Rehabilitasi Hipertensi.docx

  • Uploaded by: Fahrus Shm
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rehabilitasi Hipertensi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 750
  • Pages: 3
Rehabilitasi Hipertensi Hipertensi pada usia lanjut mempunyai beberapa kekhususan, umumnya disertai dengan faktor resiko yang lebih berat, sering disertai penyakit – penyakit lain yang mempengaruhi penanganan hipertensi seperti dosis obat, pemilihan obat, efek samping atau komplikasi karena pengobatan lebih sering terjadi, terdapat komplikasi organ target, kepatuhan berobat yang kurang sering tidak mencapai target pengobatan dan lain – lain. Kesemua ini menjadikan hipertensi usia lanjut tergolong dalam risiko kardiovaskular yang tinggi atau sangat tinggi. Oleh karena itu penanganan hipertensi pada usia lanjut membutuhkan perhatian yang jauh lebih besar. Banyak dokter tidak mengobati hipertensi pada usia lanjut sampai optimal ( mencapai target kurang dari 150/90 mmHg ) mengingat kekuatiran terjadinya efek samping pengobatan yang lebih besar dibandingkan manfaatnya.Selain itu ada juga beberapa faktor lain yang perlu diperhatikan, yaitu faktor yang turut mempengaruhi respon pasien usia lanjut terhadap terapi anti hipertensi, seperti aterosklerosis, perubahan kardiovaskular akibat proses degeneratif, penurunan respons baroreflex dan lain- lain. Tekanan darah sistolik (TDS) akan terus meningkat seiring dengan pertambahan usia, akan tetapi peningkatan Tekanan Darah Diastolik (TDD) seiring pertambahan usia hanya terjadi sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kekakuan arteri akibat aterosklerosis. Pada kelompok usia 60 tahun, hanya 2/3 pasien hipertensi menderita hipertensi sistolik terisolasi ( HST), sedangkan pada kelompok 75 tahun lebih dari ¾ pasien menderita HST. Pemberian obat anti hipertensi pada usia lanjut dengan TDS atau TDD yang tinggi telah menunjukkan keberhasilan dalam menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Dari hasil penelitian yang terakhir, HYVET (2008), pada penderita populasi usia sangat lanjut yang berusia lebih dari 80 tahun, pengobatan hipertensi berhasil mengurangi morbiditas dan mortalitas. Diagnosa hipertensi pada usia lanjut sama dengan mendiagnosa hipertensi lainnya. Diagnosa hipertensi dilakukan berdasarkan pengukuran tekanan darah yang baik dan benar dan dilakukan sedikitnya sebanyak 3 (tiga) kali pengukuran tekanan darah yang berbeda, dan dilakukan pada lebih dari 2 (dua) kali kunjungan. Pengukuran tekanan darah dilakukan sedikitnya 2 (dua) kali setiap kunjungannya, setelah pasien duduk dengan

nyaman sedikitnya selama 5 (lima) menit dengan sandaran punggung, kaki terletak di lantai, lengan diletakkan pada sandaran lengan dengan posisi mendatar dan posisi manset sejajar dengan letak jantung. Pengukuran tekanan darah pada kelimpok usia lanjut seharusnya juga dilakukan pada posisi berdiri dari posisi duduk setelah 1 sampai dengan 3 menit. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi adanya hipotensi maupun hipertensi postural. Rekomendasi Pengukuran Tekanan Darah dari Canadian Hypertension Education Program (CHEP,2009) :  Pengukuran sebaiknya dilakukan dengan spigmomanometer  Gunakan manset yang sesuai, lebar bladder sekitar 40 % lingkar lengan, panjang bladder sekitar 80 – 100 % lingkar lengan.  Batas bawah manset sekitar 3 cm diatas lipat siku dan bladder harus diletakkan sedemikian rupa sehingga arteri brakhialis berada ditengah – tengah bladder.  Sebelum melakukan pengukuran, pasien harus duduk istirahat dengan nyaman pada kursi berpunggung selama minimal 5 menit.  Pengukuran dilakukan pada lengan telanjang. Lengan diletakkan sedemikian rupa sehingga fossa antekubiti sejajar dengan jantung.  Saat pemeriksaan dilakukan, pasien tidak boleh berbicara, kaki/tungkai tidak boleh disilangkan.  Kembangkan manset hingga 30 mmHg lebih tinggi dari tekanan saat pulsasi arteri radialis menghilang.  Kurangi tekanan manset dengan kecepatan 2 mmHg setiap detakan jantung.  Nilai sistolik  Nilai Diastolik

saat suara detak jelas terdengar pertama kali ( fase I Korotkof ) saat suara detak tidak terdengar lagi ( fase V Korotkof )

 Lanjutkan auskultasi hingga 10 mmHg di bawah fase V Korotkof  Bila suara detak fase V Korotkof masih terdengar hingga 0 mmHg, maka yang dianggap nilai diastolic adalah “Muffling Sound“ ( fase IV Korotkof )  Bandingkan dengan frekuensi detak jantung  Pengukuran minimal dilakukan tiga kali pada posisi yang sama. Beri jarak minimal satu menit tiap pengukuran dilakukan. Pengukuran pertama diabaikan, kemudian diambil rata – rata dari dua pengukuran selanjutnya.

 Tekanan darah saat berdiri juga harus diukur setelah pasien berdiri dua menit, demikian pula bila pasien memiliki keluhan hipotensi ortostatik.  Tekanan darah saat duduk digunakan untuk menetapkan diagnosis dan tatalaksana hipertensi.  Tekanan darah saat berdiri digunakan untuk hipotensi postural, yang bila terdeteksi dapat merubah tatalaksana hipertensi yang dipilih.  Pengukuran tekanan darah sebaiknya dilakukan pada kedua lengan pada minimal satu kali kunjungan. Bila salah satu lengan secara konsisten menunjukkan tekanan darah yang lebih tinggi, maka lengan tersebut sebaiknya digunakan sebagai patokan untuk pengukuran maupun interpretasi tekanan darah.

Dapus Ikawati, Z, Djumiani,S,Putu, ID. 2008. Kajian Keamanan Obat Anti-Hipertensi di Poliklinik Usia Lanjut Instalasi Rawat jalan RS. DR. Sardjito. Majalah Ilmu Kefarmasian.

Willbert.S.A, Jerome.L.Fleg, Carl.J.P, et all. 2011. ACCF/AHA 2011 Expert Consensus Document on Hypertension in the Elderly, Jornal of the American College of Cardiology

Related Documents


More Documents from "hayatan thoyyibahi"