REKAYASA IDE PEMBELAJARAN KREATIF Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Kreatif
Dosen pengampu : Dr. Aman Simaremare, S.Psi., M.S Oleh : Hermawan Telaumbanua Nim : 1183311036 ( H Ekstensi )
PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya tugas Rekayasa Ide dapat terselesaikan tepat waktu. Hasil Rekayasa ide ini ditulis guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Kreatif pada semester 1 tahun 2018 ini. Semoga dengan terselesaikannya hasil rekayasa ide ini dapat menjadi manfaat bagi pembaca sekalian. Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penulisan hasil rekayasa ide ini, khususnya kepada Bapak Aman Simaremare, selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Kreatif. Penulis menyadari bahwa hasil rekayasa ide ini jauh dari kata sempurna, maka kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna penyempurnaan hasil rekayasa ide ini. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Medan, 29 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Ringkasan …………………………………………………………………. 1 BAB I : Pendahuluan 1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 2 1.2 Tujuan ……………………………………………………………… 2 1.3 Manfaat …………………………………………………………….. 2 BAB II : Pembahasan 2.1 Pengertian Pembelajaran Kreatif …………………………………… 3 2.2 Ciri – Ciri Siswa Kreatif …………………………………………… 4 2.3 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kreativitas Siswa ………….. 5 BAB III : Rekayasa Ide …………………………………………………… 8 BAB IV : Penutup 4.1 Kesimpulan ………………………………………………………... 9 4.2 Saran ………………………………………………………………. 9 Daftar Pustaka ……………………………………………………….. 9
RINGKASAN Pembelajaran kreatif adalah pembelajaran yang menstimulasi siswa untuk mengembangkan gagasannya dengan memanfaatkan sumber belajar yang ada. Pembelajaran yang kreatif mengandung makna tidak sekedar melaksanakan dan menerapkan kurikulum. Kurikulum memang merupakan dokumen dan rencana baku, namun tetap perlu dikritisi dan dikembangkan secara kreatif. Untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif dibutuhkan beberapa metode atau cara yang harus dilakukan oleh para pendidik, yaitu : memberi kebebasan siswa untuk mengembangkan gagasan dan pengetahuan baru, bersikap respek terhadap ide-ide siswa, Penghargaan pada inisiatif dan kesadaran diri siswa, penekanan pada proses bukan pada penilaian hasil akhir karya siswa, memberikan waktu yang cukup bagi siswa untuk berpikir dan menghasilkan karya, dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggugah kreativitas siswa, seperti : “mengapa”, “bagaimana”, dan “apa yang terjadi jika…..” dan bukan pertanyaan “apa” dan “kapan”. Berikut ini ciri-ciri guru yang kreatif, yaitu : mampu menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga mampu memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa, mampu menciptakan kegiatan belajar yang dibuat memperhatikan/ menyesuaikan dengan level perkembangan kognisi, mental dan emosi dari siswa. Ciri-ciri siswa yang kreatif, yaitu : mampu memotivasi diri, berpikir kritis, daya imaginasi tinggi (imaginative), berpikir orisinil / bukan kutipan dari guru (original),
memiliki tujuan untuk berprestasi, menyampaikan pemikiran dengan
bahasa sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perilaku kreatif adalah hasil dari pemikiran kreatif. Oleh karena itu, hendaknya system pendidikan dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif – produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran. Kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur – unsur yang ada. Kompetensi mencerminkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat diperlihatkan oleh seseorang setelah menembus proses pembelajaran. Richey (2001) mengemukakan defenisi sebagai berikut: “Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memungkinkan seseorang dapat melaksanakan tugas dan fungsi pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Dick dkk. (2005) mengemukakan dua keuntungan yang akan diperoleh perancang dalam
mendesain
sebuah
aktivitas
pembelajaran
dengan
menggunakan pendekatan sistem. Pertama, melalui pendekatan sistem, perancang akan berfokus atau memusatkan perhatian pada tujuan pembelajaran yang akan diapai. Kedua, dengan menerapkan pendekatan sistem, perancang sistem pembelajaran akan mampu melihat keterkaitan antarsub-sistem atau komponen dalam sebuah sistem. Smith dan Ragan, (1993) mengemukakan defenisi sistem pembelajaran yaitu proses sistematik yang dilakukan dengan menerjemahkan prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran menjadi rancangan yang dapat diimplementasikan dalam bahan dan aktivitas pembelajaran.
1.2.Tujuan a. Merekayasa sebuah ide b. Memberikan sebuah ide dalam pembelajaran kreatif
1.3.Manfaat a. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Kreatif
BAB II PEMBAHASAN 2.1.Pengertian Pembelajaran Kreatif Pembelajaran
kreatif
merupakan
proses
pembelajaran
yang
mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan kreatifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung, dengan menggunakan beberapa metode dan strategi yang variatif, misalnya kerja kelompok, pemecahan masalah dan sebagainya. Pembelajaran kreatif mengharuskan guru untuk mampu merangsang peserta didik memunculkan kreatifitas, baik dalam konteks kreatif berfikir maupun dalam konteks kreatif melakukan sesuatu. Kreatif dalam berfikir merupakan kemampuan imajinatif namun rasional. Berfikir kreatif selalu berawal dari berfikir kritis yakni menemukan dan melahirkan sesuatu yang sebelumnya tidak ada atau memperbaiki sesuatu yang sebelumnya tidak baik. Tak seorangpun akan mengingkari bahwa kemampuan dan ciri-ciri kepribadian sampai tingkat tertentu dipengaruhi oleh oleg faktor lingkungan seperti keluwarga dan sekolah. Berfikir kraetif ini harus dikembangkan dalam proses pembelajaran, agar peserta didik terbiasa dengan kreativitas. Terdapat empat tahap dalam peningkatan kebiasaan berfikir kreatif, yakni : a. Persiapan, yakni proses pengumpulan berbagai informasi untuk diuji b. Inkubasi, yakni suatu rentang waktu untuk merenungkan hipotesis informasi tersebut sampai memperoleh keyakinan bahwa hipotesis tersebut rasional. c. Iluminasi, yakni kondisi menemukan keyakinan bahwa hipotesis tersebut benar, tepat dan rasional. d. Verifikasi, yakni pengujian kembali hasil hipotesis tersebut untuk dijadikan sebuah rekomendasi. Sedangkan kreatif dalam melakukan sesuatu adalah kemampuan peserta didik dalam menghasilkan sebuah kegiatan atau aktifitas yang baru yang diperoleh dari hasil berfikir kreatif dengan mewujudkannya dalam bentuk sebuah hasil karya yang baru.
Sehubungan dengan itu pengembangan kreatifitas peserta didik tidak hanya memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kreatif tetapi juga pemupukan sikap dan ciri-ciri kepribadian kreatif. Keberbakatan (giftedness) merupakan perpautan antara kemampuan umum atau inteligensi, kreatifitas (baik kemampuan berpikir kreatif maupun sikap kreatif) dan pengikatan diri terhadap tugas (task-commintment) atau motivasi internal, yang juga merupakan non-aptitude trait. Seorang yang kreatif selalu mempunyai rasa ingin tahu, ingin mencobamencoba, bertualang, suka bermain-main, serta intuitif. Dalam skala satu sampai sepuluh, seberapa kretaifkah anda? Steve Curtis, seorang pengusaha dan pakar kreatifitas, selalu menanyakan pertanyaan ini kepada calon pegawainya. Ia memperkerjakan orang-orang yang menjawab “Sapuluh”. Ketika diminta menjelaskan kebijakan ini, ia mengatakan : “Kita semua lahir dengan kreatifitas, dan jika anda yakin anda adalah orang yang kreatif, anda akan menemukan cara yang kreatif untuk mengatasi masalah harian baik dalam pekerjaan maupun dalam kehidupan pribadi anda. Itulah macam orang yang ingin kujadikan rekan kerja” 2.2. Ciri – Ciri Siswa Kreatif Siswa yang kreatif adalah siswa yang mampu menghasilkan sebuah kegiatan baru yang diperoleh dari hasil berpikir kreatif dan diwujudkan dalam bentuk karya kreativitas. Ciri kreativitas diungkap oleh Rachmawati (2012), yaitu sebagai berikut: a. Memiliki dorongan yang tinggi. b. Memiliki keterlibatan yang tinggi. c. Memiliki rasa ingin tahu yang luas. d. Memiliki ketekunan yang tinggi. e. Cenderung tidak puas terhadap tatanan. f. Penuh percaya diri. g. Memiliki kemandirian yang tinggi. h. Bebas dalam mengambil keputusan. i. Menerima diri sendiri. j. Senang humor. k. Memiliki intuisi yang tinggi.
l. Cenderung tertarik kepada hal-hal yang kompleks. m. Toleran terhadap ambiguitas. n. Bersifat sensitif. Begitu pula Munandar (2012: 71) menyebutkan ciri-ciri kreativitas, meliputi: a. Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam. b. Sering mengajukan pertanyaan yang baik. c. Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah. d. Bebas dalam menyatakan pendapat. e. Mempunyai rasa keindahan yang dalam. f. Menonjol dalam salah satu bidang seni. g. Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang. h. Mempunyai rasa humor yang luas. i. Mempunyai daya imajinasi. j. Orisinal dalam mengungkapkan gagasan dan dalam pemecahan masalah.
2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kreativitas Siswa Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seorang anak yang mendapat rangsangan (dengan melihat, mendengar, dan bergerak) akan lebih cerdas. Salah satu rangsangan yang penting adalah kasih sayang. Anak akan memiliki kemampuan untuk menyatukan berbagai pengalaman emosional kemudian dapat mengolahnya dengan baik melalui kasih sayang. Kreativitas terkait dengan kebebasan pribadi. Oleh karena itu, seorang anak harus merasa aman terlebih dahulu sebelum dia berkreasi. Pada mulanya, kreativitas dipandang sebagai faktor bawaan yang hanya dimiliki oleh individu tertentu. Perkembangan selanjutnya, ternyata ditemukan bahwa kreativitas tidak dapat berkembang secara otomatis tetapi membutuhkan rangsangan dari lingkungan. Utami Munandar (Yuliyanti, 2013: 11) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut: a. Usia b. Tingkat pendidikan orang tua c. Tersedianya fasilitas d. Penggunaan waktu luang
1. Faktor Pendorong Kreativitas Secara naluriah setiap orang memiliki kecenderungan untuk mengetahui sesuatu
yang
belum
diketahuinya.
Adanya
kecenderungan
tersebut
merupakancikal bakal seseorang untuk berlaku kreatif.Permasalahannya adalah seberapa kuat faktor-faktor baik internal ataupun eksternal memicu kreativitas seseorang dalam situasi tertentu(Rachmawati dan Kurniati, 2011: 27). Faktor psikologis yang ada dalam setiap individu berkontribusi besar dalam menentukan kreativitasseseorang. Sudah sewajarnya jika orang tua, pendidikan, dan masyarakat bekerja sama untuk turut serta menciptakan lingkungan yang bebas secara psikologi bagi anak agar dapat melakukan aktivitasnya secara bertanggung jawab. Bebas secara psikologi dapat diartikan anak memiliki keleluasaan untuk merenungkan segala aktivitas berpikir dan bertindak sesuai dengan ide-ide yang dimiliki tanpa adanya tekanan dari orang lain. Keleluasaan dalam hal ini masih dimungkinkan sebatas dalam naungan moral keagamaan, serta budaya yang berlaku dilingkungan sekitarnya.
2. Faktor Penghambat Kreativitas Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bahwa pada hakekatnya setiap individu memiliki kreativitas. Namun pada banyak situasi seseorang tidak dapat mengoptimalkan kreativitasyang dimilikinya, karena adanya sebabsebab yang mungkin berasal dari dirinya sendiri atau dari lingkungan sekitarnya. Idrus (2000: 17) mengungkap bahwa beberapa faktor yang diindikasikan menjadi penyebab rendahnya kreativitas seseorang adalah merasa takut untuk mencoba suatu hal yang baru karena selalu dibayangi dengan kegagalan yang belum pasti, terlalu sibuk dengan tata tertib dan tradisi yang diberlakukan, tidak bisa melihat kekuatan yang ada, terlalu pasti dalam melakukan suatu hal sehingga tidak memiliki alternatif lain yang harus ditempuh, tidak suka mempengaruhi dan bermain-main, serta terlalu mengharapkan hadiah dari sesuatu yang telah dia raih. Dari pendapat tersebut, ternyata faktor yang memungkinkan rendahnya potensi kreatif seseorang dapat berasal dari dirinya sendiri. Individu yang
dalam dirinya memiliki perasaan takut gagal, dalam setiap langkahnya selalu dibayangi oleh kecemasan akan kegagalan yang hendak menimpanya. Padahal kecemasan tersebut belum tentu menjadi kenyataan. Faktor lainnya adalah kecenderungannya untuk mengurusi hal-hal yang sepele. Biasanya pada orang yang sibuk dengan aktivitas tidak penting kemudian melupakan aktivitas lain yang sebenarnya lebih penting, sehingga biasanya untuk berpikir hal lain yang relatif baru bagi dirinya menjadi satu kesulitan tersendiri. Kegagalan dalam melihat potensi diri juga menjadi penyebab rendahnya potensi kreatif seseorang. Sementara dari luar individu yang bersangkutan dapat berasal dari lingkungan bermain, lingkungan keluarga, lingkungn sekolah. Lingkungan bermain yang dimiliki anak tampaknya lebih banyak menyediakan sarana yang sudah jadi, sehingga anak tidak dapat menciptakan hal-hal baru. Lingkungan keluarga, juga banyak memberi kontribusi meningkat atau menurunnya potensi kreatif seseorang. dalam keluarga yang selalu diberi tantangan, akan menjadikan anggota keluarga tersebut dinamis dan selalu berusaha mengatasi tantangan yang dihadapi dengan caranya sendiri-sendiri. Demikian juga yang terjadi pada lingkungan sekolah. Kebanyakan sekolah yang ada tidak memberi peluang pada anak untuk mengembangkan kreativitas mereka secara baik (Rachmawati dan Kurniati 2011: 28).
BAB III REKAYASA IDE Mengembangkan
kreativitas
siswa
dalam
pembelajaran
berarti
mengembangkan kompetensi memenuhi standar proses atau produk belajar yang selalu terbarukan. Di sini diperlukan strategi agar siswa mampu menghasilkan gagasan yang baru, cara baru, disain baru, model baru atau sesuatu yang lebih baik daripada yang sudah ada sebelumnya. Segala sesuatu yang baru itu muncul dengan pemicu, di antaranya, karena tumbuh dari informasi yang baru, penemuan baru, teknologi baru, strategi belajar yang baru yang lebih variatif, sistem kolaborasi dan kompetisi yang baru, eksplorasi ke wilayah sumber informasi baru, menjelajah forum komunikasi baru, mengembangkan stategi penilaian yang baru yang lebih variatif. Yang lebih penting dari itu adalah melaksanakan perencanaan belajar dalam implementasi belajar kegiatan sebagai proses kreatif dan menetapkan target mutu produk belajar sebagai produk kreatif yang inovatif. Untuk itu guru harus menetapkan target-target berikut: a. proses pembelajaran dirancang untuk membangun pengalaman belajar yang baru bagi siswa. b. proses pembelajaran dirancang agar siswa memperoleh informasi terbaru. c. proses belajar dirancang sehingga siswa dapat mengembangkan pikiran atau ide-ide baru. d. proses belajar dapat mengasilkan produk belajar yang berbeda dari produk sebelumnya. e. produk belajar diekspersikan dan dikomunikasi melalui media yang kreatif. Memperhatikan harapan-harapan itu, maka mempersiapkan perangkat rencana pembelajaran untuk mengembangkan kreativitas siswa merupakan sebuah keniscayaan baru dalam sistem pengajaran. seorang guru harus mampu memberi inovasi pada siswanya agar berani dalam mencoba sesuatu yang tanpa takut gagal. Memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengekspresikan ide – ide kreatifnya.
BAB IV PENUTUP
4.2. Kesimpulan Dalam hal ini perkembangan teknologi dapat mempengaruhi kinerja guru,karena guru dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman,dan media pun sangat membantu jalannya pembelajaran.Untuk itu guru seharusnya dapat menjadi contoh yang baik dan dan memunculkan ide-ide baru yang dapat memotivasi dan menginspirasi peserta didiknya dalam pembelajaran.
4.2. Saran Diharapkan kepada pendidik supaya meningkatkan strategi pembelajaran yang bersifat kreatif dan inovatif.Dengan adanya peningkatan strategi pembelajaran diharapkan agar peserta didik dapat dengan mudah memahami pelajaran yang disampaikan dan mengembangkan kreativitas yang ada dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA Yeni Rachmawati & Euis Kurniati. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Taman Kanak – Kanak. Jakarta : Kencana Tritjahjo Danny Soesilo. 2014. Pengembangan Kreativitas Melalui Pembelajaran. Yogyakarta : Penerbit Ombak.