Persahabatan Berawal dari Sebuah Huruf Kisah remaja Amerika kulit hitam bernama Jamal Wallace disajikan dalam sebuah drama oleh Gus Van Sant pada tahun 2000. Jamal merupakan seorang siswa yang memiliki kemampuan yang baik dalam hal menulis dan bermain basket. Bronx, merupakan kota tempat Jamal tumbuh dan bersosialisasi dengan teman-temannya. Kebiasaanya bermain basket, membawa Jamal kepada suatu pengalaman yang akan mengubah hidupnya. Mike Rich menuliskan bahwa Jamal dan teman-temannya biasa bermain basket di depan sebuah apartemen. Dalam waktu yang lama mereka telah menyadari bahwa permainan mereka sering diawasi oleh seseorang dari jendela atas sebuah kamar di apartemen tersebut. Dari kabar burung yang sering mereka dengar, penghuni rumah tersebut adalah seorang pembunuh yang bersembunyi. Suatu hari, sebagai anak muda dengan tingkat rasa penasaran yang tinggi, sekelompok remaja tersebut memutuskan untuk mencari tahu tentang sesuatu yang selama ini memperhatikan mereka. Bukan mendapatkan kebenaran tentang isu tersebut, mereka malah ketakutan dan berlari keluar apartemen. Diselimuti rasa takut tersebut, Jamal secara tidak sengaja meninggalkan tas sekolahnya di dalam apartemen. Di dalam buku yang berisikan tulisan-tulisan Jamal yang terdapat didalam tasnya, Forrester membuat berbagai macam komentar tentang isi tulisan tersebut. Melihat hal ini, Jamal semakin penasaran siapa sebenarnya penghuni apartemen yang misterius tersebut. Ketidaksengajaan inilah yang menjadi awal perkenalan Jamal dengan seorang penulis besar yang lama menghilang, William Forrester. Sejak saat itu, persabatan beda usia ini terjalin dengan erat. Forrester yang merupakan penulis hebat, membagi banyak pengetahuannya kepada Jamal yang juga hobi menulis. Semakin lama mutu dari tulisan Jamal semakin mengalami peningkatan, hal itu dikarenakan prinsip-prinsip penulisan yang selalu dibagikan oleh Forrester kepada Jamal dan berhasil diterapkan setahap demi setahap oleh Jamal. Dan sebuah akhir yang cukup mengharukan menanti di akhir cerita. Bila menonton film ini, sedikit mengingatkan kita pada satu film yang cukup lama karya Peter Weir . Film yang meraih piala Oscar ini, memiliki kisah yang tidak begitu berbeda dari film Finding Forrester. Jarak pembuatan kedua film ini terpaut cukup jauh yaitu pada tahun 1989 dan tahun 2000. Kisah sastra memang tidak pernah ketinggalan untuk diceritakan. Film ini dibintangi oleh Robin William, aktor Hollywood yang tidak kalah tenarnya dengan Sean Conerry. Akan tetapi tampaknya kesuksesan Finding Forrester masih kalah sukses dengan film yang menampilkan banyak aktor tampan ini. Terlihat dari piala oscar dan lebih banyak penghargaan yang diberikan sebagai apresiasi pada kesuksesan Dead Poet Society. Menilai Finding Forester dari segi teknis, sang sutradara begitu apik menampilkan sesosok penulis yang misterius tetapi memiliki karya yang luar biasa. Kota Bronx yang dipilih sebagai lokasi pengambilan gambar yang sesuai dengan karakteristik Forrester merupakan daya tarik Gus dalam membuat film ini. Selama kurang lebih 136 menit menikmati Finding Forrester, kita dimanjakan dengan cerita yang menawan mengenai lika-liku dalam menulis. Bagi para penulis atau siapa saja yang ingin menulis, tampaknya film ini sangat cocok untuk ditonton. Banyak permasalahan pemula adalah bagaimana cara memulai menulis. Akan tetapi, melalui film yang telah meraih empat buah penghargaan ini, kita dapat mengetahui pada kenyataannya menulis bukanlah perihal memikirkan apa yang akan ditulis terlebih dahulu. Mulailah menulis dengan satu huruf, dan gunakanlah huruf tersebut untuk mengapresiasikan imajinasi dan ide yang ada.