REFLEKSI KASUS ASCITES EC SUSP. SIROSIS HEPATIS
Diajukan Kepada Yth dr. H. Agus Widyatmoko, Sp.PD., M.Sc
Disusun Oleh Yudhi Sulistya Nugraha NIM 20110310061/ NIPP 20154012017
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FKIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
A. RANGKUMAN KASUS Status pasien Nama
: Tn. J.
Usia
: 46 th
Jenis Kelamin : Laki-laki Anamnesis Keluhan Utama : perut membesar Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluh perut membesar sejak 3 HSMRS, nyeri (+), mbeseseg (+), mual (-), muntah (-). Demam (+), BAB keras, sedikit dan berwarna kuning (+), makan-minum sedikit. Riwayat penyakit dahulu Riwayat sakit kuning, DM, hipertensi, alergi disangkal. Pemeriksaan fisik Keadaan Umum
: Lemah
Kesadaran : CM Vital sign Tekanan darah
: 157/79 mmHg
Nadi
: 94 kali/ menit
Pernapasan
: 19 kali/ menit
Temperatur
: 36 C
Kepala
: CA (-/-), SI (+/+), pupil isokor
Leher
: JVP tidak meningkat, Limfonodi tidak teraba
Thorax Pulmo : Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-) Cor : Suara regular Abdomen : Distensi (+), BU(+)N, Ascites (+), NTE (+), Hepar, lien ttb. Ekstremitas : akral hangat, edema ekstremitas bawah (+)
Pemeriksaan laboratorium Hb AL Hitung jenis Eosinofil Basofil Netrofil Limfosit Monosit Eritrosit Hematokrit Trombosit GDS SGOT SGPT Protein total Albumin Globulin HBsAg
11,7 9,5
gr/dl Rb/mmk
3 1 74 12 10 3,48 35,3 120 77 47 78 6,91 2,05 4,86 +
% % % % % Juta/µL % Rb/mmk Mg/dl U/l U/l
Diagnosis kerja Ascites ec susp. sirosis hepatis Dyspepsia Terapi : Infus off Inj Furosemide 1 a/12 jam Spironolacton 2x10 Propanolol 2x10 Inj. Cefotaxim 1 gr/12 jam Inj. Ranitidin 1 a/12 jam
B. MASALAH YANG DIKAJI Bagaimanakah penatalaksanaan ascites?
C. ANALISIS MASALAH Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan di
rongga peritoneum dapat terjadi melalui 2 mekanisme dasar, yakni transudasi dan eksudasi. Asites yang berhubungan dengan dengan sirosis dan hipertensi porta merupakan contoh penimbunan cairan di rongga melalui mekanisme transudasi. Penatalaksanaan asites transudat sebaiknya dilakukan secara komprehensif, meliputi : 1. Tirah baring. Tirah baring dapat memperbaiki efektivitas diuretika yang berhubungan dengan hipertensi porta. Perbaikan efek diuretika tersebut berhubungan dengan perbaikan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus akibat tirah baring. Tirah baring menyebabkan aktivitas simpatis dan sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAAS) menurun. Yang dimaksud tirah baring ialah bukan istirahat total, melainkan tidur telentang, kaki sedikit diangkat, selama beberapa jam setelah minum obat diuretika. 2. Diet. Diet rendah garam samoai sedang daoat membantu diuresis. 3. Diuretika. Diuretika yang dianjurkan ialah diuretika yang bekerja sebagai anti-aldosteron, misalnya spironolakton. Diuretika ini merupakan diuretika hemat kalium, bekerja di tubulus distal dan menahan reabsorpsi Na. Diuretika loop sering dibutuhkan sebagai kombinasi. Diuretika ini sebenarnya lebih berpotensi dari pada diuretika distal. Pada sirosis hati, karena
mekanisme
utama
reabsorpsi
air
dan
natrium
adalah
hiperaldosteronisme, diuretika loop menjadi kurang efektif. Target yang sebaiknya dicapai dengan tirah baring, diet rendah garam, dan terapi diuretika ialah peningkatan dieresis sehingga berat badan turun 400-
800 g/hari. Pada pasien dengan edema perifer penurunan berat badan dapat mencapai 1500 g/hari. Komplikasi diuretika pada pasien sirosis hati harus diwaspadai, misalnya : gagal ginjal fungsional, gangguan elektrolit, gangguan keseimbangan asam-bassa
dan
ensefalopati
heaptikum.
Spironolakton
dapat
menyebabkan libido menurun, ginekomastia pada laki-laki, dan gangguan menstruasi pada perempuan. 4. Terapi parasentesis. Parasentesis sebenarnya merupakan cara pengobaatan asites yang tergolong kuno, yang pada mulanya tidak lagi disukai oleh karena berbagai komplikasi. Untuk setiap liter cairan asites yang dikeluarkan sebaiknya diikuti dengan substitusi albumin perenteral sebanyak 6-8 gr. Setelah parenthesis sebaiknya terapi konvensional tetap diberikan. Parenthesis asiets sebaiknya tidak dilakukan pada pasien sirosis dengan Child-Pugh C, kecuali asites tersebut refrakter. 5. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari. Asites sebagai komplikasi penyakit-penyakit yang dapat diobati, dengan menyembuhkan penyakit yang mendasari akan dapat menyembuhkan asites, sebagai contoh peritonitis tuberkulosa. Asites eksudat yang penyebabnya tidak bisa disembuhkan misalnya karsinomatous peritoneum, sering hanya dilakukan pengobatan paliatif dengan parasentesis berulang.
Pustaka Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K, and Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing, 2009.