[revisi] Bismillah Laporan Hasil - Pengaruh Tingkat Kecanduan Smartphone Terhadap Fungsi Kognitif Remaja.pdf

  • Uploaded by: Salma Nur Fadhilah
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View [revisi] Bismillah Laporan Hasil - Pengaruh Tingkat Kecanduan Smartphone Terhadap Fungsi Kognitif Remaja.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 18,515
  • Pages: 121
PENGARUH TINGKAT KECANDUAN SMARTPHONE TERHADAP FUNGSI KOGNITIF REMAJA

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran

SALMA NUR FADHILAH 22010115130148

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2018

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH TINGKAT KECANDUAN SMARTPHONE TERHADAP FUNGSI KOGNITIF REMAJA

Disusun oleh : SALMA NUR FADHILAH 22010115130148

Telah disetujui Semarang, 27 Desember 2018 Pembimbing 1

Pembimbing 2

dr. Ratih Vierda O., Sp.S, M.Si Med. 197910172014042001

dr. Innawati Jusup, M. Kes., Sp. KJ. 19630729 199203 2 001

Penguji

Dr.dr. Dwi Pudjonarko, M.Kes,. Sp.S. (K) 196607201995121001 Mengetahui, a.n. Dekan Ketua Program Studi Kedokteran

Dr. dr. Neni Susilaningsih, M.Si. NIP. 196301281989022001

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan di bawah ini, Nama mahasiswa

: Salma Nur Fadhilah

NIM

: 22010115130148

Program Studi

: Pendidikan Dokter

Judul KTI

: Pengaruh Tingkat Kecanduan Smartphone terhadap Fungsi Kognitif Remaja

Dengan ini menyatakan bahwa : 1. Karya tulis ilmiah saya ini adalah asli dan belum pernah dipublikasi atau diajukan untuk mendapatkan gelar akademik di Universitas Diponegoro maupun di perguruan tinggi lain. 2. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan orang lain, kecuali pembimbing dan pihak lain sepengetahuan pembimbing 3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan judul buku aslinya serta dicantumkan dalam daftar pustaka. Semarang, 27 Desember 2018 Yang membuat pernyataan,

Salma Nur Fadhilah

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karenaatas kasih dan karuniaNya, laporan hasul penelitian karya tulis ilmiah ini dapat selesai. Penulisan karya tulis ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Bersama ini saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya serta penghargaan setinggi-tingginya kepada : 1. Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum, selaku Rektor Universitas Diponegoro yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menimba ilmu di Universitas Diponegoro 2. Prof. Dr. dr. Tri Nur Kristina, DMM, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang telah menyediakan sarana dan prasarana sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik 3. dr. Ratih Vierda O., Sp.S, M.Si Med. selaku dosen pembimbing 1 dan Dr. dr. Innawati Jusup, M. Kes., Sp. KJ. selaku dosen pembimbing 2 yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing saya dengan sangat baik dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 4. Dr.dr. Dwi Pudjonarko, M.Kes,. Sp.S. selaku ketua penguji seminar hasil

yang telah memberikan saran dan kritikan yang membangun sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini dengan baik 5. Kedua orang tua saya dan keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat, dukungan moral, maupun material selama penyusunan Karya

iv

Tulis Ilmiah ini. 6. Sahabat – sahabat saya, Alif Dani Irawan, Azharayesha Nurendra, Bagus Murod Al-Fayad, Denisa Khoirunnisa, Eka Susanti, Firdhausyah Adzanti, Maria Carolina Septiany, Muhammad Fajar Shodiq, Muhammad Rizky Caniago, Na’ila Amira Salsabila, Justin, Rizki Akbar Sentosa, Sabila Agung Prabawani, Chalimi Ardani, Gabriella Diah, Yayuk Dwi Novitasari, Albertus Johan Edy, dan Ursheila Haekmatiar yang sudah memberikan dukungan, dan doa dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Teman – teman saya, Dyah Ayu Sudarmawan, Arifatuzzahro, Taufiq Wijayanto, Amaani Sabili Amiin, Sonny Budianto, Inria Astari Zahra, Resqa Alendra, Immara Nusaibah, Khoulah Hanifah, Hanif Nur Azizah, Fadhilah Az-Zahra, Miftakhul Huda, Findya Mutiara Bangsa dan semua teman-teman yang turut membantu dalam proses berjalannya penelitian saya. 8. Kepala sekolah, staf, dan adik-adik siswa SMPN 27 Semarang, SMP Kartika III-2, SMPN 21 Semarang, dan SMPN 12 Semarang yang telah bersedia meluangkan waktu dan menjadi responden dalam penelitian ini. 9. Serta pihak lain yang tidak mungkin saya sebutkan satu- persatu atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik

v

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat dan memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mohon maaf atas segala kesalahan, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja baik itu perkataan ataupun perbuatan yang penulis lakukan selama kami menempuh pendidikan dan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Semarang, 27 Desember 2018

Penulis

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL KTI ................................................... ii PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................................iv DAFTAR ISI................................................................................................................vii DAFTAR TABEL .......................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................xii DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xiii ABSTRAK .................................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1 1.1

Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2

Permasalahan Penelitian ..................................................................................... 4

1.3

Tujuan Penelitian................................................................................................ 4

1.3.1

Tujuan Umum ............................................................................................ 4

1.3.2

Tujuan Khusus............................................................................................ 4

1.4

Manfaat Penelitian.............................................................................................. 4

1.4.1

Bagi Ilmu Pengetahuan ............................................................................... 4

1.4.2

Bagi Kedokteran Klinis .............................................................................. 5

1.4.3

Bagi Masyarakat ......................................................................................... 5

1.4.4

Bagi Penelitian ........................................................................................... 5

1.5

Keaslian Penelitian ............................................................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 8 2.1

Fungsi Kognitif .................................................................................................. 8

2.1.1

Fungsi Kognitif Dasar ................................................................................ 8

2.1.2

Fungsi Kognitif Tingkat Lebih Lanjut ........................................................ 9

2.1.3

Perkembangan Fungsi Kognitif ................................................................ 11

2.1.4

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif ................................ 13

2.1.5

Evaluasi Fungsi Kognitif (MoCA-Ina) ..................................................... 17

2.2

Smartphone ...................................................................................................... 18

2.2.1

Definisi Smartphone ................................................................................ 18

2.2.2

Penggunaan Smartphone .......................................................................... 18

vii

2.2.3 2.3

Dampak Penggunaan Smartphone Pada Pelajar SMP ............................... 19

Usia Remaja ..................................................................................................... 20

2.3.1

Usia Remaja Awal .................................................................................... 20

2.3.2

Usia Remaja Akhir ................................................................................... 21

2.4

Kecanduan Smartphone.................................................................................... 22

2.4.1

Definisi Kecanduan Smartphone .............................................................. 22

2.4.2

Gangguan Impulsivitas ............................................................................. 24

2.4.3 Perubahan Struktural Otak dan Fungsi Kognitif Akibat Kecanduan Smartphone .............................................................................................................. 25 2.4.4

Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone ................................................ 28

2.5

Kerangka Teori................................................................................................. 30

2.6

Kerangka Konsep ............................................................................................. 31

2.7

Hipotesis .......................................................................................................... 31

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................... 32 3.1

Ruang Lingkup Penelitian ................................................................................ 32

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................... 32

3.3

Jenis dan Rancangan Penelitian ........................................................................ 32

3.4

Populasi dan Subjek Penelitian......................................................................... 32

3.4.1

Populasi Target ......................................................................................... 32

3.4.2

Populasi Terjangkau ................................................................................. 32

3.4.3

Subjek Penelitian ...................................................................................... 33

3.4.4

Cara Pengambilan Subjek ......................................................................... 34

3.4.5

Besar Subjek Penelitian ............................................................................ 34

3.5

Variabel Penelitian ........................................................................................... 35

3.5.1

Variabel Bebas ......................................................................................... 35

3.5.2

Variabel Terikat ........................................................................................ 35

3.5.3

Variabel Perancu ...................................................................................... 35

3.6

Definisi operasional .......................................................................................... 35

3.7

Cara Pengumpulan Data ................................................................................... 36

3.7.1

Alat ........................................................................................................... 36

3.7.2

Jenis Data ................................................................................................. 36

3.7.3

Cara kerja ................................................................................................. 36

3.7.3

Alur Penelitian.......................................................................................... 37

3.8

Analisis data ..................................................................................................... 37

3.9

Etika penelitian................................................................................................. 38

viii

BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................................... 39 4.1

Gambaran Umum ............................................................................................. 39

4.2

Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................................ 40

4.3 Hasil Uji Statistik Korelasi Tingkat Kecanduan Smartphone dengan Fungsi Kognitif ........................................................................................................................ 45 BAB V PEMBAHASAN ............................................................................................. 49 5.1

Karakteristik Subjek Penelitian ........................................................................ 49

5.2

Hubungan Tingkat Kecanduan Smartphone dengan Fungsi Kognitif Remaja .. 51

5.3

Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 55

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................... 56 5.4

Simpulan .......................................................................................................... 56

5.5

Saran ................................................................................................................ 56

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 58 LAMPIRAN................................................................................................................. 66

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penggunaan smartphone, fungsi kognitif, gangguan emosi dan perilaku, prestasi belajar, dan indeks prestasi akademik..................................................................................................................5 Tabel 2. Tahapan perkembangan fungsi kognitif...................................................11 Tabel 3. Penilaian MoCA-Ina................................................................................17 Tabel 4. Definisi operasional..................................................................................35 Tabel 5. Karakteristik subjek penelitian..................................................................40 Tabel 6. Persentase siswa yang mengalami penurunan fungsi kognitif pada tiap domain....................................................................................................................42 Tabel 7. Gambaran status ekonomi subjek penelitian.............................................44 Tabel 8. Hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif remaja dan setiap domainnya.............................................................................................46 Tabel 9. Hasil analisis uji Mann-Whitney mengenai hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan masing-masing domain..........................................................47 Tabel 10. Odds ratio tingkat kecanduan smartphone terhadap fungsi kognitif remaja.....................................................................................................................48 Tabel 11. Hubungan IMT dengan fungsi kognitif subjek.......................................48

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik Pengguna Smartphone..............................................................18 Gambar 2. Grafik Pengguna Internet Berdasar Umur............................................19 Gambar 3. Kerangka Teori.....................................................................................30 Gambar 4. Kerangka Konsep..................................................................................31 Gambar 5. Alur pelaksanaan penelitian..................................................................39 Gambar 6. Karakteristik subjek penelitian..............................................................40 Gambar 7. Persentase Tingkat Kecanduan Smartphone dan Fungsi Kognitif pada subjek.....................................................................................................................42 Gambar 8. Grafik rangkuman hasil kuesioner SAS-SV...........................................43

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed consent................................................................................66 Lampiran 2. Data Karakteristik Subjek...................................................................68 Lampiran 3. Lembar Tes MoCA-Ina......................................................................69 Lampiran 4. Petunjuk dan Interpretasi Tes MoCA-Ina..........................................70 Lampiran 5. Kuesioner SAS-SV............................................................................77 Lampiran 6. Kuesioner Status Ekonomi Keluarga.................................................78 Lampiran 7. Ethical Clearance...............................................................................79 Lampiran 8. Perizinan Balitbangkes dan Dinas Pendidikan...................................80 Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian..............................84 Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik......................................................................87 Lampiran 11. Dokumentasi..................................................................................105 Lampiran 12. Biodata Mahasiswa.........................................................................106

xii

DAFTAR SINGKATAN

ACC

= Anterior Cingulatus Cortex

ARAS

= Ascending Reticular Activating System

ASD

= Autism Spectrum Disorder

EEG

= Electroencephalography

GABA

= Gamma Aminobutyric Acid

GPPH

= Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif

ICD

= International Classification of Disease

IPK

= Indeks Prestasi Kumulatif

MMSE

= Mini Mental Status Examination

MoCA-Ina = Montreal Cognitive Assesment - Indonesia OFC

= Orbitofrontalis Cortex

PFC

= Prefrontal Cortex

SAS-SV = Smartphone Addiction Scale – Short Version SD

= Sekolah Dasar

SMP

= Sekolah Menengah Pertama

SMS

= Short Message Service

TMS

= Transcranial Magnetic Stimulation

xiii

ABSTRAK Latar Belakang: Penggunaan smartphone di usia muda dapat mengganggu perkembangan fungsi kognitif remaja. Usia 11-15 tahun memasuki tahap perkembangan otak dan fungsi kognitif yang sangat penting. Keberadaan smartphone banyak menggantikan peran fungsi kognitif. Fungsi kognitif menggambarkan bagaimana seseorang menginterpretasikan objek atau kejadian di sekitarnya, terdiri atas berbagai area yaitu atensi, memori, berbahasa dan berbicara, visuospasial, dan fungsi eksekutif. Kebiasaan dalam mengandalkan smartphone dalam beraktivitas sehari-hari menyebabkan penurunan aktivitas kognitif yang lama-kelamaan memungkinkan terjadinya penurunan fungsi kognitif. Tujuan: Menganalisis pengaruh tingkat kecanduan smartphone terhadap fungsi kognitif dan setiap domainnya pada remaja. Metode penelitian: Penelitian ini merupakan observasional dengan desain belah lintang. Subjek penelitian ini didapatkan dengan purposive sampling serta memenuhi kriteria inklusi. Data yang telah terkumpul kemudian diperiksa kelengkapan dan kebenarannya lalu diberi kode dan dianalisis menggunakan analisis bivariat uji chi square. Hasil: Berdasarkan analisis hubungan antara tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif remaja didapatkan p = 0,005. Didapatkan pula hubungan signifikan antara tingkat kecanduan smartphone dengan domain memori (p = 0,001) dan atensi (p = 0,003). Simpulan: Didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif remaja, serta domain memori dan domain atensi. Kata kunci: Smartphone, fungsi kognitif, remaja, memori, atensi.

xiv

ABSTRACT Background: The use of smartphone in adolescences may impair their cognitive functions development. In the age of 11 – 15 years, adolescent are in the important stage of brain and cognitive function development. The existance of smartphone can replace the role of cognitive function. Cognitive function is how a person interpretes objects or situations around them, it consists of some domains like attention, memory, language, visuospatial, and executive function. Habits of using smartphones in everyday activities may reduce the use of cognitive functions and eventually may cause declining of cognitive functions. Aim: To analyze the effect of smartphone addiction level to in cognitive functions and each of its domains. Methods: This experiment is an observational with cross sectional design. The subject of this experiment is gained with purposive sampling who meet the inclusion criteria. The collected data will be checked, coded, then analyzed with bivariate analysis chi squre test. Results: From the analysis of the effect of smartphone addiction level with cognitve function in adolescence can be obtained p = 0,005. Significant correlations are also obtained between smartphone addiction level with memory domain ( p = 0,001) and with attention domain (p = 0,003) Conclusion: There is a significant correlation between smartphone addiction level with cognitive functions in adolescent, also with memory domain and attention domain. Keywords: Smartphone, cognitive functions, adolescent, memory, attention.

xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ‘Mind change’ merupakan ancaman isu global pada abad ke-21 berupa perubahan cara berpikir dan mengontrol emosi yang diakibatkan oleh teknologi digital seperti gadget.1 Gadget adalah sebuah perangkat kecil, praktis, dan dilengkapi dengan berbagai aplikasi, yang dapat berupa laptop, tablet, atau smartphone.2 Smartphone merupakan gadget yang banyak digunakan saat ini. Kepemilikan smartphone di Indonesia telah mencapai angka 84% dari seluruh penduduk.3 Saat ini, sebagian besar orang dari anak–anak, remaja, dan dewasa telah memiliki smartphone masing–masing.2 Pengguna smartphone ratarata memeriksa smartphone mereka 150 kali per hari. Terdapat 1 dari 4 remaja mengalami kecanduan terhadap smartphone.4 Menurut Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, sebanyak 69,8% pelajar di Indonesia telah mengakses internet dengan persentase tertinggi adalah siswa SMP yang sebagian besar mengaksesnya melalui smartphone.5 Penggunaan smartphone di usia muda dapat mengganggu perkembangan anak jika tidak didampingi pengawasan orang tua. Anak dapat mengalami ketergantungan dan kecanduan terhadap smartphone karena belum dapat mengontrol keinginannya. 6 Remaja yang sejak kecil telah mengalami ketergantungan smartphone lebih memiliki kemungkinan

1

2

untuk mengalami gangguan perkembangan mental seperti instabilitas emosi, depresi, GPPH, dan sulit konsentrasi.7 Usia 11-15 tahun, menurut teori perkembangan kognitif Piaget, telah memasuki tahap operasi formal yaitu kemampuan berpikir secara abstrak dan lebih fleksibel, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.8 Proses perkembangan kognitif pada masa ini membutuhkan banyak peran aktif dari anak untuk membangun sistem pemahaman realita melalui pengalaman interaksi sosial. 9,10 Fungsi kognitif sendiri menggambarkan bagaimana seseorang menginterpretasikan objek atau kejadian di sekitarnya. Fungsi kognitif terdiri atas berbagai area yaitu atensi, memori, berbahasa dan berbicara, visuospasial, dan fungsi eksekutif. Evaluasi fungsi kongitif dapat dilakukan menggunakan Montreal Cognitive Assesment-Versi Indonesia (MoCA-Ina). Tes ini dapat digunakan untuk menilai gangguan fungsi kognitif secara umum, kemampuan intelektual umum,11 dan gangguan belajar.12 Kecanduan

smartphone

dapat

berupa

durasi

penggunaan

smartphone yang lebih panjang dalam sehari dan lebih cepat membuka smartphone sesaat setelah bangun pagi.13 Anak-anak di usia remaja rata– rata menghabiskan waktu lebih dari 11 jam per hari untuk mengakses smartphonenya14,15 Angka kecanduan smartphone meningkat di usia remaja, sehingga penting untuk dilakukan intervensi di usia tersebut.16 Smartphone telah banyak menggantikan peran fungsi kognitif yang dulu masih digunakan ketika teknologi yang dipegang berupa buku telepon,

3

kalender, kalkulator, peta, portal internet, dan perangkat game lain.17 Keberadaan smartphone di sekitar penggunanya saat beraktivitas akan menurunkan atensi kerja.18,17,19 Para remaja akan terbiasa mencari kepuasaan secara instan (instant gratification) sehingga akan mengurangi kemampuan mereka dalam perencanaan masa depan. 20 Smartphone juga mempengaruhi fungsi eksekutif21 lain yaitu shifting dan inhibiton.22 Keberadaan search engines seperti Google menyebabkan para remaja malas untuk melakukan pemikiran analitikal lebih dalam dan mengingat informasi karena mereka lebih mengandalkan penyimpanan informasi eksternal. 23,1 Kebiasaan mengandalkan aplikasi kemampuan

visuospasial.

maps juga

Kebiasaan-kebiasaan

penurunan aktivitas kognitif

dapat

menurunkan

ini

menyebabkan

yang lama-kelamaan memungkinkan

terjadinya penurunan fungsi kognitif.24 Fenomena kecanduan smartphone terutama pada remaja di sekitar kita tidak bisa dipandang sebelah mata. Banyak literatur yang menyatakan adanya hubungan kecanduan smartphone terhadap salah satu domain kognitif seperti atensi, memori, fungsi eksekutif, atau berbagai area fungsi kognitif lainnya, namun masih sedikit yang menghubungkan fungsi kognitif dengan tingkat kecanduan smartphone secara umum. Hal ini mendorong penulis untuk mengusulkan dilakukannya penelitian mengenai pengaruh tingkat kecanduan smartphone terhadap fungsi kognitif.

4

1.2

Permasalahan Penelitian Apa pengaruh tingkat kecanduan smartphone terhadap fungsi kognitif remaja?

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh tingkat kecanduan smartphone terhadap fungsi kognitif pada remaja. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan atensi pada remaja. 2. Mengetahui hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan memori pada remaja. 3. Mengetahui

hubungan tingkat

kecanduan

smartphone

dengan

smartphone

dengan

berbicara dan berbahasa pada remaja. 4. Mengetahui

hubungan tingkat

kecanduan

kemampuan visuospasial pada remaja. 5. Mengetahui hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi eksekutif pada remaja. 1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif remaja.

5

1.4.2 Bagi Kedokteran Klinis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi masyarakat tentang tingkat kecanduan smartphone pada remaja dan perubahan fungsi kognitif yang diakibatkannya. 1.4.3 Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat terutama orang tua mengenai dampak penggunaan smartphone yang berlebihan terhadap fungsi kognitif remaja. 1.4.4 Bagi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penelitian selanjutnya. 1.5

Keaslian Penelitian Tabel 1. Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penggunaan smartphone, fungsi kognitif, gangguan emosi dan perilaku, prestasi belajar, dan indeks prestasi akademik. Orisinalitias Hadar A., et al. Answering The Missed Call: Initial Exploration Of Cognitive and Electrophysiologi cal Changes Associated With Smartphone Use And Abuse (2017, PLoS One. 25 2017;1–22).

Metode Metode: belah lintang, Sampel: pengguna smartphone baru (35 orang) dan pengguna berat (16 orang). lnstrumen: aplikasi dalam smartphone untuk merekam durasi dan penggunaan, speeded numerical processing task, memory task, stop signal task, kuesioner: Beck Depression Inventory (BDI), Conners’ Adult ADHD Rating Scales (CAARS), Revised Self-Monitoring Scale (RSMS), Concern for Appropriateness Scale (CAS); TMS-EEG Statistik: Uji statistik menggunakan Ttest dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau 95 %.

Hasil Ada pengaruh intensitas penggunaan smartphone terhadap kemampuan aritmatika, kognitif sosial, konsentrasi, dan eksitabilitas neuronal pada korteks prefrontal kanan.

6

Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan penggunaan smartphone, fungsi kognitif, gangguan emosi dan perilaku, prestasi belajar, dan indeks prestasi akademik.Penelitian-penelitian yang berkaitan dengan ini (Lanjutan). Ahmad Metode: belah lintang. Terdapat Ramadhan Asif, Sampel: 49 anak usia 11 – 12 tahun dari hubungan et al. Hubungan beberapa SD di Semarang. antara tingkat Tingkat Instrumen: Kuesioner SAS-SV, kecanduan Kecanduan Kuesioner Strength and Difficulties gadget dengan Gadget dengan Questionnaire. gangguan Gangguan Emosi Statistik: Uji Chi Square. emosi dan dan Perilaku perilaku anak. Remaja Usia 11 – 12 Tahun (2016. Jurnal Kedokteran Diponegoro. 2017;6(2):148– 57).26 Beauty M., et al. Metode: belah lintang. Didapatkan Hubungan Sampel: diambil dengan teknik sampling nilai p = 0,016 Penggunaan purposive yaitu sebanyak 41 responden. < α = 0,05. Gadget Dengan Instrumen: kuesioner dan lembar Ada hubungan Tingkat Prestasi observasi untuk melihat lama waktu penggunaan Siswa Di Sma pengggunaan gadget dan nilai raport gadget dengan Negeri 9 rata-rata. tingkat prestasi Manado. Statistik: Uji statistik Chi-Square test belajar siswa (ejournal dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 atau di SMA Keperawatan (e95 %. Negeri 9 Kep). Manado. 2015;3(April):1– 6).14 Lepp, A. et al. Metode: belah lintang. Telepon The Relationship Sampel: 536 mahasiswa dengan jurusan genggam Between Cell yang berbeda. Instrumen: informasi secara Phone Use, demografis, the Satisfaction with Life signifikan (p < Academic Scale (SWLS), the Beck Anxiety Inventory 0.001) Performance, (BAI), kuesioner mengenai penggunaan memiliki Anxiety, and telepon genggam dan SMS, data GPA dampak Satisfaction with mahasiswa. negatif (β Life in College =−0.164) Students (2014. terhadap skor Computer and GPA Human Behaviour mahasiswa. Journal. 2014;31:343– 50.).22

7

Dibandingkan penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini dikatakan berbeda dalam hal variabel terikat dan populasi. Penelitian ini menggunakan variabel bebas tingkat kecanduan smartphone dan variabel terikat fungsi kognitif. Penelitian sebelumnya menggunakan variabel terikat gangguan perilaku, prestasi belajar, capaian akademis, dan kemampuan aritmatika, kognisi sosial, konsentrasi, dan EEG dengan sampel siswa SD, SMA, dan mahasiswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Fungsi Kognitif Fungsi kognitif dasar meliputi memori, atensi, dan persepsi. Fungsi kognitif lanjutan meliputi kemampuan berbahasa, berhitung, visuospasial, dan fungsi eksekutif.27

2.1.1 Fungsi Kognitif Dasar 2.1.1.1 Atensi Atensi adalah kemampuan untuk memfokuskan perhatian kepada salah satu stimulus dan mengabaikan stimulus lainnya. Atensi terdiri atas atensi selektif, atensi terbagi, pergantian atensi, dan atensi jangka panjang atau disebut juga konsentrasi.28 Atensi dapat dipengaruhi oleh stimulus eksogen (kejadian sekitar) atau endogen (fenomena mental). Modulasi atensi dapat dipengaruhi secara spesifik oleh domain tertentu seperti visual (neuron visual), spasial (neuron parietal posterior), bahasa (area bahasa), maupun terjadi secara independen oleh sistem ARAS yang memberikan modulasi bottom up maupun top down oleh korteks serebri terutama lobus frontal.29 2.1.1.2 Memori Memori merupakan kemampuan untuk menyimpan dan mengingat kembali sebuah informasi. Memori terbagi menjadi memori jangka pendek, memori kerja, dan memori jangka panjang. Memori jangka pendek adalah

8

9

kemampuan untuk menyimpan informasi dalam waktu singkat, sedangkan memori kerja merupakan kemampuan untuk menyimpan dan mengolah informasi dalam jangka waktu singkat. Contoh dari memori kerja adalah mengingat nomor telepon sesaat sebelum menelponnya. 30 2.1.2 Fungsi Kognitif Tingkat Lebih Lanjut 2.1.2.1 Berbicara dan Berbahasa Kemampuan berbahasa terdiri atas pemahaman komprehensif, pengulangan,

kelancaran,

penamaan,

membaca,

dan

menulis.

Ketidakmampuan seseorang dalam berbahasa disebut afasia. Diskalkulia atau ketidakmampuan berhitung berhubungan erat dengan afasia. 28 2.1.2.2 Visuospasial Kemampuan

visuospasial

merupakan

kemampuan

untuk

membayangkan stimulus visual, contohnya seperti peta. Kemampuan visuospasial berperan dalam ketepatan, keteraturan, dan penggunaan pengetahuan terhadap sebuah objek atau kegiatan dalam bentuk dua atau tiga dimensi. Salah satu penerapan dari visuospasial ini adalah peta kognitif yaitu penggambaran internal mengenai lingkungan sekitar. Penggunaan kemampuan ini dipengaruhi oleh pengalaman seseorang terhadap sekitarnya.31

10

2.1.2.3 Fungsi Eksekutif Fungsi eksekutif adalah konstruksi multi komponen yang terdiri dari berbagai proses yang berbeda yang terlibat dalam perencanaan, organisasi, koordinasi, implementasi, dan evaluasi dari banyak kegiatan yang sifatnya tidak rutin atau bukan suatu kebiasaan. Eksekutif pusat memainkan peranan penting dalam hampir semua aspek kognisi yaitu mengalokasikan sumber daya attentional berupa rangsangan atau tugas, menghambat informasi yang tidak relevan dalam memori kerja, merumuskan strategi untuk encoding dan retrieval, perencanaan, dan mengarahkan segala macam pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan kegiatan yang diarahkan pada tujuan lainnya.32 Fungsi eksekutif sangat bergantung pada korteks prefrontal (PFC), yang memiliki pengaruh kontrol yang diperluas melalui koneksi timbal balik dengan area korteks posterior.33 Fungsi eksekutif juga berperan dalam kontrol inhibisi dan fleksibiltas kognitif. Fleksibilitas kognitif ini mencegah seseorang untuk terus-menerus melakukan aktivitas yang sama berulang-ulang. Tiga aspek inhibisi: (1) supresi respon automatik, (2) resistensi dari informasi yang tidak relevan yang dapat mengalihkan perhatian dari tugas yang sedang dikerjakan, (3) mencegah intrusi atau informasi relevan yang telah diterima sebelumnya masuk ke kebiasaan. Aspek inhibisi ini dapat diterapkan untuk mengontrol respon behaviour pada domain motorik maupun kognitif.34, 35

11

2.1.3 Perkembangan Fungsi Kognitif Teori perkembangan kognitif Piaget menjelaskan bagaimana anak beradaptasi dan menginterpretasikan dengan objek dan kejadian-kejadian di sekitarnya. Mengapa dan bagaimana kemampuan mental berubah secara bertahap bergantung pada manipulasi anak terhadap interaksi aktifnya dengan lingkungan, dan menyatakan bahwa kognitif anak mengalami kemajuan melalui empat tahap seperti yang dijelaskan pada tabel 2. Tabel 2. Tahapan Perkembangan Fungsi Kognitif8 Tahap

Usia

Pencapaian Utama

Sensori-

Lahir

Pembentukan konsep pengenalan objek dan kemajuan bertahap dari perilaku refleks ke perilaku yang diarahkan oleh tujuan. Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan mengkoordinasikan stimulus sensorik dengan tindakan – tindakan fisik.

motor

–2 tahun

Praoperasi

2–7 tahun

Operasi

7–11

Konkret

tahun

Operasi

11-15

Formal

tahun

Perkembangan kemampuan menggunakan simbol untuk melambangkan objek yang ada. Pemikiran masih terus bersifat egosentris dan terpusat. Walaupun anak-anak pra sekolah ini dapat secara simbolis “melukiskan” dunia, namun mereka masih belum mampu untuk melaksanakan operasi yaitu tindakan mental yang diinternalisasikan. Perbaikan kemampuan berpikir logis. Kemampuan baru meliputi penggunaan pengoperasian yang dapat dibalik. Pemikiran tidak terpusat, namun pemecahan masalah masih kurang dan dibatasi oleh egosentrisme. Sifat egosentrisme mulai menghilang atau mulai mampu untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Pemikiran abstrak belum terbentuk. Pemikiran abstrak dan semata-mata simbolik dimungkinkan. Masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematik.

12

Tahap operasi formal (11 – 15 tahun): Karakteristik tahap terakhir ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia. Berpikir secara rasional semakin tampak dengan memberanikan diri memilah mana yang logis mana yang imajinatif dan abstrak. Seorang remaja dalam tahap ini dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan nilai. Remaja juga telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Perkembangan fase ini bukan hanya dibimbing dan dikembangkan, tetapi harus lebih banyak mendapat perhatian tentang kendali tindakan anak, karena fase ini beriringan dengan fase pubertas pada aspek emosional anak yang menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis, kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial. Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. 8,10,36

Terjadi pula perubahan neurodevelopmental yang penting pada usia ini. Perkembangan tersebut terjadi pada sistem limbik yang berperan dalam pleasure-seeking, sistem reward, respon emosional, dan pengatur tidur dan

13

pada PFC yang mengatur fungsi eksekutif: pembuatan keputusan, organisasi, kontrol impuls, dan perencanaan masa depan. 37 2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Fungsi Kognitif 2.1.4.1 Status Ekonomi Keluarga Status ekonomi dapat berupa pemasukan keluarga, pekerjaan orang tua, pendidikan terakhir orang tua, dan latar belakang keluarga (etnis, usia, dan karakter lingkungan sekitar) yang berhubungan dengan capaian kognitif anak dan kesehatan anak terutama nutrisi. Pendidikan ibu yang berkaitan dengan lingkungan pembelajaran di rumah juga mendukung perkembangan kognitif anak.38 Perkembangan kognitif dipengaruhi oleh nutrisi dan stimulasi psikososial.39 Status ekonomi keluarga berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan nutrisi dan stimulasi sosial yang baik seperti sekolah, fasilitas, caregiver (misal: guru), kondisi lingkungan sekitar, dan teknologi. 40,10 Status ekonomi keluarga diukur menggunakan kuesioner bistok saing yang terdiri dari: pendapatan tiap bulan, pendidikan kepala keluarga (Ayah), bangunan rumah, kekayaan, status kepemilikan rumah, jumlah anak, sumber air minum, penerangan malam hari, dan derah tempat tinggal. Kemudian dikategorikan menjadi sosial ekonomi tinggi (18 – 27), sedang (13 – 17), dan rendah (9-12).26,41,42 2.1.4.2 Nutrisi Diperkirakan sekitar 200 juta anak-anak di seluruh dunia tidak dapat mencapai puncak perkembangan kognitifnya karena gizi kurang dan gizi

14

buruk.

Remaja

dengan

riwayat

ketertinggalan

pertumbuhan

dan

perkembangan tanpa riwayat stunting lebih cepat mencapai kembali ketertinggalan pertumbuhannya sehingga memiliki fungsi kognitif yang tidak jauh tertinggal dari remaja normal.40 2.1.4.3 Stimulasi Psikososial Interaksi sosial merupakan pengaruh-pengaruh yang diperoleh dalam hubungan seseorang dengan lingkungan sosial, termasuk peran bahasa dan pendidikan.34 Pengalaman fisik atau kognisi sosial dapat memacu atau menghambat perkembangan struktur kognitif. Penciptaan lingkungan dapat membantu perkembangan kognitif anak, dimulai dari lingkungan, orang tua kemudian guru.43 Perkembangan kognitif menghasilkan proses sosial intruksional, yang karenanya anak belajar saling tukar pengalaman dalam memecahkan masalah dengan orang lain, seperti orang tua, guru saudara, dan teman sebaya. Perkembangannya merupakan proses internalisasi terhadap kebudayaan yang membentuk pengetahuannya dan alat adaptasi yang wahana utamanya melalui bahasa dan komunikasi verbal.10 2.1.4.4 Gangguan Perkembangan pada Anak dan Remaja a. GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktif) Kriteria diagnosis untuk GPPH adalah inatensi, hiperaktivitas, dan impulsivitas. Terdapat banyak laporan mengenai gangguan berbagai domain kognitif pada orang-orang dengan GPPH, seperti gangguan atensi, fungsi

15

eksekutif, dan memori.44 Orang-orang dengan GPPH juga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami kecanduan smartphone.45 Obat yang digunakan dalam terapi GPPH lini pertama adalah Metilfenidat Hidroklorida (Concerta, Ritalin), dan Atomoxetine. Lini kedua terapi GPPH adalah dari golongan anti depresan yaitu Fluoxetine, Venfalexine, Impipramin, Amitriptilin, Klompiramin; Golongan anti psikotik seperti Risperidone, Aripiprazole, dan Loperidol; Golongan anti konvulsan seperti Carbamazepin, dan Asam Valproat; Golongan α-agonis seperti Klonidin.46 b. Autism Spectrum Disorder (ASD) ASD ditandai dengan kesulitan berkomunikasi dan berinteraksi dalam berbagai perilaku, minat, juga aktivitas yang terbatas dan berulangulang.47 Gangguan kognitif pada ASD disebut triad of impairments yaitu (1) Theory of Minds yang menyebutkan bahwa autisme disebabkan oleh ketidakmampuan seseorang dalam menghubungkan status mental, (2) Disfungsi eksekutif yang menyatakan bahwa autisme disebabkan oleh gangguan dalam perencanaan dan fungsi eksekutif, (3) Teori kelemahan Central Coherence yang menyatakan bahwa autisme adalah gangguan dimana seseorang memiliki kecenderungan untuk fokus terhadap individu dan elemen lokal daripada situasi utuhnya. 48 Obat-obat yang digunakan untuk terapi ASD yaitu anti psikotik Risperidon dan Aripriprazole (Risperidal atau Abilify); anti depresan yaitu Fluoxetine (Prozac), Fluvoxamine (Luvox), Setraline (Zoloft), Citalopram

16

(Celexa); dan anti konvulsan seperti Asam Valproat (Depakote), Phenytoin (Dilantin), Clonazepam (Klonopin), dan Carbamazepine (Tegretol). 49,50 2.1.4.5 Trauma Kepala Trauma kepala merupakan penyebab kematian dan penyebab disabilitas terbanyak pada usia di bawah 40 tahun. Trauma kepala sebagian besar menyebabkan kerusakan pada regio frontal / temporal otak dengan berbagai patofisiologi yang berbeda seperti kontusio, perdarahan, atau diffuse axonal injury yang mempengaruhi substansia alba. Penelitian mengenai fokal lesi telah membagi fungsi lobus frontal menjadi 4: energi – dorsomedial; eksekutif (kiri – perencanaan dan manajemen tugas, kanan – monitoring); regulasi emosi / perilaku – ventromedial / orbital; dan fungsi integrasi / metakognisi – frontopolar. Pembagian ini dapat menggambarkan sindroma yang akan dialami akibat trauma kepala sesuai dengan lokasinya meskipun manifestasi klinis dari trauma kepala yang sering terjadi adalah heterogen dan jarang menggambarkan satu sindrom saja. 51 Salah satu disabilitas akibat trauma kepala dapat berupa gangguan fungsi kognitif seperti gangguan atensi, memori, dan fungsi eksekutif. Trauma kepala sering berhubungan dengan gangguan fungsi eksekutif. Selain itu gangguan memori kerja dan perencanaan yang berhubungan dengan trauma fokal

pada

dorsolateral

korteks prefrontal yang

mempengaruhi proyeksi antara regio frontal bagian lateral dan posterior. 52 Penyebab gangguan fungsi kognitif pasca trauma kepala merupakan multifaktorial, salah satunya adalah gangguan pada sistem neurotrasmitter

17

katekolaminergik yang memiliki peran memodulasi berbagai fungsi kognitif. Obat-obatan yang mempengaruhi dopamin dan noradrenalin dapat meningkatkan penyembuhan trauma kepala, contohnya amantadine. 53,54 2.1.5 Evaluasi Fungsi Kognitif (MoCA-Ina) MoCA-Ina memiliki 30 poin yang diukur, seperti yang dijelaskan pada tabel 3. Tabel 3. Penilaian MoCA-Ina Domain Perintah

Skor

Visuospasi al/eksekutif Penamaan (bahasa) Atensi

Menggambar jam, meniru gambar kubus, 5 menyelesaikan sebuah pola trail making test part B Menamai objek, menyebutkan kata yang dimulai 3 dengan huruf S Menyebutkan daftar angka dari depan lalu dari 6 belakang, mendengarkan deretan huruf sambil mengetukkan jari jika yang disebut adalah huruf A, pengurangan berurutan angka 7 dimulai dari 100 Bahasa Mengulangi kalimat 3 Abstraksi Menjawab kemiripan antara dua kata 2 Memori Mengingat 5 kata 5 Orientasi Menyebutkan tanggal, bulan, tahun, hari, tempat, kota 6 Dibandingkan dengan MMSE yang memiliki lebih banyak poin mengenai orientasi, MoCA-Ina cenderung fokus pada konsep yang lebih kompleks, dan lebih sensitif untuk diagnosis gangguan kognitif (dengan nilai cutoff 26 sebagai penegakan adanya mild cognitive impairment atau Alzheimer) dari nilai total 30. Pada subjek dengan riwayat pendidikan kurang dari 12 tahun, hasil ditambah dengan 1 poin.12 MoCA-Ina telah tervalidasi sebagai alat untuk mengukur kemampuan intelektual umum seperti fungsi Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R)11 dan mengukur kapasitas mental pada pasien dengan kesulitan belajar.12

18

2.2

Smartphone

2.2.1 Definisi Smartphone Smartphone adalah telepon selular dengan fungsi dasar ponsel biasa tetapi memiliki sistem operasi seperti komputer tetapi lebih praktis dibawa (mobile), dapat selalu tersambung dengan internet, memiliki berbagai fitur untuk media sosial, mp3, dan pemutar video. Perbedaan smartphone dengan ponsel lain antara lain smartphone memiliki fitur add-on application yaitu fasilitas agar dapat membuka aplikasi lebih dari satu secara bersamaan yang memudahkan penggunanya untuk multitasking.55,56 2.2.2 Penggunaan Smartphone Pengguna smartphone di Indonesia meningkat secara signifikan sejak tahun 2013. Tren tersebut diawali dengan ponsel yang memiliki sistem operasi android, blackberry, lalu apple. Berbagai merk smartphone saat ini sudah dimiliki oleh masyarakat dari berbagai kalangan ekonomi.

Gambar 1. Angka penggunaan smartphone di Indonesia. (sumber: https://id.techinasia.com/jumlah-pengguna-smartphone-di-indonesia-2018)

19

/ Gambar 2. 75,5% penduduk Indonesia usia 10-24 tahun menggunakan internet dan sebagian besar mengaksesnya melalui smartphone. (sumber: Asosiasi Jasa Penyelenggara Internet Indonesia)5

Smartphone memiliki berbagai aplikasi yang dapat dipasang atau dihapus sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Aplikasi dasar yang terdapat pada sebuah smartphone meliputi SMS, pemutar musik, surel, bluetooth, kamera, games, dan akses internet. Fitur yang paling banyak digunakan oleh para remaja adalah internet, media sosial, mendengarkan musik, dan bermain game. 2.2.3 Dampak Penggunaan Smartphone Pada Pelajar SMP Penggunaan smartphone di dalam kelas saat guru sedang menjelaskan telah sering dilakukan oleh para pelajar. Kebiasaan menggunakan smartphone dalam intensitas tinggi berhubungan secara negatif dengan hasil akademik, selain itu juga menunjukkan attention span dan kemampuan manajemen waktu yang kurang baik.19 Penggunaan smartphone terutama game online secara berlebihan menyebabkan siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan sekolah, tidak konsentrasi pada waktu proses pembelajaran, tidur di dalam kelas, bahkan

20

bolos sekolah, dan terjadi penyimpangan pada perilaku akademis siswa yang menyebabkan penurunan hasil belajar atau nilai rapor.57 Hal ini karena mereka mengorbankan aktivitas lain seperti waktu tidur, bekerja, belajar, bersosialisasi untuk bisa bermain game.58 Kebiasaan menggunakan media sosial secara berlebihan dapat mempengaruhi performa akademik pelajar. Penggunaan Facebook dan smartphone juga memiliki hubungan terhadap penurunan nilai IPK.59,22 Kesulitan belajar dapat disebabkan oleh 1) adanya kelainan kongenital yang mengganggu intelegensi, 2) adanya defisit yang spesifik seperti defisit dalam membaca, menulis, berhitung, atau atensi, yang dapat mengganggu intelegensi, 3) adanya kelainan sensori primer seperti pada pendengaran, atau 4) selain masalah di atas, seperti gangguan perilaku (seperti kecanduan smartphone) atau situasi rumah yang menyebabkan terganggunya proses belajar.60,61 2.3

Usia Remaja Menurut WHO, remaja adalah orang-orang berusia muda yaitu antara usia 10-19 tahun.37 UNICEF membagi dekade kedua kehidupan tersebut

menjadi

dua

bagian

untuk

mempermudah

memahami

perkembangan remaja.62 2.3.1 Usia Remaja Awal Usia 10-14 tahun merupakan tahap awal terjadinya perubahanperubahan fisik, dimulai dengan growth spurt (percepatan pertumbuhan), dilanjutkan dengan perkembangan organ seks dan perkembangan seks

21

sekunder. Perubahan internal yang terjadi pada usia remaja awal adalah peningkatan kompleksitas serabut-serabut di otak, peningkatan jumlah sel otak hampir dua kali lipat, dan peningkatan sinapsis pada sel-sel otak secara besar-besaran. Perkembangan tersebut akan meningkatkan kemampuan emosional, fisik, dan mental.37 Perkembangan pubertas pada anak perempuan yaitu sekitar 12-18 bulan lebih cepat dari pada anak laki-laki menggambarkan perkembangan otak. Lobus frontal, yaitu bagian otak yang bertanggung jawab dalam pembuatan keputusan dan pemikiran logis, mulai berkembang saat usia remaja awal. Perkembangan ini lebih lambat terjadi pada anak laki-laki, maka kecenderungan mereka untuk bertidak impulsif dan kurang kritis lebih banyak dijumpai di usia awal-awal remaja. Usia remaja awal seharusnya menjadi waktu untuk anak-anak memiliki tempat yang jelas dan aman untuk memahami perkembangan yang terjadi baik perkembangan kognitif, emosional, seksual, dan psikologis. 62 2.3.2 Usia Remaja Akhir Pada usia 15 – 19 tahun, banyak terjadi perubahan fisik pada remaja. Perkembangan pada otak terus berlanjut, salah satunya terjadi peningkatan pemikiran analitik dan reflektif. Opini teman sebaya di sekitarnya masih penting, namun pada usia ini mulai memiliki kejelasan dan kepercayaan diri mengenai identitias dan pendapat mereka sendiri. Perilaku ‘risk taking’ mulai berkurang karena mereka mulai mencoba untuk menjadi dewasa.

22

Anak perempuan pada masa ini lebih memiliki risiko untuk mengalami depresi atau gangguan makan.37 Usia remaja akhir merupakan waktu untuk meraih berbagai kesempatan, cita-cita, dan permintaan. Pada usia ini, para remaja mulai berpikir mengenai pekerjaan atau perguruan tinggi, mulai menerima identitias diri sendiri, dan mulai secara aktif mengikutkan diri mereka dalam aktivitas-aktivitas yang mereka senangi.45 2.4

Kecanduan Smartphone

2.4.1 Definisi Kecanduan Smartphone Sejak ICD-10, kecanduan dapat berupa kecanduan zat dan kecanduan perilaku tertentu (kecanduan gambling atau kecanduan game).63 Kecanduan secara umum menyebabkan gangguan fungsi otak dengan meningkatkan produksi hormon dopamin di luar batas wajar serta meningkatkan sensitivitas sistem reward dan menurunkan mekanisme inhibitor di otak sehingga tubuh pecandu merasakan dorongan kuat untuk bertindak kompulsif dan tidak terkontrol agar mendapatkan rangsangan pada sistem reward dalam intensitas yang lebih tinggi.64 Penggunaan

smartphone

dengan

intensitas

tinggi

dapat

menyebabkan peningkatan neurotransmitter GABA pada korteks cingulatus anterior (ACC) yang dapat menurunkan kecepatan persinyalan otak dan menyebabkan kecanduan.25 Kecanduan smartphone adalah perilaku keterikatan atau kecanduan terhadap smartphone yang memungkinkan menjadi masalah sosial seperti halnya menarik diri, dan kesulitan dalam

23

performa aktivitas sehari-hari. Kecanduan ditandai dengan peningkatan penggunaan smartphone secara bertahap dan jika terlepas dari smartphone pengguna akan merasa cemas, gelisah, gugup,dan tidak dapat berkonsentrasi pada pekerjaannya.65 Kecanduan smartphone memiliki angka perbandingan paling besar dalam kecanduan internet.66 Kecanduan tersebut dapat berupa kecanduan game, belanja, gambling, pornografi, dan jejaring sosial. Kecanduan game sendiri saat ini telah masuk dalam daftar penyakit di draf Revisi Klasifikasi Penyakit Internasional ke – 11 yang akan ditetapkan tahun 2018 ini (Beta Phase ICD 11).67 Pengukuran tingkat kecanduan smartphone dilakukan menggunakan kuesioner SAS-SV. Kuesioner ini berisi 10 pernyataan yaitu 1) kegiatan yang telah direncanakan tidak dapat dijalankan karena penggunaan smartphone, 2) sulit berkonsenterasi di kelas dan saat mengerjakan tugas karena menggunakan smartphone, 3) merasa nyeri pada pergelangan tangan atau pada bagian belakang leher ketika menggunakan smartphone, 4) tidak bisa bertahan tanpa smartphone, 5) merasa gelisah dan tidak sabaran ketika sedang tidak memegang smartphone, 6) selalu memikirkan smartphone bahkan ketika saya sedang tidak menggunakannya, 7) saya akan tetap menggunakan smartphone walaupun akan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari saya, 8) selalu mengecek smartphone agar tidak ketinggalan percakapan dengan orang-orang di twitter, facebook, maupun jejaring sosial lainnya, 9) saya selalu menggunakan smartphone lebih lama dari seharusnya

24

10) orang-orang sekitar saya mengatakan bahwa saya terlalu sering menggunakan smartphone.26 10 pernyataan di atas yang akan ditanggapi oleh responden dengan kategori sangat tidak setuju, tidak setuju, agak tidak setuju, agak setuju, setuju, atau sangat setuju dengan skor dari 1 hingga 6. Skor tersebut kemudian dijumlah dan dikategorikan. Skor ≥33 pada perempuan dan ≥31 pada laki-laki menggambarkan tingkat risiko kecanduan smartphone yang tinggi, sedangkan <33 pada perempuan dan <31 pada laki-laki menggambarkan tingkat risiko kecanduan smartphone yang rendah. Skor SAS-SV rata-rata pada remaja pengguna smartphone adalah 26, sedangkan skor SAS-SV pada remaja yang tidak mengalami kecanduan adalah 22 sehingga mayoritas remaja pengguna smartphone mengalami kecanduan.56 2.4.2 Gangguan Impulsivitas Impulsivitas secara luas diartikan sebagai kecenderungan terhadap keputusan dan tindakan yang terlalu cepat, tanpa pikir panjang, dan tidak terkendali. Gangguan kebiasaan dan impuls meliputi gangguan yang ditandai oleh tindakan berulang yang tidak mempunyai motivasi rasional yang jelas, serta umumnya merugikan.68 Impulsivitas sangat berkaitan dengan kecanduan zat, dimana perilaku impulsivitas biasanya meningkat di saat-saat awal seseorang menggunakan zat sehingga ia akan merasakan urgensi untuk menggunakan lagi. Impulsivitas juga berperan penting dalam kecanduan non-zat atau kecanduan perilaku. DSM 5 telah memasukkan perilaku kecanduan sebagai

25

salah satu gangguan akibat kecanduan. Diskusi saat ini sedang membahas mengenai kemungkinan masuknya masalah kecanduan internet, game online, pornografi, dan binge eating dalam DSM 6 dan ICD 11 karena banyaknya bukti-bukti dari berbagai penelitian baik ditinjau dari mekanisme secara psikologis maupun neurobiologis. Ciri-ciri dari impulsivitas akibat kecanduan zat adalah urgensi negatif yaitu kecenderungan untuk bertindak secara ceroboh dalam keadaan emosional yang buruk, kurangnya berpikir sebelum bertindak, kurangnya ketekunan dalam mengerjakan tugas hingga tugas tersebut selesai, dan pencarian sensasi. Impulsivitas akibat kecanduan perilaku juga memiliki ciri-ciri urgensi negatif dan kurangnya ketekunan.69 Tingginya impulsivitas berhubungan erat dengan ketergantungan smartphone. Pengguna smartphone cenderung memilih smartphone sebagai alat pemuas kebutuhan tanpa berpikir panjang mengenai dampak yang ditimbulkannya. Dukungan sosial berhubungan secara negatif dengan penggunaan smartphone sedangkan penggunaan media sosial dengan intensitas tinggi dapat meningkatkan risiko kecanduan smartphone.70 2.4.3 Perubahan Struktural Otak dan Fungsi Kognitif Akibat Kecanduan Smartphone Usia remaja awal (10-14 tahun),61 menurut WHO, mengalami peningkatan kompleksitas serabut-serabut otak, peningkatan jumlah sel otak hingga dua kali lipat dalam setahun, dan semakin teraturnya sebagian besar

26

jaringan neural yang akan mempengaruhi emosi, fisik, dan kemampuan mental remaja.62 Sistem kontrol kognitif merupakan beberapa regio yang secara konsisten diaktifkan oleh kontrol kognitif atau perintah eksekutif, yaitu PFC, korteks orbitofrontalis (OFC), ACC, dan korteks parietal. 33 Penggunaan smartphone yang terlalu dini dan berlebihan dapat menyebabkan berbagai gangguan perkembangan otak. Perubahan pada otak para pecandu smartphone memiliki mekanisme yang sama pada para pecandu zat, alkohol, atau kokain. Salah satunya adalah area frontal otak yang mengontrol kemampuan berpikir, berkonsentrasi dan membuat keputusan, yang di lain sisi, area frontal ini mulai berkembang pesat saat masa pubertas.13,62 OFC para pecandu internet mengalami pengecilan terutama pada hemisfer kanan bagian lateral. Area ini mengalami puncak perkembangan pada usia 8 – 9 tahun, maka pemberian smartphone sebelum usia tersebut dapat menyebabkan perkembangan OFC yang kurang sempurna. 71 Selain penurunan volume, terdapat pula perubahan struktur serabut saraf di substansia alba pada OFC yang terlibat dalam kontrol emosi, pemusatan atensi, kemampuan membuat keputusan dan aktivitas kognitif. 72 Para pecandu smartphone dapat mengalami penurunan eksitabilitas neuronal pada area PFC yang berhubungan dengan gangguan fungsi aritmatika, peningkatan impulsivitas, dan penurunan atensi.25 Keterlibatan kerusakan putamen pada otak pecandu smartphone juga berkontribusi

27

dalam terganggunya proses kognitif.63 Terdapat pula penurunan area substansia grisea pada PFC dorsolateral yang berperan dalam kontrol kognitif, fungsi eksekutif, sistem reward di limbik, dan juga menyebabkan gangguan impulsivitas.21,73 Saat ini, banyak pelajar yang menggunakan smartphone nya di tengah-tengah proses belajar mengajar.19 Keberadaan smartphone di dekat penggunanya saat sedang mengerjakan sesuatu akan mengurangi atensi kerja.18 Pelajar saat ini banyak cenderung malas dan bergantung pada smartphone dalam mengingat hal-hal dasar jika mereka dapat dengan mudah menemukan informasi tersebut melalui search engine atau penyimpanan eksternal lainnya.23 Hal ini berhubungan dengan memori kerja yang juga berhubungan dengan kesulitan belajar.74 Anak-anak usia dini juga mengalami efek akibat penggunaan smartphone seperti keterlambatan bicara. Anak-anak masih terlalu muda dan belum memiliki mekanisme psikologis seperti kemampuan berempati, oleh karena itu smartphone lebih berdampak buruk.75,76 Seseorang yang terbiasa mengamati sekitarnya akan memiliki ketepatan yang lebih baik dalam kemampuan visuospasialnya. Pengguna smartphone yang terbiasa mengandalkan aplikasi maps di smartphone miliknya akan kurang memperhatikan sekitar sehingga cenderung kesulitan dalam mengingat jalan yang sebenarnya sudah ia tempuh. 31

28

Fungsi eksekutif yang terganggu dapat menyebabkan gangguan perilaku eksternal (tidak taat aturan, agresif, impulsif, dan suka mengambil risiko) dan gangguan perilaku internal (depresi, penarikan diri, kecemasan). Gangguan perilaku internal dapat menyebabkan penurunan fungsi eksekutif, gangguan interaksi sosial, dan kesulitan akademik. Kecanduan smartphone juga dapat menyebabkan kesulitan dalam shifting atau pergantian tugas, dan inhibition atau penghambatan stimulus yang tidak berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan.33 Gangguan perkembangan fungsi eksekutif saat remaja, oleh karena itu, dapat menyebabkan kesulitan saat di sekolah, di rumah, di lingkungan sosial dan dapat memiliki efek jangka panjang berupa penurunan kualitas hidup. 2.4.4 Faktor Penyebab Kecanduan Smartphone Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam kecanduan smartphone, yaitu: 77,78 1.

Faktor internal Faktor

internal

terdiri

atas

faktor–faktor

yang

menggambarkan karakteristik individu, yaitu: a. Tingkat pencarian sensasi yang tinggi Individu dengan pencarian sensasi yang tinggi cenderung lebih mudah mengalami bosan sehingga mereka cenderung mencoba berbagai aplikasi baru untuk menghilangkan rasa bosan. b. Tingkat kepercayaan diri yang rendah

29

Individu dengan kepercayaan diri yang rendah menilai negatif dirinya sendiri dan cenderung merasa tidak aman saat berinteraksi langsung dengan orang lain sehingga berkomunikasi melalui perantara smartphone akan terasa lebih nyaman. c. Kepribadian ekstraversi yang tinggi Individu dengan kepribadian seperti ini akan cenderung membangun identitasnya berdasarkan penilaian dari luar dan keinginan

untuk

memuaskan

audience

daripada

memilih

perkembangan integritas individu yang lebih mendalam. 1 d. Kontrol diri yang rendah Individu dengan kontrol diri yang rendah akan sulit menahan diri untuk tidak menggunakan smartphone dan mengorbankan waktunya hanya untuk kesenangan instan dari smartphone. 2.

Faktor situasional Faktor

yang

menyebabkan

individu

menggunakan

smartphone sebagai sarana untuk membuat diri merasa lebih nyaman secara psikologis ketika sedang menghadapi situasi yang tidak nyaman seperti saat merasakan stres, kesedihan, kecemasan, kejenuhan belajar, dan leisure boredom atau waktu luang yang tinggi tanpa adanya kegiatan yang dapat dilakukan. 3.

Faktor sosial Merupakan faktor penyebab kecanduan sebagai sarana untuk memuaskan kebutuhan berinteraksi dengan orang lain.

30

4.

Faktor eksternal Faktor ini terkait dengan tingginya paparan media dari smartphone beserta semua fasilitasnya.

2.5

Kerangka Teori Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut: Status ekonomi

Tingkat pencarian sensasi Tingkat kepercayaan diri Tingkat kontrol diri

Tingkat stimulasi psikososial

Status Nutrisi

Tingkat kecemasan

Tingkat depresi

Tingkat Kecanduan smartphone

Fungsi kognitif

Tingkat leisure boredom Tingkat interaksi dengan orang lain Lama paparan media Jumlah aplikasi yang digunakan Gambar 3. Kerangka Teori

31

2.6

Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori di atas, dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut: Tingkat Kecanduan smartphone

Fungsi kognitif

Status ekonomi Gambar 4. Kerangka Konsep 2.7

Hipotesis 2.6.1

Hipotesis Mayor Terdapat hubungan antara tingkat kecanduan smartphone terhadap fungsi kognitif.

2.6.2

Hipotesis Minor a. Terdapat hubungan antara tingkat kecanduan smartphone dengan penurunan atensi. b. Terdapat hubungan antara tingkat kecanduan smartphone dengan penurunan memori. c. Terdapat hubungan antara tingkat kecanduan smartphone dengan gangguan berbicara dan berbahasa. d. Terdapat hubungan antara tingkat kecanduan smartphone dengan penurunan kemampuan visuospasial. e. Terdapat hubungan antara tingkat kecanduan smartphone dengan penurunan fungsi eksekutif

BAB III METODE PENELITIAN

3.1

Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Neurologi dan Psikiatri.

3.2

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di beberapa SMP di Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang yaitu SMPN 21 Semarang, SMP Kartika III2, SMPN 27 Semarang, dan SMPN 12 Semarang . Waktu penelitian dimulai dari bulan April sampai bulan Oktober 2018.

3.3

Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan observasional dengan desain belah lintang.

3.4

Populasi dan Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi Target Populasi target penelitian ini adalah anak-anak usia remaja awal yang menggunakan smartphone. 3.4.2 Populasi Terjangkau Populasi terjangkau penelitian ini adalah pelajar SMP dari beberapa SMP yang ada di Kecamatan Banyumanik yaitu SMPN 21 Semarang, SMP Kartika III-2, SMPN 27 Semarang, dan SMPN 12 Semarang pada bulan April sampai Oktober 2018.

32

33

3.4.3 Subjek Penelitian Subjek penelitian dari penelitian ini adalah SMPN 21 Semarang, SMP Kartika III-2, SMPN 27 Semarang, dan SMPN 12 Semarang yang menggunakan smartphone dan memenuhi kriteria berikut: 3.4.3.1 Kriteria Inklusi 1. Berusia 12 – 14 tahun. 2. Memiliki smartphone. 3. Memiliki nilai rapor rata-rata kelas. 3.4.3.2 Kriteria Eksklusi 1. Menolak mengikuti penelitian 2. Sedang sakit berat. 3. Memiliki riwayat konsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi penilaian fungsi kognitif seperti: i. Metilfenidat Hidroklorida (Concerta, Ritalin), Atomoxetine; ii. Anti depresan (Fluoxetine, Fluvoxamine, Setraline, Citalopram, Venfalexine, Impipramin, Amitriptilin, Klompiramin); iii. Anti psikotik (Risperidon/Risperidal, dan Aripirazole/Abilify); iv. Anti konvulsan (Carbamazepine, Asam Valproat, Phenytoin, Clonazepam); v. α-agonis (Klonidin). 4. Pernah mengalami trauma kepala. 5. Mengalami gizi kurang atau gizi buruk.

34

3.4.4 Cara Pengambilan Subjek Cara pengambilan subjek pada penelitian ini adalah purposive sampling serta memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi dalam kriteria eksklusi. 3.4.5 Besar Subjek Penelitian Besar subjek penelitian minimal dihitung dengan rumus besar sampel menggunakan uji hipotesis untuk penelitian analitik komparatif kategorik tidak berpasangan. Besarnya nilai kesalahan tipe I (α) = 0,05 maka Zα = 1,96; besar nilai kesalahan tipe II (β) = 0,20, maka Zβ = 0,84. Berdasarkan penelitian sebelumnya proporsi pada kelompok yang diambil dari pustaka (P1) adalah 0,248 dan perbedaan yang diinginkan (P1 – P2) adalah 0,2, maka besar subjek penelitian adalah: 2

𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽 √𝑃1𝑄1 + 𝑃2 𝑄2 𝑛= ( ) 𝑃1 − 𝑃2

1,96 √2𝑥0,148𝑥0,852 + 0,84√0,248𝑥0,752 + 0,048𝑥0,952 ) 𝑛=( 0,2

1,96 √0,252192 + 0,84√0,232192 ) 𝑛=( 0,2

2

n = 48,2366 dibulatkan menjadi 49. Keterangan : Zα : Standar deviasi pada kesalahan tipe I (1,96) Zβ : Standar deviasi pada kesalahan tipe II (0,84) P : 0,5 (P1 + P2)

2

35

P1 : Proporsi pada kelompok yang nilainya diambil dari pustaka (0,248) 56 P1-P2 : Perbedaan yang diinginkan (0,2) Perhitungan besar sampel berdasarkan rumus di atas diperoleh besar sampel minimal yang dibutuhkan sebanyak 49.

3.5

Variabel Penelitian

3.5.1 Variabel Bebas Tingkat kecanduan smartphone pada remaja usia 12 – 14 tahun. 3.5.2 Variabel Terikat Fungsi kognitif pada remaja usia 12 – 14 tahun. 3.5.3 Variabel Perancu Status ekonomi dari keluarga. 3.6

Definisi operasional Tabel 4. Definisi Operasional Skala Definisi Operasional Evaluasi fungsi kongitif dilakukan menggunakan Nominal Montreal Cognitive Assesment (MoCA-Ina) yang di dalamnya memuat tes untuk fungsi visuospasial / fungsi eksekutif, penamaan, memori, atensi, bahasa, abstraksi, delayed recall, dan orientasi. Interpretasi: Skor ≥ 26 : Normal Skor < 26 : Gangguan Fungsi Kognitif. Tingkat Tingkat ketergantungan disertai obsesi berlebihan Ordinal kecanduan terhadap penggunaan gadget yang menyebabkan smartphone gangguan dalam kehidupan sehari – hari yang diukur dengan menggunakan kuesioner Smartphone Addiction Scale-Short Version (SAS-SV). Interpretasi: Laki – laki • Skor ≥ 31: tingkat kecanduan tinggi • Skor < 31: tingkat kecanduan rendah Perempuan • Skor ≥ 33: tingkat kecanduan tinggi • Skor < 33: tingkat kecanduan rendah Variabel Fungsi kognitif

36

Definisi Operasional (Lanjutan) Status ekonomi

3.7

Status ekonomi keluarga diukur menggunakan skor Bistok Saing. Interpretasi: • Skor 9 – 12: status ekonomi rendah • Skor 13 – 17: status ekonomi sedang • Skor 18 – 27: status ekonomi tinggi

Ordinal

Cara Pengumpulan Data

3.7.1 Alat Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang telah diuji validitasnya yaitu kuesioner Smartphone Addiction Scale Short Version (SAS-SV), instrumen tes Montreal Cognitive Assesment Indonesia (MoCA-Ina) untuk mengevaluasi fungsi kognitif, dan kuesioner Bistok Saing untuk status ekonomi. 3.7.2 Jenis Data Seluruh data penelitian ini adalah data primer yang diambil langsung oleh peneliti melalui instrumen – instrumen di atas. 3.7.3 Cara kerja 1. Melakukan perjanjian dengan pihak sekolah untuk mengambil data di sekolah tersebut. 2. Memberikan penjelasan mengenai maksud, tujuan penelitian, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan. 3. Calon subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria diminta persetujuannya untuk ikut serta dalam penelitian dengan informed consent.

37

4. Mengukur IMT untuk mendeteksi ada atau tidaknya gizi kurang atau gizi buruk. 5. Memberikan kuesioner SAS-SV kepada subjek untuk dijawab, kemudian memberikan panduan untuk menyamakan persepsi subjek terhadap kuesioner tersebut. 6. Menjelaskan mengenai tes MoCA-Ina kepada subjek penelitian. 7. Memberikan lembar tes MoCA-Ina kepada subjek dan memberikan kesempatan untuk bertanya. 8. Melakukan pengujian tes MoCA-Ina. 3.7.3 Alur Penelitian Pemilihan Lokasi (Sekolah) sebagai Tempat Pengambilan Sampel Penelitian Pemilihan Subjek Berdasarkan Kriteria Inklusi, Lalu Kriteria Ekslusi Didapatkan Subjek Penelitian Informed Consent Pengambilan Data Menggunakan Kuesioner yang akan Diisi Pengambilan Data Berupa Tes MoCA

Pengolahan Data Analisis Data

3.8

Analisis data Data yang telah terkumpul kemudian diperiksa kelengkapan dan kebenaran datanya sebelum dianalisis. Data selanjutnya diberi kode dan tabulasi pada program statistik komputer perangkat lunak. Proses analisis

38

data variabel penelitian menggunakan analisis bivariat uji chi square untuk menentukan nilai kemakanaan tiap variabel. 3.9

Etika penelitian Penelitian ini telah mendapatkan Ethical Clearance dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dengan nomor surat 503/EC/FK-RSDK/VII/2018 dan telah mendapatkan izin dari Dinas Pendidikan dengan nomor surat 070/7443, Badan

Kesatuan

Bangsa

dan

Politik

dengan

nomor

surat

070/1186/VIII/2018 dan meminta izin kepada kepala sekolah dari SMPN 21 Semarang, SMP Kartika III-2, SMPN 27 Semarang, dan SMPN 12 Semarang. Subjek penelitian diberi penjelasan mengenai maksud, tujuan, dan manfaat dari penelitian. Seluruh calon subjek yang memenuhi kriteria diminta bukti persetujuan keikutsertaan penelitian dalam informed consent tertulis. Calon subjek berhak menolak untuk diikutsertakan tanpa ada konsekuensi apapun. Seluruh informasi terkait penelitian yang diberikan subjek merupakan hal yang rahasia dan menjadi tanggung jawab peneliti. Seluruh biaya penelitian ditanggung oleh peneliti.

39

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1

Gambaran Umum Pengambilan subjek penelitian ini dilakukan di 4 SMP di Kecamatan Banyumanik yaitu siswa kelas 8 SMPN 21 Semarang dan SMPN 12 Semarang juga siswa kelas 7 SMP Kartika III-2 Semarang dan SMPN 27 Semarang. Pemilihan kelas tersebut dilakukan atas pertimbangan sebaran usia dari kriteria inklusi yaitu berusia 12 – 14 tahun. Pemilihan 10 – 20 siswa dengan nilai ratarata kelas di tiap SMP

Didapatkan 53 siswa

Dilakukan pengukuran IMT

Terdapat 3 siswa yang memiliki IMT -2SD sehingga masuk ke kriteria eksklusi

Terdapat 49 siswa yang terpilih menjadi subjek penelitian

Gambar 5. Alur pelaksanaan penelitian

40

4.2

Karakteristik Subjek Penelitian Seluruh subjek dalam penelitian ini memiliki minimal satu smartphone milik sendiri. Usia awal penggunaan smartphone pada subjek paling banyak adalah 10 dan 11 tahun (33,3%) dan memiliki rata – rata 10,4. Sebagian besar siswa (90,7%) memiliki lebih dari 1 sosial media, yaitu facebook, instagram, twitter, whatsapp, dan line. Siswa yang menggunakan smartphone lebih dari 12 jam dalam sehari terdapat 57,1%, sedangkan sisanya menggunakan smartphone kurang dari 12 jam dalam sehari. Gambar 6. Karakteristik Subjek Penelitian Usia awal

Usia Subjek 8% 12

41%

14

10%

15%

13

51%

3%

3%

3%

33%

33%

5 8

9 10 11

Kepemilikan Smartphone

Lama Penggunaan

43% 100 %

Punya

57%

<12 jam

Karakteristik subjek dari hasil penelitian ditampilkan pada tabel 5. Tabel 5. Karakteristik subjek penelitian Karakteristik Usia 12 tahun 13 tahun 14 tahun

Jumlah

%

4 siswa 25 siswa 20 siswa

8,2 51 40,8

41

Karakteristik subjek penelitian (Lanjutan) Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki

27 siswa 22 siswa

55,1 44,9

IMT < 18.5 kg/m2 (underweight) 18.5 – 24.9 kg/m2 (normal) 25 – 29.9 kg/m2 (overweight) >30 kg/m2 (obese)

12 siswa 28 siswa 7 siswa 2 siswa

24,5 57,2 14,2 4,1

Fungsi Kognitif Normal (≥26) Mengalami Penurunan (<26)

16 siswa 33 siswa

32,7 67,3

17 18

34,7 36,7

4 10

8,2 20,4

49

100

Tingkat Kecanduan Kecanduan Tingkat Tinggi Laki-laki (≥31) Perempuan (≥33) Kecanduan Tingkat Rendah Laki-laki (<31) Perempuan (<33) Status Ekonomi Rendah (9 – 12) Sedang (13 – 17) Tinggi (18 – 27)

Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar sampel penelitian ini berjenis kelamin perempuan. Distribusi subjek penelitian adalah 27 siswa (55,1%) perempuan dan 22 (49,9%) siswa laki-laki. Usia subjek penelitian adalah sebanyak 4 siswa berusia 12 tahun (8,2%), 25 siswa berusia 13 tahun (51%), dan 20 siswa berusia 14 tahun (40,8%).

42

Gambar 7. Persentase Tingkat Kecanduan Smartphone dan Fungsi Kognitif Fungsi Kognitif

Tingkat Kecanduan Smartphone Kecanduan Tingkat Tinggi

29% 71%

Kecanduan Tingkat Rendah

33%

Normal Penurunan

67%

Jumlah subjek yang mengalami kecanduan smartphone adalah 35 siswa (71,4%) sedangkan yang tidak mengalami kecanduan adalah 14 siswa (28,6%). Jumlah subjek yang mengalami penurunan fungsi kognitif adalah 33 siswa (67,3%) sedangkan yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif adalah 16 siswa (32,7%). Tabel 6. Persentase siswa yang mengalami penurunan fungsi kognitif tiap domain Domain Visuospasial Penamaan Atensi Bahasa Abstraksi Delayed recall (memori) Orientasi

Jumlah 26 2 39 34 35 42 12

% 53,1 4,1 79,6 69,4 71,4 85,7 24,5

Jumlah subjek yang mengalami penurunan fungsi kognitif pada domain visuospasial adalah 26 siswa (53,1%), pada domain penamaan adalah 2 siswa (4,1%), pada domain atensi adalah 39 siswa (79,6%), pada domain bahasa adalah 34 siswa (69,4%), pada domain abstraksi adalah 35 siswa (71,4%), pada domain delayed recall adalah 42 siswa (85,7%), dan pada domain orientasi adalah 12 subjek (24,5%).

43

Terdapat 10 pernyataan dalam dalam kuesioner SAS-SV yang harus diberikan tanggapan oleh subjek dengan 6 pilihan tanggapan yaitu sangat tidak setuju, tidak setuju, agak tidak setuju, agak setuju setuju, dan sangat setuju. Sebagian besar tanggapan subjek terhadap seluruh pernyataan pada kuesioner adalah setuju (pernyataan 2 – pernyataan 10) kecuali pernyataan nomor 1 dimana frekuensi subjek yang memilih agak setuju lebih banyak. Gambaran hasil kuesioner dari seluruh subjek penelitian dirangkum dalam gambar 9. Gambar 8. Grafik rangkuman hasil kuesioner SAS-SV

SAS-SV

SAS-SV

100%

100%

80%

80%

60%

60%

40%

40%

20%

20%

0%

0%

Sangat tidak setuju

Tidak setuju

Sangat tidak setuju

Tidak setuju

Agak tidak setuju

Agak setuju

Agak tidak setuju

Agak setuju

Setuju

Sangat setuju

Setuju

Sangat setuju

Status ekonomi dari subjek penelitian yang diukur menggunakan kuesioner bistok saing menghasilkan hasil yang homogen yaitu 49 subjek berasal dari golongan ekonomi tinggi. Pendapatan dari orang tua subjek paling banyak adalah >1.200.000 (34 subjek), lalu 600.000-1.200.000 (8 subjek), dan sisanya <600.000 (7 subjek). Pendidikan terakhir dari orang tua subjek paling banyak adalah SMP – tamat SMA (22 subjek), lalu akademi – universitas (18 subjek), dan sisanya tak sekolah – tamat SD (9 subjek).

44

Bangunan tempat tinggal dari subjek mayoritas sudah permanen (40 subjek), terdapat 8 subjek dengan tempat tinggal semi permanen, dan sisanya 1 subjek tinggal di tempat tidak permanen. Tempat tinggal tersebut mayoritas milik sendiri (44 subjek) dan sisanya kontrak (5 subjek). Lokasi dari tempat tinggal subjek mayoritas di tengah kota (25 subjek), lalu di pesisir kota (19 subjek), dan sisanya di pedesaan (5 subjek). Kepemilikan barang mewah (televisi, mobil, lemari es, handphone) mayoritas memiliki 2 atau lebih (46 subjek) dan sisanya memiliki 1 barang saja (3 subjek). Penerangan malam hari di tempat tinggal subjek mayoritas telah menggunakan listrik (48 subjek) namun sisanya masih menggunakan lampu petromaks (1 subjek). Sumber air minum subjek mayoritas dari air ledeng (31 subjek), lalu air sumur dan ledeng (10 subjek), dan sisanya air sumur (8 subjek). Jumlah anak dari orang tua subjek mayoritas adalah 1 – 3 anak (44 subjek), lalu 4 – 6 anak (4 subjek), dan sisanya >6 anak (1 subjek). Tabel 7. Gambaran status ekonomi subjek penelitian Domain Pendapatan < Rp 600.000 Rp 600.000 – 1.200.000 > Rp 1.200.000

Jumlah

%

7 8 34

14,3 16,3 69,4

Pendidikan terakhir ayah Tak sekolah – tamat SD SLTP – tamat SLTA Akademi – univesitas

9 22 18

18,4 44,9 36,7

Bangunan rumah Tak permanen Semi permanen Permanen

1 8 40

2 16,3 81,6

45

Gambaran status ekonomi subjek penelitian (lanjutan) Kekayaan (TV, lemari es, mobil, hp) Tidak punya sama sekali Punya salah satu barang Punya lebih dari satu barang

3 46

6,1 93,9

Status kepemilikan rumah Sewa bulan / menumpang Kontrak Milik sendiri Jumlah anak >6 orang 4 – 6 orang 1 – 3 orang

5 44 1 4 44

10,2 89,8 2 8,2 89,8

Sumber air minum Air sumur Air sumur dan ledeng Air ledeng

8 10 31

16,3 20,4 63,3

Penerangan malam hari Lampu minyak Lampu petromaks Listrik

1 48

2 98

Tempat tinggal Pedesaan Pesisir kota Tengah kota

5 19 25

10,2 38,8 51,0

Status ekonomi menggambarkan nutrisi dan stimulasi psikososial yang mempengaruhi perkembangan fungsi kognitif remaja. Perlu dilakukan analisis pada variabel yang lain karena didapatkan data status ekonomi yang homogen. Data yang akan digunakan adalah status gizi yang menggambarkan nutrisi subjek. 4.3

Hasil Uji Statistik Korelasi Tingkat Kecanduan Smartphone dengan Fungsi Kognitif Uji statistik pada penelitian ini adalah uji hubungan antara variabel bebas dan terikat. Data diuji korelasinya menggunakan analisis bivariat uji fisher karena tidak memenuhi syarat chi square (1 nilai expected kurang dari

46

5) dan didapatkan hasil hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif subjek dengan p = 0,005. Nilai p tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan (p < 0,05) antara tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif pada remaja. Tabel 8. Hasil analisis uji Fischer mengenai hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif remaja. Fungsi Kognitif

Tingkat Kecanduan Smartphone

Menurun

Normal

n

%

n

%

Tinggi

28

80,0

7

20,0

Rendah

5

35,7

9

64,3

33

67,3

16

32,7

Total

Uji MantelHaenszel

0,005

p

0,005*

(*: uji fischer) Berdasarkan uji analisis chi square atau fischer antara tingkat kecanduan smartphone dengan masing-masing domain, didapatkan hasil seperti pada tabel 9, yaitu terdapat hubungan bermakna antara tingkat kecanduan smartphone dengan domain delayed recall dan domain atensi namun tidak terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat kecanduan smartphone dengan domain orientasi, visuospasial, abstraksi, bahasa, dan penamaan pada remaja.

47

Tabel 9. Hasil analisis uji chi square atau fischer mengenai hubungan tingkat kecanduan smartphone dengan masing-masing domain.

Tingkat Kecanduan Smartphone Total

Tingkat Kecanduan Smartphone Total

Tingkat Kecanduan Smartphone Total

Tingkat Kecanduan Smartphone Total

Tingkat Kecanduan Smartphone Total

Tingkat Kecanduan Smartphone Total

Tingkat Kecanduan Smartphone Total

Tinggi

Domain Atensi Menurun Normal n % n % 32 91,4 3 8,6

Rendah

7

50

7

50

Odds ratio

p

10,667

0,003*

39

Tinggi Rendah

79,6 10 20,4 Domain Delayed Recall Menurun Normal Odds ratio n % n % 34 97,1 1 2,9 25,5 8 57,1 6 42,9

0,001*

42

Tinggi Rendah

85,7 7 14,3 Domain Visuospasial Menurun Normal Odds ratio n % n % 20 57,1 15 42,9 1,778 6 42,9 8 57,1

p

26

Tinggi Rendah

23 46,9 Domain Bahasa Menurun Normal n % n % 25 71,4 10 28,6 9 64,3 5 35,7

p 0,365¥

53,1

Odds ratio

p 0,434*

1,389

34

Tinggi Rendah

69,4 15 30,6 Domain Penamaan Menurun Normal Odds ratio n % n % 1 2,9 34 97,1 0,382 1 7,1 9 92,9

0,494*

2

Tinggi Rendah

4,1 47 95,9 Domain Abstraksi Menurun Normal n % n % 24 68,6 11 31,4 11 78,6 3 21,4

p

p 0,371*

0,595

35

Tinggi Rendah

71,4 14 28,6 Domain Orientasi Menurun Normal n % n % 10 28,6 25 71,4 2 14,3 12 85,7

Odds ratio

12

24,5

37

Odds ratio

p 0,253*

2,4

75,5

(*: uji fischer, ¥ : uji chi square, odds ratio menggunakan uji mantel-haenszel)

48

Berdasarkan perhitungan odds ratio menggunakan Mantel-haenszel, didapatkan kemungkinan subjek dengan tingkat kecanduan tinggi dibandingkan dengan tingkat kecanduan rendah untuk mengalami penurunan fungsi kognitif adalah sebesar 7,2. Tabel 10. Odds ratio tingkat kecanduan smartphone terhadap fungsi kognitif remaja MantelPenurunan Fungsi haenszel Fungsi Kognitif Total estimate Kognitif Normal odds ratio Tingkat Ya 28 5 33 Kecanduan 7,2 Tidak 7 9 16 Smartphone Total 35 14 49 Selanjutnya dilakukan analisis hubungan antara status gizi dengan fungsi kognitif subjek karena didapatkan data status ekonomi yang homogen. Status gizi dikategorikan menjadi empat yaitu underweight, normoweight, overweight, dan obesitas. Dilakukan uji Kruskal-Wallis karena distribusi data tidak normal dan didapatkan tidak ada hubungan (p >0,05) antara status gizi dengan fungsi kognitif (p = 0,466). Tabel 11. Hubungan IMT dengan fungsi kognitif subjek Fungsi n p kognitif Underweight 12 25 (23 – 27) Normoweight 28 24 (20 – 29) IMT 0,466 Overweight 7 23,8 (21 – 28) Obesitas 2 19,5 (15 – 24) Data fungsi kognitif masing-masing kelompok disajikan dalam Median (Minimum – Maksimum).

BAB V PEMBAHASAN

5.1

Karakteristik Subjek Penelitian Remaja

lebih

rentan

mengalami

kecanduan

smartphone

dibandingkan dengan orang dewasa,56 hal ini tergambarkan dalam mayoritas subjek (71%) yang mengalami kecanduan dibandingkan yang tidak (39%). Usia subjek paling banyak adalah 13 (51%) tahun dan paling sedikit adalah 12 tahun (8,2%). Usia 13-14 tahun merupakan peralihan dari usia remaja awal dan remaja akhir sehingga mulai terdapat perubahan cara pikir lebih logis dan juga pembuatan keputusan yang lebih baik. 62 Distribusi subjek penelitian mayoritas berjenis kelamin perempuan, hal ini dapat menggambarkan populasi subjek bahwa remaja perempuan memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami kecanduan smartphone dibandingkan dengan laki-laki. Remaja perempuan memiliki motivasi yang berbeda dengan remaja laki-laki dalam menggunakan smartphone. Remaja perempuan lebih berorientasi pada interaksi sosial seperti sosial media, sedangkan laki-laki lebih banyak menggunakan untuk keperluan pribadi seperti bermain game. Remaja perempuan juga memiliki kesadaran yang lebih tinggi (internalisasi) dan lebih bisa terbuka dibandingkan laki-laki (eksternalisasi) mengenai kecanduan smartphone, oleh karena itu keduanya memiliki cutoff point yang berbeda dalam SAS-SV.56

49

50

Tinggi badan dan berat badan pada penelitian ini digunakan untuk menentukan IMT dari subjek penelitian. Terdapat 12 subjek penelitian yang memiliki IMT underweight (<18,5) namun belum masuk ke dalam kategori gizi kurang atau gizi buruk berdasarkan kurva BB/TB dari WHO. 79 Status ekonomi dari subjek penelitian yang diukur menggunakan kuesioner bistok saing menghasilkan hasil yang homogen yaitu 49 subjek berasal dari golongan ekonomi tinggi. Kuesioner bistok saing ini dibuat pada tahun 1977 untuk sebuah penelitian di Medan,41 sehingga hasil yang didapat pada penelitian ini kurang representatif dari situasi perekonomian saat ini terutama di Kota Semarang. Poin mengenai pendapatan kurang sesuai dengan pendapatan penduduk Semarang yang berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015, Upah Minimum Kota Semarang telah mencapai Rp 2.310.087,00. Data status ekonomi yang didapatkan tidak memiliki variasi, sehingga data yang dianalisis adalah status gizi melalui IMT subjek. Hasil analisis hubungan antara status gizi dan fungsi kognitif remaja tidak berhubungan. Hal ini disebabkan oleh karena nutrisi sangat penting saat usia 2 tahun pertama hingga 8 – 9 tahun dan subjek penelitian telah melewati masa tersebut dan keterbatasan dalam mencari riwayat stunting atau gizi buruk.71

51

5.2

Hubungan Tingkat Kecanduan Smartphone dengan Fungsi Kognitif Remaja Hasil analisis data antara tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif remaja menggunakan uji fischer menunjukkan hubungan yang signifikan(p = 0,005), yaitu terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat kecanduan smartphone dengan fungsi kognitif pada remaja. Hasil ini sesuai dengan penelitian Lin et al bahwa terdapat hubungan antara kecanduan internet dengan gangguan atau penurunan fungsi jalur kortikostriatal yang berperan dalam pengaturan proses kontrol kognitif. Mekanisme lain yaitu terdapat disfungsi pada beberapa area di otak seperti neokorteks (penurunan fungsi logika, kemampuan berbahasa, dan gangguan kognitif), amygdala (penurunan memori), girus cingulatus (depresi, kecemasan, dan OCD), dan girus parahipocampus dan hipocampus (gangguan memori).80 Selain itu terdapat penurunan volume supplementary motor area hemisfer kanan yang berperan dalam menghubungkan kognitif dan perilaku.81 Substansia alba pada area korteks orbitofrontal dan korteks cingulatus anterior juga mengalami gangguan yang diakibatkan oleh kecanduan internet dengan mekanisme yang sama seperti kecanduan zat (alkohol, ganja, kokain, dll). Korteks orbitofrontalis dan korteks cingulatus anterior berhubungan dengan area frontal (terutama prefrontal), dan area limbik yang sangat berperan dalam kontrol kognitif dan atensi kerja.72

52

Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian Barr et al pada tahun 2015 bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan atau kebiasaan kognitif yang signifikan antara pemilik dan non-pemilik smartphone.24 Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini adalah variabel bebasnya, penelitian Barr et al hanya melihat kepemilikan smartphone tanpa membedakan frekuensi, intensitas, dan kecanduan atau tidak. Atensi merupakan domain yang memiliki hubungan bermakna dengan tingkat kecanduan smartphone selain memori. Hasil ini sesuai dengan penelitian Hadar et al yang menyatakan terdapat penurunan kapasitas memori kerja dan pemikiran yang melibatkan angka, dan kesulitan berkonsentrasi pada pecandu smartphone. Gangguan delayed recall atau gangguan memori tidak ditemukan dalam penelitian ini karena tes yang digunakan terlalu mudah sehingga tidak masuk akal jika gangguan tersebut terjadi pada subjek remaja dengan fungsi mental dan kesehatan yang baik.25 Penurunan kapasitas memori kerja disertai penurunan kontrol atensi juga ditemukan dalam penelitian Hadlington, namun penelitian tersebut kurang dapat menjelaskan mekanismenya.82 Penurunan atensi yang berhubungan dengan kecanduan smartphone juga ditemukan dalam penelitian Ward et al dan Stothart et al, kedua penelitian ini menyatakan bahwa keberadaan smartphone di dekat subjek mempengaruhi atensi dan terdapat perbedaan antara tempat meletakan smartphone (di tas, di meja, dan di ruangan lain) saat diminta untuk mengerjakan suatu tes, 18,83

53

Mekanisme penurunan atensi adalah adanya penurunan potensial istirahat dari eksitabilitas glutamatergic yang mirip dengan pasien alzheimer atau pasien dengan keluhan sleep deprivation. Penurunan eksitabilitas pada PFC hemisfer kanan tersebut menyebaban hipoaktivitas otak yang berhubungan dengan inatensi.25 Selain itu, diduga terdapat penipisan korteks di area lateral dari korteks orbitorfrontalis dan lobus parietal superior yang behubungan dengan kontrol atensi top-down.81,71 Smartphone memiliki efek negatif pada cara pikir analitik terutama akibat kebiasaan penggunaan search engine. Remaja menjadi terbiasa mencari informasi eksternal secara instan dari pada berusaha berpikir analitik dan mengingat sendiri (encoding dan retrieval). Hal ini juga sesuai dengan penelitian Sparrow et al, yang menyatakan kecanduan smartphone berhubungan dengan penurunan memori.23 Mekanisme penurunan memori, menurut Lee et al, berhubungan dengan penurunan volume substansia grisea dan penipisan korteks di pars orbitalis hemisfer kiri. Pars orbitalis ini sangat berhubungan dengan girus temporalis media yang berperan dalam kontrol kognitif mengenai memori (retrieval).81 Domain yang memiliki hubungan tidak bermakna adalah visuospasial, abstraksi, bahasa, penamaan, dan orientasi. Berikut akan dijelaskan mengenai mekanisme masing-masing domain. Berdasarkan Shipstead et al, terdapat dua hal yang mempengaruhi memori kerja visuospasial, yang pertama adalah memori kerja domain umum, dan yang kedua adalah pengaturan domain spesifik. Domain umum

54

sangat berhubungan dengan atensi, kemampuan logika, dan memori verbal tanpa tergantung dari stimulus apa yang sedang dinilai, sedangkan pengaturan domain spesifik lebih mengatur mengenai masalah mana yang akan diingat sebagai memori kerja. Kedua pengaturan ini yang saling mendukung dalam mengerjakan sesuatu, meskipun atensi terganggu, visuospasial masih menyimpan informasi yang cukup penting untuk tetap bisa mengerjakan perintah.84 Salah satu area otak yang berperan dalam visuospasial adalah bagian dari korteks oksipitalis yang berhubungan dengan splenium dari corpus callosum,85 area tersebut dalam penelitian Lin et al tidak berhubungan secara signifikan dengan kecanduan internet.72 Domain bahasa, penamaan, dan abstraksi tidak berhubungan secara signifikan karena rata-rata subjek mulai menggunakan smartphone setelah melewati masa kanak-kanak (10 tahun) sehingga telah melewati tahap perkembangan bahasa yang kompleks,86 sudah memahami mengenai struktur kalimat yang baik, dan sudah melewati tahap berpikir abstrak (>11 tahun),8 sedangkan dalam tes MoCA-Ina hanya diminta untuk mengulangi sebuah kalimat sederhana, menyebutkan berbagai kata yang diawali oleh huruf S, dan menyebutkan kesamaan antar kedua kata yang disebutkan untuk abstraksi. Domain orientasi tidak berhubungan secara signifikan dengan fungsi kognitif karena lobus yang berperan dalam disorientasi adalah lobus parietal, temporal, dan oksipitalis. Patomekanisme yang terjadi merupakan kejadian yang berbeda dengan perbedaan aktivitas otak akibat kecanduan

55

smartphone yang ditemukan lebih sering berhubungan dengan otak bagian frontal atau prefrontal.87 Penelitian-penelitian yang telah disebutkan sebelumnya tidak menyebutkan adanya kelainan atau gangguan yang terjadi pada area otak parietal, temporal, mau pun oksipitalis. 5.3

Keterbatasan Penelitian Penelitian ini kurang spesifik dalam meneliti efek kecanduan smartphone pada setiap domain sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut misalkan menggunakan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). Penelitian ini juga kurang spesifik dalam mendata intensitas waktu penggunaan smartphone. Selain itu, mayoritas subjek dari penelitian ini berasal dari kelompok status ekonomi yang sama karena latar belakang ekonomi subjek yang kurang bervariasi, sehingga peneliti menggunakan IMT sebagai bagian dari status ekonomi subjek, namun berdasarkan uji analisis tidak signifikan, hal ini disebabkan oleh data IMT yang dibutuhkan adalah saat usia 2 tahun pertama subjek, bukan IMT subjek saat ini.

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 5.4

Simpulan 1. Tingkat kecanduan smartphone berhubungan signifikan dengan fungsi kognitif remaja. 2. Didapatkan

hubungan signifikan

antara

tingkat

kecanduan

smartphone dengan domain atensi dan delayed recall pada fungsi kognitif remaja. 3. Tidak didapatkan hubungan antara tingkat kecanduan smartphone domain visuospasial, bahasa, dan fungsi eksekutif pada fungsi kognitif remaja. 5.5

Saran 1. Diperlukan penelitian mengenai pengaruh tingkat kecanduan smartphone terhadap masing-masing domain pada fungsi kognitif remaja yang lebih spesifik, misalkan menggunakan Wechsler Adult Intelligence Scale-Revised (WAIS-R). 2. Diperlukan penelitian serupa namun menggunakan aplikasi yang benar-benar mendeteksi secara langsung mengenai intensitas dan fungsi penggunaan smartphone untuk mengurangi subjektivitas atau manipulasi jawaban dari subjek.

56

57

3. Diperlukan pengambilan subjek dari latar belakang ekonomi yang lebih bervariasi, misalkan dari remaja pelajar dan non pelajar. Diperlukan data IMT subjek pada usia 2 tahun pertama kehidupan baik melalui KMS (Kartu Menuju Sehat) atau buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).

58

DAFTAR PUSTAKA

1.

Davies T, Greenfield S. Book Reviews: Mind change: How digital technologies are leaving their mark on our brains. In: Mind Change: How Digital Technologies Are Leaving Their Mark On Our Brains. 2016. p. 265.

2.

Baumgartner SE, Weeda WD, van der Heijden LL, Huizinga M. The Relationship Between Media Multitasking and Executive Function in Early Adolescents. J Early Adolesc. 2014;34(8):1120–44.

3.

Gayatri G, Rusadi U, Meiningsih S, Mahmudah D, Sari D, Kautsarina K, et al. Digital Citizenship Safety Among Children And Adolescents in Indonesia. J Penelit dan Pengemb Komun dan Inform. 2015;6(1).

4.

Pew Research Internet. Mobile Fact Sheet. 2018 [cited 2018 Mar 15]. Available from: http://www.pewinternet.org/fact-sheet/mobile/

5.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia - APJII. Perilaku dan Penggunaan Internet Indonesia. Perilaku dan Penggunaan Internet Indonesia. 2016.

6.

Baek Y, Lee J, Kim KS, D JLP, Education EC. A Study on Smart Phone Use Condition of Infants and Toddlers. Int J Smart Home. 2013;7(6):123–32.

7.

Park C, Park YR. The Conceptual Model on Smart Phone Addiction among Early Childhood. PLoS One. 2014;4(2):147–50.

8.

Mukhlisah A. Perkembangan Kognitif Jean Pieget dan Peningkatan Belajar Anak Diskalkulia. J Kependidikan Islam. 2015;6:118–43.

9.

Evans B. The transformation of social life and the transformation of autism in the 1960s. Metamorph Autism A Hist Child Dev Britain. 2017;

10.

Slavin RE. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. 2011. 31-36 p.

11.

Sugarman MA, Axelrod BN. Utility of the Montreal Cognitive Assessment and Mini-Mental State Examination in Predicting General Intellectual Abilities. Cogn Behav Neurol. 2014;27(3):148–54.

12.

Edge D, Oyefeso A, Evans C, Evans A. The utility of the Montreal Cognitive

59

Assessment as a mental capacity assessment tool for patients with a learning disability. Off J Br Inst Learn Disabil. 2015;1–7. 13.

Haug S, Castro RPAZ, Kwon MIN, Filler A, Kowatsch T, Schaub MP. Smartphone use and smartphone addiction among young people in Switzerland. J Behav Addicitons. 2015;4(4):299–307.

14.

Manumpil B, Ismanto Y, Onibala F. Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Tingkat Prestasi Siswa Di Sma Negeri 9 Manado. ejournal Keperawatan (eKep). 2015;3(April):1–6.

15.

Choi J, Rho MJ, Kim Y, Yook IH, Yu H, Kim D, et al. Smartphone dependence

classification

using

tensor

factorization.

PLoS

One.

2017;12(6):1–12. 16.

Gámez-Guadix M. Depressive Symptoms and Problematic Internet Use Among Adolescents: Analysis of the Longitudinal Relationships from the Cognitive–Behavioral Model. Cyberpsychology,

Behav Soc Netw.

2014;17(11):714–9. 17.

Wilmer HH, Sherman LE, Chein JM. Smartphones and Cognition : A Review of Research Exploring the Links between Mobile Technology Habits and Cognitive Functioning. Front Psychol. 2017;8(April):1–16.

18.

Stothart C, Mitchum A, Yehnert C. The Attentional Cost of Receiving a Cell Phone Notification. J Exp Psychol. 2015;41(4):893–7.

19.

Paul JA, Baker HM, Cochran JD. Effect of online social networking on student academic performance. Comput Human Behav. 2012;28(6):2117– 27.

20.

Wilmer HH, Chein JM. Mobile technology habits : patterns of association among device usage , intertemporal preference , impulse control , and reward sensitivity. Psychon Bull Rev. 2016;23(5):1607–14.

21.

Neuroscience H, Brand M, Young KS, Laier C. Prefrontal control and Internet addiction : a theoretical model and review of neuropsychological and neuroimaging findings. 2014;8(May):1–13.

22.

Lepp A, Barkley JE, Karpinski AC. The relationship between cell phone use , academic performance , anxiety , and Satisfaction with Life in college

60

students. Comput Human Behav. 2014;31:343–50. 23.

Sparrow B. Google Effects on Memory : Information at Our Fingertips. Sci AAAS. 2012;333(2011):776–8.

24.

Barr N, Pennycook G, Stolz JA, Fugelsang JA. The brain in your pocket : Evidence that Smartphones are used to supplant thinking. Comput Hum Behav Elsevier. 2015;48:473–80.

25.

Hadar A, Hadas I, Lazarovits A, Alyagon U, Eliraz D, Zangen A. Answering the missed call : Initial exploration of cognitive and electrophysiological changes associated with smartphone use and abuse. PLoS One. 2017;1–22.

26.

Asif AR, Rahmadi FA, Questionnaire D. Hubungan Tingkat Kecanduan Gadget dengan Gangguan Emosi dan Perilaku Remaja Usia 11-12 Tahun. J Kedokt Diponegoro. 2017;6(2):148–57.

27.

Wreksoatmodjo BR. Pengaruh Social Engagement terhadap Fungsi Kognitif Lanjut Usia di Jakarta. Cermin Dunia Kedokt. 2015;42(1):7–13.

28.

Aminoff MJ, Greenberg DA, Simon RP. Clinical Neurology. 6th ed. USA: Lange Medical Books/Mc-Graw Hill; 2005. 7-8 p.

29.

Krammer AF, Madden DJ. Attention and Aging. In: Craik FIM, Salthouse TA, editors. The Handbook of Aging and Cognition. 3rd ed. New York: Psychology

Press;

2011.

p.

189–250.

Available

from:

https://books.google.co.id/books?id=YeJ4AgAAQBAJ&printsec=frontcove r&hl=id&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q&f=false 30.

Wolk DA, Budson AE. Memory Systems. Contin Lifelong Learn Neurol. 2010;16(4):15–28.

31.

Sternberg JR, Sternberg K. Cognitive Psychology. 6th ed. Perkins J, editor. Science. Wadsworth USA: Wadsworth, Cengage Learning; 2012. 609 p.

32.

Tsuchida A, Fellows LK. Are core component processes of executive function dissociable within the frontal lobes ? Evidence from humans with focal prefrontal damage. Cortex, Elsevier. 2012;XXX:1–11. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.cortex.2012.10.014

33.

Karlsgodt KH, Bato AA, Ikuta T, Peters BD, DeRosse P, Szeszko PR, et al. Functional Activation During a Cognitive Control Task in Healthy Youth

61

Specific to Externalizing or Internalizing Behaviors. Biol Psychiatry Cogn Neurosci Neuroimaging. 2017;3(2):133–40. 34.

Karbach J, Kray J. How useful is executive control training? Age differences in near and far transfer of task-switching training. Dev Sci. 2009;12(6):978– 90.

35.

Howard SJ, Johnson J, Pascual-leone J. Cognitive Development Clarifying inhibitory control : Diversity and development of attentional inhibition. Cogn

Dev

2014;31:1–21.

Available

from:

http://dx.doi.org/10.1016/j.cogdev.2014.03.001 36.

Khiyarusholeh U. Konsep Dasar Perkembangan Kognitif Pada Anak Menurut Jean Piaget. J Dialekt Jur PGSD. 2016;5(1):1–10.

37.

WHO. Adolescence: Neurodevelopmental Changes. 2015 [cited 2018 Mar 20].

p.

1.

Available

from:

http://apps.who.int/adolescent/second-

decade/section2/page4/adolescence-neurodevelopmental-changes.html 38.

Crookston BT, Forste R, McClellan C, Georgiadis A, Heaton TB. Factors associated with cognitive achievement in late childhood and adolescence: The Young Lives cohort study of children in Ethiopia, India, Peru, and Vietnam. BMC Pediatr. 2014;14(1):1–9.

39.

Warsito O, Khomsan A, Hernawati N, Anwar F. Relationship between nutritional status, psychosocial stimulation, and cognitive development in preschool children in Indonesia. Nutr Res Pract. 2012;6(5):451–7.

40.

Fink G, Rockers PC. Childhood growth, schooling, and cognitive development: further evidence from the Young Lives study 1 – 3. Am Journey Clin Nutr. 2014;100:182–8.

41.

Saing B, Sembiring L, Napitupulu L, Raid N, Siregar H. Anthropometry in The Newborn. Paediatr Indones. 1977;17(9/10):299–304.

42.

Kusumadi A. Status Gizi dan Perkembangan Kognitif Anak Sekolah Dasar di Daerah Endemis Malaria. 1977.

43.

Arifin S. Perkembangan Kognitif Manusia Dalam Perspektif Psikologi Dan Islam. Perkemb Kogn Mns. 2014;50–67.

44.

Fuermaier ABM, Tucha L, Koerts J, Aschenbrenner S, Weisbrod M, Lange

62

KW, et al. Cognitive Complaints of Adults With Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Clin Neuropsychol. 2014;28(7):1104–22. Available from: http://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/13854046.2014.964325 45.

Kutscher ML, Rosin N. Too Much Screen Time? When Your Child with ADHD Over-Connects to Technology. Shutterstock. 2013;22–5.

46.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/73/2015 Tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Jiwa. 2015 p. 1–68.

47.

Song Y. Cognitive Function in Attention Deficit Hyperactivity Disorder. InTech. 2015;8:179–95. Available from: http://dx.doi.org/10.5772/60785

48.

Pellicano E. The development of core cognitive skills in Autism: A 3-year prospective study. Child Dev. 2010;81(5):1400–16.

49.

Dorsey MF, Waldvogel J. What Drugs Are Used for Treating Autism?. Applied

Behavior

Analysis

Edu.

2013.

Available

from:

https://www.appliedbehavioranalysisedu.org/what-drugs-are-used-fortreating-autism/ 50.

Howes OD, Rogdaki M, Findon JL, Wichers RH, Charman T, King BH, et al. Autism spectrum disorder : Consensus guidelines on assessment , treatment

and

research

from

the

British

Association

for

Psychopharmacology. J Psychopharmacol. 2018;32(1):3–29. 51.

Stuss DT. Traumatic brain injury: Relation to executive dysfunction and the frontal lobes. Curr Opin Neurol. 2011;24(6):584–9.

52.

Rabinowitz AR, Levin HS. Cognitive Sequelae of Traumatic Brain Injury. Psychiatr Clin North Am. 2014;37(1):1–11.

53.

Jenkins PO, Mehta MA, Sharp DJ. Catecholamines and cognition after traumatic brain injury. Brain. 2016;139(9):2345–71.

54.

Spritzer SD, Kinney CL, Condie J, Wellik KE, Hoffman-Snyder CR, Wingerchuk DM, et al. Amantadine for Patients With Severe Traumatic Brain

Injury.

Neurologist.

2015;19(2):61–4.

Available

from:

http://content.wkhealth.com/linkback/openurl?sid=WKPTLP:landingpage& an=00127893-201501000-00008

63

55.

Yu FA, Frommer D, Lenhart A. Mobile/Smart Phone Use in Higher Education. In: Southwest Decision Sciences Institute Conference. 2012. p. 831–9.

56.

Kwon M, Kim D, Cho H, Yang S. The Smartphone Addiction Scale : Development and Validation of a Short Version for Adolescents. PLoS One. 2013;8(12):1–7.

57.

Wulan R, Dani R, S RN. Fenomena Kecanduan Game Online pada Siswa ( Studi Kasus pada Siswa SMK Negeri 2 Jember ). Artikel Hasil Penelitian Mahasiswa. Universitas Jember; 2014.

58.

Nuhan MYG. Hubungan Intensitas Bermain Game Online dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Jarakan Kabupaten Bantul Yogyakarta. J Pendidik Guru Sekol Dasar. 2016;6(5):494–501.

59.

Kirschner PA, Karpinski AC. Facebook and academic performance. Comput Hum Behav Elsevier. 2010;26:1237–45.

60.

Gill D. Hughes’ Outline of Modern Psychiatry. 5th ed. West Sussex, England: John Wiley & Sons Ltd; 2007. 251-262 p.

61.

Ropper AH, Samuels MA. Adam and Victor’s Principles of Neurology. 9th ed. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc; 2009. 551-579 p.

62.

UNICEF. Early and late adolescence. Focus On. 2016 [cited 2018 Mar 20]. p. 78. Available from: http://www.unicef.org/adolescence/index_3970.html

63.

Hong SB, Zalesky A, Cocchi L, Fornito A, Choi EJ, Kim HH, et al. Decreased Functional Brain Connectivity in Adolescents with Internet Addiction. PLoS One. 2013;8(2):1–8.

64.

Briggs H. Web Addicts Have Brain Changes, Research Suggests. BBC News website.

2012

[cited

2018

Mar

1].

Available

from:

http://www.bbc.com/news/health-16505521 65.

Karuniawan A, Cahyanti IY. Hubungan antara Academic Stress dengan Smartphone Addiction pada Mahasiswa Pengguna Smartphone. J Psikol Klin dan Kesehat Ment. 2013;1(November):16–21.

66.

Kim H. Exercise rehabilitation for smartphone addiction. J Exerc Rehabil. 2013;9(6):500–5.

64

67.

WHO.

Beta

Phase

ICD

11.

2018.

Available

from:

https://icd.who.int/dev11/l-m/en 68.

Maslim R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ III dan DSM 5). 5th ed. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya; 2013. 108-110 p.

69.

Thomsen KR, Callesen MB, Hesse M, Kvamme TL, Pedersen MM, Pedersen MU, et al. Impulsivity traits and addiction-related behaviours in youth. J Behav Addict. 2018;

70.

Mei S, Chai J, Wang S-B, Ng CH, Ungvari GS, Xiang Y-T. Mobile phone dependence, social support and impulsivity in chinese university students. Int J Environ Res Public Health. 2018;15(3).

71.

Hong S-B, Kim J-W, Choi E-J, Kim H-H, Suh J-E, Kim C-D, et al. Reduced orbitofrontal cortical thickness in male adolescents with internet addiction. Behav Brain Funct. 2013;9(June 2011):11.

72.

Lin F, Zhou Y, Du Y, Qin L, Zhao Z, Xu J, et al. Abnormal White Matter Integrity in Adolescents with Internet Addiction Disorder : A Tract-Based Spatial Statistics Study. PLoS One. 2012;7(1):1–10.

73.

Sohn J, Seok J-W. Altered Gray Matter Volume and Resting-State Connectivity in Individuals With Internet Gaming Disorder : A Voxel-Based Morphometry and Resting-State Functional Magnetic Resonance Imaging Study. Frointiers in Psychiatry. 2018;9(March):1–9.

74.

Wiguna T, WR NS, Kaligis F, Belfer ML. Learning Difficulties and Working Memory Deficits among Primary School Students in Jakarta, Indonesia. Clin Psychopharmacol Neurosci. 2012;10(2):105–9.

75.

Martin SS. Handheld screen time linked with speech delays in young children. In: Pediatric Academic Societies. 2017. p. 9–11. Available from: http://www.aappublications.org/news/2017/05/04/PASScreenTime050417 %0Ahttps://eurekalert.org/pub_releases/2017-05/aaop-hst042617.php

76.

Kim JK, Kang YS. The effects of young children’s smartphone use experience on their parents’ perceptions and needs and their self-regulation. Int J Appl Eng Res. 2016;11(2):1208–11.

65

77.

Leung L. Leisure boredom, sensation seeking, self-esteem, and addiction: Symptoms and patterns of cell phone use. Mediated Interpersonal Communication. 2008. p. 360–79.

78.

Yuwanto L. Mobile Phone Addict. [Surabaya]: Putra Media Nusantara (Ubaya);

2010.

Available

from:

http://ubaya.ac.id/ubaya/articles_detail/10/Mobile-Phone-Addict.html 79.

WHO. Growth Reference 5 - 19 years. 2007. Available from: https://www.who.int/growthref/who2007_bmi_for_age/en/

80.

Lin F, Zhou Y, Du Y, Zhao Z, Qin L, Xu J. Aberrant corticostriatal functional circuits in adolescents with Internet addiction disorder. Frointiers Hum Neurosci. 2015;9(June):1–12.

81.

Lee D, Park J, Namkoong KEE, Kim INY, Jung Y. Gray matter differences in the anterior cingulate and orbitofrontal cortex of young adults with Internet gaming disorder : Surface-based morphometry. Journal of Behavioral Addictions. 2018.

82.

Hadlington LJ. Computers in Human Behavior Cognitive failures in daily life : Exploring the link with Internet addiction and problematic mobile phone use. Comput Human Behav. 2015;51:75–81. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.chb.2015.04.036

83.

Ward AF, Duke K, Gneezy A, Bos MW. Brain Drain: The Mere Presence of One ’ s Own Smartphone Reduces Available Cognitive Capacity. J Am Coll Radiol. 2017;2(2):140–54.

84.

Shipstead Z, Yonehiro J. The domain-specific and domain-general relationships of visuospatial working memory to reasoning ability. Psychon Bull Rev. 2016.

85.

Godefroy O. The Behavioral and Cognitive Neurology of Stroke. 2007. 637659 p.

86.

Salim JA, Mehawesh M. Stages in Language Acquisition : A Case Study. English Lang Lit Stud. 2014;4(4):16–24.

87.

Nasution SS. Asuhan Keperawatan pada Gangguan Kognitif dan Mental Organik. USU digital library. 2003. p. 1–12.

66

LAMPIRAN 1. Informed Consent

67

68

Lampiran 2. Data Karakteristik Subjek DATA KARAKTERISTIK SUBJEK Nama

:

Tempat, Tanggal Lahir

:

L / P*

Sekolah

:

/

/ Kelas

Alamat

:

Riwayat Konsumsi Obat

: (lingkari jika ada)



Metilfenidat Hidroklorida (Concerta, Ritalin), Atomoxetine;



Fluoxetine, Fluvoxamine, Setraline, Citalopram, Venfalexine, Impipramin, Amitriptilin, Klompiramin



Risperidon/Risperidal, dan Aripirazole/Abilify



Carbamazepine, Asam Valproat, Phenytoin, Clonazepam



Klonidin

Apakah Pernah Sakit Berat : ya (Rawat Inap) Akhir-Akhir Ini?

/ tidak*

Tipe Smartphone (jika lebih dari satu, tulis semua, yang lebih sering digunakan dilingkari)

:

Media Sosial yang dimiliki di Smartphone (sebutkan)

:

Usia Awal Menggunakan Smartphone

:

Lama Menggunakan Smartphone per hari

: > 12 jam

Tinggi Badan / Berat Badan :

*coret yang tidak perlu

/ < 12 jam* /

69

Lampiran 3. Lembar Tes MoCA-Ina

70

Lampiran 4. Petunjuk dan Interpretasi Tes MoCA-Ina

PEMERIKSAAN SKRINING MONTREAL COGNITIVE ASSESSMENT VERSI INDONESIA (MoCA-Ina) 1. Menelusuri Jejak Secara Bergantian (Alternating Trail Making) Instruksi: “Buatlah garis yang menghubungkan sebuah angka dan sebuah huruf dengan urutan meningkat. Mulailah di sini (tunjuk angka [1] dan tariklah sebuah garis dari angka 1 ke huruf A, kemudian menuju angka 2 dan selanjutnya. Akhiri di sini [tunjuk huruf (E)] Penilaian: Berikan nilai 1 bila subjek menggambar dengan sempurna mengikuti pola berikut ini: 1-A-2-B-3-C-4-D-5-E, tanpa ada garis yang salah. Setiap kesalahan yang tidak segera diperbaiki sendiri oleh subjek diberi nilai 0 2. Kemampuan visuokonstruksional (kubus) Instruksi: “Contohlah gambar berikut setepat mungkin pada tempat yang disediakan di bawah ini” Penilaian: Berikan nilai 1 untuk gambar yang benar: • Gambar harus tiga dimensi • Semua garis tergambar • Tidak terdapat garis tambahan • Garis-garis tersebut relatif sejajar dan panjangnya sesuai (bentuk prisma segi empat dapat diterima) Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria di atas tidak dipenuhi 3. Kemampuan visuokonstruksional (jam dinding) Instruksi: “Gambarlah sebuah jam dinding, lengkapi dengan angka-angkanya dan buat waktunya menjadi pukul 11 liwat 10 menit” Penilaian: Berikan nilai 1 untuk masing-masing dari tiga kriteria berikut: • Bentuk (nilai 1): bentuk jam harus berupa lingkaran dengan hanya sedikit distorsi (mis: ketidak sempurnaan dalam menutup lingkaran)

71



Angka (nilai 1): semua angka yang terlihat dalam jam harus lengkap tanpa tambahan angka; angka harus diletakkan dalam urutan yang tepat dan dalam kuadran yang sesuai dengan bentuk jam; angkaangaka Romawi dapat diterima; angka dapat diletakkan di luar lingkaran • Jarum jam (nilai 1): harus terdapat dua jarum jam yang secara bersamaan menunjukkan waktu yang dimaksud. Jarum yang menunjukkan jam harus secara jelas lebih pendek dari jarum yang menunjukkan menit; jarum jam harus berpusat di dalam lingkaran dengan pertemuan kedua jarum berada dekat dengan pusat lingkaran Nilai tidak diberikan untuk masing-masing elemen jika kriteria di atas tidak dipenuhi 4. Penamaan Instruksi: “Katakan kepada saya nama dari binatang ini (dimulai dari kiri)” Penilaian: Masing-masing 1 nilai diberikan untuk jawaban berikut (1) Gajah, (2) Badak, (3) Unta 5. Daya Ingat Instruksi: “Ini adalah pemeriksaan daya ingat. Saya akan membacakan sederet kata yang harus anda ingat sekarang dan nanti. Dengarkan baik-baik, setelah saya selesai katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang dapat anda ingat, tidak masalah disebutkan tidak berurutan “ (kemudian pemeriksa membacakan 5 kata dengan kecepatan satu kata setiap detik). Tandai dengan tanda centang (√) di tempat yang disediakan, untuk tiap kata yang dapat diingat secara benar oleh subjek pada pemeriksaan pertama. Ketika subjek menunjukkan bahwa ia telah selesai (telah mengingat semua kata) atau sudah tidak dapat lagi mengingat kata lainnya, bacakan sederet kata untuk kedua kalinya disertai instruksi berikut: “Saya akan membacakan sederet kata yang sama untuk keduaklinya. Cobalah untuk mengingat dan katakana kepada saya sebanyak mungkin kata yang dapat anda ingat, termasuk kata-kata yang sudah anda sebutkan di kesempatan pertama”. Di akhir pemeriksaan kedua, jelaskan kepada subjek bahwa dia akan diminta lagi untuk mengingat kembali kata-kata tersebut dengan mengatakan “Saya akan meminta anda untuk mengingat kembali kata-kata tersebut pada akhir pemeriksaan”.

72

Penilaian: Tidak ada nilai yang diberikan untuk pemeriksaan pertama dan kedua 6. Perhatian Rentang Angka Maju (Forward Digit Span) Instruksi: “Saya akan mengucapkan beberapa angka, dan setelah saya selesai, ulangi apa yang saya ucapkan tepat sebagaimana saya mengucapkannya” (Bacakan kelima urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik) Penilaian: Berikan nilai 1 untuk tiap urutan angka yang diulangi secara benar Rentang Angka mundur (Backward Digit Span) Instruksi: “Sekarang saya akan mengucapkan beberapa angka lagi, akan tetapi jika saya sudah selesai, anda harus mengulangi apa yang saya ucapkan dalam urutan terbalik” (Bacakan ketiga urutan angka dengan kecepatan satu angka setiap detik) Penilaian: Berikan nilai 1 untuk tiap urutan angka yang diulangi secara benar. (N.B.: jawaban yang benar untuk pemeriksaan angka mundur adalah 2-4-7) Kewaspadaan Instruksi: “Saya akan membacakan sebuah urutan huruf, setiap kali saya mengucapkan huruf “A”, tepuk tangan anda sekali, jika saya mengucapkan huruf lainnya jangan tepuk tangan anda” Penilaian: Berikan nilai 1 jika terdapat nol sampai satu kesalahan (tepuk tangan pada huruf yang salah atau tidak bertepuk tangan pada huruf “A” dihitung sebagai satu kesalahan) Rangkaian 7 (Serial 7s) Instruksi: “Sekarang saya ingin anda berhitung dengan cara mengurangi, mulai angka 100 dikurang tujuh kemudian terus dikurangi dengan angka tujuh sampai saya memberitahukan anda untuk berhenti”. Ulangi instruksi ini untuk kedua kali jika diperlukan

73

Penilaian: Nilai maksimal adalah 3. Berikan: nilai 0 : jika tidak ada jawaban yang benar, nilai 1 : untuk satu jawaban yang benar, nilai 2 : untuk 2 sampai tiga jawaban yang benar, nilai 3 : jika subjek dapat memberikan empat atau lima jawaban yang benar. Hitung setiap jawaban pengurangan 7 yang benar dimulai dari 100. Setiap pengurangan dinilai secara independen, maksudnya jika subjek menjawab dengan jawaban yang salah akan tetapi melanjutkan pengurangan 7 yang benar dari angka tersebut, berikan nilai untuk tiap hasil pengurangan yang benar. Sebagai contoh, seorang subjek menjawab “92-85-78-71-64” yang mana angka “92” adalah jawaban yang salah, akan tetapi semua angka berikutnya dikurangi tujuh jawabannya benar. Dalam hal ini hanya ada satu kesalahan dan nilai yang dapat diberikan pada bagian ini adalah 3. 7. Pengulangan Kalimat Instruksi: “Saya akan membacakan kepada anda sebuah kalimat, setelah itu ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya bacakan [jeda]: “Wati membantu saya menyapu lantai hari ini” Setelah mendapat jawaban, katakan: “Sekarang saya akan membacakan kepada anda kalimat berikutnya, setelah itu ulangi kepada saya tepat seperti apa yang saya bacakan [jeda]: “Tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang”

Penilaian: Berikan nilai 1 untuk setiap kalimat yang diulangi dengan benar. Pengulangan kalimat harus urutan yang tepat. Perhatikan kemungkinan kesalahan kecil seperti kata yang dihilangkan (misalnya, tidak menyertakan kata “saya”, “ketika”) atau adanya penambahan (misalnya, “Tikus tikus bersembunyi di bawah dipan ketika kucing datang”) 8. Kelancaran Berbahasa Instruksi: “Katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda tahu yang dimulai dengan huruf tertentu yang akan saya katakan sesaat lagi. Anda boleh menyebut kata apa saja yang anda pikirkan kecuali nama orang/nama kota (misalnya Budi, Bandung), dan kata yang sama ditambah akhiran kata (misalnya, bayar, bayaran). Saya akan meminta anda untuk berhenti setelah satu menit. Apakah anda siap? [jeda],

74

“Sekarang katakan kepada saya sebanyak mungkin kata yang anda ketahui yang dimulai dengan huruf S [beri waktu 60 detik]. Berhenti” Penilaian: Berikan nilai 1 jika subjek berhasil memberikan 11 kata atau lebih dalam 60 detik. Tulis jawaban subjek pada bagian bawah atau samping formulir pemeriksaan. 9. Kemampuan Abstrak Instruksi: “Katakan kepada saya apa kesamaan antara jeruk dan pisang” jika subjek menjawab dengan jawaban yang konkrit/tidak abstrak, maka tambahan pertanyaan hanya sekali lagi: “Katakan kepada saya kesamaaan lainnya dari kedua benda tersebut” Jika subjek tidak memberikan jawaban yang sesuai (buah), katakan, “Ya, keduanya adalah buah”. Jangan memberikan perintah atau penjelasan tambahan. Setelah latihan, katakan: “Sekarang, (beritahu) katakan kepada saya apa kesamaan kereta api dan sepeda.” Setelah mendapat jawaban, lakukan pemeriksaan yang kedua, dengan mengatakan “Sekarang, (beritahu) katakan kepada saya apa kesamaan sebuah penggaris dan jam tangan”. Jangan memberikan perintah atau penjelasan tambahan. Penilaian: Hanya dua pasangan kata terakhir yang dinilai. Berikan nilai 1 untuk tiap pasangan kata yang dijawab secara benar. Jawaban-jawaban berikut ini dianggap benar: Kereta Api – Sepeda = alat transportasi, sarana bepergian, kita dapat melakukan perjalanan dengan keduanya. Penggaris – Jam tangan = alat ukur, digunakan untuk mengukur Jawaban-jawaban berikut ini dianggap tidak tepat: Kereta Api – Sepeda = keduanya mempunyai roda Penggaris – Jam tangan = keduanya mempunyai angka-angka

10. Memori tertunda Instruksi: “Saya telah membacakan beberapa kata kepada anda sebelumnya, dan saya telah meminta anda untuk mengingatnya. Beritahukan kepada saya sebanyak mungkin kata-kata tersebut yang bisa anda ingat. Beri tanda centang (√) di tempat yang telah disediakan untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk. Penilaian:

75

Berika nilai 1 untuk setiap kata yang dapat diingat secara spontan tanpa petunjuk apapun. Pilihan: Sebagai lanjutan dari tes memori tertunda beri petunjuk kepada subjek dengan petunjuk kategori semantik yang diberikan di bawah ini untuk tiap kata yang belum dapat diingat. Beri tanda centang (√) pada tempat yang disediakan jika subjek dapat mengingat kata tersebut dengan bantuan petunjuk kategori atau pilihan ganda. Informasikan kata-kata yang belum diingat dengan cara berikut ini. Jika subjek masih belum dapat mengingat kata tersebut setelah diberikan petunjuj kategori, berikan kepadanya pertanyaan pilihan ganda, seperti contoh instruksi berikut, “Apakah kata tersebut dari pilihan kata berikut ini, HIDUNG, WAJAH atau TANGAN?” Gunakan petunjuk kategori dan atau petunjuk pilihan ganda berikut jka diperlukan: WAJAH : petunjuk kategori: bagian dari tubuh pilihan ganda: hidung, wajah, tangan SUTERA : petunjuk kategori: jenis kain pilihan ganda: katun, beludru, sutera MASJID : petunjuk kategori: jenis bangunan pilihan ganda: masjid, sekolah, rumah sakit ANGGREK : petunjuk kategori: jenis bunga pilihan ganda: mawar, anggrek, melati MERAH : petunjuk kategori: warna pilihan ganda: merah, biru, hijau Penilaian: Tidak ada nilai yang diberikan untuk kata-kata yang dapat diingat dengan bantuan petunjuk. Petunjuk digunakan hanya untuk memperoleh informasi klinis dan dapat memberikan informasi tambahan yang diperlukan mengenai jenis kelainan daya ingat. Untuk penurunan daya ingat yang disebebkan oleh kegagalan proses mengingat kembali (retrieval failures), kinerja dapat ditingkatkan dengan pemberian petunjuk. Untuk penurunan daya ingat yang disebaban oleh kegagalan menerjemahkan sandi ingatan (encoding failures), kinerja tidak dapat ditingkatkan dengan pemberian petunjuk. 11. Kemampuan Orientasi Instruksi: “Katakan kepada saya tanggal hari ini”

76

Jika subjek tidak dapat memberikan jawaban yang lengkap, berikan tanggapan dengan mengatakan “Katakan kepada saya tahun, bulan, tanggal dan hari pada saat ini” kemudian katakan: “Sekarang, katakan kepada saya nama tempat ini dan berada di kota apa?”

Penilaian: Berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Subjek harus menjawab secara tepat untuk tanggal dan nama tempat (nama rumah sakit, klinik, kantor). Tidak ada nilai yang diberijkan jika subjek membuat kesalahan walau satu hari dalam penyebutan tanggal. NILAI TOTAL: Nilai maksimal sebesar 30 Nilai total akhir 26 atau lebih dianggap normal Berikan tambahan 1 nilai untuk individu yang mempunyai pendidikan formal selama 12 tahun atau kurang (tamat Sekolah Dasar-tamat Sekolah Menengah Atas), jika total nilai kurang dari 30.

77

Lampiran 5. Kuesioner SAS-SV Smartphone Addiction Scale Short Version (SAS-SV) Petunjuk: Berilah tanda centang ( √ ) pada kolom yang sesuai dengan apa yang kamu rasakan. Pernyataan Sanga Tidak Aga Agak Setuju Sanga t

1 Kegiatan yang telah direncanakan tidak dapat dijalankan karena penggunaan smartphone 2 Sulit berkonsentrasi di kelas dan saat mengerjakan tugas karena menggunakan smartphone 3 Merasa nyeri pada pergelangan tangan atau pada bagian belakang leher ketika menggunakan smartphone 4 Tidak bisa bertahan tanpa smartphone 5 Merasa gelisah dan tidak sabaran ketika sedang tidak memegang smartphone 6 Selalu memikirkan smartphone bahkan ketika saya sedang tidak menggunakannya 7 Saya akan tetap menggunakan smartphone walaupun akan sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari saya 8 Selalu mengecek smartphone agar tidak ketinggalan percakapan dengan orang-orang di twitter, facebook, maupun jejaring sosial lainnya 9 Saya selalu menggunakan smartphone lebih lama dari seharusnya 10 Orang-orang sekitar saya mengatakan bahwa saya terlalu sering menggunakan smartphone

setuju k

tidak

tidak

setuju

setuju

setuju

t setuju

78

Lampiran 6. Kuesioner Status Ekonomi Status Ekonomi Keluarga Petunjuk: Isilah kolom hasil skor dengan skor 1-3 sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. No.

Variabel

Skor

Hasil Skor

1 1. 2.

Pendapatan

< Rp.600.000

Pendidikan

Tak sekolah –

Ayah

Tamat SD Tak

Bangunan 3.

Rumah

permanen, Lantai tanah, Dinding bambu kayu

Kekayaan : Televisi, 4.

Lemari Es, Mobil, HP dll Status

5.

Kepemilikan

6.

Rumah Jumlah Anak Sumber Air

7. 8. 9.

Minum Penerangan Malam Hari Tempat Tinggal

Tidak punya sama sekali barang tersebut

2 Rp. 600.0001.200.000 SLTP – Tamat SLTA

3 > Rp. 1.200.000 Akademi Universitas

Semi Permanen, Lantai ubin, Dinding kayu

Permanen, Semua tembok

sebagian tembok

Punya salah satu

Punya 2 atau lebih

barang tersebut

barang tersebut

Sewa bulan / Menumpang >6 orang Air Sumur

Kontrak 4-6 orang Air Sumur dan Ledeng

Lampu Minyak

Lampu Petromaks

Pedesaan

Pesisir Kota

Milik Sendiri 1-3 orang Air Ledeng Listrik Tengah Kota

79

Lampiran 7. Ethical Clearance

80

Lampiran 8. Perizinan Balitbangkes dan Dinas Pendidikan

81

82

83

84

Lampiran 9. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

85

86

87

Lampiran 10. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

Fungsi Kognitif

49

15,00

29,00

24,0408

2,66895

Tingkat Kecanduan

49

10,00

52,00

36,7143

9,22180

Visuospasial

49

2,00

5,00

4,2041

,91241

Penamaan

49

2,00

4,00

2,9796

,24915

Atensi

49

1,00

6,00

4,2449

1,36215

Bahasa

49

,00

3,00

1,9184

,90914

Abstraksi

49

,00

2,00

1,1633

,58974

Delayed Recall

49

,00

5,00

2,2857

1,81430

Orientasi

49

5,00

6,00

5,7551

,43448

Usia

49

12,00

14,00

13,3061

,61928

IMT

49

15,43

34,96

21,3729

4,17571

Sosmed

43

1,00

5,00

2,5814

,85168

Usia awal

39

5,00

13,00

10,4359

1,37257

Lama penggunaan

42

1,00

2,00

1,5714

,50087

Status ekonomi

49

19,00

27,00

24,1020

1,82853

Valid N (listwise)

37

Frekuensi Tingkat Kecanduan Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Kecanduan Rendah (P)

14

28,6

28,6

28,6

Kecanduan Tinggi (P)

35

71,4

71,4

100,0

Total

49

100,0

100,0

Fungsi Kognitif Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Penurunan

33

67,3

67,3

67,3

Kognitif Normal

16

32,7

32,7

100,0

Total

49

100,0

100,0

Visuospasial Cumulative Frequency Valid

turun

26

Percent 53,1

Valid Percent 53,1

Percent 53,1

88

tidak

23

46,9

46,9

Total

49

100,0

100,0

100,0

Penamaan Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Turun

2

4,1

4,1

4,1

Tidak

47

95,9

95,9

100,0

Total

49

100,0

100,0

Atensi Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Turun

39

79,6

79,6

79,6

Tidak

10

20,4

20,4

100,0

Total

49

100,0

100,0

Bahasa Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Turun

34

69,4

69,4

69,4

Tidak

15

30,6

30,6

100,0

Total

49

100,0

100,0

Abstraksi Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Turun

35

71,4

71,4

71,4

Tidak

14

28,6

28,6

100,0

Total

49

100,0

100,0

Delayed Recall Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Turun

42

85,7

85,7

85,7

Tidak

7

14,3

14,3

100,0

Total

49

100,0

100,0

Orientasi Cumulative Frequency Valid

Turun

12

Percent 24,5

Valid Percent 24,5

Percent 24,5

89

Tidak

37

75,5

75,5

Total

49

100,0

100,0

100,0

Usia Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

12

4

8,2

8,2

8,2

13

25

51,0

51,0

59,2

14

20

40,8

40,8

100,0

Total

49

100,0

100,0

Jenis Kelamin Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Perempuan

27

55,1

55,1

55,1

Laki-Laki

22

44,9

44,9

100,0

Total

49

100,0

100,0

Sosmed Cumulative Frequency Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

1 Sosmed

4

8,2

9,3

9,3

2 Sosmed

15

30,6

34,9

44,2

3 Sosmed

20

40,8

46,5

90,7

4 sosmed

3

6,1

7,0

97,7

5,00

1

2,0

2,3

100,0

Total

43

87,8

100,0

6

12,2

49

100,0

System

Total

Usia awal Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

5,00

1

2,0

2,6

2,6

8,00

1

2,0

2,6

5,1

9,00

4

8,2

10,3

15,4

10,00

13

26,5

33,3

48,7

11,00

13

26,5

33,3

82,1

12,00

6

12,2

15,4

97,4

13,00

1

2,0

2,6

100,0

90

Missing

Total

39

79,6

System

10

20,4

49

100,0

Total

100,0

Lama penggunaan Cumulative Frequency Valid

Missing

Percent

Valid Percent

Percent

<12 jam

18

36,7

42,9

42,9

>12 jam

24

49,0

57,1

100,0

Total

42

85,7

100,0

7

14,3

49

100,0

System

Total

SMP Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

SMPN 21

10

20,4

20,4

20,4

SMP Kartika III-2

10

20,4

20,4

40,8

SMPN 27

12

24,5

24,5

65,3

SMPN 12

17

34,7

34,7

100,0

Total

49

100,0

100,0

Kuesioner Bistok Saing Pendapatan Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

<600.000

7

14,3

14,3

14,3

600.000 - 1.200.000

8

16,3

16,3

30,6

>1.200.000

34

69,4

69,4

100,0

Total

49

100,0

100,0

Pendidikan Cumulative Frequency Valid

Tak sekolah - tamat SD

Percent

Valid Percent

Percent

9

18,4

18,4

18,4

SMP - Tamat SMA

22

44,9

44,9

63,3

Akademi - Universitas

18

36,7

36,7

100,0

Total

49

100,0

100,0

91

Bangunan Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Tidak permanen

1

2,0

2,0

2,0

Semi permanen

8

16,3

16,3

18,4

Permanen

40

81,6

81,6

100,0

Total

49

100,0

100,0

Kekayaan Cumulative Frequency Valid

Punya salah satu

Percent

Valid Percent

Percent

3

6,1

6,1

6,1

Punya 2 atau lebih

46

93,9

93,9

100,0

Total

49

100,0

100,0

Status Kepemilikan Rumah Cumulative Frequency Valid

Kontrak

Percent

Valid Percent

Percent

5

10,2

10,2

10,2

Milik sendiri

44

89,8

89,8

100,0

Total

49

100,0

100,0

Jumlah Anak Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

>6 orang

1

2,0

2,0

2,0

4 - 6 orang

4

8,2

8,2

10,2

1 - 3 orang

44

89,8

89,8

100,0

Total

49

100,0

100,0

Sumber Air Minum Cumulative Frequency Valid

Air sumur

Percent

Valid Percent

Percent

8

16,3

16,3

16,3

Air sumur dan ledeng

10

20,4

20,4

36,7

Air ledeng

31

63,3

63,3

100,0

Total

49

100,0

100,0

92

Penerangan Malam Hari Cumulative Frequency Valid

Lampu petromaks

Percent

Valid Percent

Percent

1

2,0

2,0

2,0

Listrik

48

98,0

98,0

100,0

Total

49

100,0

100,0

Tempat Tinggal Cumulative Frequency Valid

Pedesaan

Percent

Valid Percent

Percent

5

10,2

10,2

10,2

Pesisir kota

19

38,8

38,8

49,0

Tengah kota

25

51,0

51,0

100,0

Total

49

100,0

100,0

Kuesioner SAS-SV Kegiatan yang direncanakan tidak dijalankan karena smartphone Cumulative Frequency Valid

Sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Percent

11

22,4

22,4

22,4

6

12,2

12,2

34,7

Agak tidak setuju

14

28,6

28,6

63,3

Agak setuju

10

20,4

20,4

83,7

Setuju

6

12,2

12,2

95,9

Sangat setuju

2

4,1

4,1

100,0

49

100,0

100,0

Tidak setuju

Total

Sulit berkonsentrasi Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Sangat tidak setuju

8

16,3

16,3

16,3

Tidak setuju

8

16,3

16,3

32,7

Agak tidak setuju

2

4,1

4,1

36,7

Agak setuju

14

28,6

28,6

65,3

Setuju

14

28,6

28,6

93,9

93

Sangat setuju Total

3

6,1

6,1

49

100,0

100,0

100,0

Nyeri pergelangan tangan Cumulative Frequency Valid

Sangat tidak setuju

Percent

Valid Percent

Percent

7

14,3

14,3

14,3

11

22,4

22,4

36,7

3

6,1

6,1

42,9

Agak setuju

12

24,5

24,5

67,3

Setuju

12

24,5

24,5

91,8

4

8,2

8,2

100,0

49

100,0

100,0

Tidak setuju Agak tidak setuju

Sangat setuju Total

Tidak bertahan tanpa smartphone Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Sangat tidak setuju

8

16,3

16,3

16,3

Tidak setuju

7

14,3

14,3

30,6

Agak tidak setuju

2

4,1

4,1

34,7

Agak setuju

12

24,5

24,5

59,2

Setuju

15

30,6

30,6

89,8

5

10,2

10,2

100,0

49

100,0

100,0

Sangat setuju Total

Gelisah dan tidak sabaran tanpa smartphone Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Sangat tidak setuju

7

14,3

14,3

14,3

Tidak setuju

8

16,3

16,3

30,6

Agak tidak setuju

6

12,2

12,2

42,9

Agak setuju

9

18,4

18,4

61,2

13

26,5

26,5

87,8

6

12,2

12,2

100,0

49

100,0

100,0

Setuju Sangat setuju Total

Selalu memikirkan smartphone Cumulative Frequency Valid

Sangat tidak setuju

6

Percent 12,2

Valid Percent 12,2

Percent 12,2

94

Tidak setuju

10

20,4

20,4

32,7

5

10,2

10,2

42,9

Agak setuju

11

22,4

22,4

65,3

Setuju

15

30,6

30,6

95,9

2

4,1

4,1

100,0

49

100,0

100,0

Agak tidak setuju

Sangat setuju Total

Tetap akan menggunakan smartphone meskipun mengganggu Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Sangat tidak setuju

5

10,2

10,2

10,2

Tidak setuju

4

8,2

8,2

18,4

Agak tidak setuju

10

20,4

20,4

38,8

Agak setuju

14

28,6

28,6

67,3

Setuju

14

28,6

28,6

95,9

2

4,1

4,1

100,0

49

100,0

100,0

Sangat setuju Total

Selalu mengecek smartphone agar tidak tertinggal somed Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Sangat tidak setuju

3

6,1

6,1

6,1

Tidak setuju

2

4,1

4,1

10,2

Agak tidak setuju

5

10,2

10,2

20,4

Agak setuju

11

22,4

22,4

42,9

Setuju

22

44,9

44,9

87,8

6

12,2

12,2

100,0

49

100,0

100,0

Sangat setuju Total

Menggunakan smartphone lebih lama dari seharusnya Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Sangat tidak setuju

3

6,1

6,1

6,1

Tidak setuju

9

18,4

18,4

24,5

10

20,4

20,4

44,9

4

8,2

8,2

53,1

19

38,8

38,8

91,8

4

8,2

8,2

100,0

Agak tidak setuju Agak setuju Setuju Sangat setuju

95

Total

49

100,0

100,0

Orang sekitar mengatakan bahwa saya terlalu sering menggunakan smartphone Cumulative Frequency Valid

Percent

Valid Percent

Percent

Sangat tidak setuju

4

8,2

8,2

8,2

Tidak setuju

4

8,2

8,2

16,3

Agak tidak setuju

8

16,3

16,3

32,7

Agak setuju

8

16,3

16,3

49,0

20

40,8

40,8

89,8

5

10,2

10,2

100,0

49

100,0

100,0

Setuju Sangat setuju Total

Risk Estimate 95% Confidence Interval Value

Lower

Upper

Odds Ratio for Tingkat Kecanduan (Kecanduan Tinggi /

7,200

1,827

28,378

2,240

1,088

4,611

,311

,144

,671

Kecanduan Rendah) For cohort Fungsi Kognitif = Penurunan For cohort Fungsi Kognitif = Kognitif Normal N of Valid Cases

49

Tests of Conditional Independence Asymp. Sig. (2Chi-Squared

df

sided)

Cochran's

8,918

1

,003

Mantel-Haenszel

6,875

1

,009

Under the conditional independence assumption, Cochran's statistic is asymptotically distributed as a 1 df chi-squared distribution, only if the number of strata is fixed, while the Mantel-Haenszel statistic is always asymptotically distributed as a 1 df chi-squared distribution. Note that the continuity correction is removed from the MantelHaenszel statistic when the sum of the differences between the observed and the expected is 0.

96

Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

7,200

ln(Estimate)

1,974

Std. Error of ln(Estimate)

,700

Asymp. Sig. (2-sided)

,005

Asymp. 95% Confidence

Common Odds Ratio

Interval ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

1,827

Upper Bound

28,378

Lower Bound

,603

Upper Bound

3,346

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Mantel-Haenszel setiap Domain Atensi Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

10,667

ln(Estimate)

2,367

Std. Error of ln(Estimate)

,806

Asymp. Sig. (2-sided)

,003

Asymp. 95% Confidence

Common Odds Ratio

Interval ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

2,196

Upper Bound

51,814

Lower Bound

,787

Upper Bound

3,948

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Delayed recall Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

25,500

ln(Estimate)

3,239

Std. Error of ln(Estimate)

1,149

Asymp. Sig. (2-sided) Asymp. 95% Confidence

,005 Common Odds Ratio

Interval ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

2,680

Upper Bound

242,603

Lower Bound

,986

Upper Bound

5,491

97

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Visuospasial Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

1,778

ln(Estimate)

,575

Std. Error of ln(Estimate)

,639

Asymp. Sig. (2-sided)

,368

Asymp. 95% Confidence

Common Odds Ratio

Interval ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

,508

Upper Bound

6,220

Lower Bound

-,677

Upper Bound

1,828

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Abstraksi Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

,595

ln(Estimate)

-,519

Std. Error of ln(Estimate)

,746

Asymp. Sig. (2-sided)

,487

Asymp. 95% Confidence

Common Odds Ratio

Interval ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

,138

Upper Bound

2,569

Lower Bound

-1,982

Upper Bound

,943

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Bahasa Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

1,389

ln(Estimate)

,329

Std. Error of ln(Estimate)

,672

Asymp. Sig. (2-sided)

,625

Asymp. 95% Confidence

Common Odds Ratio

Interval ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

,372

Upper Bound

5,181

Lower Bound

-,988

98

Upper Bound

1,645

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Penamaan Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

,382

ln(Estimate)

-,961

Std. Error of ln(Estimate)

1,451

Asymp. Sig. (2-sided) Asymp. 95% Confidence

,508 Common Odds Ratio

Interval ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

,022

Upper Bound

6,574

Lower Bound

-3,806

Upper Bound

1,883

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

Orientasi Mantel-Haenszel Common Odds Ratio Estimate Estimate

2,400

ln(Estimate)

,875

Std. Error of ln(Estimate)

,850

Asymp. Sig. (2-sided)

,303

Asymp. 95% Confidence

Common Odds Ratio

Interval ln(Common Odds Ratio)

Lower Bound

,453

Upper Bound

12,710

Lower Bound

-,791

Upper Bound

2,542

The Mantel-Haenszel common odds ratio estimate is asymptotically normally distributed under the common odds ratio of 1,000 assumption. So is the natural log of the estimate.

99

Tingkat Kecanduan * Fungsi Kognitif Crosstabulation Fungsi Kognitif

Tingkat

Kecanduan Rendah

Count

Kecanduan

(P)

% within Fungsi

Penuruna

Kognitif

n

Normal 5

9

14

15,2%

56,3%

28,6%

28

7

35

84,8%

43,8%

71,4%

33

16

49

100,0%

100,0%

100,0%

Kognitif Kecanduan Tinggi (P) Count % within Fungsi Kognitif Total

Count % within Fungsi Kognitif

Total

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square Continuity

Correctionb

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df

8,918a

1

,003

7,018

1

,008

8,629

1

,003

Fisher's Exact Test

,006

Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

8,736

1

,005

,003

49

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,57. b. Computed only for a 2x2 table Crosstab Atensi Turun Tingkat Kecanduan

Kecanduan Rendah (P)

Count % within Atensi

Kecanduan Tinggi (P)

Count % within Atensi

Total

Count % within Atensi

Tidak

Total

7

7

14

17,9%

70,0%

28,6%

32

3

35

82,1%

30,0%

71,4%

39

10

49

100,0%

100,0%

100,0%

100

Chi-Square Tests Value

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df

10,566a

1

,001

Continuity Correctionb

8,170

1

,004

Likelihood Ratio

9,705

1

,002

Pearson Chi-Square

Fisher's Exact Test

,003

Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

10,351

1

,003

,001

49

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,86. b. Computed only for a 2x2 table Crosstab visuospasial turun Tingkat Kecanduan

Kecanduan Rendah (P)

Count % within visuospasial

Kecanduan Tinggi (P)

Total

8

14

23,1%

34,8%

28,6%

20

15

35

76,9%

65,2%

71,4%

26

23

49

100,0%

100,0%

100,0%

Count % within visuospasial

Total

6

Count % within visuospasial

tidak

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square Continuity

Correctionb

Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

,819a

1

,365

,346

1

,556

,820

1

,365

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

,528 ,803

1

,278

,370

49

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,57. b. Computed only for a 2x2 table Crosstab Penamaan

Total

101

Turun Tingkat Kecanduan

Kecanduan Rendah (P)

Count % within Penamaan

Kecanduan Tinggi (P)

1

13

14

50,0%

27,7%

28,6%

1

34

35

50,0%

72,3%

71,4%

2

47

49

100,0%

100,0%

100,0%

Count % within Penamaan

Total

Count % within Penamaan

Tidak

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square Continuity

Correctionb

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df

,469a

1

,493

,000

1

1,000

,425

1

,514

Fisher's Exact Test

,494

Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

,460

1

,494

,498

49

a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,57. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab Bahasa Turun Tingkat Kecanduan

Kecanduan Rendah (P)

Count % within Bahasa

Kecanduan Tinggi (P)

Count % within Bahasa

Total

Count % within Bahasa

Tidak

Total

9

5

14

26,5%

33,3%

28,6%

25

10

35

73,5%

66,7%

71,4%

34

15

49

100,0%

100,0%

100,0%

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square Continuity

Correctionb

Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

,240a

1

,624

,022

1

,883

,236

1

,627

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

,735 ,235 49

1

,628

,434

102

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,29. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab Abstraksi Turun Tingkat Kecanduan

Kecanduan Rendah (P)

Count % within Abstraksi

Kecanduan Tinggi (P)

Total

3

14

31,4%

21,4%

28,6%

24

11

35

68,6%

78,6%

71,4%

35

14

49

100,0%

100,0%

100,0%

Count % within Abstraksi

Total

11

Count % within Abstraksi

Tidak

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square Continuity

Correctionb

Likelihood Ratio

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

df

,490a

1

,484

,123

1

,726

,508

1

,476

Fisher's Exact Test

,728

Linear-by-Linear Association

,480

N of Valid Cases

1

,371

,488

49

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,00. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab Delayed Recall Turun Tingkat

Kecanduan

Count

Kecanduan

Rendah (P)

% within Delayed Recall

Kecanduan Tinggi

Count

(P)

% within Delayed Recall

Total

Count % within Delayed Recall

Tidak

Total

8

6

14

19,0%

85,7%

28,6%

34

1

35

81,0%

14,3%

71,4%

42

7

49

100,0%

100,0%

100,0%

Chi-Square Tests

Value

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

103

Pearson Chi-Square Continuity

Correctionb

Likelihood Ratio

13,067a

1

,000

10,004

1

,002

11,988

1

,001

Fisher's Exact Test

,001

Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

12,800

1

,001

,000

49

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,00. b. Computed only for a 2x2 table

Crosstab Orientasi Turun Tingkat Kecanduan

Kecanduan Rendah (P)

Count % within Orientasi

Kecanduan Tinggi (P)

Count % within Orientasi

Total

Count % within Orientasi

Tidak

Total

2

12

14

16,7%

32,4%

28,6%

10

25

35

83,3%

67,6%

71,4%

12

37

49

100,0%

100,0%

100,0%

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square Continuity

Correctionb

Likelihood Ratio

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

1,104a

1

,293

,466

1

,495

1,191

1

,275

Fisher's Exact Test Linear-by-Linear Association N of Valid Cases

,466 1,081

1

,253

,298

49

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,43. b. Computed only for a 2x2 table

Chi-Square Tests

Value Pearson Chi-Square Continuity

Correctionb

Likelihood Ratio Fisher's Exact Test

df

Asymp. Sig. (2-

Exact Sig. (2-

Exact Sig. (1-

sided)

sided)

sided)

1,104a

1

,293

,466

1

,495

1,191

1

,275 ,466

,253

104

Linear-by-Linear Association

1,081

N of Valid Cases

1

,298

49

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,43. b. Computed only for a 2x2 table Tests of Normality Kolmogorov-Smirnova Statistic

df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

Visuospasial

,257

49

,000

,773

49

,000

Penamaan

,492

49

,000

,318

49

,000

Atensi

,202

49

,000

,911

49

,001

Bahasa

,250

49

,000

,854

49

,000

Abstraksi

,344

49

,000

,753

49

,000

Delayed Recall

,161

49

,003

,882

49

,000

Orientasi

,469

49

,000

,535

49

,000

a. Lilliefors Significance Correction

105

Lampiran 11. Dokumentasi

Pembagian kuesioner setelah penjelasan

Pengisian kuesioner oleh subjek (SMPN 12)

Pelaksanaan di SMPN 21

Pelaksanan di SMP Kartika III-2

Pelaksanaan Tes MoCA (SMPN 27)

106

Lampiran 12. Biodata Mahasiswa 1. Data Pribadi a. Nama lengkap : Salma Nur Fadhilah b. T.T.L

: Surabaya, 2 Juni 1997

c. Jenis Kelamin

: Perempuan

d. Agama

: Islam

e. Alamat rumah : Jl. Raya Tengger Kandangan no. 86 A, Surabaya f.

Alamat sekarang : Jl. Tampomas Dalam VIII no. 42 C, Gajah Mungkur, Semarang

g. No Telp

: 085732280787

h. Email

: [email protected]

2. Riwayat Pendidikan No

Jenjang

Institusi

Pendidikan 1

SD

Bidang/

Tahun

Tahun

Jurusan

masuk

Keluar

-

2003

2009

-

2009

2012

IPA

2012

2015

2015

-

SDN Manukan Kulon III/540

3

SMP

SMPN 1 Surabaya

4

SMA

SMAN 5 Surabaya

5

Perguruan

Univeristas

Pendidikan

tinggi

Diponegoro

Dokter

Related Documents


More Documents from "Iqbal Gusranda Rhainaldy"