Topik: Ketuban Pecah Dini Tanggal (kasus): 16 Maret 2019
Presenter: dr. Dwi Widya Hariska
Tanggal presentasi:
Narasumber: dr.Firmansyah, Sp.OG (K) Pendamping: dr. Neneng Tresna Imawati dr. Agus Suprapto,SH
Tempat presentasi: Aula Diklat RS. TK.IV Dr. Bratanata Jambi Obyektif presentasi: □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka √ □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa √ □Neonatus
□ Bayi
□Anak
□ Remaja
√Dewasa
□ Lansia
□ Bu mil
□ Deskripsi: Pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak ± 1 hari SMRS □ Tujuan: -
Mampu mengenali Ketuban Pecah Dini dan terapi yang diberikan pada penderita.
Bahan bahasan:
□ Tinjauan pustaka
Cara membahas:
□Diskusi
Data pasien:
□ Riset
√ Kasus
√Presentasi dan diskusi
□ E‐mail
Nama: Ny. A
□ Audit □ Pos
No Registrasi: 319420
Nama RS: Rumkit TK.IV Dr. Bratanata Usia: 27 th
Terdaftar Sejak:
Jambi
16-03-2019
1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak ± 1 hari SMRS
1
1. Diagnostik/ GambaranKlinis: Anamnesa dilakukan pada (16.30 WIB tanggal 14 November 2017) Ny. A. G1P0A0 hamil 37-39 minggu datang ke Rumah Sakit RS DR. Bratanata TK IV kota Jambi dengan mengeluh keluar rembesan cairan dari jalan lahir sejak ± 1 hari SMRS,
cairan berwarna bening dan berbau amis. Cairan keluar dirasakan
setelah terbangun dari tidurnya sejak ± 1 hari SMRS. Cairan tidak disertai lendir ataupun darah. Cairan keluar secara tiba-tiba dan dirasakan merembes terus menerus. Pasien tidak mengalami demam , tidak batuk pilek , tidak diare , tidak anyanganyangan , tidak ada mual muntah dan tidak ada cairan yang keluar dari telinga. BAB dan BAK dalam batas normal selama kehamilan. Selama kehamilan pasien rutin memeriksakan diri ke bidan , pasien tidak merokok , tidak mengonsumsi alkohol dan tidak menonsumsi obat-obatan dalam jangka panjang. 2. Riwayat Pengobatan: (-) 3. Riwayat Menstruasi Pasien mestruasi pertama kali pada usia 14 tahun siklus 28 hari teratur. Banyaknya haid 2-3 pembalut/hari dan nyeri dirasakan 2 – 3 hari pertama menstruasi
HPHT : 17 Februari 2017 TP
: 25 November 2017
4. Status Pernikahan Pasien menikah 1x pada tahun 2014 pada usia 28 tahun dan suami usia 35 tahun 5. Riwayat Obstetri G1P0A0 Hamil 37- 39 minggu tanpa riwayat persalinan sebelumnya 6. Riwayat KB Pasien tidak menggunakan KB 7. Riwayat Operasi -
2
8. Riwayat Kesehatan/Penyakit 9. Riwayat Keluarga RIwayat DM & HT keluarga disangkal 10. RIwayat Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Daftar Pustaka: 1. Manuaba IBG. Penghantar kuliah obstetri. Jakarta: Penerbit EGC;2007.h.456-605. 2. Prawirohardjo
S.
Ilmu
kebidanan.
Jakarta:Bina
Pustaka
Sarwono
Prawirohardjo;2011.h.677-81. 3. Current diagnosis and treatment obstetrics and gynecology. In editor: Edmoson K, Sydor AM. United Stated of America: McGraw-Hill;2007.p.279-81. 4. Norwitz ER, Schorge JO. At a glance obstetri dan ginekologi. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Erlangga;2008.h.118-9. 5. Bickley, Lynn S. Buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates. Edisi 8. Jakarta: Penerbit EGC;2009.h.421-35.
3
Subyektif Pasien mengeluhkan keluar rembesan cairan pervaginam sejak ± 5jam SMRS
Obyektif A. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan umum : Tampak kesakitan b. Kesadaran
: Composmentis
c. Tanda vital Tekanan Darah: 120/80 mmHg Nadi
: 82 kali/menit, kualitas kuat
Suhu
: 36,4°C
SpO2
: 99%
Berat Badan
: 65 Kg
d. Kepala Kepala
: Normosefali.
Rambut
: Rambut berwarna hitam, tebal, distribusi merata, tidak terdapat alopesia.
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+).
Telinga
: Tidak ada kelainan
Hidung
: Septum nasi tidak deviasi,secret (+).
Mulut
: Tidak ada kelainan.
Lidah
: Bentuk simetris, tidak tremor, tidak kotor, warna merah keputihan.
Faring
: Tidak tampak hiperemis, tidak edema, tidak ada abses, tidak ada pseudomembran.
Tonsil
: Warna
merah
muda,
tidak
hiperemis,
tidak
ada
abses/pseudomembran. e. Leher
: Pembesaran
KGB (-), Pembesaran Kelenjar Tyroid (-), kaku
kuduk (-) , massa (-)
4
f. Toraks 1. Pulmo Inspeksi
: Bentuk simetris, tidak ditemukan retraksi dinding dada.
Palpasi
: Vokal fremitus sama kanan dan kiri
Perkusi
: Sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : Vesikule (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (+/+) 2. Cor Inspeksi
: Ictuscordis tidak terlihat
Palpasi
: Tidak teraba adanya thrill, apeks tidak teraba
Perkusi
: Batas kanan : ICS IV LPS kanan Batas kiri
: ICS V LMC kiri
Batas atas
: ICS II LPS kanan
Auskultasi : Suara jantung normal, bising (-), gallop(-).
g. Abdomen Inspeksi
: Supel, Strie (+), dinding abdomen cembung
Palpasi
: Abdomen Soepel, Hepar dan lien tidak teraba
Auskultasi
: Bising usus ( + ) normal
Perkusi
: Suara ketuk tympani
h. Genitalia eksterna Labia mayora/minora
: simetris
Pembengkakan kelenjar bartolini
: tidak ada
Pengeluaran secret vagina
: air-air berbau amis,
i. Ekstremitas Ekstremitas atas
: akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 s.
Ekstremitas bawah
: akral hangat, edema (-/-), CRT < 2 s.
5
Status Obstetri Abdomen Leopold I
: tinggi fundus uteri 39 Cm
Leopold II
: teraba bagian rata, tidak melenting ( Punggung Kiri)
Leopold III
: teraba keras, bulat.
Leopold IV
: kepala sudah masuk PAP
TFU
: 39 Cm
DJJ
: 142x/menit
HIS
:-
Pemeriksaan Ginekologi a. Pemeriksaan Luar Di jumpai adanya rembesan cairan pervaginam b. Pemeriksaan dalam VT: 2-3 cm c. Inspekulo -
Portio
: bulat
-
Oue
: tertutup
-
Fluksus
: rembesan cairan
-
Flour
: (-)
-
Polip
: (-)
-
Cavum Douglasi: Tidak menonjol
B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah rutin (07-11- 2017) Pemeriksaaan
Hasil
Nilai rujukan
Satuan
Hemoglobin
12,6
11-16
g/dL
Hematokrit
38,8
35-47
%
Leukosit
20,4
4-11
ribu/ul
Trombosit
291
150-450
ribu/ul
Hematologi
6
Eritrosit
4,95
4 -5.5
juta/ul
MCV
79,6
80-100
Fl
MCH
25,7
26-34
Pg
MCHC
32.5
32-36
g/dl
RDW-CV
14,4
11-16
%
Mixed(EO/Mo/Ba)
9,5
3-10
%
Limfosit
10
20-40
%
Neutrofil
83
40-70
%
MCV/MCH/MCHC
C. DIAGNOSA MASUK - G1P0A0 Hamil 37-39 Minggu JTH Preskep + KPD
D. TERAPI IGD - O2 2-3 L/I - IVFD RL 20 gtt/i - Cefotaxime 2 x 1 g - Co. dr. Panggayuh Sp.OG
E. PROGNOSIS Quo ad vitam
: Dubia ad bonam
Quo ad functionam
: Dubia ad bonam
Quo ad sanationam
: Dubia ad bonam
7
“Assessment” A. Definisi Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya tanda – tanda persalinan, yang dapat terjadi pada kehamilan preterm dan pada kehamilan aterm. Hal ini dapat terjadi pada kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada kehamilan preterm yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu (Sujiyantini, 2009). Ada teori yang menghitung berapa jam sebelum in partu, dan ada juga yang menyatakan dalam ukuran pecahnya ketuban sebelum inpartu , yaitu bila pembukaan serviks pada kala I kurang dari 2 cm pada primipara dan pada multipara kurang dari 5 cm.Namun pada prinsipnya adalah ketuban yang pecah sebelum waktunya.3
B. Epidemiologi Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua kehamilan.Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19 %, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan (Sualman, 2009). Kejadian ketuban pecah dini di Amerika Serikat terjadi pada 120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi terhadap kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003). Sebagian besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematusitas. Ketuban pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30 % sampai dengan 40 % (Sualman,2009).
C. Etiologi Penyebab dari ketuban pecah dini masih belum diketahui secara pasti. Ada banyak teori mulai dari defek kromosom, kelainan kolagen, infeksi, inkompetensi serviks, gemelli, hidramnion, kehamilan preterm, disproporsi sefalopelvik serta perubahan pada selaput ketuban baik secara biomekanik dan fisiologik. Pada sebagian besar kasus ternyata berhubungan dengan infeksi.3,5
8
Secara teoritis pecahnya selaput ketuban adalah karena hilangnya elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban dengan perubahan yang besar. Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat kaitannya dengan jaringan kolagen, yang dapat terjadi karena penipisan oleh infeksi atau rendahnya kadar kolagen. Kolagen pada selaput ketuban terdapat pada amnion di daerah lapisan kompakta, fibroblast serta pada korion di daerah lapisan retikuler dan trofoblas, dimana sebagian besar jaringan kolagen terdapat pada lapisan penunjang (dari epitel amnion sampai dengan epitel basal korion). Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin1 dan prostaglandin.Adanya infeksi dan inflamasi menyebabkan bakteri penyebab infeksi mengeluarkan enzim protease dan mediator inflamasi interleukin-1 dan prostaglandin. Mediator ini menghasilkan kolagenase jaringan sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion/ amnion menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah, dan mudah pecah spontan. Selain itu mediator tersebut membuat uterus berkontraksi sehingga membran mudah ruptur akibat tarikan saat uterus berkontraksi.3,7 Taylor,dkk telah menyelidiki bahwa ketuban pecah dini ada hubungannya dengan hal-hal sebagai berikut 6
Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, servisitis, dan vaginitis terdapat bersama-sama dengan motilitas rahim.
Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban).
Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis).
Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah multipara, malposisi, disproporsi, cervix incompten, dll.
Ketuban pecah dini artificial (amniotomi), dimana ketuban dipecahkan terlalu dini.
Amnion Cairan amnion normalnya jernih dan menumpuk didalam rongga amnion akan meningkat jumlahnya seiring dengan perkembangan kehamilan sampai aterm, saat terjadi penurunan volume cairan amnion pada banyak kehamilan normal. Pada kehamilan aterm rata-rata terdapat 1000ml cairan amnion, walaupun jumlah inibervariasi dari beberapa
9
mililiter sampai pada beberapa liter pada keadaaan abormal (oligohidramnion, polihidramnion atau hidramnion) Normalnya ketuban pecah secara spontan pada waktu proses persalinan yaitu pada akhir kala I atau awal kala II, diakibatkan oleh kontraksi uterus yang berulang-ulang.1,4 Pada banyak kasus obstetrik, pecahnya ketuban secara dini pada kehamilan dini merupakan penyebab tersering pelahiran preterm.Secara umum air ketuban mempunyai fungsi 1) melindungi janin terhadap trauma dari luar, 2 )memungkinkan janin bergerak dengan bebas, 3) melindungi suhu tubuh janin, 4) meratakan tekanan di dalam uterus pada partus, sehingga serviks membuka, dan 5)membersihkan jalan lahir- jika ketuban pecah dengan cairan yang steril, dan mempengaruhi keadaan dalam vagina sehingga bayi kurang mengalami infeksi. Volume air ketuban pada hamil cukup bulan 1000-1500 ml, warna putih, agak keruh, serta mempunyai bau yang khas agak amis dan manis. Mempunyai berat jenis 1.008, terdiri dari 80% air, dan sisanya terdiri dari garam anorganik serta bahan organic, protein 2,6% sebagian besar albumin.3 Faktor penyebab lain: 1. Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar 2. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion 3. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal) 4. Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang
terlalu
sering,
dan
sebagainya,
predisposisi
infeksi.
Kuman yang sering ditemukan : Streptococcus, Staphylococcus (gram positif), E.coli (gram negatif), Bacteroides, Peptococcus (anaerob).
10
D. Mekanisme Ketuban Pecah Dini Ketuban pecah dalam persalinan secara umum di sebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena daerah tertentu terjadi prubahan biokimia yang menyebabkan selaput selaput ketuban inferior rapuh. Bukan krena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Faktor risiko untuk terjadinya Ketuban Pecah Dini adalah: Berkurangnya asam askorbit sebagai komponen kolagen Kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah degradasi proteolitik dari matriks ekstraselular dan membran janin. Aktivitas degradasi proreolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi Ketuban Dinit. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput mu ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimiapada selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis. Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur di sebabkan oleh adanya faktor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina. Ketuban Pecah Dini prematur sering terjadi pada polihidramnion, inkompeten serviks, solusio plasenta.
E. Diagnosis Diagnosis harus ditegakkan secara tepat dan efisien.Pemeriksaan yang berulang pada vagina, baik itu pemeriksan dalam ataupun inspekulum tidak boleh terlalu sering dilakukan untuk mengurangi terjadinya infeksi.
11
1. Gejala subjektif Pasien dengan ketuban pecah dini mengeluh adanya keluar air ketuban warna putih keruh, jernih, kuning, hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak. Kebocoran cairan jernih dari vagina merupakan gejala yang khas.Dapat disertai demam jika sudah ada infeksi.Pasien tidak sedang dalam masa persalinan.Tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus. Riwayat haid pasien, umur kehamilan pasien diperkirakan dari hari haid terakhir dan umur kehamilan lebih dari 20 minggu. 2. Pemeriksaan Fisik Kadang-kadang agak sulit atau meragukan apakah ketuban sudah pecah atau belum, terutama bila pembukaan kanalis servikalis belum ada atau kecil. a. Pemeriksaan umum Suhu nomal kecuali bila disertai infeksi suhu ibu dapat mencapai >3 8 ̊C, dan dapat juga disertai takikardi. b. Pemeriksaan abdomen : Uterus lunak dan tidak nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan dibandingakan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari haid terakhir. Palpasi abdomen memberikan perkiraan ukuran janin dan presentasi maupun cakapnya bagian presentasi. c. Pemeriksaan Genitalia Memeriksa adanya cairan yang berisi mekoneum. Verniks kaseosa, rambut, lanugo, atau bila telah terinfeksi dan berbau. Inspekulo: Pemeriksaan spekulum pertama kali dilakukan untuk memeriksa adanya cairan amnion dalam vagina. Lihat dan perhatikan apakah memang air ketuban keluar dari ostium uteri eksternum apakah ada bagian selaput ketuban yang sudah pecah. Gunakan kertas lakmus: bila menjadi biru (basa) adalah air ketuban, bila merah adalah urin. Karena cairan alkali amnion mengubah pH asam normal vagina, kertas nitrazin dapat dipakai untuk mengukur pH vagina. Kertas nitrazin menjadi biru bila ada cairan alkali amnion. Bila diagnosa tidak pasti,
12
adanya lanugo, atau bentuk kristal daun pakis cairan amnion kering (ferning) dapat membantu.Bila kehamilan belum cukup bulan, penentuan rasio lesitin-sfingomielin dan fosfatidilgliserol membantu dalam evaluasi kematangan paru janin. Bila ada kecurigaan infeksi, apusan diambil dari kanalis servikalis untuk pemeriksaan kultur serviks terhadap streptokokus beta grup B, klamidia, dan gonorea (pada populasi tertentu). Pemeriksaan vagina steril menentukan penipisan dan dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina juga mengidentifikasi bagian presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat. Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas berada dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untuk melahirkan. d. Pemeriksaan pH forniks posterior adalah basa. Jarak antara pecahnya ketuban dan permulaan persalinan disebut periode laten = LP = lag period. Makin muda umur kehamilan, makin panjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek, yaitu primi 10 jam dan multi 6 jam.5,8,9 Jika pasien mengalami infeksi intraamnion, dari pemeriksaan fisik didapatkan suhu maternal >38 0 C, takikardi fetal, nyeri pada fundus, discharge vagina yang purulen, takikardi maternal.1
3.
Pemeriksaan penunjang 1. Tes lakmus (tes nitrazine) PH normal vagina 4,5-5,5, cairan amnion bersifat basa yaitu pH antara 7,0-7,5, maka kertas lakmus merah berubah menjadi biru.Pemeriksaan ini mempunyai sensitivitas mendekati 90%. False dapat terjadi apabila ada : larutan antiseptic, darah, urine, atau infeksi pada vagina. 2. Tes fern/Pakis Kristalisasi dari cairan amnion yang sering membentuk gambaran daun pakis, terdapat lanugo dan skuama anukleat.Perdarahan pervaginum dapat menyebabkan gambaran ini sulit terlihat.
13
3. Tes evaporasi Diambil sample dari endoserviks kemudian dipanaskan sampai menguap, bila cairan putih yang tertinggal maka tes (+), bila warna cokelat maka membrane masih intak. 4. USG Pemeriksaan ini sebenarnya tidak terlalu diperlukan, tetapi dapat digunakan untuk mengukuran diameter biparietal, sirkumferensia tubuh janin, dan panjangnya femur untuk memberikan perkiraan umur kehamilan, posisi janin, lokasi plasenta, memperkirakan berat janin, menghitung indeks cairan amnion, gradasi plasenta serta jumlah air ketuban. Diameter biparitel lebih dari 9,2cm pada pasien nondiabetes atau plasenta tingkat III biasanya berhubungan dengan maturitas paru janin.Sonografi dapat mengidentifikasi kehamilan ganda, anomali janin, atau melokalisasi kantong cairan amniosentesis. 5. Amniosintesis Digunakan untuk mengetahui rasio lesitin-sfingomielin dan fosfotidigliserol yang berguna untuk mengevaluasi kematangan janin. 6. Protein C-reaktif Peningkatan
protein
C-reaktif
serum
menunjukkan
peringatan
awal
korioamnionitis. 7. Laboratorium Hitung darah lengkap dengan apusan darah: Leukositosis >15000/mm3 dengan peningkatan bentuk batang pada apusan tepi menunjukkan infeksi intrauterine.
14
8. Nilai bunyi jantung janin dengan stetoskop Laenec atau dengan fetal phone atau CTG. Bila ada infeksi intrauterin atau peningkatan suhu, bunyi jantung janin akan meningkat.
F. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini 1. Pastikan diagnosis 2. Tentukan umur kehamilan 3. Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal ataupun infeksi janin 4. Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin Riwayat keluarnya air ketuban berupa cairan je keluar dari vagina yang kadang kadang disertai tanda-tanda lain dari persalinan. Diagnosis Ketuban Pecah Dini prematur dengan inspekulo dilihat adanya cairan ketuban keluar dari kavum uteri. Pemeriksaan pH vagina perempuan hamil sekitar 4,5; bila ada cairan ketuban pHnya sekitar 7,1-7,3. Antiseptik yang alkalin akan menaikkan pH vagina. Dengan
pemeriksaan
ultrasound
adanya
Ketuban
Pecah
Dini
dapat
dikonfirmasikan adanya dengan adanya oligohidramnion. Bila air ketuban normal agaknya ketuban pecah dapat diragukan serviks. Penderita dengan kemungkinan Ketuban Pecah Dini harus masuk rumah sakit untuk diperiksa lebih lanjut. Jika pada perawatan air ketuban berhenti keluar, pasien dapat pulang untuk rawat jalan. Bila terdapat persalinan dalam kala aktif, korioamnionitis, gawat janin, persalinan diterminasi. Bila Ketuban Pecah Dini ada kehamilan prematur, diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif. Secara umum penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini yang tidak dalam persalinan tidak ada infeksi dan gawat janin. Penatalaksanaan bergantung pada usia kehamilan. Penanganan Dirumah sakit. o Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan solusio plasenta. o Jika ada tanda-tanda infeksi (demam, cairan vagina berbau) berikan antibiotik:
Ampisilin 2 gr I.V./6 jam, ditambah dengan gentamisin 5 mg/kgBB I.V./24 jam
15
Jika persalinan pervaginam, hentikan antibiotika pasca persalinan.
Jika persalinan dengan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika dan berikan metronidazol 500 mg I.V./8 jam sampai bebas demam selama 48 jam.
o Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:
Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin, yaitu ampisilin 4x500 mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250 mg/oral 3 kali per hari selama 7 hari.
Berikan kortikosteroid kepada ibu untuk memperbaiki kematangan paru janin. Berikan betametason 12 mg I.M. dalam 2 dosis/12 jam atau deksametason 6 mg I.M. dalam 4 dosis/6 jam. (Jangan berikan kortikosteroid jika ada infeksi).
Lakukan persalinan pada kehamilan 37 mg.
Jika terdapat his dan darah lendir, kemungkinan terjadi persalinan preterm.
o Jika tidak terdapat infeksi dan kehamilan > 37 minggu:
Jika ketuban telah pecah > 18 jam, berikan antibiotika profilaksis untuk mengurangi resiko infeksi streptokokus grup B. Berikan ampisilin 2 gr I.V./6 jam, atau penisilin G 2 juta unit I.V./6 jam sampai persalinan, jika tidak ada infeksi pasca persalinan hentikan antibiotika.
Nilai serviks. Jika serviks sudah matang lakukan induksi persalinan dengan oksitosin. Jika belum, matangkan dengan prostaglandin dan infus oksitosin atau lahirkan dengan seksio sesarea.
o Jika terdapat infeksi dan umur kehamilan < 37 minggu : Komplikasi tersering yang timbul pada pasien masa ini adalah khorioamnionitis. Induksi dengan oxitocyn harus dilakukan bila serviks telah matang. Namun biasanya serviks belum matang dan induksi biasanya berakhir dengan seksio. Oleh karena itu lebih baik dilakukan penatalaksanaan menunggu yang dikombinasikan dengan terapi antibiotika. Hal tersebut dapat menurunkan angka mortalitas perinatal, morbiditas infeksi neonatal dan insiden HMD (Hyalin Membran Disease). Antibiotika yang dipergunakan Ampicillin sulbactam 2x1,5 gr i.v, per 6 jam.
16
G. Komplikasi Komplikasi yang timbul akibat Ketuban Pecah Dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio Sesarea, atau gagalnya persalinan normal. 1. Persalinan Prematur Setelah ketuban pecah biasanya segera di susul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50% persalinan dalm 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu. 2. Infeksi Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ktuban Pecah Dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi koreoamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada Ketuban Pecah prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder sebanding dengan lamanya periode laten. 3. Hipoksia dan Asfiksia Dengan pecahnya ketuban teriadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin derajat oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, Janin semakin gawat. 4. Sindrom Deformitas Janin Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin ter- hambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonary
17
“Follow Up”
Tangg al
14 November 2017
15 November 2017
18:45 WIB S
Keluar air dari vagina(+), perut terasa
: Nyeri bekas post op(+)
sakit (+) O: Kontraksi uterus (-) VT diameter 2-3
:TD:110/70MmHg, Hr : 86x/I RR: 18x/i, T: 36,50C
cm, Kaput (+) DJJ 149x/i TD: 110/100mmHG, Hr : 86x/I RR: 20x/i, T: 37,50C A: G1P0A0 Hamil 37-39 Minggu
JTH : Post SC a/i Gagal induksi
Preskep + KPD + Inpartu Kala 1 Fase Aktif P:
Ivfd RL + ½ Amp. Oxytocin mulai
: RL + Ketorolac 2 amp. 20gtt/i Kolf
8gtt/i sampa Maksimal 40 gtt/I
pertama
18:45
Inj. Cefotaxime 3x 1g
Ivfd RL + ½ Amp. Oxytocin mulai
Inj. Metronidazol 3x 1g
20gtt/i sampa Maksimal 40 gtt/I
PO :
00:45
Ciprofloxacin 3x 500 mg Ketoprofen 3x 100mg
Gagal Rencana Sc 15 November
Metronidazol 3x 500 mg
2017 pukul 08.00 WIB
Dower cateter Boleh minum Bising usus + Pengawasan
18
Tangg
16 November 2017
al
17 November 2017 09:15 WIB
S
Nyeri post op (+)
O: Peristaltik (+) TD:120/70MmHg, Hr : 82x/I RR: 18x/i,
: (-) : TD:120/80MmHg, Hr : 86x/I RR: 18x/i, T: 36,50C
T: 36,70C A: Post SC a/i Gagal induksi
Post SC a/i Gagal induksi
P:
Infus Aff
PO :
Dower cateter aff
Ciprofloxacin 3x 500 mg
Mobilisasi bertahap
Ketoprofen 3x 100mg
PO :
Metronidazol 3x 500 mg
Ciprofloxacin 3x 500 mg
Mobilisasi bertahap, Pasien boleh pulang
Ketoprofen 3x 100mg Metronidazol 3x 500 mg
19
29- 77 -69
Ny. S
48 jam yll
30 th
1
0
0
(-)
Jernih
04.46 Wib Lapor DPJP Renc. SC pukul 08.00 Wib
18.46 19.46 20.46 21.46 22.46 23.46 00.46 01.46 02.46 03.46 4.46
Oxytocin ½ Amp 4 gtt/I max 40 ggt/I
Oxytocin ½ Amp 20 gtt/I max 40 ggt/i
Dalam Batas Normal
20
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prawirohardjo S. Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Edisi ke3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka; 2002.
2.
Caughey A, Robinson J, Norwitz E. Contemporary diagnosis and management of preterm prematur rupture of membranes. Journal of Obstet Gynecol. 2008;1(1):1122.
3.
Feryanto A, Fadlun. Asuhan kebidanan patologis. Jakarta: Salemba Medika; 2011.
4.
Kepmenkes RI. Pedoman pelayanan antenatal terpadu Edisi kedua. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian Kesehatan RI; 2012.
5.
Sujiyantini, Mufdillah, Hidayat A. Asuhan patologi kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.
6.
Popowski T, Goffinet F, Maillard F, Schmitz T, Leroy S, Kayem G. Maternal markers for detedting
21
DAFTAR HADIR
NAMA KEGIATAN : PORTOFOLIO
TANGGAL : 12 Maret , 2018
JUDUL : KPD OLEH : dr. Arrasyid Lia Utami Narasumber: dr.Panggayuh Sp.OG Pendamping: dr. Neneng Tresna Imawati dr. Agus Suprapto,SH
NO.
NAMA
PARAF
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Jambi, Dokter Pembimbing
Dr. Agus Suprapto,SH
Pembimbing
dr.Panggayuh Sp.OG
22