Pengaruh Aromaterapi Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa View clicks Posted May 13th, 2008 by oky maifrisco Psikologi abstraks:
Penelitian eksperimental tentang pengaruh pemberian aromaterapi terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa yang mengikuti matakuliah statistik II dilaksanankan di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, yaitu yang bertempat dijalan Dharmawangsa Dalam nomor 6-8 Surabaya (Kompleks kampus B Universitas Airlangga). Lokasi tersebut dipilih karena subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga sehingga lokasi tersebut sangat memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan pemberian treatmen yang berupa aromaterapi. Pada saat pelakasanaan eksperimen ini, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga memiliki satu buah gedung utama yang terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama terdiri dari ruang dekan beserta pembantu dekan, ruang dosen, ruang kesekretariatan magister psikologi, ruang kelas magister psikologi, kantor LP3T, dan ruang sidang. Lantai II terdiri dari laboratorium psikologi, kantor tata usaha, Pusat Media Pembelajaran Mahasiswa (PMPM), dan ruang penyimpanan berkas penting. Lantai III terdiri dari 5 ruang kelas dan 2 ruang kelas (belum digunakan), aula, ruang absensi, dan musholla. Sebagian besar ruang dalam gedung ini dilengkapi dengan fasilitas AC dan diberi nama tokoh-tokoh psikologi. Pada tiap-tiap lantai terdapat fasilitas kamar mandi perempuan dan laki-laki serta meja dan kursi yang terletak di lobby yang biasanya digunakan untuk diskusi oleh mahasiswa. Gedung utama ini didominasi warna hijau pada tiap lantai dan kombinasi warna seperti warna biru, orange, dan ungu pada ruang kelas. Peneliti menggunakan 1 ruang yang terdapat di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yaitu ruang kelas 302 (Ruang Ivan P.Pavlov) di lantai III yang berukuran ±12x9 meter yang dilengkapi dengan fasilitas berupa 2 AC, 2 Kipas angin, white board, Komputer, LCD, meja dan kursi dosen, dan ±60 buah kursi untuk mahasiswa. Ruangan ini bercat putih namun dikombinasikan dengan warna biru pada bingkai jendela dan gordennya. Ruangan ini cukup efektif untuk pemberian treatmen aromaterapi dan cukup nyaman untuk mengerjakan pre-test dan post-test. Dengan demikian, seluruh ruangan yang digunakan dalam kegiatan eksperimen cukup mendukung proses pemberian treatmen aromaterapi.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG Biasanya mahasiswa ketika mengikuti perkuliahan sering diikuti oleh perasaaan stress. Stress seringkali timbul sehingga menyebabkan mahasiswa tidak dapat mengikuti perkuliahan secara efektif. Menurut Dr. So Koo Meng, MBBS, Mmed, FAMS, Adjunct Associate Professor National University of Singapore. Gejala Stres timbul akibat dari ketidak harmonisan pemenuhan keinginan dan kemampuan untuk menghadapinya. Stres adalah reaksi alami tubuh untuk mempertahankan diri dari tekanan secara psikis. Tubuh manusia dirancang khusus agar bisa merasakan dan merespon gangguan psikis ini. Tujuannya agar manusia tetap waspada dan siap untuk menghindari bahaya. Kondisi ini jika berlangsung lama akan menimbulkan perasaan cemas, takut dan tegang. (http://www.mitsuilease.co.id) Pada kenyataannya keadaan stress seperti ini sering dialami oleh mahasiswa Psikologi terutama yang mengikuti mata kuliah Statistik II. Keadaan ini bisa disebabkan karena proses belajar mengajar yang kurang menarik atau bisa dikatakan bobot mata kuliah Statistik berat. Hal ini dikarenakan mata kuliah statistik lebih menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan. Jelas sekali hal ini bisa menimbulkan stress bagi mahasiswa. Dan akhirnya, stress yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan saat mengikuti mata kuliah tersebut dan mungkin akan menghambat belajar mahasiswa. Seperti Pusingpusing/sakit kepala, kelelahan, Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan semangat. Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan, membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang proses penyembuhan. (http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan aromaterapi.html) Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan, dupa (incense stick), cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil, atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar membuat jiwa,tubuh dan pikiran merasa relaks dan 'bebas' Pada tahun 1928 penggunaan istilah aromaterapi dipopulerkan oleh Rene Maurice Gattefosse di Perancis. Aromaterapi digunakan untuk rileksasi dan pengobatan. Bahkan pada Perang Dunia II minyak esensial untuk aromaterapi ini digunakan
untuk pengobatan karena pada zaman itu sulit memperoleh antibiotika Minyak tersebut mengandung bahan kimia asli dari tumbuhan tersebut berupa zat antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain. Khasiatnya menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan bau harum. (www.hanyawanita.com). Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup wangi minyak esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi. Minyak yang dihirup akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang mempunyai manfaat tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada. (www.hanyawanita.com). Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan ketangkasan dan kesiagaan.) Selain itu Lavender dipercaya bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran. Sedangkan wewangian Lemon digunakan untuk menenangkan suasana. Aromanya yang menggemaskan dapat membuat anda makin percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan syaraf, tetapi tetap membuat kita sadar. (http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html Diharapkan setelah pemberian Aromaterapi dapat mengurangi tingkat stres para mahasiswa saat mengikuti mata kuliah Statistik II. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka peneliti berusaha untuk mengatasi atau melakukan suatu penanganan atas tingkat stress yang tinggi dari para mahasiswa itu. Peneliti mengemukakan suatu solusi yaitu dengan penggunaan Aromaterapi.
1.2. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengidentifikasi adanya permasalahan, yaitu : Pada saat mahasiswa mengikuti mata kuliah statistik II cenderung memunculkan perilaku stres; Seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu
berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan semangat. Keadaan ini bisa disebabkan karena proses belajar mengajar yang kurang menarik atau bisa dikatakan bobot mata kuliah Statistik II berat. Hal ini dikarenakan mata kuliah statistik lebih menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan. Sehingga banyak mahasiswa Fakultas Psikologi yang tidak lulus dalam mata kuliah ini. Hal inilah yang lalu menimbulkan stres pada para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini. Stres yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan saat mengikuti mata kuliah Statistik II dan mungkin akan menghambat belajar mahasiswa. Penggunaan aromaterapi dapat dijadikan salah satu cara dalam mengurangi tingkat stres mahasiswa saat mengikuti mata kuliah Statistik II.
1.3. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapatlah ditarik sebuah rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut : “Apakah ada pengaruh antara pemberian Aromaterapi beraroma Lavender dan Lemon terhadap tingkat stres mahasiswa Psikologi yang mengikuti mata kuliah Statistik II ?”
1.4. BATASAN MASALAH Pembatasan masalah digunakan untuk menetapkan batas-batas permasalahan dengan jelas dan untuk menghindari pembahasan masalah yang menyimpang dari yang sebenarnya. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.4.1. Stres Stres adalah adanya perasaan tidak nyaman pada suatu kondisi tertentu yang ditunjukkan dengan adanya perilaku seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan semangat.
1.4.2. Aromaterapi Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan bau wangi-wangian bisa berupa pengharum ruangan, dupa (incense stick), cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil, atau bentuk-bentuk yang lainnya yang
dapat menenangkan jiwa dan menurunkan tingkat stress. Aromanya seperti wangi Lavender, Lemon, Jasmine, Rose, Peppermint, vanilla, dll.
1.4.2. Mahasiswa Statistik II Subjek yang dijadikan penelitian dalam eksperimen ini adalah mahasiswa yang mengikuti matakuliah statistik II, dalam hal ini jumlah kelas yang mengikuti matakuliah statistik II hanya ada satu kelas yaitu kelas A, baik yang berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan yang mengulang ataupun baru dari angkatan 2001 sampai 2005.
1.5. TUJUAN PENELITIAN Tujuan Penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada pengaruh pemberian Aromaterapi beraroma lavender da lemon terhadap penurunan tingkat stress mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti mata kuliah Statistik II.
1.6. MANFAAT PENELITIAN Diharapkan manfaat dari hasil penelitian ini : a. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai pengaruh antara pemberian Aromaterapi terhadap tingkat stress mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti mata kuliah Statistik II. b. Manfaat Praktis 1. Dapat memberikan alternatif cara dalam upaya untuk mengurangi tingkat stress mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Statistik II melalui penggunaan Aromaterapi. 2. Dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kenyamanan saat mengikuti mata kuliah Statistik II.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Stres A.1. Pengertian dan Terjadinya Stres Stres adalah kondisi yang tidak menyenangkan dimana manusia melihat adanya tuntutan dalam suatu situasi sebagai beban atau diluar batasan kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan tersebut (Brehm & Kassin, 1996:527). Patel (1996:3) stres merupakan reaksi tertentu yang muncul pada tubuh yang bisa disebabkan oleh berbagai tuntutan, misalnya ketika manusia menghadapi tantangan-tantangan (challenge) yang penting, ketika dihadapkan pada ancaman (threat), atau ketika harus berusaha mengatasi harapan-harapan yang tidak realistis dari lingkungannya. Disamping itu, keadaan stres akan muncul apabila ada tuntutan yang luar biasa sehingga mengancam kesselamatan atau integritas seseorang. Menurut Patel (1996:3-5), stres tidak selalu bersifat negatif. Pada dasarnya, stress merupakan respon-respon tertentu tubuh terhadap adanya tuntutan-tuntutan dari luar. Dengan adanya berbagai tuntutan tersebut, tubuh manusia berusaha mengatasi dengan menciptakan keseimbangan antara tuntutan luar, kebutuhan dan nilai-nilai internal, kemampuan coping personal, dan kemampuan lingkungan untuk memberikan dukungan. Hasil dari interaksi tersebut akan menghasilkan persepsi terhadap stres. Ketika stress telah dipersepsikan secara positif dapat memotivasi manusia untuk lebih percaya diri dan lebih berprestasi. Menurut Cranweld-Ward (1990, dalam Isniwarti, 1996:16) stres merupakan reaksi fisiologis dan psikologis yang terjadi ketika seseorang merasakan ketidak seimbangan antara tuntutan yang dihadapi dengan kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut. Sedangkan menurut Korchin (1976, dalam Isnawarti,1996:16) juga menjelaskan bahwa stress tidak hanya berupa kondisi yang menekan baik dari keadaan fisik atau psikis seseorang, maupun reaksi-reaksinya terhadap tekanan itu, melainkan keterkaitan antara ketiga hal tersebut. Weiten (1992, dalam Sukmawati, 1999:21) menjelaskan adanya empat jenis stres, antara lain : 1) Frustasi Kondisi dimana seseorang merasa jalan yang akan ditempuh untuk meraih tujuan dihambat. 2) Konflik Kondisi ini muncul ketika dua atau lebih perilaku saling berbenturan, dimana masing-masing perilaku tersebut butuh untuk diekspresikan atau malah saling memberatkan.
3) Perubahan Kondisi yang dijumpai ternyata merupakan kondisi yang tidak semestinya serta membutuhkan adanya suatu penyesuaian. 4) Tekanan Kondisi dimana terdapat suatu harapan atau tuntutan yang sangat besar terhadap seseorang untuk melakukan perilaku tertentu.
Patel (1996:5-6) menjelaskan adanya berbagai jenis reaksi stress yang umumnya dialami manusia meliputi : 1) Too little stress Dalam kondisi ini, seseorang belum mengalami tantangan yang berat dalam memenuhi kebutuhan pribadinya. Seluruh kemampuan belum sampai dimanfaatkan, serta kurangnya stimulasi mengakibatkan munculnya kebosanan dan kurangnya makna dalam tujuan hidup 2) Optimum stress Seseorang mengalami kehidupan yang seimbang pada situasi “atas” maupun “bawah” akibat proses manajemen yang baik oleh dirinya. Kepuasaa kerja dan perasaan mampu individu dalam meraih prestasi menyebabkan seseorang mampu menjalani kehidupn dan pekerjaan sehari-hari tanpa menghadapi masalah yang terlalu banyak atau rasa lelah yang berlebihan. 3) Too much stress Dalam kondisi ini, seseorang merasa telah melakukan pekerjaan yang terlalu banyak setiap hari. Dia mengalami kelelahan fisik maupun emosional, serta tidak mampu menyediakan waktu untuk beristirahat atau bermain. Kondisi ini dialami secara terus-menerus tanpa memeperoleh hasil yang diharapkan 4) Breakdown stress Ketika pada tahap too much stress individu tetap meneruskan usahanya pada kondisi yang statis, kondisi akan berkemban menjadi adanya kecenderungan neurotis yang kronis atau munculnya rasa sakit psikosomatis. Misalnya pada individu yang memiliki perilaku merokok atau kecanduan minuman keras, konsumsi obat tidur, dan terjadinya kecelakaan kerja. Ketika individu tetap meneruskan usahanya ketika mengalami kelelahan, ia akan cenderung mengalami breakdown baik secara fisik , maupun psikis.
Senada dengan Patel, Hans Selye (1975a, dalam Patel, 1996:6) menerangkan adanya empat tahapan stres yang meliputi understress, eustress, overstress, dan distress. Pada kondisi eustress hendaknya dapat disadari ketika kondisi tubuh dan pikiran dalam keadaan yang seimbang, mersa enerjik, mudah beradaptasi, dan dalam kondisi santai atau rileks. Ketika sudah melampaui tahapan eustress, individu akan merasa lelah, cemas, agresif, serta defensif. Walaupun ada berbagai pengertian, mekanisme, serta klasifikasi stress, Lazzarus (1976, dalam Isniwarti, 1996:17) dan Patel (1996:13-14) menjelaskan bahwa stres merupakan mekanisme yang bersifat individual. Stres bagi seseorang belum tentu merupakan stres bagi yang lainnya, hal ini disebabkan karena persepsi dan toleransi yang berbeda-beda pada setiap orang tentang hal-hal yang menjadi hambatan atau tuntutan yang mungkin menimbulkan stres. Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa stress merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu yang disebabkan adanya ketidakseimbangan antara kemampuan yang dimiliki dengan tuntutan yang ada. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain.
A.2. Penyebab Stres atau Stresor Stresor adalah faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari kondisi fisik, psikologis, maupun social (Kisker, 1977 dalam Isniwarti, 1996:18) dan juga muncul pada situasi kerja, dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya (Patel, 1996:15). Secara garis besar, stresor bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu : 1) Stresor mayor yang berupa major live events yang meliputi peristiwa kemayian orang yang disayangi, masuk sekolah untuk pertama kali, dan perpisahan; dan 2) Stresor minor yang biasanya berawal dari stimulus tentang masalah hidup sehari-hari, misalnya ketidaksenangan emosional terhadap hal-hal tertentu sehingga menyebabkan munculnya stres (Brantley,dkk., 1988, dalam Isnawarti, 1996:18).
SE. Taylor (1991:197-198) merinci beberapa karakteristik kejadian yang berpotensi untuk dinilai menciptakan, antara lain :
1) Kejadian negatif agaknya lebih banyak menimbulkan stress daripada kejadian positif. 2) Kejadian yang tidak terkontrol dan tidak terprediksi lebih membuat stres daripada kejadian yang terkontrol dan terprediksi. 3) Kejadian “ambigu” seringkali dipandang lebih mengakibatkan stress daripada kejadian yang jelas. 4) Manusia yang tugasnya melebihi kapasitas (overload) lebih mudah mengalami stres daripada orang yang memiliki tugas lebih sedikit.
Ada beberapa sumber stres yang berasal dari lingkungan, diantaranya adalah lingkungan fisik seperti polusi udara, kebisingan, kesesakan, dan lingkungan kontak social yang bervariasi, serta kompetisi hidup yang tinggi (Howart & Gillham, 1981; Atkinson, 1990; dalam Iswinarti, 1996:19). Seperti yang dikutip oleh oleh Patel (1996:18-19) bahwa pada Holmes and Rahe Schedule of Recent Life Events telah diteliti berbagai peristiwa kehidupan yang membutuhkan penyesuaian sosial kembali dan memberinya rating berdasarkan muatan nilai stresnya. Stresor yang berupa peristiwa-peristiwa perubahan di sekolah (change in school) berada pada peringkat 33 yang dapat menimbulkan stres. Holmes dan Rahe (dalam Davidson & Neale), 1992) merumuskan adanya sumber stres, yaitu : 1) Dalam diri individu Hal ini berkaitan dengan adanya konflik. Pendorong dan penarik konflik menghasilkan dua kecenderungan yang berkebalikan, yaitu approach dan avoidance. Kecenderungan ini menghasilkan tipe dasar konflik (Weiten, 1992), yaitu : a. Approach-approach Conflict Muncul ketika kita tertarik terhadap dua tujuan yang sama-sama baik. b. Avoidance-avoidance Conflict Muncul ketika kita dihadapkan pada satu pilihan antara dua situasi yang tidak menyenangkan c. Approach-avoidance Conflict Muncul ketika kita melihat kondisi yang menarik dan tidak menarik dalam satu tujuan atau situasi. 2) Dalam keluarga
Dari keluarga ini yang cenderung memungkinkan munculnya stres adalah hadirnya anggota baru, sakit, dan kematian dalam keluarga. 3) Dalam komunitas dan masyarakat Kontak dengan orang di luar keluarga menyediakan banyak sumber stres. Misalnya, pengalaman anak di sekolah dan persaingan. Dari berbagai penjelasan di atas, maka stresor atau hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya stres dapat berupa faktor-faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan di sekitar individu (baik fisik maupun sosial). Namun, Stresor tersebut dapat menimbulkan stres ataupun tidak tergantung bagaimana individu menyikapi stresor itu.
A.3. Konsekuensi dan Respon Stres Stres, pada penjelasan awal telah disimpulkan akan menghasilkan reaksi fisiologis, reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Seperti juga yang dijelaskan oleh Coleman (1991, dalam Iswinarti, 1996:20), bahwa contoh reaksi fisiologis sebagai tanda peringatan awal yang penting adalah nyeri dada, diare, sakit perut, sakit kepala atau pusing-pusing, mual, insomnia, kelelahan, dan jantung berdebar-debar. Selanjutnya, reaksi psikologis dari stres bisa dilihat dari tanda-tanda seperti tidak mau santai pada saat yang tepat, merasa tegang, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, cepat marah atau mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak mampu konsentrasi, daya kemauan berkurang, emosi tidak terkendali, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, impulsive, dan reaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele. Atkinson (1990, dalam Iswinarti, 1996:22) mengistilahkan reaksi stres sebagai gaya stres yang sebetulnya merupakan reaksi psikologis stres. Ada beberapa gaya stress yang ditunjukkan pada individu yang mengalami stres, misalnya ingin mengerjakan segalanya dengan cepat sehingga menjadi bingung dan frustrasi, kecemasan, ketidak berdayaan atau keputusasaan, depresi dan kehilangan semangat.
A.4. Pengertian dan Mekanisme Coping stres Coping adalah segala usaha untuk mengurangi stres, yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang (Lazarus & Folkman, 1984). Definisi lain menyatakan coping sebagai proses dimana individu melakukan usaha untuk mengatur (management) situasi yang dipersepsikan adanya kesenjangan antara usaha (demands) dan kemampuan (resources) yang dinilai sebagai penyebab munculnya situasi stres (dalam Sarafino, 1998:133).
Usaha coping sangat bervariasi dan tidak selalu dapat membawa pada solusi dari suatu masalah yang menimbulkan situasi stres. Individu melakukan proses coping terhadap stres melalui proses transaksi dengan lingkungan, secara perilaku dan kognitif (Sarafino, 1998:133). Peristiwa stresful merupakan kejadian yang berpotensi memicu stres pada individu. Sedangkan penilaian dan interpretasi terhadap stresor melalui primary dan secondary appraisal merupakan proses penentuan makna dari suatu kejadian dan penaksiran terhadap kemampuan dan potensi coping individu (SE. Taylor, 1991:232)
A.5. Fungsi coping stres Proses coping terhadap stres memiliki 2 fungsi utama yang terlihat dari bagaimana gaya menghadapi stres, yaitu : 1) Emotion-focused coping Coping ini bertujuan untuk melakukan kontrol terhadap respon emosional terhadap situasi penyebab stres, baik dalam pendekatan secara behavioral maupun kognitif. Lazarus dan Folkman (1984b) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan emotional-focused coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada tidak dapat diubah atau diatasi. 2) Problem-focused coping Coping ini bertujuan untuk mengurangi dampak dari situasi stres atau memperbesar sumber daya dan usaha untuk menghadapi stres. Lazarus & Folkman (1984b) mengemukakan bahwa individu cenderung menggunakan Problem-focused coping ketika individu memiliki persepsi bahwa stresor yang ada dapat diubah (Sarafino, 1998:133-135) Greenberg (2002:293) mengutip bahwa ketika Problem-focused coping telah dilakukan dan mengakibatkan kelelahan karena tugas yang diselesaikan terlalu berat, manusia bisa saja melakukan Emotion-focused coping untuk membuat perasaan dirinya menjadi lebih baik ketika mengerjakan tugas-tugas dan kembali melakukan Problem-focused coping yang telah dilakukan. Jadi kedua tipe coping tersebut dapat saling mendukung antara satu dengan yang lainnya.
A.6. Metode-metode Coping Stres Individu memerlukan kemampuan tertentu (skill) dan strategi untuk mengatasi masalah dan mengatur respon emosional terhadap kondisi yang mengakibatkan
stres. Lazarus & Folman (1986, 1988) mengidentifikasikan berbagai jenis strategi coping, baik secara problem-focused maupun emotion-focused, antara lain : (1) Planful problem solving (2) Confrontive coping (3) Seeking social support (4) Distancing (5) Escape-avoidance (6) Self-control (7) Accepting responsibility (8) Positive reappraisal (Sarafino, 1998:135)
B. Aromaterapi & Relaksasi B.1. Pengertian & fungsi Aromaterapi Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan, membangkitkan semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang proses penyembuhan. (http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html) Aromaterapi yang dipakai bisa berupa pengharum ruangan, dupa (incense stick), cologne/parfum, minyak esensial yang dibakar bersama air di atas tungku kecil, atau bentuk-bentuk yang lainnya. Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar membuat jiwa,tubuh dan pikiran merasa relaks dan 'bebas' Pada tahun 1928 penggunaan istilah aromaterapi dipopulerkan oleh Rene Maurice Gattefosse di Perancis. Aromaterapi digunakan untuk rileksasi dan pengobatan. Bahkan pada Perang Dunia II minyak esensial untuk aromaterapi ini digunakan untuk pengobatan karena pada zaman itu sulit memperoleh antibiotika Minyak tersebut mengandung bahan kimia asli dari tumbuhan tersebut berupa zat antiseptik seperti fenol dan alkohol dan molekul-molekul lain. Khasiatnya menyembuhkan berbagai penyakit serta menyebarkan bau harum. (www.hanyawanita.com). Bagaimana cara kerja aromaterapi itu? Ketika hidung menghirup wangi minyak esensial yang telah terbukti mampu mempengaruhi emosi. Minyak yang dihirup akan membuat vibrasi di hidung. Dari sini minyak yang mempunyai manfaat
tertentu itu akan mempengaruhi sistem limbik, tempat pusat memori, suasana hati, dan intelektualitas berada. (www.hanyawanita.com). Menurut Dr. Alan Huck (neurology psikiater dan Direktur Pusat Penelitian Bau dan Rasa di Chicago), bau berpengaruh langsung terhadap otak manusia, mirip narkotika. Ternyata hidung kita memiliki kemampuan untuk membedakan lebih dari 100.000 bau yang berbeda yang mempengaruhi kita dan itu terjadi tanpa kita sadari. Bau-bauan tersebut mempengaruhi bagian otak yang berkaitan dengan mood (suasana hati), emosi, ingatan, dan pembelajaran. Misalnya, dengan menghirup aroma lavender maka akan meningkatkan gelombang-gelombang alfa di dalam otak dan gelombang inilah yang membantu kita untuk merasa rileks. Sementara dengan menghirup aroma bunga melati maka akan meningkatkan gelombang-gelombang beta dalam otak yang meningkatkan ketangkasan dan kesiagaan. (http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html)
B.1.1. Macam-macam wewangian aromaterapi dan kegunaan Tabel wewangian No Jenis wewangian Kegunaan 1) Apple Cinnamon Wangi apple cinnamon dipercaya dapat membangkitkan kenangan hangat bersama orang tua serta mengingatkan orang akan suasana rumah yang nyaman. 2) Black Cherry aromanya sangat tajam dan menyegarkan. Cocok untuk ditempatkan di ruang pertemuan. 3) Lemon wewangian yang digunakan untuk menenangkan suasana. Aromanya yang menggemaskan dapat membuat anda makin percaya diri, merasa lebih santai, dapat menenangkan syaraf, tetapi tetap membuat kita sadar. 4) Cinnamon konon, minyak essensialnya mengandung antibiotik, antiseptik dan antivirus yang dapat melindungi tubuh manusia 5) Eucalyptus pohonnya dikenal dengan nama kayu putih. Wanginya dapat menghilangkan bau secara efektif. Selain itu juga ampuh menghilangkan bakteri, antiseptik dan antiviral juga ada pada minyak jenis ini. 6) Freesia aroma bunga freesia ini sangat khas. Untuk memperoleh wangi yang pas, jangan gunakan terlalu banyak.
7) Gardenia merupakan wewangian Bunga Gardenia yang sangat disukai wanita. Wanginya sangat identik dengan acara-acara besar dan mewah seperti pernikahan, prom night dan pesta eksotis lainnya. 8) Honey Suckle aromanya sangat bersahabat dengan hidung. Karenanya aroma yang satu ini dapat membuat orang merasa nyaman dan rileks. 9) Jasmine merupakan jenis aroma yang sanggup menciptakan suasana romantis. Namun, jangan gunakan terlalu banyak. Sebab, aroma kuat bunga melati justru membuat udara menjadi tidak segar, bahkan mungkin sedikit menyeramkan. 10) Juniper Berry aromanya sangat maskulin dan dipercaya dapat meredam emosi. 11) Lavender jika anda penderita insomnia atau ingin mendapatkan relaksasi dapat menggunkan aromatherapy jenis ini. Lavender dipercaya bisa membantu terciptanya keseimbangan tubuh dan pikiran. 12) Pachouli aromanya sangat eksotik dan berpaut erat dengan kegiatan masakmemasak. 13) Peppermint aroma yang begitu menyegarkan, membangkitkan suasana, dapat mengurangi sakit perut, mengurangi ketegangan dan dipercaya bisa menyembuhkan sakit kepala. 14) Pine Merupakan aroma yang bisa mengingatkan anda pada suasana luar ruangan yang begitu bersih dan berbau kayu. 15) Cendana/ Sandalwood aroma yang dilahirkannya dapat membantu menciptakan dan menuangkan ide kreatif. Selain dapat mengurangi depresi, harum cendana dipercaya dapat mengatasi masalah sulit tidur serta masalah lain yang berhubungan dengan stres. Selain itu, aromanya sangat bermanfaat digunakan saat meditasi 16) Pikake atau Plumeria merupakan wewangian bunga khas Hawaii yang dapat membangkitkan ingatan anda akan lembutnya hembusan angin pantai. Sangat disarankan digunakan untuk relaksasi 17) Rosemary merupakan jenis aromatherapy yang biasa digunakan untuk melegakan otot dan pikiran. Wangi yang dihasilkannya juga dapat membantu anda lebih konsentrasi. 18) Sage salah satu jenis aromatherapi yang digunakan untuk memberikan rasa tenang. Jenis wewangian ini bermanfaat mengatasi sakit selama menstruasi dan dapat mengatur sistem syaraf pusat. 19) Sweet Orange biasanya digunakan untuk membangkitkan gairah dan semangat pria.
20) Vanilla aroma yang dihasilkannya sangat akrab dengan suasana rumah yang hangat dan nyaman, sehingga wanginya sanggup menenangkan pikiran anda.
B.2. Relaksasi Pengertian Relaksasi Relaksasi adalah suatu kondisi istirahat pada aspek fisik dan mental manusia, sementara aspek spirit tetap aktif bekerja. Dalam keadaan relaksasi, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, dalam keadaan tenang tapi tidak tertidur, dan seluruh otot-otot dalam keadaan rileks dengan posisi tubuh yang nyaman (Suryani, 2000:76).
C. Mahasiswa yang Mengikuti matakuliah Statistik II C.1. Matakuliah Statistik II Statistik II adalah salah satu mata kuliah yang ada di semester III. Statistik II adalah salah satu mata kuliah prasyarat wajib. Maksudnya adalah mata kuliah ini harus atau wajib diambil untuk dapat mengambil mata kuliah selanjutnya. Dalam hal ini, Statistik II adalah mata kuliah prasyarat wajib untuk dapat mengambil mata kuliah lanjutan wajib yang dalam hal ini adalah skripsi. Seperti yang kita tahu bahwa skripsi adalah prasyarat bagi kelulusan. Oleh sebab itu, sebagai mata kuliah prasyarat wajib, setiap mahasiswa harus memenuhi nilai diatas D. Untuk dapat dinyatakan lulus dari mata kuliah ini dan boleh mengambil mata kuliah lanjutan berikutnya.
Mata kuliah ini merupakan lanjutan dari statistik I. Melalui mata kuliah ini mahasiswa diajak memahami teknik analisis varians, korelasi dan regresi, dan hubungan kedua teknik tersebut serta memahami penggunaannya dalam menganalisis data penelitian psikologi. Oleh karena itu mata kuliahnya meliputi analisis varians, analisis kovarians, korelasi dan analisis regresi, serta hubungan analisis varians dan regresi. Dapat dikatakan bahwa mata kuliah statistik ini lebih menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan.
C.2. Mahasiswa yang mengikuti matakuliah Statistik II Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini adalah mahasiswa angkatan 2001-2005. Dari keseluruhan mahasiswa di kelas ini ada yang mengulang dan ada yang baru mengambil mata kuliah ini.
Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa mata Statistik adalah mata kuliah yang sangat penting, mengingat hal tersebut adalah mata kuliah prasyarat wajib untuk dapatnya mahasiswa membuat skripsi bagi kelulusannya nanti. Sehingga dapat dikatakan mata kuliah ini mempunyai bobot yang lumayan berat karena selain materinya yang berat, mahasiswa juga dituntut untuk memperoleh nilai yang sesuai standar. Hal ini dikarenakan mata kuliah statistik lebih menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan, serta mungkin cara mengajar yang kurang menarik. Hal inilah yang lalu menimbulkan stres pada para mahasiswa yang mengikuti mata kuliah ini. Stres yang ditimbulkan seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan semangat. Stres yang ditimbulkan dapat mengurangi kenyamanan saat mengikuti mata kuliah Statistik II dan mungkin akan menghambat belajar mahasiswa. Sehingga banyak mahasiswa Fakultas Psikologi yang tidak lulus dalam mata kuliah ini. D. Hubungan antara Stres dan Aromaterapi Berdasarkan uraian diatas dapat kita lihat bahwa mata Statistik adalah mata kuliah yang sangat penting. mengingat hal tersebut adalah mata kuliah prasyarat wajib untuk dapatnya mahasiswa membuat skripsi bagi kelulusannya nanti. Sehingga dapat dikatakan mata kuliah ini mempunyai bobot yang lumayan berat karena selain materinya yang berat, mahasiswa juga dituntut untuk memperoleh nilai yang sesuai standar. Hal ini dikarenakan mata kuliah statistik lebih menekankan pada rumus dan pemahaman, tidak hanya sekedar hafalan, serta mungkin cara mengajar yang kurang menarik. Pada akhirnya hal ini dapat menimbulkan stres. Stres, pada penjelasan awal telah disimpulkan akan menghasilkan reaksi fisiologis, reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Seperti juga yang dijelaskan oleh Coleman (1991, dalam Iswinarti, 1996:20), bahwa contoh reaksi fisiologis sebagai tanda peringatan awal yang penting adalah nyeri dada, diare, sakit perut, sakit kepala atau pusing-pusing, mual, insomnia, kelelahan, dan jantung berdebar-debar. Selanjutnya, reaksi psikologis dari stres bisa dilihat dari tanda-tanda seperti tidak mau santai pada saat yang tepat, merasa tegang, tidak tahan terhadap suara atau gangguan lain, cepat marah atau mudah tersinggung, ingatan melemah, tidak mampu konsentrasi, daya kemauan berkurang, emosi tidak terkendali, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, impulsife dan reaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele. Munculnya reaksi-reaksi diatas sebagai respon dari stres akan menghambat proses belajar mahasiswa sehingga memungkinkan banyaknya mahasiswa yang tidak lulus dalam mata kuliah ini. Aromaterapi sendiri adalah terapi menggunakan essential oil atau sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjadi kesehatan, membangkitkan
semangat, gairah, menyegarkan serta menenangkan jiwa, dan merangsang proses penyembuhan. (http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html). Aromaterapi selalu dihubungkan dengan hal-hal menyenangkan agar membuat jiwa, tubuh dan pikiran merasa relaks. Oleh karena itu, peneliti berusaha mengurangi tingkat stres yang terjadi pada mahasiswa saat mengikuti mata kuliah statistik dengan menggunakan aromaterapi.
E. Hipotesis Ada dua hipotesis yang ada dalam penelitian ini yaitu : • Ho : Tidak ada pengaruh antara pemberian Aromaterapi (beraroma lavender dan lemon) terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti matakuliah Statistik II. • Ha : Ada pengaruh antara pemberian Aromaterapi (beraroma lavender dan lemon) terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti matakuliah Statistik II.
BAB III METODE PENELITIAN
A.Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen
B. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel adalah suatu sifat yang dapat memiliki bermacam nilai atau seringkali diartikan dengan simbol atau lambang yang memiliki bilangan atau nilai. Untuk dapat meneliti suatu konsep secara empiris, konsep tersebut dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.
Variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah : 1) Variabel Independen (X) :
Pemberian Aromaterapi berbentuk pengharum ruangan. Manipulasi yang akan dilakukan terhadap independen variabel ini disebut dengan Experimental Manipulation, yaitu teknik atau metode untuk melakukan variasi terhadap independen variabel dengan cara memberikan perlakuan yang berbeda pada sebuah kelompok yang sama. Dalam hal ini, satu kelompok yang sama itu masingmasing akan diukur sebanyak dua kali yaitu Pretest (sebagai hasil kelompok kontrol) dan Posttest (sebagai hasil kelompok eksperimen). Dalam pretest, subyek diukur tingkat stresnya dengan mengggunakan kuisioner. Pemberian kuisioner ini sebagai indikator dari tingkat stres sebelum diberi aromaterapi beraroma lemon dan lavender yang berbentuk pengharum ruangan. Sedangkan dalam posttest, subyek diukur tingkat stresnya dengan mengggunakan kuisioner. Pemberian kuisioner ini sebagai indikator tingkat stres setelah diberi aromaterapi beraroma lemon dan lavender yang berbentuk pengharum ruangan.
2) Variabel Dependen (Y): Tingkat Stres Mahasiswa yang mengikuti mata kuliah statistik II yang dilihat indikatornya Seperti Pusing-pusing/sakit kepala, kelelahan, Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat, ingatan melemah, tidak mampu berkonsentrasi, tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai, kehilangan semangat.
C. Definisi Operasional Variabel Perlakuan aromaterapi : suatu teknik yang menggunakan aroma tumbuhan yang dapat berupa minyak esensial tumbuhan baik dari akar, daun dan bunga. Pada eksperimen ini digunakan pengharum ruangan. Adapun aroma yang digunakan dalam eksperimen ini adalah aroma lemon dan lavender. Metode yang digunakan untuk pemberian aroma dalam eksperimen ini adalah dengan cara menghirup aroma tersebut secara tidak langsung melalui ruangan yang telah diberi aromaterapi berupa pengharum ruangan sebelum kelas dimulai. Stres dalam eksperimen ini dapat ditunjukkan dari perilaku-perilaku yang akan ditunjukkan sebagai berikut ini : *Pusing-pusing/sakit kepala *Kelelahan *Ingin mengerjakan segalanya dengan cepat *Ingatan melemah *Tidak mampu berkonsentrasi
*Tidak sanggup melaksanakan tugas yang sudah dimulai *Kehilangan semangat
D. Populasi dan Sampling D1. Populasi Populasi yang digunakan dalam eksperimen ini menggunakan mahasiswa Psikologi Universitas Airlangga.
D.2. Sampling Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling dikenakan pada sampel yang karakteristiknya sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Subyek dalam eksperimen ini adalah mahasiswa psikologi yang mengikuti matakuliah statistik II dengan kriteria yang ditentukan oleh peneliti yaitu laki-laki dan perempuan baik yang mengulang atau yang baru mengambil mata kuliah statistik II dari angkatan 2001-2005. Subyek diberi pretest sebanyak satu kali dan posttest dua kali. Alat ukur yang digunakan untuk pretest dan posttest menggunakan kuisioner.
E. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan Treatment by Subject Design. Treatment by subject design adalah satu kelompok yg sama diberikan treatment yg berbeda kemudian diukur hasilnya. Dalam penelitian ini kelompok penelitian hanya satu kelompok yang bisa diambil secara random atau tidak random. Pada kelompok tersebut diberikan perlakuan berulang-ulang. Dalam eksperimen ini satu kelompok subyek tersebut akan dikenai dua kali pemberian treatment yaitu pemberian aromaterapi dengan wewangian Lavender dan pemberian aromaterapi dengan wewangian Lemon. Penelitian melibatkan adanya pretest dan posttest.
F. Instrumen Penelitian Penelitian eksperimen pada dasarnya adalah ingin mengetahui hubungan kausal antara variabel bebas (X) dengan variabel terikat(Y). Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh tersebut, peneliti harus melakukan pengukuran terhadap variabel terikatnya. Beberapa eksperimen menggunakan instrumen penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat untuk pemberian perlakuan terhadap subjek eksperimennya. Instrumen dalam penelitian ini adalah : * Kuisioner * Aromaterapi beraroma bunga lavender berbentuk pengharum ruangan. * Aromaterapi beraroma bunga lemon berbentuk pengharum ruangan
G. Validitas dan Reliabilitas Alat ukur Dengan menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, diharapkan hasil penelitan akan menjadi valid dan reliabel. 1) Validitas Alat Ukur Validitas mengacu pada kepercayaan dan kesesuaian antara konstruk atau cara peneliti mengkonseptualisasikan idenya ke dalam definisi konseptual dan alat pengukur. Validitas dapat diartikan sebagai seberapa baik sebuah ide tentang realita “sesuai”dengan realita aslinya (Newman, 1999 : 164). Instrumen yang valid berarti bahwa alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid dimana instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 2005 : 267). Untuk mendapatkan content validity ini, penulis skripsi, Atika Dian Ariana, menggunakan pendapat tiga rater yaitu sesuai dengan jumlah minimal pendapat rater yang dibutuhkan dalam validitas isi (Sugiyono, 2002a:271). Hasil dari penilaian dan evaluasi para rater terhadap skala tingkat stres yang disusun ulang oleh penulis skripsi dari ICSRLE dan SST dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian tersebut cukup baik dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat stres pada subjek penelitian.
2) Validitas item Untuk validitasnya, kami mengambil alat ukur dari skripsi yang ditulis oleh Atika Dian Ariana (2005) Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya yaitu skala tingkat stress dari ICSRLE. Untuk skala ICSRLE, setelah dua kali putaran didapatkan 32 butir item yang sahih atau memuaskan dan 17 butir item yang gugur karena tidak memenuhi persyaratan. Sedangkan untuk skala SST, setelah tiga kali putaran didapatkan 5 butir item yang sahih atau memuaskan dan 5 butir item yang gugur karena tidak memenuhi persyaratan.
3) Reliabilitas Item Reliabilitas mengacu pada sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau konsisten.Artinya, sejauh mana alat ukur tersebut mampu menghasilkan data yang sama apabila digunakan dalam keadaan atau situasi lain yang identik atau hampir sama. Dapat diartikan pula bahwa reliabilitas mengarah pada hasil-hasil numeris yang dicapai sebuah indikator tidak banyak (bervariasi) disebabkan oleh karakteristik dari alat ukur atau instrumen alat ukur itu sendiri (Newman, 1999 : 164). Pengukuran reliabilitas dalam ekperimen ini menggunakan formula koefisien Alpha Cronbach dalam SPSS 11.0 for Windows. . Berdasarkan uji reliabilitas yang kami lakukan, diketahui bahwa r alpha = 0,891 untuk ICSRLE (putaran pertama) dan r alpha = 0,679 untuk SST (putaran pertama), r alpha = 0,663 untuk SST (putaran kedua), dan r alpha = 0,673 untuk SST (putaran ketiga).
H. Validitas dan Reliabilitas Eksperimen Validitas dalam penelitian eksperimen dapat ditinjau dari dua sisi, yaitu : 1) Validitas Internal : merupakan seberapa jauh keakurasian pengamatan peneliti terhadap variabel bebas atau independen variabel yang berpengaruh terhadap variabel terikat atau dependen variabel. Eksperimen dikatakan memiliki nilai validitas internal yang tinggi apabila efek variabel terhadap variabel terikat benarbenar disebabkan oleh variabel bebas atau perlakuan yang diberikan peneliti dan bukan karena extraneous variable. Validitas internal ini meliputi : a. History : Mengacu pada kejadian-kejadian yang lebih spesifik yang terjadi antara pengukuran pertama (pre-test) maupun pengukuran kedua (post-test) diluar eksperimen yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Peristiwa-peristiwa yang terjadi diantara pre-test dan post-test tersebut dapat berpengaruh pada post-test yang akan dilakukan selanjutnya. Sebagai contoh nilai ujian tengah semester yang dapat berpengaruh terhadap post-test dan pengajar yang berbeda. Namun dalam hal ini pengajar yang berbeda sudah dapat dikontrol. b. Maturation; berkaitan dengan perubahan-perubahan pada kondisi internal individu yang terjadi sebagai konsekuensi dari berlalunya waktu. Perubahanperubahan itu melibatkan proses biologis dan psikologis, seperti usia, proses belajar, kelelahan dan kebosanan yang sifatnya menetap pada individu. c. Testing; mengulang soal tes pada pre-test dan post-test pada subjek penelitian yang sama bisa mengakibatkan subjek menjadi lebih hafal pada soal tes tersebut, sehingga akan berpengaruh pada hasil pengukuran variabel terikatnya atau
variabel tergantungnya. Hal ini dapat diatasi dengan pengacakan nomor soal agar tidak sama antara tes pertama dengn tes kedua. d. Instrumentation; mengacu pada perubahan-perubahan yang terjadi selama pengukuran variabel terikat (dependent variabel). Variabel ini memang tidak mengacu pada perubahan yang terjadi pada subjek, tetapi lebih melihat perubahan yang terjadi sebelum proses pengukuran. Situasi pengukuran yang merupakan instrumen dalam eksperimen dan biasanya menimbulkan terjadinya bias adalah ditempatkannya seseorang untuk mengobservasi jalannya eksperimen. Kehadiran observer ini mau tidak mau akan berpengaruh pada subjek. Observer terkadang bias dalam menilai pengaruh yang dimunculkan akibat pemberian treatment saat eksperimen. Subjektivitas observer sangat besar kemungkinannya terjadi saat menilai subjek penelitian. Inilah sebabnya mengapa studi dengan menggunakan observer manusia biasanya menggunakan lebih dari satu observer. Dengan cara itu diharapkan bias yang muncul dapat diminimalisir dengan saling mengecek ulang data-data yang sudah didapatkan. e. Statistical regression; variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan pada skor tinggi dan skor rendah pada saat pre-test dan post-test yang diketahui dengan distribusi dari skor ekstrem yang cenderung bergerak menuju nilai rata-rata sebagai konsekuensi dilakukannya pengulangan tes (Neale, Liebert dalam Christensen, 1988). Fenomena regresi ini terjadi karena pengukuran saat pre-test dan post-test tidak memiliki hubungan atau dengan kata lain, ada kondisi di mana seperangkat pengukuran (alat tes yang digunakan) tidak reliabel. f. Selection; terjadi jika serangkaian prosedur seleksi yang berbeda digunakan untuk menempatkan subjek dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Seleksi bisa saja berhubungan dengan maturation, history atau instrumentation yang semunya dapat mengakibatkan munculnya pengaruh yang terlihat seperti akibat diberikannya treatment (perlakuan). g. Mortality; keadaan dimana kehilangan subjek dalam jumlah tertentu dalam proses eksperimen, baik yang menggunakan subjek manusia maupun hewan. Misalnya, ada mahasiswa yang tidak masuk pada saat diberikan perlakuan. 2) Validitas Eksternal : Merupakan seberapa jauh hasil dari ekperimen tersebut dapat digeneralisasikan pada populasinya atau populasi lain dengan subjek, waktu, tempat, dan ekologi yang berbeda sehingga suatu eksperimen dapat dikatakan valid.
I. Teknik Analisa Data
Data yang akan diperoleh dalam penelitian ini akan dihitung korelasinya menggunakan teknik statistik Uji T (T Test) lebih spesifik lagi yaitu Paired-Samples T Test. Keterangan : t = Nilai t hitung D = Rata-rata selisih pengukuran 1 & 2 SD = Standar deviasi selisih pengukuran 1 & 2 N = Jumlah sample Uji asumsi yang dilakukan sebelum analisa data dilakukan adalah uji linearitas hubungan dan uji normalitas sebaran. Asumsi utama teknik komparasi paired t-test adalah berdasarkan tidak adanya kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, tetapi dengan melakukan pre-test dan post-test pada satu kelompok yang sama. Keseluruhan proses analisis data ini menggunakan cara perhitungan manual. Dengan melihat tabel t-test dengan taraf signifikan 5 % uji dua fihak (two tail test).
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian eksperimental tentang pengaruh pemberian aromaterapi terhadap penurunan tingkat stres pada mahasiswa yang mengikuti matakuliah statistik II dilaksanankan di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, yaitu yang bertempat dijalan Dharmawangsa Dalam nomor 6-8 Surabaya (Kompleks kampus B Universitas Airlangga). Lokasi tersebut dipilih karena subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga sehingga lokasi tersebut sangat memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan pemberian treatmen yang berupa aromaterapi. Pada saat pelakasanaan eksperimen ini, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga memiliki satu buah gedung utama yang terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama terdiri dari ruang dekan beserta pembantu dekan, ruang dosen, ruang kesekretariatan magister psikologi, ruang kelas magister psikologi, kantor LP3T, dan ruang sidang. Lantai II terdiri dari laboratorium psikologi, kantor tata usaha, Pusat Media Pembelajaran Mahasiswa (PMPM), dan ruang penyimpanan berkas penting. Lantai III terdiri dari 5 ruang kelas dan 2 ruang kelas (belum digunakan), aula, ruang absensi,
dan musholla. Sebagian besar ruang dalam gedung ini dilengkapi dengan fasilitas AC dan diberi nama tokoh-tokoh psikologi. Pada tiap-tiap lantai terdapat fasilitas kamar mandi perempuan dan laki-laki serta meja dan kursi yang terletak di lobby yang biasanya digunakan untuk diskusi oleh mahasiswa. Gedung utama ini didominasi warna hijau pada tiap lantai dan kombinasi warna seperti warna biru, orange, dan ungu pada ruang kelas. Peneliti menggunakan 1 ruang yang terdapat di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yaitu ruang kelas 302 (Ruang Ivan P.Pavlov) di lantai III yang berukuran ±12x9 meter yang dilengkapi dengan fasilitas berupa 2 AC, 2 Kipas angin, white board, Komputer, LCD, meja dan kursi dosen, dan ±60 buah kursi untuk mahasiswa. Ruangan ini bercat putih namun dikombinasikan dengan warna biru pada bingkai jendela dan gordennya. Ruangan ini cukup efektif untuk pemberian treatmen aromaterapi dan cukup nyaman untuk mengerjakan pre-test dan post-test. Dengan demikian, seluruh ruangan yang digunakan dalam kegiatan eksperimen cukup mendukung proses pemberian treatmen aromaterapi.
B. Deskripsi Umum Subyek Penelitian Keseluruhan subyek dalam penelitian ini berjumlah 41 orang yang berada dalam satu kelas. Dari 41 orang tersebut, terdapat angkatan 2001 sebanyak 1 orang, angkatan 2002 sebanyak 8 orang, angkatan 2003 sebanyak 12 orang, angkatan 2004 sebanyak 9 orang, dan angkatan 2005 sebanyak 11 orang. Pengambilan subyek menggunakan purposive sampling dengan kriteria subjek yaitu laki-laki dan perempuan baik yang mengulang maupun yang baru mengambil matakuliah statistik II dari angkatan 2001-2005. Namun, pada akhir eksperimen terdapat 11 orang yang tidak dapat mengikuti posttest dikarenakan pada saat pengambilan data pre-test, 11 orang tersebut tidak hadir pada perkuliahan mata kuliah statistik II. Sehingga 11 orang tersebut dianggap gugur dan tidak diikutkan dalam post-test pertama dan post-test kedua. Oleh karena itu skor pre-test dan post-test dari 30 subyek inilah yang akan disertakan dalam analisis data.
C. Persiapan Penelitian C.1. Studi lapangan, perumusan masalah, dan studi literatur Eksperimen tentang aromaterapi yang dilakukan oleh peneliti, sempat menemukan kendala yaitu kesulitan menemukan referensi yang membahas mengenai aromaterapi, karena penelitian serupa di Indonesia masih sangat jarang. Oleh karena itu, peneliti lebih banyak memasukkan teori aromaterapi dari jurnal asing
online. Selain itu, peneliti juga mengalami kendala dalam menemukan skala tingkat stres untuk mahasiswa.
C.2. Penyusunan Instrumen Dalam proses penelitian ini dibutuhkan beberapa instrumen yang akan digunakan sebelum, selama, dan setelah pemberian treatmen. Oleh karena itu, sebelum pelaksaan treatmen aromaterapi, peneliti mempersiapkan beberapa instrumen tersebut. 1) Pengutipan skala tingkat stres Dalam hal ini peneliti mendapatkan dan mengutip skala tingkat stres dari skripsi yang ditulis oleh Atika Dian Ariana tahun 2005 yaitu skala ICSRLE (Inventory of College Students Recent Experiences) yang mengukur tingkat stres yang berdasarkan stresor khusus yang biasanya muncul pada mahasiswa dan Skala SST (Symptom Stress Table) yang mengukur tingkat stres berdasarkan munculnya gejala fisik dan psikologis (http://faculty.weber.edu/molpin/healthclasses/1110/bookchapters/selfasse...). Dimana ICSRLE terdiri dari 49 pernyataan mengenai suatu kejadian atau sikap yang umumnya dialami oleh mahasiswa di negara-negara Amerika dan SST berupa skala dalam bentuk tabel check list yang berisi 10 gejala fisik dan psikologis yang umumnya muncul pada seorang remaja/dewasa yang mengalami stres. Dalam skripsinya, Atika Dian Ariana telah menerjemahkan dan memperbaiki aitem dengan menggunakan pendapat tiga rater untuk mendapatkan content validity. Hasil dari penilaian dan evaluasi para rater terhadap skala tingkat stres yang disusun ulang oleh penulis skripsi dari ICSRLE dan SST dapat disimpulkan bahwa alat ukur yang digunakan dalam penelitian tersebut cukup baik dan dapat digunakan untuk mengukur tingkat stres pada subjek penelitian 2) Penyediaan instrumen aromaterapi Peneliti memilih aroma yang digunakan dalam eksperimen berdasarkan referensi yang didapat yang dikaitkan dengan stres. Dalam hal ini peneliti menggunakan aroma Lemon dan Lavender dalam bentuk pengharum ruangan.
C.3. Persiapan administrasi Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan persiapan administrasi berupa permohonan ijin secara lisan untuk melakukan eksperimen pada saat berlangsungnya perkuliahan kepada PJMK dan dosen pengajar mata kuliah statistik
II. Ruang kelas yang dipakai adalah ruang kelas 302 (Ruang Ivan P.Pavlov) di lantai III.
C.4. Pelaksanaan penelitian C.4.1. Pelaksanaan pretest Proses pelaksanaan pre test dilaksanakan oleh seluruh subjek penelitian yaitu pada hari rabu, tanggal 30 mei 2007, pukul 09.30-10.00. Sebelum peneliti membagikan kuisioner, peneliti memberikan debriefing mengenai pelaksanaan treatmen yang akan dilakukan.
C.4.2. Pelaksanaan treatment Aromaterapi diberikan sebagai treatmen kepada kelompok eksperimen. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari dengan 2 variasi tipe aroma. Treatmen dengan menggunakan variasi pertama berupa aroma Lavender dilakukan pada tanggal 06 juni 2007, pukul 07.30-09.30. Sedangkan treatmen dengan menggunakan variasi kedua berupa aroma Lemon dilakukan pada tanggal 20 Juni 2007, pukul 07.3009.30. Hal ini dilakukan peneliti untuk menghindari carry over effect dengan memberikan jeda waktu dalam eksperimennya pada tanggal 13 juni 2007. Pada 2 hari tersebut peneliti datang pukul 07.00 di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, ruangan 302 (Ruang Ivan P.Pavlov), pukul 07.15 peneliti menyemprotkan aroma ke seluruh ruangan sehingga pada pukul 07.30 ruang kelas sudah siap untuk menjadi tempat eksperimen. C.4.3. Pelaksanaan posttest Proses pelaksanaan posttest dilaksanakan pada setiap akhir pemberian treatmen yaitu pada tanggal 06 juni 2007, pukul 09.30-10.00. Dan pada tanggal 20 Juni 2007, pukul 09.30-10.00
D. Hasil Penelitian D.1. Melakukan skoring dan tabulasi hasil pretest Pretest yang telah diisi oleh para subjek penelitian kemudian diskoring menurut aturan yang telah ditentukan selanjutnya hasil penyekoran tersebut dimasukkan dalam program Microsoft Excel untuk memudahkan langkah-langkah penghitungan dan analisis data. Data pretest yang ada dalam Microsoft Excel tersebut selanjutnya akan di hitung secara manual.
D.2. Melakukan skoring dan tabulasi hasil posttest Seperti halnya dengan hasil pretest, posttest yang telah diisi oleh para subjek penelitian kemudian diskoring menurut aturan yang telah ditentukan. Selanjutnya hasil penyekoran tersebut dimasukkan dalam program Microsoft Excel untuk memudahkan langkah-langkah penghitungan. Hasil rekapitulasi pretest dan posttest inilah yang kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik t-Test untuk mendapatkan hasil dan memperoleh kesimpulan dari penelitian yang dilakukan., kemudian melihat nilai t dalam tabel two tail test dan mencocokkan nilai t hitung dengan nilai t tabel dengan taraf signifikansi 5%
E. Validitas Internal dan Eksternal Penelitian E.1. Validitas Internal eksperimen a. History Peristiwa-peristiwa yang terjadi diantara pre-test dan post-test tersebut dapat berpengaruh pada post-test yang akan dilakukan selanjutnya. Dalam hal ini, peristiwa-peristiwa itu dapat berupa pengalaman atau aktifitas yang dapat mempengaruhi tingkat stres diluar treatmen yang diberikan. Hal tersebut dikhwatirkan akan mempengaruhi hasil penelitian b. Maturation Selama pemberian treatmen subjek diperkenankan untuk keluar masuk ruangan, memilih tempat duduk, dan tetap melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, diharapkan tidak banyak perubahan fisik dan psikologis yang mengganggu jalannya treatmen dan mempengaruhi hasil penelitian. c. Testing Perubahan hasil pada pretest dan posttest bisa jadi dikarenakan subjek mengerjakan skala yang sama dan mengakibatkan carry over effect. Untuk meminimalisir hal ini, peneliti mengacak susunan-susunan aitem dalam masingmasing skala yang disajikan sebagai pretest dan posttest. d. Instrumentation Observer terkadang bias dalam menilai pengaruh yang dimunculkan akibat pemberian treatment saat eksperimen. Subjektivitas observer sangat besar kemungkinannya terjadi saat menilai subjek penelitian. Inilah sebabnya mengapa studi dengan menggunakan observer manusia biasanya menggunakan lebih dari satu observer.
e. Statistical regression; variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan pada skor tinggi dan skor rendah pada saat pre-test dan post-test yang diketahui dengan distribusi dari skor ekstrem yang cenderung bergerak menuju nilai rata-rata sebagai konsekuensi dilakukannya pengulangan tes (Neale, Liebert dalam Christensen, 1988). Fenomena regresi ini terjadi karena pengukuran saat pre-test dan post-test tidak memiliki hubungan atau dengan kata lain, ada kondisi di mana seperangkat pengukuran (alat tes yang digunakan) tidak reliabel. f. Selection; terjadi jika serangkaian prosedur seleksi yang berbeda digunakan untuk menempatkan subjek dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Seleksi bisa saja berhubungan dengan maturation, history atau instrumentation yang semunya dapat mengakibatkan munculnya pengaruh yang terlihat seperti akibat diberikannya treatment (perlakuan). g. Mortality; keadaan dimana kehilangan subjek dalam jumlah tertentu dalam proses eksperimen, baik yang menggunakan subjek manusia maupun hewan. Misalnya, ada mahasiswa yang tidak masuk pada saat diberikan perlakuan.
E.2. Validitas Ekstenal Penelitian Masih memungkinkan untuk dilakukannya generalisasi apabila populasi memiliki karakteristik yang sama dengan subyek pada eksperimen kami yaitu mahasiswa yang mengikuti matakuliah Statistik II. Selain itu, alat ukur yang kami gunakan telah cukup dinilai reliabel untuk digunakan mengukur tingkat stres pada mahasiswa baru yang mengikuti mata kuliah Statistik II.
F. Hasil pengujian dan hipotesis Dari eksperimen yang telah dilakukan dapat dilihat perubahan hasil dari pretest dan posttest. Analisis data dengan menggunakan teknik t-test dihitung secara manual dengan menggunakan rumus : t = -1,97 ( 24,69 / ?30 ) t = -1,97 ( 24,69 / 5,48 ) t = - 0,93
Dengan derajad kebebasan n-1 = 29. Pada taraf signifikansi 5 % didapatkan nilai t tabel 2,045. Maka terlihat bahwa nilai t yang kita peroleh yaitu 0,93 lebih kecil dari nilai t tabel ( t hitung < t tabel ). Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa tidak terdapat pengaruh pemberian aromaterapi (beraroma lavender dan lemon) terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti matakuliah statistik II
G. Pembahasan Pembahasan dari hasil eksperimen ini ditekankan pada penarikan kesimpulan yaitu bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa pemberian Aromaterapi (beraroma lavender dan lemon) tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti matakuliah Statistik II. Tidak semua subjek mengalami penurunan stres, dari hasil treatmen dikarenakan penurunan tingkat stres yang tidak merata mungkin disebabkan oleh respon mereka yang berbeda terhadap wewangian yang diberikan.
BAB V Kesimpulan dan Saran A. Kesimpulan Berdasarkan pelaksanaan eksperimen ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh Aromaterapi (beraroma lavender dan lemon) terhadap tingkat stres mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang mengikuti matakuliah Statistik II.
B. Saran Berdasarkan pengalaman dalam memberikan treatmen aromaterapi (beraroma lavender dan lemon) terhadap tingkat stres, maka peneliti dapat memberikan beberapa masukan kepada peneliti dan praktisi treatmen aromaterapi berikutnya antara lain : Pada kenyataannya wewangian aromaterapi yang diberikan dalam penelitian ini kurang dapat bertahan lama di dalam ruangan eksperimen sehingga peneliti selanjutnya sebaiknya lebih memperhitungkan luas ruangan dalam memberikan wewangian aromaterapi agar wewangian tersebut dapat bertahan lebih lama.
DAFTAR PUSTAKA
(http://www.mitsuilease.co.id)
(http://lepuspacastle.blogspot.com/2007/01/leha-leha-dan-aromaterapi.html)
(www.hanyawanita.com).
Hadi MSi, DR.Cholicul, Bahan Ajar Matakuliah Psikologi Eksperimen Program SP4, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Dian Ariana, Atika, Efektifitas Terapi Humor (humor therapy)Tterhadap Penurunan Tingkat Stress Pada Mahasiswa Baru Fakultas psikologi Universitas Airlangga surabaya, 2005, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Wulandari, Niken, Pengaruh Tteknik Meditasi-Relaksasi dengan Story Telling (MRST) terhadap Penurunan Tingkat Stres pada Anak Usia Sekolah yang Memperoleh Pengayaan dikelas 3 SD fullday Darut Taqwa Surabaya, 2003, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Winarsunu, Tulus, Statistik dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan, 2002, Universitas Muhammadiyah Malang.
Prof. Dr. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, 2006, CV Alfabeta, Bandung
Tim penyusun kurikulum program strata satu sarjana psikologi Universitas Airlangga, Buku pedoman pendidikan psikologi, Fakultas psikologi universitas Airlangga