8
[ sun hodos - edisi I1 - oktober 2009 ]
PENAHBISAN PENDETA GKI BICARA tentang penahbisan dan peneguhan pendeta, rasanya kita bicara tentang sesuatu yang lebih dari sekadar momen kebaktian. Bagi jemaat penyelenggara, bisa jadi gaungnya melebihi Hari Raya Gerejawi. Mungkin pendapat tersebut berlebihan, tapi lihat saja jumlah panitianya, lama persiapannya dan besar anggarannya. Namun siapa sangka, sebenarnya kebaktian ini adalah agenda rutin Sinode seminggu sekali yang jadwalnya selalu jatuh pada hari Senin. Menurut Sinode, dengan begitu luasnya sebaran GKI di wilayah negara Indonesia, agenda atau jadwal kebaktian ini sudah penuh bahkan hingga akhir tahun. Baik itu penahbisan, peneguhan maupun emeritasi pendeta. Bayangkan kesibukan dan alokasi anggaran GKI untuk agenda setiap Senin, luar biasa bukan? Banyak tulisan yang mengajak kita untuk memaknai esensi Natal dan Paskah agar tidak terjebak pada keramaian dan seremoni belaka. Kali ini SunHodos juga ingin menyajikan pola serupa dari sebuah momentum Penahbisan dan Peneguhan. Puji Tuhan, dua narasumber ahli mau berbagi dengan kita, yaitu Pdt. Melani A. Egne, Direktur Binawarga dan Pdt. Sheph David Jonazh, Sekertaris Umum Badan Pekerja Sinode Wilayah Jabar (BPMSW Jabar). T: Di gereja, ada kalanya kita mendengar kata Penahbisan dan Peneguhan, apa artinya dan adakah bedanya? J: Makna penahbisan dan peneguhan adalah menyadari kembali bahwa Tuhanlah yang memanggil seseorang untuk melayani, Tuhan pula yang memberi kekuatan, dan kepada Tuhan pula seseorang berkomitmen atas pelayanannya. Penahbisan dan peneguhan sifatnya menegaskan hal-hal tersebut, dan itu jelas dalam kalimat prosesi liturgi kebaktian penahbisan dan peneguhan. (Bentuk liturginya ada pada buku Liturgi GKI). Kebaktian penahbisan ditujukan untuk calon pendeta GKI yang baru atau untuk pertama kalinya, sedangkan kebaktian peneguhan ditujukan untuk pendeta yang pindah basis pelayanannya ke jemaat baru, contoh Ibu Setiawati dari basis pelayanan GKI Seroja diteguhkan ke basis pelayanan GKI Surya Utama. Jadi, penahbisan hanya dialami satu kali dalam pelayanan pendeta sedangkan peneguhan bisa berlangsung berkali-kali. Namun keduanya memiliki bobot dan makna teologi yang sama, baik untuk si calon pendeta maupun jemaat yang menyambutnya. Apa makna yang terkandung dari momen penahbisan atau peneguhan? Penahbisan atau peneguhan harus disadari sebagai proses panjang nyata kasih Tuhan kepada umatnya. Seorang calon atau pendeta menyadari bukanlah sinode yang memanggil dirinya, namun Tuhan. Melalui tahap demi tahap Tuhan menyertai perjalanan dan memperlengkapi diri seorang calon atau pendeta . Dia siap memberi dirinya total untuk melayani umat Tuhan, dan umat pun mendukung dan siap bekerja sama secara
SOROTAN n WAWANCARA KHUSUS Pdt. Melani Egne Ayub, M.Pd. Direktur Binawarga (Badan Pembinaan GKI)
Bukan Ikrar Main-Main
sinergis. Hal-hal ini pun terdapat dalam kalimat penegasan seorang calon atau pendeta dengan jemaat secara bersahutan dalam liturgi kebaktian penahbisan atau peneguhan. Apakah panggilan ini hanya untuk pendeta saja? Sebuah momen sukacita bagi siapapun yang dipakai dan dipanggil Tuhan dalam pelayanan. Tidak hanya calon pendeta tapi juga bagi aktivis yang terpanggil untuk melayani di gereja. Memang liturgi dan tahap-tahap yang ditempuh calon pendeta tertera dalam Buku Tata Gereja (Tager), sehingga dirasakan betul pentingnya persiapan dan proses pematangan dari sebuah momen penahbisan dan peneguhan pendeta. Lain halnya dengan peneguhan pengurus, penatua atau badan pelayanan yang tidak dirinci dalam Tager. Namun makna panggilanNya sama penting dengan panggilan yang dialami seorang pendeta. Keinginan untuk menjadi seorang pelayan Tuhan adalah kerja roh kudus yang memampukan seseorang untuk menjadi hamba, baik sebagai pengurus, penatua dan pendeta. Saya rasa tema peneguhan ini memang penting untuk diangkat agar kita sadar dan berkomitmen bahwa kebaktian peneguhan penting artinya bagi spiritualitas kita sebagai bentuk respon atas panggilan Tuhan dan percaya bahwa roh kudus yang memampukan kita untuk menjadi pelayan yang bekerja sepenuh hati. Bagian apa yang terpenting dari sebuah Penahbisan atau Peneguhan? Apakah Tager ada mengatur hal ini? Seremoni kebaktian penahbisan dan peneguhan tidak ada diatur dalam Tager. Yang terpenting adalah prosesi liturgi kebaktiannya, karena ini yang merupakan makna dari panggilan tersebut. Momen ini adalah antara manusia dengan
[ sun hodos - edisi I1 - oktober 2009 ]
SOROTAN n WAWANCARA KHUSUS Pdt. Sheph David Jonazh Sekretaris Umum Badan Pekerja Majelis Sinode Wilayah (BPMSW) Jabar
9
PENAHBISAN PENDETA GKI
Tanpa Jemaat Tidak Ada Pendeta Sinode. Bahkan kinerja penatua pun sebenarnya ada penilaian dalam buku KIG, namun masih sulit pelaksanaannya, karena hingga kini masih sulit untuk menuntut kinerja penatua. Anggota jemaat yang mau menjadi penatua saja sudah bagus. Disinilah sulitnya, bahkan ada yang tidak bersedia untuk dievaluasi, padahal maksud tujuannya baik untuk meningkatkan kinerja seluruh peran pelayanan penatua, karena ini adalah peran pelayanan sungguh-sungguh. Dimana kita bisa mendapatkan petunjuk pelaksanaan dan liturginya, adakah di Buku Tager? Untuk liturgi kebaktian, peneguhan, sakramen, dan lainnya terdapat dalam buku terpisah disebut Buku Liturgi, bukan di dalam Tager. Acara penahbisan peneguhan pada dasarnya adalah acara kebaktian biasa, namun diisi dengan acara peneguhan penahbisan yang dilakukan oleh seluruh pendeta yang hadir.
T: Penahbisan dan Peneguhan, apa artinya dan adakah bedanya? J: Seorang calon pendeta akan diteguhkan terlebih dahulu menjadi Penatua (dahulu namanya Penatua Khusus), lalu ditahbiskan ke jabatan Pendeta GKI. Peneguhan lalu digunakan lagi untuk pelayanan berikutnya misalnya dari Pendeta GKI Gunung Sahari pindah basis ke Pendeta GKI Samanhudi. Peneguhan juga diberikan untuk Pendeta Tugas Khusus (PTK) seperti jabatan di Klasis atau Sinode. Dari arti kata berdasarkan kamus, kata Peneguhan dan Penahbisan sebenarnya sama saja maknanya, cuma untuk membedakan maka digunakan pada momentum yang berbeda-beda. Sebenarnya bagaimana tahapannya sebelum menuju penahbisan? Setelah lulus dari sekolah Teologia, seorang calon mengikuti Bina Kader 1, lalu mengikuti MPCP (Masa Persiapan Calon Pendeta), lalu Bina Kader 2, lalu Masa Perkenalan minimal 3 bulan, Masa Orientasi, dan tahap selanjutnya dengan mekanisme percakapan dan penilaian yang prosesnya terus dilakukan oleh Jemaat dimana calon ditempatkan. Calon kemudian diusulkan atau direkomendasikan ke Sinode, kemudian Sinode menugaskan Sinode Wilayah lalu Klasis untuk melakukan penilaian dan percakapan. Materi yang utama ada 2 yaitu tentang Tata Gereja dan Ajaran GKI. Perlu diketahui, bahwa evaluasi terhadap kinerja pelayanan Pendeta terus dilakukan dan ditinjau mulai dari tingkat Jemaat, Klasis, lalu
Berapa pendeta yang harus diundang, adakah aturannya? Jumlah pendeta yang hadir tidak ditentukan berapa jumlahnya, relatif bisa sedikit atau banyak. Untuk praktisnya, karena ruang lingkup GKI saat ini sudah Sinode Am (3 Wilayah Sinode), jika tidak memungkinkan untuk membuat undangan, minimal bisa berupa pemberitahuan bahwa akan ada penahbisan peneguhan atas diri si calon. Diprioritaskan undangan dari klasis atau wilayah yang terdekat, karena akan berhubungan dengan biaya dan kapasitas tempat untuk acara. Pendeta yang ikut menahbiskan adalah pendeta yang mengenakan pakaian toga yang sudah ditentukan, jika tidak, pendeta tersebut tidak berhak ikut menahbiskan. Begitu besarnya ruang lingkup Sinode GKI saat ini, sehingga sudah dijadwalkan untuk sinode wilayah masing-masing tiap dua minggu sekali. Maka, hampir setiap Senin, seorang pendeta bisa mendapatkan undangan penahbisan, peneguhan dan emiritasi. Bahkan jadwal hingga bulan Desember sudah penuh dan harus dibatasi karena ada kesibukan Natal dan Tahun Baru. Apa saja keperluan yang harus dilengkapi? Peralatan dan perlengkapan untuk penahbisan terdiri dari Alkitab, Buku Tata Gereja, Perlengkapan Sakramen seperti Perjamuan Kudus dan Baptis Kudus, Liturgi, Buku Nyanyian (KJ, NKB, Buku Nyanyian dan Mazmur), Toga dan Stola (pesan khusus dari Sinode GKI karena tidak dijual bebas). Semua ini sebagai simbolisasi seorang pendeta diserahkan tugas pelayanan untuk pemberitaan Firman, Sakramen, Pujian. Pengadaan barang-barang ini diurus oleh jemaat basis secara mandiri. Apakah Penahbisan Peneguhan merupakan program Sinode? Penahbisan disebut program Sinode dalam artian program bersama (Sinode atau Sunhodos artinya berjalan bersama-Red) yang dilakukan oleh Jemaat, Klasis, Wilayah dan Sinode. Proses saat menuju tahap penahbisan di situlah keterlibatan keempat lingkup dari jemaat, klasis, wilayah dan Sinode. Setelah sampai pada tahap pelaksanaan penah-
10
[ sun hodos - edisi I1 - oktober 2009 ]
Tuhan. Selebihnya seperti kata sambutan, ramah tamah, sesi foto, makan bersama merupakan makna pengembangan non-formal yang tidak mutlak. Demikian juga dengan anggaran acara yang mahal tidak menjadi sebuah patokan yang wajib dilaksanakan, bisa saja dilaksanakan di rumah, silahkan saja, yang terpenting adalah rangkaian liturgi ibadah sebagai bentuk hubungan langsung antara kita dengan Tuhan Apakah momen ini membutuhkan biaya yang besar? Besarnya harga seharusnya dikaitkan pada liturgi ibadah yang diperlukan yaitu pada perlengkapan ibadah itu saja, seperti peralatan perjamuan, alkitab dan buku-buku untuk diserahkan kepada yang bersangkutan, itupun tidak perlu baru, bisa dipakai yang ada di gereja jika ada. Segala perlengkapan
Momen sakral
bisan, diserahkan penuh ke tingkat panitia (jemaat basis). Klasis, Wilayah dan Sinode tidak intervensi lagi, sehingga tidak perlu ada laporan dan evaluasi pelaksanaan acara kebaktian penahbisan ke Klasis atau Sinode. Mengapa tidak diatur mendetail di dalam Tager? Tager dibuat secara umum dan mengatur hal-hal pokok tidak harus terlalu mendetail. Hal ini untuk memberi ruang bagi jemaat untuk menggumulkan dan bertumbuh secara dewasa. Semua dipercayakan dan diyakini bahwa tingkat jemaat dengan pendeta dan penatua (MJ) sudah mampu dan memahami bagaimana melaksanakan acara penahbisan. Kecuali untuk bakal jemaat, ketika menjadi jemaat dewasa, proses pelaksanaan penahbisan dan peneguhan untuk pendetanya didampingi oleh Pendeta Konsulen. Mengapa tidak ada evaluasi, bagaimana jika terjadi kesalahan? Jemaat yang sudah dewasa diyakini sudah
sambungan wawancara bisa dilihat pada konteks liturgi yang ada. Biaya-biaya untuk hal-hal lain sebenarnya tidak perlu seperti buku acara bisa disiasati dengan slide atau LCD Projektor, atau pembagian souvenir yang tidak perlu. Lalu sikap kita setelah penahbisan atau peneguhan? Penahbisan atau peneguhan berarti pula komitmen dihadapan Tuhan, liturgi dimana yang bersangkutan bersama dengan jemaat mengucap ikrar yang tidak main-main. Sebuah komitmen pelayanan seorang hamba Tuhan untuk melayani sepenuh hati, dan sebuah bentuk dukungan jemaat terhadap ikrar pelayanan tersebut, inilah yang menjadi pijakan bersama untuk pelayanan dan kemajuan gereja kita ke depan. Mengapa hal ini tidak diatur mendetail dalam Tager supaya kita tidak salah? Tager merupakan bentuk usaha GKI sebagai gereja yang bertumbuh dan berkembang dengan baik. Berbahaya jika gereja tidak memiliki tager dan tidak menjalankannya. Yang akan terjadi adalah
memiliki pengalaman dalam pelaksanaan penahbisan peneguhan. Jika tingkat pelaksana di jemaat tidak mengetahui hal ini, toh bisa berkonsultasi ke Klasis dan Sinode, meskipun biasanya panitia yang dibentuk cukup berkonsultasi dengan pendeta yang melayani di basis jemaat tersebut atau ke MJ. Selain itu, yang paling pokok dalam momen ini adalah liturgi yang telah disusun oleh Sinode, itu sudah merupakan penuntun yang tidak mungkin salah, itu saja yang penting untuk diikuti. Jika terjadi kesalahan, cobalah untuk dibicarakan ke MJ. Bagaimana kita memaknainya? Makna Penahbisan sebetulnya tertuang konkrit sarat makna dalam liturgi jika diperhatikan. Maknanya adalah panggilan Tuhan terhadap pribadi dan untuk jemaat. Tidak ada panggilan terhadap pribadi namun lepas dari jemaat. Tidak ada pendeta Freelance, GKI tidak mengenal itu. Jabatan pendeta diberikan kepada jemaat, tanpa jemaat tidak ada pendeta. Jemaat itu juga bisa juga Jemaat Klasis atau Jemaat Sinode seperti halnya PTK (Pendeta Tugas Khusus). Setelah
pengkultusan individu, jemaat hanya mengikuti saja peraturan yang dibuat oleh si pemimpin. Ini bisa membuat benturan-benturan dan kekacauan. Setiap keputusan yang diambil berdasarkan Tager merupakan kesepakatan untuk berjalan bersama baik di tingkat gereja lokal, klasis hingga sinode. Tanpa Tager jangankan ditingkat sinode, ditingat lokal saja besar kemungkinan terjadi benturan. Tager sudah cukup mengatur hal-hal pokok yang dibutuhkan gereja, setiap keputusan tidak boleh bertentangan dengan Tager. Maka itu mutlak dipahami oleh segenap pejabat gerejawi, dan alangkah baiknya jika pengurus atau jemaat bisa ikut memahami dan mengerti. Gereja harus memfasilitasi agar sebanyak mungkin jemaat bisa memahami, khususnya untuk pejabatnya. Jika ada hal atau aturan detail yang tidak terdapat dalam Tager seharusnya pejabat gereja dapat bertanya kepada pihak yang berkompeten, bisa ke konven gereja atau ke pendeta atau pejabat senior yang lebih berpengalaman. n
ditahbiskan, jabatan pendeta bukan milik pribadi tapi milik jemaat. Tanpa jemaat jabatan itu ditanggalkan dan tidak ada artinya. Jangka waktu 18 bulan setelah lepas dari jemaat dan tidak ada jemaat baru yang memanggil atau membutuhkan, Sinode menanggalkan jabatan pendeta tersebut dan tidak lagi menjadi tanggung jawab Sinode, statusnya menjadi jemaat biasa. Bagaimana dengan kebutuhan biayanya, dapatkah kita menggalang dana untuk kegiatan? Penggalangan dana secara umum diperbolehkan selama tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan ajaran GKI dan hingga saat ini masih dilakukan, baik itu donasi atau berdagang untuk menggalang dana kegiatan. Kecuali jika MJ punya kebijakan lain dan merasa mampu membiayai program-program yang ada, bisa saja penggalangan dana ditiadakan. Tager mengatur hal itu. n