REFLEKSI KASUS AGRANULOSITOSIS EC POSTCHEMOTHERAPY
Diajukan Kepada Yth dr. H. Agus Widyatmoko, Sp.PD., M.Sc.
Disusun Oleh Yudhi Sulistya Nugraha NIM 20110310061/ NIPP 20154012017
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FKIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016
A. RANGKUMAN KASUS Status pasien Nama
: Tn. D.H.
Usia
: 56 th
Jenis Kelamin : Laki-laki Anamnesis Keluhan Utama : lemas, demam, dan muntah Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluhkan lemas dan demam sejak dua hari yang lalu, keluhan disertai mual dan muntah terus menerus. Pasien juga mengeluhkan BAB cair dan nyeri perut Riwayat penyakit dahulu Pasien merupakan penderita ca prostat dengan kemoterapi Pemeriksaan fisik Keadaan Umum
: Lemah
Kesadaran : somnolen Vital sign Tekanan darah
: 60/30 mmHg
Nadi
: 122 kali/ menit
Pernapasan
: 21 kali/ menit
Temperatur
: 40 C
Kepala
: Konjunctiva anemis, Sklera tidak ikterik
Leher
: JVP tidak meningkat, Limfonodi tidak teraba
Thorax Pulmo : Vesikuler, tidak ada ronkhi dan wheezing Cor : Suara regular Abdomen : Supel, Bunyi usus normal, turgor menurun Ekstremitas : akral dingin, tidak ada edema
Pemeriksaan laboratorium Hb AL Hitung jenis Eosinofil Basofil Netrofil Limfosit Monosit Eritrosit Hematokrit Trombosit GDS Ureum Kreatinin
9,1 1,3
gr/dl Rb/mmk
0 4 16 42 38 3,40 27 150 122 49 1,4
% % % % % Juta/µL % Rb/mmk Mg/dl Mg/dl Mg/dl
Nilai absolute (per mmk) 0 52 208 546 494
Diagnosis kerja Gastroenteritis akut Anemia Sepsis Agranulositosis ec chemotherapy Terapi : IVFD RL Transfusi PRC 3 kolf Paracetamol 1gr/12 jam Ceftriaxone 1gr/12 jam Dexamethasone 0,5 Amp/12 jam Leukogen 1 Amp
B. ANALISIS MASALAH Bagaimanakah prognosis pasien dengan agranulositosis?
C. PEMBAHASAN Agranulosistosis merupakan kondisi akut yang melibatkan leukopenia berat. Pada agranulosistosis, konsentrasi leukosit granular yang menyusun sebagian besar
leukosis (termasuk di dalamnya ialah neutrofil, basofil, dan eosinofil) turun di bawah 500 sel/mmk darah. Agranulositosis dapat disebabkan oleh gangguan autoimun, penyakit sumsum tulang, nutrisi yang kurang, kelainan genetik, juga berbagai obat, termasuk : antiepilepsi, obat anti tiroid (carbimazole, metimazol, dan propiltiourasil), antibiotika
(penisilin,
cotrimoxazole),
obat-obatan
sitotoksik,
NSAID
(indometasin, naproxen, metamizol), antipsikotik (clozapine). Prognosis tergantung pada etiologi, durasi, dan keparahan. Pemberian antibiotika spectrum luas dikombinasikan dengan terapi suportif meningkatkan prognosis pada pasien dengan agranulositosis. Morbiditas terjadi pada umumnya terjadi melibatkan infeksi pada kasus dengan durasi yang panjang. Pada agranulosistosis yang tidak tertangani, risiko kematian sangat tinggi yang berasal dari sepsis yang tidak terkendali. Jika keadaan dapat diperbaiki dengan pengobatan, risiko kematian menjadi rendah. Pemberian antibiotikan dan antifungal dapat menyembuhkan infeksi jika angka netrofil meningkat. Pada agranulositosis yang terinduksi oleh obat, mortalitasnya oalah 6-10%, namun jika tertangani dengan baik, maka prognosisnya menjadi baik. Antibiotika yang dipergunakan pada agranulositosis ialah antibiotic spectrum luas yang diberikan segera. Sefalosporin golongan ketiga dapat digunakan sebagai terapi lini pertama. Granulosit growth factor (Filgastrim) dan terapi suportif pada umumnya dapat dipergunakan untuk memperbaiki keadaan pasien.