Rhinitis Alergika Oleh: Bram Permadi Tanto Christine Juliana Karolina Chandra
04114705103 04114705058 04114705076
Pembimbing : Dr. Yoan Levia Magdi, Sp.THT-KL
Definisi Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada pasien yang atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.
Kelainan pada hidung dengan gejala bersinbersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE WHO ARIA (Allergic Rhinitis and It’s Impact on Asthma) tahun 2001)
Epidemiologi Di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600 juta penderita dari seluruh etnis dan usia Di Indonesia belum ada angka yang pasti, tetapi di Bandung prevalensi rhinitis alergi pada usia 10 tahun ditemukan cukup tinggi (5,8%) Penelitian Zainuddin 1999 di Palembang 259 penderita rhinitis alergi (122 laki-laki dan 137 perempuan)
Etiologi
Alergen Outdoor Alergen Indoor
• jamur atau pohon • rumput • serbuk sari
alergi musiman ("hay fever“)
• bulu binatang • jamur dalam ruangan, • tungau
Etiologi Alergen inhalan, yang
masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau debu rumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang, rerumputan, serta jamur.
Alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, sapi, telur, coklat, ikan laut, udang kepiting, dan kacangkacangan.
Port de entry Alergen
Alergen injektan,
yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilin dan sengatan lebah.
Alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan.
Anatomi
Patogenesis
Klasifikasi
4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.
lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu.
*Allergy, Asthma & Clinical Immunology, Allergic rinitis (Small and Kim 2011 ) *WHO Initiative ARIA
Manifestasi Klinis Awitan gejala timbul cepat setelah paparan allergen dapat berupa
Pada mata dapat menunjukkan gejala berupa
bersin,
mata merah
mata atau palatum yang gatal berair,
gatal
rinore,
conjungtivitis,
hidung gatal,
mata terasa terbakar
hidung tersumbat.
lakrimasi
Pada telinga bisa dijumpai
gangguan fungsi tuba
efusi telinga bagian tengah
Anamnesis Gejala klinis Riwayat penyakit alergi dalam keluarga Gangguan alergi selain yang menyerang hidung, seperti asma, eczema, urtikaria, atau sensitivitas obat.
Keadaan lingkungan kerja dan tempat tinggal
Pemeriksaan Fisik Rinoskopi anterior : • tampak mukosa edema basah, • berwarna pucat atau livid • secret encer yang banyak. • Bila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertofi
Facies adenoid
Allergic shiner
Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance),
Allergic salute
Dinding lateral faring menebal
Allergic crease
Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)
Pemeriksaan Penunjang
Penatalaksanaan Menghindari kontak dengan allergen penyebab dan eliminasi Medikamentosa
Operatif Imunoterapi Edukasi Pasien
Medikamentosa • Antihistamin • adalah antagonis histamin H-1 yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target.
• 2 golongan
Antihistamin generasi-1
Antihistamin generasi-2
• Lipofilik • Efek kolinergik • difenhidramin, klorfeniramin, prometasin, siproheptadin.
• lipofobik, • selektif mengikat reseptor H-1 perifer • tidak mempunyai efek antikolinergik, antiadrenergik • efek pada SSP minimal.
Medikamentosa • Nasal dekongestan α-agonist Berikatan dengan reseptor α1
venokonstriksi dalam mukosa hidung
sehingga mengurangi volume mukosa
mengurangi penyumbatan hidung
α1-agonis dapat diberikan per oral (pseudoefedrin, efedrin, dan fenilpropanolamin) secara topical (xylometazoline, naphazoline, tetrahydrozoline, oxymetazoline, epinefrin, phenylephrine)
Medikamentosa • Kortikosteroid ARIA dan WHO merekomendasikan penggunaan kortikosteroid pada rinitis alergi • intermiten sedang berat, • persisten ringan • persisten sedang berat,
baik pemberian intranasal secara tunggal, kombinasi dengan antihistamin oral.
Kortikosteroid yang lebih baru memiliki efek sistemik yang sangat rendah
• • • • • •
beklometason dipropionat (BDP), triamsinolon asetonid (TAA), flunisolid (FLU), budesonid (BUD), flutikason propionat (FP) mometason furoat (MF)
Kortikosteroid Intranasal Sangat efektif menghilangkan gejala rhinitis alergi Efek terapi mulai kelihatan pada hari kedua sampai ketiga pengobatan dengan puncaknya pada minggu kedua sampai ketiga. Oleh karena gejala rhinitis alergi didahului oleh proses alergi dan hipereaktivitas, terapi KSIN sebaiknya diberikan sebelum gejala timbul. Akan tetapi jika diberikan segera setelah timbulnya reaksi terhadap alergi, obat tersebut dapat juga mencegah berlanjutnya inflamasi dan mencegah timbulnya gejala.
Operatif Tindakan konkotomi parsial,
konkoplasti atau multiple outfractured,
inferior turbinoplasty perlu dipikirkan bila
konka inferior hipertrofi bertahan dan
tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau triklor asetat.
Imunoterapi • Pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dan sudah berlangsung lama serta • dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yang memuaskan.
Edukasi Pasien
menghindari bahanbahan yang merupakan allergen
Komplikasi Polip hidung. Otitis media Sinusitis paranasal
Gangguan fungsi tuba eustachius
Prognosis Beberapa orang (terutama anakanak) semakin dewasa akan semakin kurang sensitif terhadap alergen.
Jika suatu zat menjadi penyebab alergi bagi seorang individu, maka zat tersebut dapat terus mempengaruhi orang itu dalam jangka panjang.
Terima Kasih