CRITICAL BOOK REPORT PENGANTAR FILSAFAT PENDIDIKAN DOSEN PENGAMPU: EVA BETTY SIMANJUNTAK D I S U S U N OLEH : CANRA WIJAYA NASUTION
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga tugas “Crittical Book Report” yang berjudul “Buku Pengantar Filsafat Pendidikan”dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
Medan, 10 Oktober 2016
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Identitas Buku ....................................................................................................1 1.2 Latar Belakang ..................................................................................................3 1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................................4 1.4 Manfaat Penulisan .............................................................................................4 BAB II ISI BUKU 2.1 BAB 1 ...............................................................................................................5 2.2 BAB 2 ...............................................................................................................7 2.3 BAB 3 ..............................................................................................................10 2.4 BAB 4 .............................................................................................................13 2.5 BAB 5 ..............................................................................................................18 BAB III PEMBAHASAN 3.1 Perbandingan Buku ..........................................................................................19 3.1 Kelebihan Buku ...............................................................................................19 3.2 Kekurangan Buku ............................................................................................19 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan .....................................................................................................20 4.2 Saran ...............................................................................................................20 ii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Identitas Buku Buku Utama (Buku Pertama)
1. Judul Buku
: Pengantar Filsafat
2. Pengarang
: Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd
3. Penerbit
: ALFABETA
4. Tahun Terbit
: 2006
5. Kota Terbit
: Bandung
6. Tebal Buku
: 183 halaman
7. Ukuran
: 20 cm x 10,5 cm
1 Buku Pembanding(Buku Kedua)
1. Judul Buku
: Filsafat Pendidikan
2. Pengarang
: Drs. Edward Purba, M.Si dan Prof. Dr. Yusnadi, MS
3. Penerbit
: UNIMED PRESS
4. Tahun Terbit
: 2017
5. Kota Terbit
: Medan
6. Tebal Buku
: 180 halaman
7. Ukuran
: 25 cm x 12,5 cm
8. ISBN
: 978-602-7938-38-0
2 1.2 LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah produk dari sistem sosial masyarakat yang menjadi unsur kebudayaan. Karena itu, format pendidikan seperti yang ada dewasa ini bukanlah sesuatu yang sekali jadi. Sebagai makhluk hidup, manusia juga senantiasa memiliki kesadaran diri dan kemampuan belajar. Bagaimanapun, rangkaian perjalanan waktu pada usia kanakkanak dari manusia, seseorang belajar menguasai pengetahuann dan keterampilan yang diperlukan untuk mempertahankan kehidupan.Upaya tersebut meskipun tidak fisik, tetapi juga psikis, sosial dan budaya bahkan kombinasi semua elemen yang mempengaruhi nilai dalam berjalan menuju pendidikan. Dalam pengertiam umum pendidikan adalah proses budaya oleh generasi yang mengambil peran dalam sejarah, walaupun pendidikan merupakan proses budaya masa kini dan membuat budaya masa depan. Sungguh begitu pentingnya fungsi pendidikan bagi pribadi, keluarga, masyarakat, dan bangsa, sehingga eksistensi suatu bangsa dan kemajuan peradabannya merupakan hasil dari keberhasilan pendidikan. Filsafat adalah cara pandang dan perspektif atas kenyataan, apa yang dipahami sebagai hakikat kenyataan, kebenaran, kebaikan dan keindahan. Filsafat menangani keseluruhan pengalaman manusia dan meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Suatu bentuk kajian terhadap hakikat kenyataan denga mengajukan pertanyaan dan berusaha memberikan jawaban yang akan menciptakan kebermaknaan hidup seseorang. Untuk melakukan filsafat, maka harus diciptakan kesadaran yang sangat tinggi dari fenomena dan peristiwa dalam dunia masa kini dalam kesadaran diri sepenuhnya.Sebagai cara dan tujuan bagi pandangan pendidikan, maka filsafat disini memberikan seseorang kemampua untuk mengeja berbagai masalah yang muncul dari keseluruhan proses pendidikan, seperti: apa hakikat konsep pendidikan, argumenargumen pentingnya pendidikan, sasaran dan target pendidikan. Filsafat yang diterapkan pada pendidikan dapat digunakan untuk mengklarifikasi proses dan hasil pendidikan seperti halnya dimensi individu dan sosial lembaga pendidikan.
3
Pendidikan sebagai proses atau upaya memanusiakan manusia pada dasarnya adalah upaya mengembangkan kemampuan potensi individu sehingga bisa hidup optimal baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral dan sosial sebagai pedoman hidupnya.Bagaimanapun, filsafat bagi pendidikan adalah teori umum sehingga dapat menjadi pilar bagi bangunan dunia pendidikan
yang berusaha memberdayakan setiap pribadi warga negara untuk
mengisi format kebudayaan bangsa yang diinginkan dan diwariskan. Dengan demikian, filsafat memberikan kontribusi besar bagi pelaksanaan pendidikan. Kajian filsafat terhadap pendidikan menjadi keharusan akademis bagi setiap orang yang ingin mendalami bidang keguruan dan keguruan. Pendidikan tidak jauh dari roda filsafat, karena hal itu terjadi maka tidak semua persoalan pendidikan akan dapat dipecahkan dengan renungan sederhana dan pengamatan sepintas. Dengan menguasai filsafat pendidikan tersebut diharapkan para ahli dan praktisi pendidikan akan sukses dalam menjalankan tanggung jawab dan profesi pendidikan. 1.3 TUJUAN PENULISAN Crittical book report ini bertujuan: 1. Mengulas isi sebuah buku. 2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku. 3. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan pada setiap bab dari buku. 4. Membandingkan isi buku pertama dan kedua.
1.4 MANFAAT PENULISAN Critical book report ini bermanfaat seperti: 1. Untuk menambah pengetahuan tentang Buku Pengantar Filsafat Pendidikan. 2. Untuk menambah wawasan tentang Buku Pengantar Filsafat Pendidikan.
4
BAB II ISI BUKU 2.1 BAB 1 (Praktik Pendidikan Dan Teori Pendidikan) Pendahuluan Lapangan pendidikan merupakan objek yang sangat luas.Ruang lingkupnya mencakup seluruh pemahaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Apabila kita mempelajari karya tulis yang memahas pendidikan (sciene of educatio). Maka akan kita temukan pengertian atau uraian yang sangat jauh berbeda-beda.Pada umumnya pembahasan tersebut berkisar setkitar dasar dan tujuan pendidikan, proses pendidikan, dan kebijakan-kebijakan ideal maupun kebijakan-kebijakan operasional pendidikan.
A. Praktik Pendidikan Dan Teori Pendidikan Pendidikan sebagai suatu prsktik dalam kehidupan, seperti halnya dalam kegiatankegiatan lain, seperti kegiatan hukum, ekonomi,agama dan lain-lain.Lebih baik kita melihat makna pendidikan yang lebih luas. Yang kita sebut Praktik pendidikan, dan Teori Pendidikan. 1. Praktik pendidikan adalah seperangkat kegiatan bersama yang bertujuanmembantu pihak lain agar mengalami perubahan tinkah laku yang diharapkan menurut Redja M.(Depdikbud : IKIP Bandung 1991). 2. Jika kita berbicara tentang manusia, maka akan menyangkut harkan,martabat,derajat dan, hak azasinya. Mendidik bukanlah perbuatan yang serampangan, Mendidik adalah perbuatan yang harus disadari dengan sangat benar.Itulah sebabnya mengapa suatu upaya pendidikan tidak dapat dan tidak boleh ditemukan dalam bentuukk resep atau aturan yang tetap untuk dijalankan. Yang penting bukan resepnya, melainkan kepribadian dan kreatifitas pendidik sendiri. Pendidina (walaupun harus didukung olrh ilmu pendidikan dan ilmu pedagogik) dalam pelaksanaannya lebih mengutamakan seni daripada teori. Prof.Sikun Pribadi (1980). Teori tidak sekedar diartikan sebagai penjelasan terhadap fenomena, melainkan merupakan pentunjuk untuk pembangun atau pengontrol pengamalan. Seorang guru yang mengajar dalam kelas, yang menyadari akan profesinya, tidak melakukan trial and error, melainkan ia dibimbing oleh seperangkat prinsip, yang disebut “TEORI PENDIDIKAN”.
5
a) Pendekatan Pendekatan Dalam Teori Pendidikan 1. Pendekatan sains. Pendekatan sains
terhadap pendidikannya
yaitu suatu
pengkajiann dengan
mneggunakan sains untuk mempelajari, menelaah dan memecahkan masalah-masalah pendidikan. Jenis-jenis sains pendidikan: 1) Sosiologi Pendidikan. 2) Psikologi Pendidikan. 3) Admisnistrasi endidikan. 4) Teknologi Pendidikan. 5) Evaluasi Pendidikan. 6) Cabang-Cabang Lain. 2. Pendekatan Filosofis Pendekatan filosofis dalam pendidikan adalah suatu pendekatan untuk menelaah dan memecahkan suatu masalah-masalah pendidikan. 3. Pendekatan Religi. Pendekatan religi terhadap penduduk berarti bahwa suatu aliran religi dijadikan sumber inspirasi untukmenyusun teori atau konsep-konsep pendidikan yang dapat dijadikan landasan landasan untuk melaksanakan pendidikan. Ajaran religi yang berisikan kepercayaan dan nilai-nilai dalam kehidupan, dapat dijadikan sumber dalam menentukan tujuan pendidikan, materi pendidikan metode, bahkan sampai pada jenis-jenis pendidikan. Pendektan Multidisiplin. Untuk menghasilkan suatu konsep yang komphrensif dan menyeluruh dalam mempelajari pendidikan tidak bisa hanya dengan menggunakan satu pendekatan dan satu disiplin saja. Jadi, pendekatan yang perlu kita lakukan adalah pendekatan yang menyeluruh (pendekatan holistik). Antara hubungan yang 1 dengan yang lainnya harus mempunyai hubungan yang komplementer, saling melengkapi satu sama lainnnya.
6
2.2 BAB 2 (Filsafat) A. Pengertian Filsafat Kata filsafat berasal dari bahasa yunani kuno,yaitu dari “philos” dan “shopia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan shopia artinya jebijakan dan kearifan. Jadi arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalah terhadap kearifan dan kebijakan. Dalam pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interprestasi atau evaluasi terhadap apa yang penting atau apa yang berarti dalam kehidupan. Adapun makna-makna filsafat pada bagian Harold Titus a)
Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.
b)
Filsafat adalah suatu metode berfikir reflektif, dan penelitian penalaran.
c)
Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah.
d)
Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berfikir.
B. Model-Model Filsafat 1.
Filsafat Spekulatif. Filsafat spekulatif adalah cara beerfikir sistematis tentng segala hal yang ada.
Jika manusia ingin melihat segala sesuatu sebagai seluruh keseluruhan, mereka ingin memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneja ragam. 2.
Filsafat Preskriftif. Filsafat preskriftif berusga untuk menghasilkan nilai-nilai atau ukuran (standart) ,
penilaian tentang perbuatan manusia dan penilaian tentang seni.Filsafat preskkriftif menguji apa yang disebut baik dan jahat.
3.
Filsafat Analitik Model analitik terdapat dua golongan, yaitu analitik linguistik dan analitk positivistik
logis. Analistik linguistik mengandung arti bahwafilsafat sebagai analistuk logis tentang bahasa dan penjelasan makna istiah.Analistik positivistik merupakan peletak dasar pendidikan kuantitatif dalam pengembangan ilmu science, dengan meletakan mateatika sebagai dasar dari semu cabang ilmu.
7
4.
Misi Filsafat. Jika kita mempelajari latar belakang kehidupan para filosof, kita dapat menyadari
bahwa merekaberasal dari beraneka ragam keahlian dan latar belakang sosial yang berbeda.Tanpa melihat pekerjaan,tujuan, dan latar belakang sosialnya, para filosof telah menyumbangkan keyakinan mengenai pentingny tujuan dan analisis terhadap pandanganpandangan manusia.
5.
Lapangan Filsafat Al-syaibani (1979) mendefenisikan flsafat sebagai usaha mencari yang hak dan
mengenani kebenaran, atau usaha untuk mengetahui sesuatu yang berwujud, atau usaha untuk engetahui tentang nilai segala sesuatu yang mengelilingi menusia dalam alam semesta ini. Kehidupan, manusia dan pencipta alam semesta, sifat-sifat dan nilai kemanusiaan. Fisafat membahas tiga persoalan pokok, yaitu masalah wujud, masalah pengetahuan, dan masalah nilai. Filsafat terdiri atas: 1.
Metafisika
2.
Teori pengetahuan
3.
Filsafat nilai
a) Jenis- jenis pengetahuan Manusia berusaha mencari pengetahuan dan kebenaran, yang dapat diperolehnya dengan melalui beberapa sumber. 1.
Pengetahuan wahyu: manusia memperoleh pengetahuan dan kebenanran atas dasar
wahyu yang diberikan tuhan kepada manusia. 2.
Pengetahuan intuitif: penetahuan intuituf diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri,
pada saat ia menghayati sesuatu, muncul secara tiba-tiba dalam kesadaran manusia. 3.
Pengetahuan rasional: pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperoleh
dengan latihan rasio/akal semata, tidak disertai dengan observasi terhadap peristiwaperistiwa faktual. 4.
Pengetahuan empiris: pengetahuan empiris diperoleh atas bukti pengindraan degan
penglihatan, pendengaran, dan sentuhan indra-indra lainnya. 5.
Pengetahuan otoritas: pengetahuan ini terjadi karena adanya penerimaan suatu
pengetahuan yang benar bukan karena telah men ceknya diluar diri kita, melainkan telah mnjamin oleh otoritas yang memiliki wewenang di lapangan. 8
Teori pengetahuan Ada beberapa teori yang dapat dijadikan acuan untuk menentukan apakah pengetahuan itu benar atau salah, yaitu teori: 1) Teori korespondensi: menurut teori korespondensi, kebenaran merupakan persesuaian antara fakta dan situasi nyata. Kebenaran merupakan persesuaian antara pernyataan dalam fikiran dan situasi lingkunganny 2) Teori koherensi: menurut teori ini, kebenaran buan kesesuaian antara pikiran dengan kenyataan melainkan kesesuaian secara harmonis antara pendapat/pikiran kita dengan pengetahuan yang telah dimilik 3) Teori pragmatisme: Menurut teori ini, kebenaran tidak bisa bersesuaian dengan kenyataan, sebab kita hanya bisa mengetahui dari pengalaman kita saja. Dilain pihak, menurut pragmatisme, teori koherensi adalah formal dan rasional.
9
2.3 BAB 3 (Filsafat Pendidikan) A. Makna Pendidikan Makna pendidikan dapat dilihat dalam pengertian secara khusus dan pengertian secara luas. Dalam arti khusus langeveld mengemukakanbahwa pendidikan adalah bimbingan yang diberikan oleh orng dewasa kepada anak yang belum dewasa.Pendidikan dalam arti khusus ini, menggambarkan upaya pendidikan yang terpusat dalam lingkungan keluarga. Hal tersebut lebih jelas dikemukkan oleh DRIJARKARA, Bahwa: 1) Pendidikan adalah, hidup bersama dalam kesatuan tritunggalayah-ibu-anak, dimana terjadi pemanusiaan anak. Dia berproses untuk memanusiakan sendiri sebagai manusia purnawan. 2) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah-ibu-anak, dimana terjadi pembudayaan anak. Dia berproses untuk akhirnya bisa membudayakan sendiri sebagai manusia purawan. 3) Pendidikan adalah hidup bersama dalam kesatuan tritunggal, ayah-ibu-anak, dimana pelaksanaan nilai-nilai, dengan mana dia berproses untuk akhirnya bisa mlaksanakan sendiri sebagai manusia sama purnawan.
B. Pengertian Filsafat Pendidikan Filsafat pedidikan berdasarkan pada filasah formal atau filsafat umum. Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan merupakan karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan masalah-masalah filsafat umum, seperti: a) Hakikat kehidupan yang baik,karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya. b) Hakikat manusia, karena manusia merupakan makhluk yang menerima pendidikan. c) Hakikat masyarakat, karena pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses sosial. d) Hakikat realitas akhir, karena semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya.
C. Kebutuhan Akan Filsafat Pendidikan Cara kerja dan hasil filsafat dapat dipergunakana untuk memecahkan masalah hidup dan kehidupan manusia, dimana pendidikan merupakan salah satuaspek dari kehidupan tersebut, karena hanya manusialah yang dapat melaksanakan pendidikan.
10
Filsafat pendidikan harus dapat menjawab 4 pertanyaan pendidikan secara menyeluruh, yaitu: 1. Apakah pendidikan itu? 2. Mengapa manusia harus melaksanakan pendidikan? 3. Apakah yang harus dicapai oleh pendidikan? 4. Dengan cara bagaimana cita-cita pendidikan yang tersurat maupun yang tersirat dapat tercapai?
D. Peranan Filsafat Pendidikan Filsafat pendidikan harus mampu memberikan pedoman kepada para perencana pendidikan, dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan. Da;am mengkaji peranan filsafat pendidikan. Dapat ditinjau dari tiga lapangan filsafat, yaitu : 1. Metafisika dan pendidikan Metafisika merupakan bagian dari filsafat spekulatif yang menjadi pusat persoalannya adalah hakikat realitas akhir. Metafisika berkaitan dengan konsep-konsep yang kejadiannya tidak dapat diukur secara empiris seperti pernyataan “Allah adalah pencipta alam semesta”, tujuan akhir manusia adalah hidup bahagia dunia dan akhirat’ dan sebagainya. Metafisika memiliki implikasi-implikasi penting untuk pendidikan karena kurikulum sekolah berdasarkan pada apa yang kita ketahui mengenai realitas. Adapun sejumlah respons tertentu pada pernyataanpernyataan metafisika. Yaitu teologi, kosmologi, manusia. 2. Epistemologi dan pendidikan Untuk menjawab banyaknya pertanyaan epistemologis yang dihadapi setiap guru, itu akan memiliki implikasi-implikasi signifikan untuk pendekatan kita pada kurikulum dan pengajaran. Pertama, kita harus menentukan apa yang benar mengenai muatan yang akan kita ajarkan, kemudian kita harus memutuskan alat yang paling tepat untuk membawa muatan ini bagi siswa. Ada beberapa cara yang berbeda mengetahui yang merupakan minat/kepentingan guru : Mengetahui yang didasarkan otoritas. Mengatahui yang didasarkan pada wahyu Tuhan. Mengetahui yang ddasarkan pada empirisme (pengalaman). Mengetahui yang didasarkan pada nalar. Mengetahui yang didasarkan pada intuisi.
11
3. Aksiologi dan pendidikan Aksiologi sebagai cabang filsafat yang membahas nilai baik dan nilai buruk, indah dan tidak indah (jelek), erat berkaitan dengan pedidikan, karena dunia nilai akan selalu dipertimbangkan, atau akan menjadi dasar eprtimbangan dalam menentukan tujuan pendidikan. Langsung atau tidak langsung, niai akan menentukan perbuatan pendidikan. Semua guru harus berurusan dengan isu-isu yang diangkat oleh pernyataan-pernyataan ini, yaitu : a) Etika Pengetahuan tentang etika dapat membantu semua guru memecahkan banyak dilema yang muncul di kelas. Seringkali, para guru harus mengambil tindakan dalam situasi-situasi dimana mereka tidak mampu mengmpulkan fakta relevan dan dimana tidak ada arah tindakan yang tunggal yang secara total benar atau salah. Misalnya, seorang siswa pada hasil pekerjaan sebelumnya berada di atas rata-rata, menjiplak suatu tugas makalah : haruskah guru itu membatalkan pelajaran-pelajaran siswa tersebut atau haruskah guru menyuruh isswa itu mengerjakan kembali makalah itu? b) Estetika Estetika dapat membantu guru mengingatkan keefektifan nya pengajaran, karena dapat dipandang sebagai suatu bentuk ekspresi artistik, dapat dinilai menurut standard-standard artistik dari keindahan dan kualitas (parkai, 1984). c) Logika dan pendidikan Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu memiliki dasar kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu.
4. Apa Yang Menentukan Filsafat Pendidikan Seseorang Filsafat pendidikan berkaitan dengan “penetapan hakikat dari tujuan, alat pendidikan, dan kemudian menerjemahkan prinsip-prinsip ini ke dlam kebijakan-kebijakan untuk mengimplementasikannya. Adapun pengaruh keyakinan guru terhadap perilaku mengajar : a) Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran b) Keyakinan mengenai siswa c) Keyakinan mengenai pengetahuan d) Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui 12
2.4 BAB 4 (Mazhab-Mazhab Filsafat Pendidikan) Dalam filsafat terdapat berbagai mazhab, aliran-aliran, seperti materialisme, idealisme, realisme, prakmatisme, dan lain-lain. Karena filsafat pendidikan merupakan terapan dari filsafat, sedangkan filsafat beranekaragam alirannya, sekurang-kurangnya sebanyak aliran dalam filsafat itu sendiri. Penulis kemukakan “sekurang-kurangnya”, karena masih terdapat filsafat pendidikan yang merupakan suatu eklektik dari berbagai pandagan filsafat pendidikan yang telah ada. A. Filsafat Pendidikan Idealisme Sudut pandang ini sebenarnya sudah dirintis oleh filosof besar Plato yang mengatakan bahwa realita atau kenyataan atau kebenaran yang sungguh-sungguh benar adalah sesuatu yang disebut idea, bukan seperti yang dapat dilihat dengan indera manusia. Untuk memahami ajaran pokok idealisme ini dapat dilihat ajaran Fichte (1762-1814) maupun ajaran Shelling (1775-1854) tentang manusia. Menurut dua filosof tersebut manusia dalam upaya mengenali objek diluar dirinya dengan menangkap objek melalui inderanya dan baru melalui proses intelektualnya manusia benar-benar mengenali objek dalam bentuk pengertian yang bersifat abstrak. Jadi, yang menjadi hakikat manusia sendiri adalah bukan seperti yang dapat dilihat oleh mata atau yang ditangkap dengan indera yang lain, karena seorang manusia dengan manusia yang lain jelas berbeda dalam segala hal. Dalam banyak hal idealisme bersentuhan pendapatnya dengan rasionalisme. Kalau idealisme lebih menyangkut keberadaan sesuatu, rasionalisme lebih banyak menyangkut cara memperoleh kebenaran dan tentang kriteria kebenaran.
B. Filsafat Pendidikan Empirisme Berkebalikan dengan aliran idealisme maupun rasionalisme, aliran empirisme berpendapat bahwa pengetahuan dan pengalaman manusia dengan lingkungannya melalui alat indera, bukan melalui pikiran.
13
C. Filsafat Pendidikan Positivisme Aliran ini menurut Atang Abdul Hakim mirip dengan aliran empirisme; namun tidak menyetujui pendapat John Locke yang masih mengakui pentingnya jiwa dalam mengolah apa yang ditangkap indera. Bagi Positivisme hakikat sesuatu adalah benar-benar pengalaman indera, tidak ada campur tangan yang bersifat batiniah. Tokoh filsafat empirisme Augus Comte (1798-1857 M) antara lain berpendapat bahwa masyarakat merupakan bagian dari alam dan merupakan gejala fisik.
D. Filsafat Pendidikan Pragmatisme Secara umum, ajaran pragmatisme dalam filsafat dapat dilihat dari salah seorang tokohnya, yaitu William James yang oleh Poedjawijatna disitir pendapatnya bahwa pengertian atau keputusan itu benar jika pada praktik dapat dipergunakan. Dalam hal tertentu dalam masyarakat, pemikiran pragmatis ini dapat ditemukan misalnya dalam hal kebenaran ada tidaknya khasiat obat tradisional yang tidak perlu dibahas secara ilmiah, tidak perlu dipertimbangkan bertentangan dengan nilai moral atau tidak, tidak perlu ditinjau dari aturan hukum, dan sebagainya.Dalam masyarakat yang masih menghargai nilai-nilai moral, nilai keagamaan, nilai hukum, dan sebagainya pragmatisme dapat menyesatkan.
E. Filsafat Pendidikan Materialisme Secara umum, materialisme berpendapat bahwa keberadaan dan kebenaran semua yang ada di dunia ini adalah materi atau benda semata-mata. Istilah-istilah ide, jiwa, roh, kekuatan magis, dan sebagainya keberadaannya hanya merupakan akibat atau bentukan dari materi.Dalam hal yang menyangkut kebutuhan manusia, materialisme yang ekstern berpendapat bahwa semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi melalui pemenuhan kebutuhan materi. Kebutuhan manusia untuk hidup bermasyarakat dengan baik, untuk mewujudkan manusia yang jujur, disipli, rajin, dan memiliki nilai-nilai moral yang lain, harus melalui pemenuhan kebutuhan materi terlebih dahulu.
14
F. Filsafat Pendidikan Naturalisme Naturalisme yang berasal dari kata natura atau nature dalam bahasa Indonesia bermakna alam. Namun arti turunannya mempunyai dua makna. Makna pertama naturalisme diartikan dalam konteks eksistensi segala sesuatu adalah benda alam atau berupa hukum alam. Sedangkan makna kedua naturalisme menyangkut sifat alami, alamiah, wajar, “naturlych”, tidak dibuat-buat.Makna pertama lebih condong pada sifat kebendaan alam sehingga dekt dengan paham materialisme. Sedangkan makna kedua lebih condong pada sifat alam yang serba asli, wajar.
G. Filsafat Pendidikan Sekularisme Sekularisme dianggap sebagai gerakan yang tidak menyetujui terlalu besarnya ajaran Kristiani dalam kehidupan manusia. Sehingga makna dasar sekularisme sebagai gerakan moral maupun sebagai filsafat adalah suatu paham yang hanya memikirkan kepentingan duniawi dan mengabaikan hal-hal yang bersifat spritual, keagamaan, moral, mistik, keramat, gaib, dan sebagainya.
H. Filsafat Pendidikan Realisme Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk. Kneller membagi realisme menjadi dua bentuk, yaitu : a) Realisme Rasional Realisme rasional dapat didefinisikan pada dua aliran, yaitu realisme klasik dan realisme religius. Realisme klasik ialah filsafat Yunani yang pertama kali dikembangkan oleh Aristoteles, sedangkan realisme religius, terutama scholastisisme oleh Thomas Aquinas, dengan menggunakan filsafat Aristoteles dalam membahas teologi gereja. Realisme klasik maupun realisme religius menyetujui bahwa dunia materi adalah nyata, dan berada diluar pikiran (ide) yang mengamatinya.Realisme klasik berpandangan bahwa manusia pada hakikatnya memiliki ciri rasional. Dunia di kenal melalui akal, dimulai dengan prinsip “self-evident”, dimana manusia dapat menjangkau kebenaran umum.Realisme religius dalam pandangannya tampak dualistis. Ia berpendapat bahwa terdapat dua order yang terdiri atas “order natural” dan “order supranatural”. Kedua order tersebut berpusat pada Tuhan.
15
b) Realisme Natural Ilmiah Realisme natural ilmiah mengatakan bahwa manusia adalah organisme biologis dengan sistem saraf yang kompleks dan secara inheren berpembawaan sosial (social disposition). Menurut realisme natural ilmiah, filsafat mencoba meniru objektivitas sains. Karena dunia sekitar manusia nyata, maka tugas sainslah untuk meneliti sifat-sifatnya. Tugas filsafat mengkoordinasikan konsep-konsep dan temuantemuan sains yang berlainan dan berbeda-beda.
I. Filsafat Pendidikan Eksistensialisme Filsafat eksistensialisme itu unik yakni memfokuskan pada pengalaman-pengalaman individu. Di sisi lain, eksistensialisme memberi individu suatu jalan berpikir mengenai kehidupan, apa maknanya bagi saya, apa yang benar untuk saya. Secara umum, esksistensialisme menekankan pilihan kreatif, subyektivitas pengalaman manusia, dan tindakan kongkret dari keberadaan manusia atas setiap skema rasional untuk hakikat manusia atau realitas.Pemahaman eksistensialisme terhadap nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya se ndiri, melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan.
J. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme bukan merupakan suatu bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Selama dua tahunan merupakan suatu gerakkan yang kuat di amerika serikat banyak guru yang meragukan gerakan ini, karena guru telah mempelajari dan memahami Filsafat Dewey, sebagai reaksi terhadap filsafat lainnya. Gerakan progresif terkenal luas karena reaksinya terhadap formalisme dan sekolah tradisional yang membosankan, yang menekankan disiplin keras, belajar pasif, dan banyak hal-hal kecil yang tidak bermanfaat dalam pendidikan. Lebih jauh gerakan ini dikenal karena dengan himbauwannya kepada guru-guru: “kami mengharapkan perubahan, serta kemajuan yang lebih cepat setelah perang dunia pertama”. Banyak guru yang mendukungnya, sebab gerakan pendidikan progresivisme merupakan semacam kendaraan muktahir untuk digelarkan.
16
K. Filsafat Pendidikan Perenialisme Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh. Perenialisme menentang pandangan progresivisme yang menekankan perubahan dan sesuatu yang baru. Mohammad Noor Syam (1984) mengemukakan pandangan perenialisme, bahwa pendidikan harus lebih banyak mengarahkan pusat perhatiannya pada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan menusia sekarang seperti dalam kebudayaan ideal. Perenialisme tidak melihat jalan yang meyakinkan, selain kembali pada prinsip-prinsip yang telah sedemikian rupa membentuk sikap kebiasaan, bahwa kepribadian manusia yaitu kebudayaan dahulu (Yunani Kuno) dan kebudayaan abad pertengahan.
L. Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme Sebagaimana yang dinyatakan oleh Caroline Pratt (1984), seorang rekonstruksionis sosial yang berpengaruh periode itu; “nilai terbesar suatu sekolah harus menghasilkan manusia-manusia yang dapat berfikir secara efektif dan bekerja secara konstruksi, yang saat bersamaan dapat membuat suatu dunia yang lebih baik dibandingkan dengan sekarang ini untuk hidup di dalamnya”. Singkatnya sekolah-sekolah tidak hanya harus menstransmisikan pengetahuan mengenai tatanan sosial yang ada, melainkan juga harus berusaha merekonstruksi-nya.
M. Filsafat Pendidikan Esensialisme Gerakan esensialisme muncul pada awal tahun 1930, dengan beberapa orang pelopornya, seperti Wiliiam C. Bagley, Thomas Briggs, Frederick Breed, dan Isac L. Kandell. Esensialisme merupakan filsafat pendidikan konservatif yang pada mulanya dirumuskan sebagai suatu kritik terhadap trend-trend progresif di sekolah-sekolah. Esensialisme sama halnya seperti perenialisme dan progresivisme, bukan merupakan suatu aliran filsafat tersendiri yang mendirikan suatu bangunan filsafat, melainkan merupakan suatu gerakan dalam pendidikan yang memprotes terhadap pendidikan progresivisme.
17
2.5. BAB 5 (Orientasi Psikologis Yang Mempengaruhi Filsafat Pendidikan) A. Psikologi Humanistik Psikologi humanistik menekankan kebebasan personal, pilihan, kepekaan, dan tanggung jawab personal. Sebagimana yang dinyatakan secara tidak langsung oleh tema itu, psikologi humanisme juga memfokuskan pada prestasi, motivasi, perasaan, tindakan, dan kebutuhan akan umat manusia. Tujuan pendidikan, menurut orientasi ini, adalah aktualisasi diri individual.Psikologi humanistik diperoleh dari filsafat humanisme, yang berkembang selama Renaissance di Eropa dan Reformasi Protestan yang didasarkan pada keyakinan bahwa individu-individu mengontrol nasib mereka sendiri melalui aplikasi kecerdasan dan pembelajaran mereka. Sebagai contoh, guru humanis, perhatikan Carol Alexander, sejak sepuluh tahun yang lalu milai mengajar di satu sekolah menengah pedusunan kecil, suatu posisi yang ia nikmati karena ukuran sekolah yang kecil bermungkinkan ia mengembangkan hubungan yang erat dengan para siswa dan keluarga mereka. Gaya mengajarkannya didasarkan pada hubungan-hubungan yang ramah lagi terbuka dengan para siswanya dan ia bangga akan fakta bahwa para siswanya mempercayai dia dan seringkali meminta dia nasihat berkenaan dengan permasalahan-permasalah yang umum bagi siswa yang terefleksikan dalam kelaziman dengan para siswa terdahulu yang kembali mengunjungi dan mencari nasihatnya.
B. Behavioristik Behaviorisme didasarkan pada prinsip bahwa perilaku manusia yang diiginkan merupakan produk desain bukannya kebetulan. Menurut Power (1982 : 168), “Kita adalah apa kita adanya dan kita melakukan apa yang kita lakukan, namun karena tekanan-tekanan luar atas kurangnya kesamaan kontrol yang membuat kita terperangkap dalam suatu jaring yang tidak fleksibel. Apapun kita adanya, kita tidak dapat menjadi kapten dari nasib kita atau penguasa-penguasa jiwa kita”.
18
BAB III PEMBAHASAN 3.1 PERBANDINGAN KEDUA BUKU Beda keduabukuiniadalahtampakdari setiap sampul yang berbeda versi, corak
warnanya.
Dari
segi
bahasa
juga
membahasdanmenyajikanmateridancakupanmateri
berbeda yang
gambar,
serta
digunakandalam
dibahas.
Karenadalam
bukudari Muhmidayeli dan buku dari Edward Purba dan Yusndi materi yang dibahas berbedacakupannyadenganapa yang dibahasdalambukuPengantar Filsafat oleh uyos sadullo yang lebihbanyakmembahassemuasecaramendalam.Buku ini
juga memiliki cara
penyajian dalam bentuk contoh yang berbeda, memeliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. 3.2 KELEBIHAN BUKU Dari kedua judul buku yang dikritik, mengandung banyak ilmu pengetahuan yang dapat dipelajari oleh mahasiswa maupun masyarakat luas. Buku dari pengarang Drs. Uyoh Sadulloh memiliki sampul yang menarik, disertai dengan gambar. Warna sampul juga cocok dengan gambar yang terdapat pada sampul. Setiap bab juga mengandung unsur yang baik untuk diterapkan didalam kehidupan sehari-hari.
3.3 KEKURANGAN BUKU Buku dari pengarang Drs. Uyoh Sadulloh memiliki kekurangan pada bahan kertas yang tipis, bahasa yang digunakan pada buku ini juga mengandung bahasa yang sulit dimengerti oleh pembaca.
19
BAB IV PENUTUP 4.1 KESIMPULAN Lapangan pendidikan merupakan objek yang sangat luas. Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pengkajian filosofis terhadap pendidikan mutlak diperlukan, karena kajian semacam ini akan melihat pendidikan dalam suatu realitas yang komprehensif. Kajian filosofis tentang pendidikan akan membantu memberi informasi tentang hakikat manusia sebagai dirinya sendiri. Kajian filosofis juga akan memberikan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan, sumber pengetahuan, bagaimana pengetahuan tersebut diperoleh manusia.
4.2 SARAN Agar buku ini lebih baik di perlukan penjelasan yang akurat untuk pembaca lebih cepat memahami isi dan kajian dalam buku ini. Bahasa dalam buku ini lebih diperjelas agar pembaca dapat mudah mengerti setiap bab yang ada dalam buku ini.
20