Laporan Praktikum Farmasetika Dasar (Salep 1) Diposting oleh Mahardhika Adhi Candra Dewi | Label: Farmasetika Dasar, Farmasi, Laporan Farmasetika Dasar, Laporan Praktikum, Salep undefined undefined undefined
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA DASAR
OLEH : Nama : Mahardhika Adhi Candra Dewi NIM : M3514032
D3 Farmasi 2014 Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta
PERCOBAAN 1
TUJUAN PERCOBAAN Mahasiswa dapat mengetahui dan dapat membuat salep Mahasiswa dapat menyelesaikan permasalahan dan mengerjakan resep RESEP R/ Salep Whitefield 15 (see FN) m.f ungt. s.b,dd,loc.aeger Pro : Sdr. Fauzy Umur : 18th Alamat : Nusukan, RT 1 RW 2
#RESEP STANDART Salep Whitefield see Formularium Nasional R/ Asam Benzoat 5 Asam Salisilat 5 Lanolin 45 Vaselin Album 45 Lanolin see PH V R/ Adeps Lanae 75% Air 25% BAHASA LATIN (Praescriptio dan signatura)
m.f ungt = misce fac unguentum = campur dan buatlah salep
s.b.dd = signa bis de die = tandai 2x sehari
loc aeger = locus aeger = pada lokasi yang sakit
PERHITUNGAN PENIMBANGAN BAHAN
Acidum Benzoicum = 15/100 x 5 gram = 750 mg
Acidum Salicylicum = 15/100 x 5 gram = 750 mg
Lanolin = 15/100 x 45 gram = 6750 mg
Vaselin Album = 15/100 x 45 gram = 6750 mg
Sp Fortior = qs
Perhitungan Lanolin
Adeps Lanae = 75/100 x 6750 mg = 5060 mg
Air = 25/100 x 6750 mg = 1690 mg CARA KERJA
Menimbang semua bahan dengan seksama
Membuat Lanolin
Mencampur Acidum Benzoicum dan Acidum Salycilicum dalam mortir dan ditetesi sp fortior
Ditambahkan Vaselin Album
Kemudian ditambahkan Lanolin lalu diaduk hingga homogen Dimasukkan kedalam pot salep dan diberi etiket warna biru PEMBAHASAN -> PEMERIAAN
Acidum Salicylicum (Asam Salisilat)
Pemeriaan : Hablur ringan tidak berwarna atau serbuk berwarna putih; hampir tidak berbau; rasa agak manis dan tajam Kelarutan : Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P; larut dalam larutan amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P; kalium sitrat P dan natrium sitrat P Khasiat : Antifungi, Keratolitikum (Depkes, 1979).
Acidum Benzoicum (Asam Benzoat)
Pemeriaan : Hablur halus dan ringan; tidak berwarna; tidak berbau Kelarutan : Larut dalam kurang lebih 350 bagian air, dalam kurang lebih 3 bagian etanol (95%) P; dalam 8 bagian kloroform P dan dalam 3 bagian eter P Khasiat : Antiseptikum extern dan antijamur (Depkes, 1979). Pemeriaan Kelarutan
Adeps Lanae (Lemak Bulu Domba)
: Zat serupa lemak, liat, lekat; kuning muda atau kuning pucat, agak tembus cahaya; bau lemah dan khas : Praktis tidak larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%) P; mudah larut dalam kloroform P dan dalam eter P Khasiat : Zat Tambahan (Depkes, 1979).
Vaselin Album (Vaselin Putih)
Pemeriaan
: Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P; larut dalam kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P; larutan kadang-kadang beropalesensi lemah Khasiat : Zat Tambahan (Depkes, 1979). -> SCREENING RESEP Didalam resep ini terdapat nama, nomor SIP dan alamat dokter yang jelas. Tidak tertera tanggal penulisan resep dan paraf dokter, namun sudah dimintakan sebagai syarat kelengkapan resep. Untuk biodata pasien terdapat nama pasien, usia pasien dan alamat pasien.Namun tidak tertera jenis kelamin dan berat badan pasien. Untuk jumlah obat yang diminta dan nama obat sudah ada, namun potensi dan dosis obat tidak ada. Terdapat pula cara pemakaian yang jelas dan terdapat informasi lainnya yaitu berupa alamat pasien. Untuk informasi yang kurang lengkap/tidak ada, seperti berat badan dan jenis kelamin pasien dapat ditanyakan kepada dokter penulis atau pasien. Untuk potensi obat dan dosis obat dapat ditanyakan kepada dokter penulis atau dapat dilihat pada Farmakope Indonesia atau sumber lainnya. Hal ini sangat diperlukan karena dalam perhitungan dosis diperlukan data berupa umur pasien, potensi dan dosis obat. -> DASAR TEORI Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar yang cocok. Salep tidak berbau tengik (Anief, 2006). Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar (Depkes, 1979). Dalam pembuatan salep, harus memperhatikan peraturan-peraturan pembuatan salep, yaitu diantaranya :
Peraturan Salep Pertama (zat-zat yang dapat larut dalam campuran lemak, dilarutkan kedalamnya, jika perlu dengan pemanasan)
Peraturan Salep Kedua (bahan-bahan yang dapat larut dalam air. Jika tidak ada peraturanperaturan lain, dilarutkan terlebih dahulu kedalam air, asalkan jumlah air yang dipergunakan dapat diserap seluruhnya oleh basis salep : jumlah air yang dipakai dikurangi dari basis)
Peraturan Salep Ketiga (bahan-bahan yang sukar atau hanya dapat larut dalam lemak dan dalam air harus diserbukkan dahulu, kemudian diayak dengan ayakan no 40)
Peraturan Salep Keempat (salep-salep yang dibuat dengan cara mencairkan, campurannya harus digerus sampai dingin) (Depkes, 1979).
Adapun pada dasarnya salep yang baik mengandung kualitas yang baik pula. Kualitas dasar salep yang baik adalah :
Mudah dipakai
Lunak, harus halus dan homogen
Dasar salep yang cocok
Dapat terdistribusi secara merata
Stabil, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban dan harus bebas dari inkompatibilitas selama pemakaian (Syamsuni, 2006).
Salep harus homogen dan ditentukan dengan cara salep dioleskan pada kaca/bahan transparan lainnya yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen (Anief, 2006). Dasar salep/basis salep dibagi menjadi :
Dasar Salep Hidrokarbon (berminyak) contoh : Vaselin Album, Vaselin flavum, Parafin Encer
Dasar Salep Serap (Absorbsi) contoh : Adeps Lanae, Hidrophylic Petrolatum
Dasar Salep Tercuci contoh : PEG
Dasar Salep Emulsi
Tipe A/M = Lanolin Tipe M/A = Vanishing Cream (Anief, 2012). Menurut efek terapinya, salep terbagi menjadi:
Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi. Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, adstrigen untuk meredakan rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
Salep Endodermic
Salep dimana obatnya menembus kedalam, tetapi tidak melalui kulit dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.
Salep Diadermic
Salep dimana bahan obatnya menembus kedalam melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi sepenuhnya, misalnya pada salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida dan Belladone. Dasar salep yang baik adalah Adeps Lanae dan Oleum Cacao (Ansel, 1989). -> PERMASALAHAN DALAM RESEP
Pembuatan Lanolin dengan resep standart 75% Adeps Lanae dan 25% Air
Acidum Salicylicum dan Acidum Benzoicum berbentuk hablur, maka harus ditetesi terlebih dahulu dengan sp. fortior
-> KIE
Cara pakai : 2x sehari pada tempat yang sakit dengan cara dioleskan
Saran untuk pasien : menjaga kebersihan badan, tidak membiasakan tubuh dalam keadaan lembab
HASIL Didalam peracikan obat kali ini dihasilkan obat dalam bentuk sediaan unguentum (Salep)/ semisolid. Salep berwarna putih kekuningan karena didalamnya mengandung Adeps Lanae dan
Vaselin Album. Salep tidak berbau tengik dan homogen. Salep dimasukkan kedalam pot dan diberi etiket warna biru.
KESIMPULAN
Pada peracikan obat kali ini dihasilkan salep berwarna putih kekuningan, tidak berbau yang dapat digunakan untuk pemakaian luar pada kulit dengan cara dioleskan pada bagian yang luka.
Dalam pencampuran dan peracikan antara Acidum Benzoicum dan Acidum Salicylicum perlu ditetesi sp fortior terlebih dahulu agar mudah larut dan mudah homogen
Pada pembuatan salep, hasil akhir salep harus homogen dan dapat ditentukan dengan cara dioleskan pada kaca/bahan transparan lainnya yang cocok, dan harus menunjukkan susunan yang homogen.
DAFTAR PUSTAKA
Anief. 2006. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Anief. 2012. Farmasetika. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Ansel, H.C. 21989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta : Universitas Indonesia Press
Depkes. 1979. Farmakope Indonesia Ed III. Jakarta : Depkes RI
Syamsuni. 2006. Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC