T3.5.-peran-umat-islam-di-peradaban-modern-m.-muhlisin-mufa.pdf

  • Uploaded by: erlin apriwanda
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View T3.5.-peran-umat-islam-di-peradaban-modern-m.-muhlisin-mufa.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 7,464
  • Pages: 25
PERAN UMAT ISLAM DALAM PERADABAN DUNIA (M. Muhlisin Mufa) Abstrak Very interesting talk about civilization (interestable), because it becomes part of human life is significant. Human history is full of many successive civilizations, depending on the rulers and world leaders. Those who are strong will determine the model of human civilization. Especially in this global era, almost a uniform model of civilization as barriers territorial, national, cultural, religious, and race are not able to shield himself from the effort to market a model of civilization is a trend in parties strong and powerful. So in turn, modes of cultural, religious, national, and race to fade and eventually destroyed, then replaced with a global model of paradaban. Development of Islamic civilization as guided by the spirit of divinity (tawhid). Growth of Islam since 14 centuries ago helped color the history of civilization dunia.Bahkan, the rapid development of the Islamic religion, both in the west and east, in the 8th century BC to 13 are able to master a variety of civilizations that existed before. Civilization in Islam, can be traced from the history of the life of the Prophet, the companions (four caliphs) and the history of the Islamic caliphate to the lives of Muslims today. Islam is the revealed to the Prophet Muhammad had brought the Arabs are backward and not previously known, and ignored by other nations, becoming a developed nation. Even at the beginning of Western progress rooted in Islamic civilization that went into Europe via Spain. The foundation "Islamic civilization" is "Islamic culture", while the cornerstone "cultural Islam" is religions. Decline of Islamic civilization developed depending on the extent to which the dynamics of Muslims themselves. Recorded in Islamic history, that one of the dynamics of Muslims were characterized by the presence of Islamic kingdoms such as the Umayyad dynasty and the Abbasids who had a high civilization, of which bring scientists and thinkers of the Muslim world and it became the torch of civilization mecca world. Islamic civilization as one of the greatest civilizations of the world's influence. In fact, until now, various types of Islamic civilization can still be witnessed in several countries of the former Islamic rule in advance, for example, Baghdad (Iraq), Andalusia (Spain), the Fatimids (Egypt), Ottoman (Turkish), Damascus, Kufa, Syria, and so on . Key words: Islam, modren civilization

PENDAHULUAN Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu alHadharah al-Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang

yang

mensinonimkan

dua

kata

:

“kebudayaan”

(Arab/al-tsaqafah

dan

culture/Inggris) dengan “peradaban” (civilization/Inggris dan al-hadharah/Arab) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan.Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat.Sedangkan, manifestasi-manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban.Kalau kebudayaan lebih banyak di reflesikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi. Definisi kebudayaan (culture), misalnya dalam satu Kamus: (1). The totality of socially transmitted behavior patterns, arts, beliefs, institutions, and all other products of human work and thought…., maka kebudayaan memiliki makna yang hampir sama dengan peradaban. Keduanya adalah hasil kerja manusia pada suatu zaman.Namun, dalam pembicaraan secara umum, peradaban nuansanya lebih luas, lebih menyeluruh.Peradaban lebih dekat dengan struktural (kekuasaan), bahkan melingkupinya.Sedang kebudayaan, biasanya malah sering disebut sebagai antitesa dari kekuasaan (struktural), sehingga sering muncul istilah ‘pendekatan struktural’ dan ‘pendekatan kultural’.Belum lagi dalam keseharian, kebudayaan malah dipersempit lagi dengan aspek2 kesenian belaka.Bahkan kedua aspek itu sering digabung menjadi seni-budaya.Karenanya berbeda dengan kebudayaan yang bisa dibiarakan relatif terlepas dari kekuasaan, peradaban hampir selalu terkait dengan kekuasaan. Beberapa definisitentang peradaban, diantaranya : a. Peradapan adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan bagian-bagian atau unsur-unsur suatu kebudayaan yang dianggap harus maju, dan indah.b. Peradaban adalah pertumbuhan melalui perkembangan pengetahuan dan kecakapan sehingga orang memungkinkan memiliki tabiat “Beradab”.c. Peradaban

adalah untuk menunjukkan keadaan beradab artinya memiliki tabiat dan pengendalian diri. d. Peradaban adalah kemajuan lahir batin yang menyangkut sopan santun, budi bahasa dan kebudayaan suatu bangsa. Dari beberapa difinisi diatas dapat disimpulkan bahwa peradaban adalah segalah tindakan atau tingkah laku seorang atau orang lain terhadap perkembangan sehingga ia memiliki tabiat “ beradab” dan pengendalian diri terhadap dirinya sendiri untuk kemajuan lahir dan batin mencangkup sikap sopan dan santun dan budi pekerti dan bahasa yang baik. Untuk Peradaban Islam lebih diartikan sebagai peradaban kaum muslimin, tetapi jika atribut Islam terdapat pencapaian ini dititik bulatkan kepada Islam sebagaigama yang dominan pada masa itu.Peradaban islam ialah tauhid yang memberikan identitas yang mengikat semua bagian-bagian, sehingga menjadikan mereka suatu badan yang integral.Peradaban Islam merupakan tabiat tingkah laku yang dibangun atas nilai-nilai Islam dan dibawa oleh kewahyuan Islam sendiri yang mana kemudian di kembangkan oleh masyarakat.Peradaban Islam adalah kemajuan yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan tabiat yang diorentasikan pada Al-Qur’an dan Hadits. Definisi lainnya menyebutkan Peradaban islam yaitu peradaban yang bersumber dan dibawa oleh kewahyuan Islam itu sendiri, dalam mengembangkan dan membedakan masyarakat manusia dimana yang sebelumnya tidak pernah ada. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa peradaban Islam adalah segala tingkah laku tabiat seseorang yang dibangun atas nilai-nilai Islami yang bersumber dan dibawa oleh wahyu Islam itu sendiri yang kemudian dikembangkan oleh masyarakat untuk kemajuan yang menyangkut sikap sopan, budi bahasa, dan tabiat yang bersumber dari ajaran Islam yakni Al-Qur’an dan As-sunnah. Sejarah perjuangan umat Islam dalam pentas peradaban dunia berlangsung sangat lama sekira 13 abad, yaitu sejak masa kepemimpinan Rasulullah Saw di Madinah (622632M),masa Khulafaur Rasyidin (632-661M), masa Daulah Bani Umayyah (661-750M) dan masa Daulah Bani Abbasiyah (750-1258 M) sampai tumbangnya Kekhilafahan Turki Utsmani pada tanggal 28 Rajab tahun 1342 H atau bertepatan dengan tanggal 3 Maret 1924 M, dimana masa-masa kejayaan dan puncak keemasannya banyak melahirkan banyak ilmuwan muslim berkaliber internasional yang telah menorehkan karya-karya luar biasa dan bermanfaat bagi umat manusia yang terjadi selama kurang lebih 700 tahun,

dimulai dari abad 6 M sampai dengan abad 12 M. Pada masa tersebut, kendali peradaban dunia berada pada tangan umat Islam. Pada saat berjayanya peradaban Islam semangat pencarian ilmu sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis dimulai dari pemahaman (tafaqquh) terhadap al-Qur'an yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang kemudian dipahami, ditafsirkan dan dikembangkan oleh para sahabat, tabiin, tabi' tabiin dan para ulama yang datang kemudian dengan merujuk pada Sunnah Nabi Muhammad saw. PERIODE RASULULLOH SAW (610 – 632M) Keberhasilan Rasulullah Muhammad SAW dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun, 13 tahun langkah persiapan pada periode Makkah (Makiyyah) dan 10 tahun periode Madinah (Madaniyah). Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, dimana Muhammad SAW telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya

saat

itu

khususnya

Romawi,

Persia

dan

Mesir.

Seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan: “Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti.Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”. Masa kerasulan Muhammad SAW pada akhir periode Madinah merupakan puncak (kulminasi) peradaban Islam, karena disitulah sistem Islam disempurnakan dan ditegakkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana firman Alloh dalam QS. Al-Maidah Ayat 3, yang artinya :“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-Maidah ayat 3).

Generasi masa itu juga merupakan generasi terbaik sebagaimana firman Alloh SWT dalam QS. Ali Imran ayat 110, yang artinya :“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh”. (QS. Ali Imran ayat 110).

PERIODE KHULAFAUR RASYIDIN (632-661 M) Khalifah Ar-Rasyidin adalah empat orang khalifah(pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammadsetelah Beliau wafat.Empat orang tersebut adalah para sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan

Muhammad.Keempat

khalifah

tersebut

dipilih

bukan

berdasarkan

keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam. 1. Abu Bakar ash-Shiddiq(11-13 H/632-634 M). Abu Bakar ash-Shidiq nama aslinya adalah Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Aamir dari suku Taim bin Murrah bin Ka’ablahirtahun 573 M. Beliau adalah orang pertama yang beriman kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan lelaki dewasa. Beliau adalah sahabat yang menemani hijrah beliau.Beliau jugalah orang yang menggantikan Nabi untuk menjadi imam shalat serta amir jama’ah haji, Beliau adalah khalifah pertama Islam setelah wafatnya Muhammad SAW.Ia adalah salah seorang petinggi Mekkah dari suku Quraisy. Setelah memeluk Islam namanya diganti oleh Muhammad menjadi Abu Bakar.Ia digelari Ash- Shiddiq yang berarti yang terpercaya setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra' Mi'raj.Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Muhammmad untuk menemaninya hijrah ke Yatsrib. Ia dicatat sebagai salah satu Sahabat Muhammad yang peling setia dan terdepan melindungi para pemeluk Islam bahkan terhadap sukunya sendiri. Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil

memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium. 2. Umar bin Khattab(13 - 23 H / 634 - 644 M) Umar bin Khattab adalah putra Naufal Al Quraisy dari suku Ady, lahir tahun 586-590 M. Beliauadalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam dan diberi gelar oleh Rosulullah SAW, yaitu “Al Faruq”, yang berarti dapat membedakan yang hak dan batil. Pengangkatan Umar bin Khattab bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam. Di zaman Umar bin Khattab gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria, sekarang Istanbul), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan.Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah.Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif.Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk.Demikian pula

jawatan pekerjaan umum.Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah. 3. Utsman bin Affan (23-35 H/644-656 M)

Utsman bi Affan adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam.Beliau merupakan sahabat yang mula-mula masuk Islam, hartawan dan dermawan serta sangant bijaksana. Oleh karena itu beliau dipiliholeh Umar bin Khattab dan dan enam sahabat lainnya sebagai formatur yaitu Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalibsebagai khalifah. Di masa pemerintahan Utsman, beliau mendirikan gedung pengadilan, armada Islam dan wilayah pemerintahan.Perluasan kekuasaannyamulai Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan serta membukukan mushaf Al Qur’an yang terkenal dengan Mushaf Utsmani. 4. Ali bin Abi Thalib (35 – 41 H / 656 – 660) Beliau adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan remaja.Ali dikenal orang yang pemberani, pemurah, dermawan, rendah hati, jujur, amanah, adil, disiplin, dan sebagainya. Dan beliau juga pernah menanggung resiko besar ketikan menyelamatkan Nabi Muhammad SAW saat perjalanan hijrah ke Madinah bersama Abu Bakar As Siddiq.Setelah sepeninggal Usman bin Affan, umat Islam berbondong-bondong menemui Ali bin Abi Thalib, Namun Ali tidak bersedia karena Thalhah bin Ubaidillah dan Zubir bin Awwam tidak ikut. Barulah setelah ada dukungan keduanya, beliau mau menerima jabatan itu. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman bi Affan.Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Khalifah Umar bin Khattab.

PERIODE DAULAH BANI UMAYYAH (661-750M) Bani Umayyah atau Kekhalifahan Umayyah, adalah kekhalifahanIslam pertama setelah masa Khulafaur Rasyidin yang memerintah dari 661 sampai 750 di Jazirah Arab dan sekitarnya (beribukota di Damaskus) ; serta dari 756 sampai 1031 di Kordoba, Spanyol sebagai Kekhalifahan Kordoba. Nama dinasti ini dirujuk kepada Umayyah bin 'Abd asy-Syams, kakek buyut dari khalifah pertama Bani Umayyah, yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan atau kadangkala disebut juga dengan Muawiyah I. Masa Kedaulatan Umayyah berlangsung selama lebih kurang 90 tahun. Beberapa orang Khalifah besar Bani Umayyah ini adalah Muawiyah bin Abi Sufyan (661-680 M), Abdul Malik bin Marwan (685- 705 M), Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M), Umar bin Abdul Aziz (717- 720 M) dan Hasyim bin Abdul Malik (724- 743 M). Awal berlangsungnya periode Daulah Bani Umayyah lebih memprioritaskan pada perluasan wilayah kekuasaan.Ekspansi wilayah yang sempat terhenti pada masa Khalifah Utsman bin Affan dan Khalifah Alibin Abi Tholib dilanjutkan kembali oleh Daulah Bani Umayyah. Pada zaman Muawiyah bin Abi Sufyan, Tunisia mulai ditaklukkan. Di sebelah Timur, Muawiyah dapat menguasai daerah Khurasan sampai ke sungai Oxus dan Afganistan sampai ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan-serangan ke ibu kota Bizantium, Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh khalifah Abdul Malik.Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh, Bukhara, Khawarizm, Ferghana dan Samarkand.Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan, Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan. Ekspansi ke Barat secara besar-besaran dilanjutkan pada zaman Al-Walid bin Abdul Malik. Masa pemerintahan Walid adalah masa ketenteraman, kemakmuran dan ketertiban, dimana umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang lebih sepuluh tahun, tercatat bahwa pada tahun 711 M merupakan suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya, benua Eropa. Setelah AlJazair dan Marokko dapat ditundukan, Tariq bin Ziyad, panglima pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Marokko dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Tariq).

Tentara Spanyol dapat dikalahkan.Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi selanjutnya. Ibu kota Spanyol, Cordova, dengan cepatnya dapat dikuasai. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Sevi'e, Elvira dan Toledo yang dijadikan ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova. Pasukan Islam memperoleh kemenangan dengan mudah karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang sejak lama menderita akibat kekejaman penguasa. Pada zaman Umar bin Abdul Aziz, serangan dilakukan ke Prancis melalui pegunungan Piranee. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah Al-Ghafiqi. Ia mulai dengan menyerang Bordeau, Poitiers. Dari sana ia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam peperangan yang terjadi di luar kota Tours, Al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah juga jatuh ke tangan Islam pada zaman Bani Umayyah. Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa daerah, baik di timur maupun barat, wilayah kekuasaan Islam masa Bani Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arabia, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan, Purkmenia, Uzbek, dan Kirgis di Asia Tengah. Disamping ekspansi kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga banyak berjasa dalam pembangunan di berbagai bidang.Pada bidang pengembangan keilmuan, Daulat Umayyah mengawalinya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan startegis.Khalifah Abdul Malik bin Marwan (685-705M) merupakan Khalifah pertama yang berhasil melakukan berbagi pembenahan administrasi pemerintahan dimana beliau memerintahkan penggunaan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan dan kenegaraan di seluruh wilayah Islam yang membentang dari Pegunungan Thian Shan di sebelah Timur sampai Pegunungan Pyrenees di sebelah Barat termasuk dalam berbagai administrasi kenegaraan lainnya.Pada perkembangan selanjutnya Bahasa Arab menjadi bahasa umum sebagai bahasa pengantar dunia (lingua franca), juga menjadi bahasa diplomatik antar Bangsa diantara Barat dan Timur bahkan berkembang menjadi bahasa ilmiah sampai kepada zaman renaissance, hingga Roger Bacon (1214-1294 M) dari Oxford ahli pikir Inggeris terbesar itu, menurut Ecyclopedia Britanica, 1951, volume II, halaman 191-197, mendorong sedemikian rupa untuk mempelajari Bahasa Arab guna memperoleh pengetahuan yang sangat murni, yang menyatakan bahwa: “Roger Bacon, placing

Averroes beside Aristole and Avicenna, recomends the study of Arabic as the only way of getting the knowledge which bad versions obscured”, yakni “menganjurkan mempelajari Bahasa Arab sebagai jalan satu-satunya bagi memperoleh ilmu yang telah dikaburkan oleh versi-versi yang jelek” sebelumnya. Kemajuan tradisi intelektual dan ilmu pengetahuan pada zaman Daulah Bani Umayyah di Andalusia dirasakan oleh masyarakat Eropa. Oliver Leaman menggambarkan kondisi kehidupan intelektual di sana sebagai berikut: “….pada masa peradaban agung [wujud] di Andalus, siapapun di Eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiyah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalahmasalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, tehnik dan matematika.Ia mirip seperti posisi Amerika saat ini, dimana beberapa universitas penting berada”. Pada bidang lainnya, pembangunan yang dilakukan Muawiyah bin Abi Sufyan diantaranya mendirikan dinas pos dan tempat-tempat tertentu dengan menyediakan kuda yang lengkap dengan peralatannya di sepanjang jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata dan mencetak mata uang.Pada masanya, jabatan khusus seorang Hakim (qadhi) mulai berkembang menjadi profesi tersendiri.Qadhi adalah seorang spesialis dibidangnya.Khalifah Abdul Malik mengubah mata uang Bizantium dan Persia yang dipakai di daerah-daerah yang dikuasai Islam.Untuk itu, dia mencetak uang tersendiri pada tahun 659 M dengan memakai kata-kata dan tulisan Arab. Keberhasilan Khalifah Abdul Malik diikuti oleh puteranya Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M) sebagai seorang yang berkemauan keras dan berkemampuan melaksanakan pembangunan. Dia membangun panti-panti untuk orang cacat.Semua personel yang terlibat dalam kegiatan yang humanis ini digaji oleh negara secara tetap.Dia juga membangun jalan-jalan raya yang menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, pabrik-pabrik, gedunggedung pemerintahan dan masjid-masjid yang megah. Pada lapangan perdagangan yakni pada saat peradaban Islam telah menguasai dunia perdagangan sejak permulaan Daulat Umayyah (661-750M), dimana pesisir lautan Hindia sampai ke Lembah Sind, sehingga terjalin kesatuan wilayah yang luas dari Timur

sampai Barat yang berimplikasi terhadap lancarnya lalu-lintas dagang di dataran antara Tiongkok dengan dunia belahan Barat pegunungan Thian Shan melalui Jalan Sutera (Silk Road) yang terkenal itu, yang kemudian terbuka pula jalur perdagangan melalui Teluk Parsi, Teluk Aden yang menghubungkannya dengan kota-kota dagang di sepanjang pesisir Benua Eropa, menyebabkan “kebutuhan Eropa pada saat itu amat tergantung pada kegiatan dagang di dalam wilayah Islam”. Di zaman Umar Ibn Ab Al-Aziz(717M-720M), masa pemerintahannya diwarnai dengan banyak Reformasi dan perbaikan. Dia banyak menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak produktif, menggali sumur-sumur baru dan membangun masjidmasjid. Dia mendistribusikan sedekah dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi dizamannya. Dimasa pemerintahannya tidak ada lagi orang yang berhak menerima zakat ataupun sedekah. Berkat ketaqwaan dan kesalehannya, dia dianggap sebagai salah seorang Khulafaur Rasyidin. Penaklukan dimasa pemerintahannya pasukan islam melakukan penyerangan ke Prancis dengan melewati pegunungan Baranese mereka sampai ke wilayah Septomania dan Profanes, lalu melakukan pengepungan Toulan sebuah wilayah di Prancis. Namun kaum muslimin tidak berhasil mencapai kemenangan yang berarti di Prancis. sangat sedikit terjadi perang dimasa pemerintahan Umar. Dakwah islam marak dengan menggunakan nasehat yang penuh hikmah sehingga banyak orang masuk islam. Salah satu kemajuan yang paling menonjol pada masa pemerintahan dinasti Bani Umayyah adalah kemajuan dalam system militer. Selama peperangan melawan kakuatan musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik bertempur kemudian mereka memadukannya dengan system dan teknik pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan system pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik dengan kemajuan-kemajuan dalam system ini akhirnya para penguasa dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga ke Eropa.Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut. PERIODE DAULAH BANI ABBASIYAH (132 – 656 H/750 - 1258 M)

Sebagai sebuah dinasti, kekhalifahan Bani Abbasiyah yang berkuasa lebih dari lima abad, telah banyak memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Dari sekitar 37 orang khalifah yang pernah berkuasa, terdapat beberapa orang khalifah yang benar-benar memliki kepedulian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, serta berbagai bidang lainnya, seperti bidang-bidang sosial dan budaya. Diantara kemjuan dalam bidang sosila budaya adalah terjadinya proses akulturasi dan asimilasi masyarakat. Keadaan sosial masyarakat yang majemuk itu membawa dampak positif dalam perkembangan dan kemajuan peradaban Islam pada masa ini.Karna dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki, dapat dipergunakan untuk memajukan bidang-bidang sosial budaya lainnya yang kemudian menjadi lambang bagi kemajuan bidang sosial budaya dan ilmu pengetahuan lainnya. Diantara kemajuan ilmu pengetahuan sosial budaya yang ada pada masa Khalifah Dinasi Abbasiyah adalah seni bangunan dan arsitektur, baik untuk bangunan istana, masjid, bangunan kota dan lain sebagainya. Seni asitektur yang dipakai dalam pembanguanan istana dan kota-kota, seperti pada istana Qashrul dzahabi, dan Qashrul Khuldi, sementara banguan kota seperti pembangunan kota Baghdad, Samarra dan lain-lainnya. Kemajuan juga terjadi pada bidang sastra bahasa dan seni musik. Pada mas inilah lahir seorang sastrawan dan budayawan terkenal, seperti Abu Nawas, Abu Athahiyah, Al Mutanabby, Abdullah bin Muqaffa dan lain-lainnya. Karya buah pikiran mereka masih dapat dibaca hingga kini, seperti kitab Kalilah wa Dimna. Sementara tokoh terkenan dalam bidang musik yang kini karyanya juga masih dipakai adalah Yunus bin Sulaiman, Khalil bin Ahmad, pencipta teori musik Islam, Al farabi dan lain-lainnya. Selain bidang-bidang tersebut diatas, terjadi juga kemajuan dalam bidang pendidikan.Pada masa-maa awal pemerinath Dinasti Abbasiyah, telah banyak diushakan oleh para khalifah untuk mengembangakan dan memajukan pendidikan.Karna itu mereka kemudian mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mulai dari tingkat dasar hingga tingakat tinggi. Masa Kedaulatan Abbasiyah berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola

pemerintahan dan politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi lima periode: 1. Periode Pertama (132 H/750 M-232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama; 2. Periode Kedua (232 H/847 M-334 H/945 M), disebut pereode pengaruh Turki pertama; 3. Periode Ketiga (334 H/945 M-447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua; 4. Periode Keempat (447 H/1055 M-590 H/l194 M), masa kekuasaan dinasti Bani Seljuk dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua; 5. Periode Kelima (590 H/1194 M-656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad. Tidak seperti pada periode Umayyah, Periode pertama Daulah Bani Abbasiyah lebih memprioritaskan pada penekanan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah.Fakta sejarah mencatat bahwa masa Kedaulatan Abbasiyah merupakan pencapaian cemerlang di dunia Islam pada bidang sains, teknologi dan filsafat.Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam. Masa sepuluh Khalifah pertama dari Daulah Bani Abbasiyah merupakan masa kejayaan (keemasan) peradaban Islam, dimana Baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.Secara politis, para khalifah betul-betul merupakan tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain, kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam.Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus berkembang. Pada masa sepuluh Khalifah pertama itu, puncak pencapaian kemajuan peradaban Islam terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786-809 M).Harun Al-Rasyid adalah figur khalifah shaleh, ahli ibadah, senang bershadaqah, sangat mencintai ilmu sekaligus mencintai para ‘ulama, senang dikritik serta sangat merindukan nasihat terutama

dari para ‘ulama.Pada masa pemerintahannya dilakukan sebuah gerakan penerjemahan berbagai buku Yunani dengan menggaji para penerjemah dari golongan Kristen dan penganut agama lainnya yang ahli.Ia juga banyak mendirikan sekolah, yang salah satu karya besarnya adalah pembangunan Baitul Hikmah, sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang besar. Perpustakaan pada masa itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi. Harun Al-Rasyid juga menggunakan kekayaan yang banyak untuk dimanfaatkan bagi keperluan sosial.Rumah sakit, lembaga pendidikan dokter, dan farmasi didirikan.Pada masanya sudah terdapat paling tidak sekitar 800 orang dokter.Disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun.Kesejahteraan, sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya.Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat yang tak tertandingi. Terjadinya perkembangan lembaga pendidikan pada masa Harun Al Rasyid mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan.Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman Bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan. Pada masa pemerintahan Abbasiyah pertama juga lahir para imam mazhab hukum yang empat hidup Imam Abu Hanifah (700-767 M); Imam Malik (713-795 M); Imam Syafi'i (767-820 M) dan Imam Ahmad bin Hanbal (780-855 M). Pencapaian kemajuan dunia Islam pada bidang ilmu pengetahuan tersebut tidak terlepas dari adanya sikap terbuka dari pemerintahan Islam pada saat itu terhadap berbagai budaya dari bangsa-bangsa sebelumnya seperti Yunani, Persia, India dan yang lainnya. Gerakan penterjemahan yang dilakukan sejak Khalifah Al-Mansur (745-775 M) hingga Harun Al-Rasyid berimplikasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan umum, terutama di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, farmasi, biologi, fisika dan sejarah. Menurut Demitri Gutas proses penterjemahan di zaman Abbasiyah didorong oleh motif sosial, politik dan intelektual. Ini berarti bahwa para pihak baik dari unsur masyarakat, elit penguasa, pengusaha dan cendekiawan terlibat dalam proses ini, sehingga dampaknya secara kultural sangat besar. Gerakan penerjemahan pada zaman itu kemudian

diikuti oleh suatu periode kreativitas besar, karena generasi baru para ilmuwan dan ahli pikir muslim yang terpelajar itu kemudian membangun dengan ilmu pengetahuan yang diperolehnya untuk mengkontribusikannya dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Menurut Marshall, proses pengislaman tradisi-tradisi itu telah berbuat lebih jauh dari sekadar mengintegrasikan dan memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar biasa. Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah Islam merupakan periode pengembangan di bidang ilmu, pengetahuan dan kebudayaan, dimana pada zaman itu telah melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Farabi. Berbagai pusat pendidikan tempat menuntut ilmu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Palermo, Nisyapur, Kairo, Baghdad, Damaskus, dan Bukhara, dimana pada saat yang sama telah mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegelapan selama berabad-abad. Kehidupan kebudayaan dan politik baik dari kalangan orang Islam maupun non-muslim pada zaman kekhilafahan dilakukan dalam kerangka Islam dan bahasa Arab, walaupun terdapat perbedaanperbedaan agama dan suku yang plural. Pada saat itu umat Islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh meninggalkan peradaban yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan, tradisi intelektual melalui gerakan penerjamahan yang kemudian dilanjutkan dengan gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang secara pesat tersebut, mengakibatkan terjadinya lompatan kemajuan di berbagai bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa. Menurut Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan ilmuwan muslim tidak hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji teksteks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan ajaran Islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika peradaban Islam telah kokoh. Sains, filsafat dan kedoketeran Yunani diadapsi sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup Islam. Proses ini menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuwan muslim sehingga dari proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari pemikiran Yunani dan bahkan boleh jadi asing bagi pemikiran Yunani.

Pada masa-masa permulaan perkembangan kekuasaan, Islam telah memberikan kontribusi kepada dunia berupa tiga jenis alat penting yaitu paper (kertas), compass (kompas) and gunpowder (mesiu). Penemuan alat cetak (movable types) di Tiongkok pada penghujung abad ke-8 M dan penemuan alat cetak serupa di Barat pada pertengahan abad 15 oleh Johann Gutenberg, menurut buku Historians’ History of the World, akan tidak ada arti dan gunanya jika Bangsa Arab tidak menemukan lebih dahulu cara-cara bagi pembuatan kertas. Pencapaian prestasi yang gemilang sebagai implikasi dari gerakan terjemahan yang dilakukan pada zaman Daulat Abbasiah sangat jelas terlihat pada lahirnya para ilmuwan muslim yang mashur dan berkaliber internasional seperti : Al-Biruni (fisika, kedokteran); Jabir bin Hayyan (Geber) pada ilmu kimia; Al-Khawarizmi (Algorism) pada ilmu matematika; Al-Kindi (filsafat); Al-Farazi, Al-Fargani, Al-Bitruji (astronomi); Abu Ali Al-Hasan bin Haythami pada bidang teknik dan optik; Ibnu Sina (Avicenna) yang dikenal dengan Bapak Ilmu Kedokteran Modern; Ibnu Rusyd (Averroes) pada bidang filsafat; Ibnu Khaldun (sejarah, sosiologi). Mereka telah meletakkan dasar pada berbagai bidang ilmu pengetahuan. Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulah Bani Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya: 1. Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. AlRazi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina; 2. Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimanaterjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;

3. Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae; 4. Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri). Sejarah telah membuktikan bahwa kontribusi Islam pada kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan.Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), diseminasi dan proliferasi (pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnya diliputi oleh masa ‘the Dark Ages’ mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa. Melalui dunia Islamlah mereka mendapat akses untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan modern. Menurut George Barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber-sumber Arab.Sebelum Islam datang, menurut Gustav Le Bon, Eropa berada dalam kondisi kegelapan, tak satupun bidang ilmu yang maju bahkan lebih percaya pada tahayul. Sebuah kisah menarik terjadi pada zaman Daulat Abbasiah saat kepemimpinan Harun Al-Rasyid, tatkala beliau mengirimkan jam sebagai hadiah pada Charlemagne seorang penguasa di Eropa. Penunjuk waktu yang setiap jamnya berbunyi itu oleh pihak Uskup dan para Rahib disangka bahwa di dalam jam itu ada jinnya sehingga mereka merasa ketakutan, karena dianggap sebagai benda sihir. Pada masa itu dan masa-masa berikutnya, baik di belahan Timur Kristen maupun di belahan Barat Kristen masih mempergunakan jam pasir sebagai penentuan waktu. Bagaimana kondisi kegelapan Eropa pada zaman pertengahan (Abad 9 M) bukan hanya pada aspek mental-dimana cenderung bersifat takhayul, demikian pula halnya dalam aspek fisik material. Hal ini sebagaimana digambarkan oleh William Drapper: “Pada zaman itu Ibu Kota pemerintahan Islam di Cordova merupakan kota paling beradab di Eropa, 113.000 buah rumah, 21 kota satelit, 70 perpustakaan dan tokotoko buku, masjid-masjid dan istana yang banyak. Cordova menjadi mashur di seluruh dunia, dimana jalan yang panjangnya bermil-mil dan telah dikeraskan diterangi dengan lampu-lampu dari rumah-rumah di tepinya.Sementara kondisi di London 7 abad sesudah

itu (yakni abad 15 M), satu lampu umumpun tidak ada.Di Paris berabad-abad sesudah zaman Cordova, orang yang melangkahi ambang pintunya pada saat hujan, melangkah sampai mata kakinya ke dalam lumpur”. Menurut Philip K. Hitti, jarak peradaban antara kaum muslimin di bawah kepemimpinan Harun Al-Rasyid jauh melampaui peradaban yang ada pada orang-orang Kristen pimpinan Charlemagne.Pertengahan abad 9 M peradaban Islam telah meliputi seluruh Spanyol. Masuknya Islam ke Spanyol yaitu setelah Abdur Rahman ad-Dakhil (756 M) berhasil membangun pemerintahan yang berpusat di Andalusia. Melalui Spanyol, Sicilia dan Perancis Selatan yang berada langsung di bawah pemerintahan Islam, peradaban Islam memasuki Eropa. Bahasa Arab menjadi bahasa internasional yang digunakan berbagai suku bangsa di berbagai negeri di dunia. Baghdad di Timur dan Cordova di Barat, dua kota raksasa Islam menerangi dunia dengan cahaya gilang-gemilang. Sekitar tahun 830 M, Alfonsi-Raja Asturia telah mendatangkan dua sarjana Islam untuk mendidik ahli warisnya.Sekolah Tinggi Kedokteran yang didirikan di Perancis

(di

Montpellier)

dibina

oleh

beberapa

orang

Mahaguru

dari

Andalusia.Keunggulan ilmiah kaum muslimin tersebar jauh memasuki Eropa dan menarik kaum intelektual dan bangsawan Barat ke negeri-negeri pusatnya. Diantara mereka terdapat Roger Bacon (Inggeris); Gerbert d’Aurillac yang kemudian menjadi Paus Perancis pertama dengan gelar Sylvester II, selama 3 tahun tinggal di Todelo mempelajari ilmu matematika, astronomi, kimia dan ilmu lainnya dari para sarjana Islam. Tidaklah mengherankan, karena pada saat kekhilafahan Islam berkuasa saat itu Spanyol menjadi pusat pembelajaran (centre of learning) bagi masyarakat Eropa dengan adanya Universitas Cordova. Di Andalusia itulah mereka banyak menimba ilmu, dan dari negeri tersebut muncul nama-nama ‘ulama besar seperti Imam Asy-Syathibi pengarang kitab Al-Muwafaqat, sebuah kitab tentang Ushul Fiqh yang sangat berpengaruh; Ibnu Hazm Al-Andalusi pengarang kitab Al-Fashl fi al-Milal wa al-Ahwa’ wa an-Nihal, sebuah kitab tentang perbandingan sekte dan agama-agama dunia, dimana bukti tersebut telah mengilhami penulis-penulis Barat untuk melakukan hal yang sama. Di Andalusia (Spanyol bagian Selatan), berbagai universitasnya pada saat itu dipenuhi oleh banyak mahasiswa Katolik dari Perancis, Inggeris, Jerman dan Italia. Pada masa itu, para pemuda Kristen dari berbagai negara di Eropa dikirim berbondong-

bondong ke sejumlah perguruan tinggi di Andalusia guna menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dari para ilmuwan muslim. Adalah Gerard dari Cremona; Campanus dari Navarra; Aberald dari Bath; Albert dan Daniel dari Morley yang telah menimba ilmu demikian

banyak

dari

para

ilmuwan

muslim,

untuk

kemudian

pulang

dan

menggunakannya secara efektif bagi penelitian dan pengembangan di masing-masing bangsanya. Dari sini kemudian sebuah revolusi pemikiran dan kebudayaan telah pecah dan menyebarluas ke seluruh masyarakat dan seluruh benua. Para pemuda Kristen yang sebelumnya telah banyak belajar dari para ilmuwan muslim, telah berhasil melakukan sebuah transformasi nilai-nilai yang unggul dari peradaban Islam yang kemudian diimplementasikan pada peradaban mereka (Barat) yang selanjutnya berimplikasi terhadap kemajuan diberbagai bidang ilmu pengetahuan. Semaraknya pengembangan ilmu dan pengetahuan di dunia Islam diindikasikan dengan banyaknya perpustakaan tersebar di kota-kota dan negeri-negeri Islam yang jumlahnya sangat fantastis.Sejarah mencatat, perpustakaan di Cordova pada abad 10 Masehi mempunyai 600.000 jilid buku.Perpustakaan Darul Hikmah di Cairo mempunyai 2.000.000 jilid buku.Perpustakaan Al Hakim di Andalusia mempunyai berbagai buku dalam 40 kamar yang setiap kamarnya berisi 18.000 jilid buku.Perpustakaan Abudal Daulah di Shiros (Iran Selatan) buku-bukunya memenuhi 360 kamar. Sementara ratusan tahun sesudahnya (abad 15 M), menurut catatan Catholik Encyclopedia, perpustakaan Gereja Canterbury yang merupakan perpustakaan dunia Barat yang paling kaya saat jumlah bukunya tidak melebihi 1.800 jilid buku. Sejarah juga mencatat bahwa Uskup Agung Raymond di Spanyol mendirikan Badan Penterjemah di Todelo yang ditujukan guna menterjemahkan sebagian besar karangan sarjana-sarjana Muslim tentang ilmu pasti, astronomi, kimia, kedokteran, filsafat, dll, dimana waktu yang dibutuhkan untuk menterjemahkannya yaitu lebih dari satu setengah abad (1135-1284 M). Dari pusat-pusat peradaban Islam yang meliputi Baghdad, Damaskus, Cordova, Sevilla, Granada dan Istanbul, telah memancarkan sinar gemerlap yang menerangi seluruh penjuru dunia terlebih Cordova, Sevilla, Granada yang merupakan bagian dari kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan kontribusi besar terhadap tumbuh dan berkembangnya peradaban modern di dunia Barat.

MASA-MASA KEMUNDURAN a. Kemunduran Bani Umayyah. Ada beberapa faktor yang menyebabkan dinasti Bani Umayyah lemah dan membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain adalah: 1.Sistem pergantian khalifah melalui garis keturunan adalah sesuatu yang baru (bid’ah) bagi tradisi Islam yang lebih menekankan aspek senioritas. Pengaturannya tidak jelas.Ketidak jelasan sistem pergantian khalifah ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota keluarga istana. 2.Latar belakang terbentuknya dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi di masa Ali bin Abi Tholib. Sisa-sisa Syi'ah (para pengikut Abdullah bin Saba’al-Yahudi) dan Khawarij terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasaan Bani Umayyah. Penumpasan terhadap

gerakan-gerakan ini

banyak menyedot

kekuatan

pemerintah. 3.Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Disamping itu, sebagian besar golongan mawali (non Arab), terutama di Irak dan wilayah bagian timur lainnya, merasa tidak puas karena status mawali itu menggambarkan suatu inferioritas, ditambah dengan keangkuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani Umayyah. 4.Lemahnya pemerintahan daulat Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Disamping itu, para Ulama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama sangat kurang. 5.Penyebab langsung tergulingnya kekuasaan dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al-

Muthalib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyimdan kaummawali yang merasa dikelas duakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.

b. Kemunduran Bani Abbasiyah Setelah berkuasa lebih kurang lima abad ( 750-1258 M ), akhirnya Dinasti Abbasiyah mengalami masa-masa suram. Masa suram ini terjadi ketika para pengusaha setelah Al-Makmun, Al-Mu’tashim dan Al-Mutawakkil, tidak lagi memiliki kekuatan yang besar, sebab para khalifah sesudahnya lebih merupakan boneka para amir dan para wajir dinasti Buwaihiyah dan Salajikah.Para khalifah Abbasiyah pada periode terakhir lebih mementingkan kepentingan peribadi, ketimbang kepentingan masyarakat umum.Mereka saling melalaikan tugas-tugas sebagai pemimpin dan kepala negara, bahkan banyak di antara mereka yang lebih memilih hidup bermewah-mewahan.Pada akhirnya mereka kehilangan semangat juang untuk menegakkan kekuasaan. Kenyataan ini dipengaruhui dengan situasi politik umat Islam ketika itu.Konflik antra etnis dan suku bangsa sering terjadi, terutama perseteruan antara bangsa Arab dan bangsa Persia dengan bangsa Turki. Perseteruan ini terjadi ketika bangsa Turki semakin memiliki posisi strategis dipemerintahan dan menggeser posisi bangsa Arab dan Persia, yang merupakan dua suku bangsa yang memiliki peran penting didalam proses berdirinya pemerintahan Dinasti Abbasiyah. Pada masa pemerintahan khalifah al-Mutawakkil, pengaruh bangsa Turki semakin kuat, sehingga bangsa Arab dan Persia merasa cemburu.Sikap anti Turki ini pada akhirnya menimbulkan gerakan pemberontakan di setiap daerah, yang kemudian masing-masing mendirikan kekuasaan-kekuasaan lokal. Diantara kekuatan lokal yang sangat berpengaruh dalam proses melemahnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah adalah dikarenakan luasnya wilayah kekuasaan sehingga tidak dapat melakukan kontrol pemerintah dengan baik ke seluruh wilayahnya, sehingga peluang ini dimanfaatkan oleh penguasa daerah yang jauh dari pemerintah pusat untuk melepaskan diri menjadi kerajaan-kerajaan kecil. Diantara kerajaan-kerajaan kecil yang dapat melepaskan diri adalah Dinasti

Buwaihiyah ( 945-1055 M ), Dinasti Salajiqah ( 1037-1157 M ). Dinasyi Bani Fathimiyah yang didirikan di Tunisia pada tahun 297-323 H / 909-934 M oleh Al Mahdi.Dinasti ini berkuasa cukup lama, hingga akhirnya dihancurkan oleh Salahuddin al- Ayyubi. Dinasti Idrisiyah yang didirikan oleh Idris bin Abdullah ( 172-311 H/ 788-932 M ), Dinasti Aghlabiyah didirikan oleh Ibrahim bin Aghlab ( 184-296 H/ 800-909 M ), Dinasti Thuluniyah, didirikan oleh Ahmad bin Thulun ( 254-292 H/868-905 M ).Dinasti Ikhsyidiyah, didirikan oleh Muhammad bin Tughj ( 323-358 H/ 935-969 M ), Dinasti Hamdaniyah, didirikan oleh Hamdan bin Hamdan ( 293-394 H/ 905-1004 M ), Dinasti Thahriyah, didirikan oleh Thahir bin Husein ( 205-259 H/ 821-873 M ), Dinasti Samaniyah, didirikan oleh Saman Khuda ( 261-9-389 H/ 874-999 M ). Kemunculan

kerajaan-kerajaan

ini,

sedikit

banyak

memperlemah

kekuasaan dan wibawa kerajaan Bani Abbas.Sebab paling tidak pemasukan dan pengaruh para khalifah Bani Abbas berkurang. Lama kelamaan, akan membawa kelemahan, kemunduran dan kemudian kehancuran Dinasti Bani Abbasiyah. Persoalan lain yang juga memperlemah kekuasaan Bani Abbasiyah adalh konflik internal dikalangan Bani Abbasiyah. Konflik ini dimanfaatkan oleh para pendatang baru, seperti bangsa Turki yang kemudian menguasai sistem pemerintahan Dinastu Abbasiyah.Bahkan bangsa Turki mendirikan kekuasaan di wilayah pemerintahan Bani Abbasiyah dan menguasi Baghdad.Ketika para kalifah semakin lemah, baik secara militer atau ekonomi, para tentara bayaran mendominasi kekuatan, sehingga mereka menciptakan ketergantunan khalifah kepada tentara bayaran.Ketergantungan ini merupakan salah satu faktor penyebab melemahnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah. Pada saat semua mengalami kelemahan, kekuatan baru datang dan berusaha menghancurkan Dinasti Abbasiyah, yaitu kekuatan bangsa Mongol. Dibawah pimpinan hulaghu Khan, kota Baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah diluluh lantakan pada tahun 1258 m. Serangan bangsa Mongol ini manandai akhir dari masa kekuasaan dinasti Abbasiyah. Menurut Murodi, di antara sebab-sebab kemunduran dan kehancuran dinasti Abbasiyah adalah :

a. Melebihkan bangsa asing daripada bangsa Arab. b. Kebijakan ganda Harun Ar-Rasyid yang telah mewasiatkan tahta Khalifah kepada dua anaknya (Al-Amin dan Al-Makmun). c.

Pemberontakan yang dilakukan oleh para oposan seperti pemberontakan orang-orang Arab, Syiah, Khawarij dan intern keluarga Abbasiyah.

d. Ketergantungan kepada tentara bayaran. e. Timbulnya kerajaan-kerajaan kecil yang bebas dari kekuasaan BaniAbbasiyah, seperti dinasti Idrisiyah di Maroko, dinasti Aghlabiyah, dinastiThuluniyah, dinasti Ikhsyidi, dinasti Hamdaniyah, dan dinasti Thahiriyah. f. Penyerangan bangsa Mongol (Tartar) yanng dipimpin oleh Hulaku Khan pada 1258 M, khalifah dan keluarganya dibunuh serta ia mengumumkan secarasepihak berakhirnya pemerintahan Bani Abbasiyah di Baghdad.

G. KESIMPULAN 1. Kontribusi Islam terhadap lahirnya peradaban Islam berskala dunia terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi sangat besar, maka kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam.Dunia Barat sekarang sejatinya berterima kasih kepada umat Islam. Akan tetapi pada kenyataannya pihak Barat (non Muslim) telah sengaja menutup-nutupi peran besar atas jasa para pejuang dan ilmuwan muslim tersebut yang pada akhirnya terabaikan bahkan sampai terlupakan. Oleh karena itu, umat Islam perlu kembali menggelorakan semangat keilmuan para ilmuwan muslim atas sumbangsihnya yang amat besar bagi peradaban umat manusia di dunia dalam menyongsong kembali kejayaan Islam dan umatnya. 2. Puncak pencapaian penguasaan sains dan teknologi pada zaman kejayaan umat Islam masa lalu terkait erat dengan tegaknya sistem kekhilafahan, dimana adanya sistem komando yang terintegrasi secara global yang peranan secara politik sejalan dengan peranan agama. Para pemimpin terdahulu yang shaleh selain sebagai seorang negarawan yang handal dan mumpuni, juga sebagai seorang ‘ulama wara’ yang takut pada Rabb-nya, mencintai ilmu serta mencintai rakyatnya.Pada aspek ini kita bisa melihat adanya integrasi tiga pilar utama dalam pembentukan peradaban Islam yaitu

agama, politik dan ilmu pengetahuan terpadu dalam satu kendali sistem kekhilafahan dibawah pimpinan seorang khalifah. 3. Keberadaan sistem kekhilafahan terutama sejak zaman Daulah Bani Umayyah dan Daulah Bani Abbasiyah walaupun bersifat khalifatul mulk (kepemimpinan didasarkan pada keturunan/dinasti) yang adakalanya dipimpin oleh orang shaleh dan sekali waktu dipimpin oleh orang zhalim, tetapi seburuk-buruk kondisi pada masa kehilafahan, masih jauh lebih baik daripada masa setelah tercerabutnya kehilafahan, karena pada masa kekhilafahan hukum Islam masih tegak dan ditaati oleh umat Islam, demikian juga adanya ketaatan terhadap berbagai fatwa para ‘ulama.Oleh harenanya, segala hal yang baik dari para pendahulu umat Islam seyogiannya menjadi cerminan teladan bagi kita, sementara segala hal yang kurang baik, sejatinya dijadikan sebagai pelajaran yang sangat berharga. 4. Awal meredupnya peradaban Islam yang terjadi sejak abad ke-8 hijriah (abad 13 M) hingga abad ke-14 hijriah (abad 20 M) yang telah mengakibatkan proses peralihan dari peradaban Islam ke keradaban Barat yang ditandai dengan masa pencerahan di dunia Barat serta terjadinya penjajahan, penaklukan dan aneksasi terhadap negeri-negeri muslim oleh armada perang dari negara-negara Barat lebih disebabkan oleh melemahnya legitimasi politik dunia Islam karena peran kekhilafahan cenderung bersifat simbol serta hanya sebatas seremonial saja hingga tumbangnya sistem kekhilafahan di dunia Islam. Dari situlah kemudian dimulainya hegemoni dunia Barat terhadap dunia Islam. Untuk melawan itu maka umat Islam di dunia harus membangun dan memperkuat kembali legitimasi politik dunia Islam dengan meneladani peran kekhilafahan yang positif. 5. Faktor utama kekalahan dan melemahnya peran umat Islam bukanlah terletak pada kuatnya pihak musuh-musuh Islam, tetapi lebih disebabkan oleh melemahnya kekuatan umat Islam yang diakibatkan oleh perbuatan kemaksiatan yang dilakukan. Kemaksiatan terbesar terutama berupa sikap menyekutukan Alloh Swt (musyrik) dalam beribadah serta tidak memperdulikan lagi atas berbagai aturan (syari’at) yang diperintahkan-Nya. Oleh karenanya kita harus membangun kekuatan umat Islam dengan meningkatkan ketaatan kepada Alloh SWT.

DAFTARPUSTAKA : 1.

Abu Khalil, Syauqi. Harun Al Rasyid, Pemimpin dan Raja yang Mulia. Jakarta: Pustaka Azzam, 2002.

2.

Al-Sharqawi, Effat. Filsafat Kebudayaan Islam. Bandung: Penerbit Pustaka, 1986.

3.

Koentjaraningrat. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia, 1985.

4. Leaman, Oliver. An Introduction to Medieval Islamic Philosophy, Cambridge: University Press, Cambridge, 1985. 5. Muhammad Ash-Shalabi, Ali. Bangkit & Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2004. 6. Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya.Jilid I, cetakan kelima. Jakarta: UI Press, 1985. 7. Sou’yb, Joesoef. Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin. Jakarta: Bulan Bintang, 1979. 8. Suyuthi, Imam. Tarikh Khulafa. Jakarta: Pustaka Al Kautsar, 2006. 9. Syalabi, A. Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1987, cet. V. 10. Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006. 11. Zarkasyi, Hamid Fahmy. Membangun Peradaban Islam. Makalah Workshop Pemikiran Ideologis, Forum Ukhuwwah Islamiyah, Daerah Istimewa Yogyakarta, 15 April 2007. 12. Zallum, Abdul Qadim. Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islamiyah, Telaah Politik Menjelang Runtuhnya Negara Islam. Bangil: Al-Izzah, 2001. 13. Ma'ruf Misbah dkk, Sejarah Peradaban Islam. 14. Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 2003),

More Documents from "erlin apriwanda"