETER TAMBAHAN No

Jenis Parameter

Satuan

Kadar maksimum yang diperbolehkan

1.

KIMIA

a.

Bahan Anorganik Air Raksa Antimon Barium Boron Molybdenum Nikel Sodium Timbal Uranium

b.

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0,001 0,02 0,7 0.5 0,07 0,07 200 0,01 0,015

mg/l mg/l

10 0,05

mg/l mg/l mg/l

0,004 0,02 0,05

mg/l mg/l mg/l

0,05 0,02 0,04

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0,01 0,7 0,5 0,3 0,02

mg/l mg/l

1 0,3

Bahan Organik Zat Organik (KMnO4) Deterjen Chlorinated alkanes Carbon tetrachloride Dichloromethane 1,2-Dichloro ethane Chlorinated ethenes 1,2-Dichloroathena Trichloroetehene Tetrachloroethen Aromatic hydrocarbon Benzene Toluene Xylenes Ethylbenzene Styrene Chlorinated benzenes 1,2-Dichlorobenzene (1,2-DCB) 1,4 Dichlorobenzene (1,4-DCB)

Lain-lain Di(2-ethylhexyl)ph thalate Acrylamide Epichlorohydrin Hexachlorobutadiene Ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA) Nitrilotriacite acid (NTA) C.

0,008 0,0005 0,0004 0,0006 0,6 0,2

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0,02 0,01 0,00003 0,002 0,007 0,0002 0,03 0,001 0,001 0,03 0,04 0,009 0,002 0,002 0,02 0,01 0,006 0,02 0,009 0,3 0,002 0,02

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0,090 0,10 0,009 0,001 0,009

mg/l

5

mg/l mg/l

0,01 0,7

Pestisida Alachlor Aldicarb Aldrin dan dieldrin Atrazine Carbofuran Chlordane Chlorotoluron DDT 1,2-Dibromo-3-chloropropane (DBCP) 2,4 Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) 1,2 – Dichloropropane Isopraturon Lindane MCPA Methoxychlor Metolachlor Molinate Pendimethalin Pentachlorophenol (PCP) Permetrin Simazine Trifluralin Chlorophenoxy herbicides selain2,4-D dan MCPA 2,4-DB Dichlorprop Fenoprop Mecoprop 2,4,5-Trichlorophenoxyacid

d.

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

Desinfektan dan hasil sampingannya Desinfektan Chlorin Hasil sampingannya Bromate Chlorate

Chlorite Chlorophenols 2,4,6- Trichlorophenol (2,4,6-TCP) Bromoform Dibromoshloromethane (DBCM) Bromodichloromethane (BDCM) Chloroform Chloronated acids Dichloroacetic acid Trichloroacetic acid Chloro hydrate Halogenated acetonitrilies Dichloroacetonitrile Dibromoacetonitrile Cyanogen chloride (sebagai CN) 2.

mg/l

0,7

mg/l mg/l mg/l mg/l mg/l

0,2 0,1 0,1 0,06 0,3

mg/l mg/l

0,05 0,02

mg/l mg/l mg/l

0,02 0,07 0,07

Bg/l Bg/l

0,1 1

RADIOAKTIFITAS Gross alphia activity Gross betha activity

KUESIONER

A. Data Responden 1. Nama

: …………………………………………………...

2. Umur

: …………………………………………………...

3. Jenis Kelamin

: …………………………………………………...

4. Nama DAMIU : …………………………………………………...

B. Wawancara 1. Apakah sumber air baku yang digunakan di DAMIU Anda terlindung dari sumber pencemaran? Sebutkan sumber air Anda! a. Tidak (……………………….) b. Ya (……………………….) 2. Apakah sumber air baku yang digunakan di DAMIU Anda terlindung dari binatang pembawa penyakit dan tempat perkembangbiakan vektor? a. Tidak b. Ya. 3. Apakah sumber air baku terlindung dari kontaminasi limbah domestik maupun limbah industri? a. Tidak b. Ya.

4. Apakah mesin produksi DAMIU Anda memiliki bagian-bagian seperti storage tank, stainliss water pump, tabung filter, mikro filter, flowmeter, lampu ultraviolet dan ozon, galon isi ulang? a. Tidak b. Ya. 5. Apakah proses produksi DAMIU Anda melalui tahapan penampungan air baku, penyaringan, desinfeksi dan pengisian? a. Tidak b. Ya. 6. Apakah penampungan air baku dibersihkan secara berkala? a. Tidak atau lebih dari satu minggu sekali b. Ya (minimal satu minggu sekali). 7. Apakah penampungan air baku terbuat dari bahan tara pangan (food grade)? a. Tidak b. Ya. 8. Apakah dilakukan pemeriksaan bakteriologis pada DAMIU Anda? a. Tidak b. Ya 9. Apakah pemeriksaan bakteriologis pada DAMIU Anda dilakukan secara berkala? a. Tidak atau kurang dari 2 kali dalam 3 bulan b. Ya (minimal 2 kali dalam 3 bulan).

10. Apakah parameter biologi total coliform dan E. coli dilakukan pemeriksaan? a. Tidak, atau hanya salah satu. b. Ya. 11. Apakah total Coliform pada hasil pemeriksaan bakteriologis pada DAMIU Anda adalah 0 CFU/100ml? a. Tidak b. Ya. 12. Apakah E. coli pada hasil pemeriksaan bakteriologis pada DAMIU Anda adalah 0 CFU/100ml? a. Tidak b. Ya. 13. Apakah pemeriksaan

bakteriologis

DAMIU

Anda dilakukan

laboratorium terakreditsai yang ditunjuk Pemerintah Kota/Kabupaten? a. Tidak b. Ya.

di

Related Documents


More Documents from "kumarssy"

Bku 2017 2.xlsx
December 2019 24
Contoh Surat.docx
December 2019 25
Analisis Kompetensi.xlsx
December 2019 1
Rujukan.docx
December 2019 5