Regimen Pengobatan Kategori Kasus
I
Kasus baru BTA positif; BTA
Fase intensif
Fase lanjutan
tiap hari
3 x seminggu
2HRZE
4H3R3
2HRZES
5H3R3E3
negatif/rontgen positif dengan kelainan parenkim luas; Kasus TB ekstra paru berat II
Relaps BTA positif; gagal BTA
1HRZE positif; Pengobatan terputus III
Kasus baru BTA negatif/rontgen positif
2 HRZ
4H3R3
sakit ringan; TB ekstra paru ringan Sisipan
Bila pada ahir fase intensif, pengobatan
1 HRZE
pasien baru BTA positif dengan kategori 1 atau pasien BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak masih BTA positif. Keterangan: E=Etambutol; H=Isoniazid; R=Rifampisin; Z=Pirazinamid; S=Streptomisin. Angka sebelum regimen menunjukkan lamanya pengobatan dalam bulan. Angka indeks menunjukkan frekuensi pemberian per minggu. Bila tidak ada angka indeks sesudah obat berarti obat diberikan tiap hari. Paket Kombipak adalah paket obat lepas yang terdiri dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Satu paket kombipak kategori 1 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister HRZE untuk fase intensif, dan 54 blister HR untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam dosis kecil dan disatukan dalam 1 dos besar. Satu paket kombipak kategori 2 berisi 156 blister harian yang terdiri dari 90 blister HRZE untuk fase intensif, dan 66 blister HRE untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar. Disamping itu, disediakan 30 vial streptomisin @ 1,5 g dan pelengkap pengobatan (60 spuit dan aquabides) untuk fase intensif.
Satu paket kombipak kategori 3 berisi 114 blister harian yang terdiri dari 60 blister HRZ untuk fase intensif, dan 54 blister HR untuk fase lanjutan, masing-masing dikemas dalam dos kecil dan disatukan dalam 1 dos besar. Satu paket obat sisipan berisi 30 blister HRZE dikemas dalam 1 dos kecil. Dosis paduan OAT-KDT Kategori 1: 2HRZE / 4(HR)3 Berat badan (dalam
Tahap intensif tiap hari
Tahap lanjutan
kg)
selama 56 hari
3 kali seminggu selama 16 minggu
RHZE (150 / 75 / 400 / 275)
RH (150 / 150)
30-37
2 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT
38-54
3 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT
55-70
4 tablet 4KDT
4 tablet 2KDT
≥ 71
5 tablet 4KDT
5 tablet 2KDT
Kategori 2: 2(HRZE)S / (HRZE) / 5(HR)3E3
Berat badan
Tahap intensif tiap hari
Tahap lanjutan 3 kali
RHZE (150 / 75 / 400 / 275) + S
seminggu
(dalam kg)
RH (150 / 150) + E(400) Selama 56 hari
30-37
38-54
55-70 ≥ 71
Selama 28 hari
Selama 20 minggu
2 tablet 4KDT + 500 mg 2 tablet 4KDT
2 tablet 2KDT + 2 tablet
streptomisin injeksi
etambutol
3 tablet 4KDT + 750 mg 3 tablet 4KDT
3 tablet 2KDT + 3 tablet
streptomisin injeksi
etambutol
4 tablet 4KDT+ 1000 mg 4 tablet 4KDT
4 tablet 2KDT + 4 tablet
streptomisin injeksi
etambutol
5 tablet 4KDT+ 1000 mg 5 tablet 4KDT
5 tablet 2KDT + 5 tablet
streptomisin injeksi
etambutol
Catatan:
Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas, dosis maksimal untuk streptomisin adalah 500 mg tanpa memperhatikan berat badan
Untuk wanita hamil, lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus
Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan aquabidest sebanyak 3,7 mL sehingga menjadi 4 mL (1 mL = 250 mg)
Dosis KDT Sisipan: (HRZE) Berat badan (dalam kg)
Tahap intensif tiap hari selama 28 hari RHZE (150 / 75 / 400 / 275)
30-37 kg
2 tablet 4KDT
38-54 kg
3 tablet 4KDT
55-70 kg
4 tablet 4KDT
≥ 71 kg
5 tablet 4KDT
Efek Samping OAT : Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping, oleh karena itu pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan selama pengobatan. Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat, bila efek samping ringan dan dapat diatasi dengan obat simtomatik maka pemberian OAT dapat dilanjutkan.adapun efek samping OAT antara lain yaitu: 1. Isoniazid (INH) Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda keracunan pada syaraf tepi, kesemutan, rasa terbakar di kaki dan nyeri otot. Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100 mg perhari atau dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat diteruskan. Kelainan lain ialah menyerupai defisiensi piridoksin (syndrom pellagra).
Efek samping berat dapat berupa hepatitis imbas obat yang dapat timbul pada kurang lebih 0,5% pasien. Bila terjadi hepatitis imbas obat atau ikterik, hentikan OAT dan pengobatan sesuai dengan pedoman TB pada keadaan khusus. 2. Rifampisin Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan pengobatan simtomatik ialah : Sindrom flu berupa demam, menggigil dan nyeri tulang, Sindrom perut berupa sakit perut, mual, tidak nafsu makan, muntah kadang-kadang diare, Sindrom kulit seperti gatal-gatal kemerahan Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi ialah : - Hepatitis imbas obat atau ikterik, bila terjadi hal tersebut OAT harus distop dulu dan penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus - Purpura, anemia hemolitik yang akut, syok dan gagal ginjal. Bila salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan dan jangan diberikan lagi walaupun gejalanya telah menghilang - Sindrom respirasi yang ditandai dengan sesak napas - Rifampisin dapat menyebabkan warna merah pada air seni, keringat, air mata, air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat dan tidak berbahaya. Hal ini harus diberitahukan kepada pasien agar dimengerti dan tidak perlu khawatir. 3. Pirazinamid Efek samping utama ialah hepatitis imbas obat (penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri sendi juga dapat terjadi (beri aspirin) dan kadang-kadang dapat menyebabkan serangan arthritis Gout, hal ini kemungkinan disebabkan berkurangnya ekskresi dan penimbunan asam urat. Kadang-kadang terjadi reaksi demam, mual, kemerahan dan reaksi kulit yang lain.
4. Etambutol Etambutol
dapat
menyebabkan
gangguan
penglihatan
berupa
berkurangnya ketajaman, buta warna untuk warna merah dan hijau. Meskipun demikian keracunan okuler tersebut tergantung pada dosis yang dipakai, jarang sekali terjadi bila dosisnya 15-25 mg/kg BB perhari atau 30 mg/kg BB yang diberikan 3 kali seminggu. Gangguan penglihatan akan kembali normal dalam beberapa minggu setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol tidak diberikan pada anak karena risiko kerusakan okuler sulit untuk dideteksi
5. Streptomisin Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan umur pasien. Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang