A. Pengkajian Sosial Aspek psikososial menurut Stewart (1997) menjadi 3 hal, yaitu : 1.
Stigma sosial akan dapat memperparah kndisi depresi dan pandangan negative
tentang harga diri pasien 2.
Diskriminasi terhadap orang yang terinfeksi HIV seperti menolak pekerjaan dan
hidup serumah yang akan mempengaruh kondisi kesehatan. Menggunakan obat-obatan narkotika juga dapat mengakibatkan kurangnya dukungan sosial dan memperparah stres pasien. 3.
Waktu yang cukup lama respons penolakan, emosi, depresi, yang akan
memperlambat upaya untuk pencegahan dan pengobatan. Sehingga pasien akan mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi stress yang dialaminya. Respon adaptf sosial bedasarkan konsep dari Pearlin dan Aneshense (198) ada 3 hal yaitu emosi, cemas dan interasi sosial.
Interaksi sosial 1. Gejala : masalah yang ditimbulkan oleh diagnosis,mis. Kehilangan karabat/orang terdekat, teman, pendukung.rasa takut untuk mengungkapkannya pada orang lain, takut akan penolakan/kehilangan pendapatan. Isolasi, keseian, teman dekat ataupun pasangan yang meninggal karena AIDS. Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana. 2. Tanda : perubahan pada interaksi keluarga/ orang terdekat.aktivitas yang tak terorganisasi. Dukungan sosial sangat diperlukan terutaa pada pasien HIV yang kondisinya sudah sangat parah. Indivdu yang temasuk dalam memberikan dukungan sosial meliput pasangan suami istri,agama, anak, keluarga, teman, tim kesehatan, konsselor. Dukungan sosial bermandaat untuk kesehatan dan kesejahteraan, mediator yang penting untuk menyelesaikan masalah seseorang. Perasaan minder dan tidak berguna di masyarakat. Interaksi sosial : perasaam terisolasi/ditolak B. Pengkajian Kultural
Faktor budaya berkaitan juga dengan fenomena yang muncul dewasa ini dimana banyak ibu rumah tangga yang “baik-baik” tertular virus HIV /AIDS dari suaminya yang sering melakukan hubungan seksual selain dengan istrinya. Hal ini disebabkan oleh budaya permisif yang sangat berat dan perempuan tidak berdaya serta tidak mempunyai bargaining position (posisi rebut tawar) terhadap suaminya serta sebagian besar perempuan tidak memiliki pengetahuan akan bahaya yang mengancamnya. Kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah HIV /AIDS Selama ini adalah melaksanakan bimbingan sosial pencegahan HIV /AIDS, pemberian konseling dan pelayanan sosial bagi penderita HIV /AIDS yang tidak mampu. Selain itu adanya pemberian pelayanan kesehatan sebagai langkah antisipatif agar kematian dapat dihindari, harapan hidup dapat ditingkatkan dan penderita HIV /AIDS dapat berperan sosial dengan baik dalam kehidupanya. C. Pengkajian Fisik
1. Keadaan umum : bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi, dan daya tahan tubuh klien. 2. TTV : secara umum mengalami peningkatan TTV , pada kondisi awal atau saat peradangan dapat terjadi peningkatan suhu tubuh atau demam.
3. Pemeriksaan berat badan dilakukan pada setiap kunjungan. Kehilangan BB 10% atau lebih mungkin akibat dari sindrom wasting salah satu tanda AIDS . sehingga diperlukan bantuan tambahan gizi yang cukup jika apabila pasien telah kehilangan berat badan. 4. Mulut. Di daerah sekitar mulut sangat umum dijumpai infeksi jamur dan luka pada orang yang terinfeksi HIV. Dokter akan melakukan pemerksaan mulut pada setap kunjungan dan pemerksaan gigi minmal 2 kali setahun. 5. Kelenjar getah bening (limfadenopati) semakin membesar dan ditemukan ukuran yang berbeda. 6. Integumen : adanya vesikel-vesikel berkelompok yang nyeri, edema disekitar lesi, dapat pula timbul ulkus, pada infeksi sekunder. Juga dapat timbul diaforesis.
Pemeriksaan kulit secara teeratur dapat memberkan petunjuk mengena kondisi yang dapat diobati mulai dari tingkat keparahan dermatitis seboroik dapat menjadi sarcoma Kaposi. 7. Kepala : mata ; dikaji adanya vesikel atau tida, tidak ada masa, nyeri tekan, dan penurunan penglhatan. Hidung ;tidak ada sekret, tidak ada lesi. Telinga ; tidak ada edema, tidak ada nyeri tekan .
8. Leher : trakea simetris, pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis (-), tidak ada nyeri tekan.
9. Thoraks : bentuk; simetris, pernafasan; reguler, tidak ada otot bantu nafas. 10.Abdomen : bentuk; simetris, tidak ada benjoan, tidak nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar. Perkusi; suara timpani.
11. Abdomen menunjukkan limfa dan hati yang semakin membesar yang disebabkan oleh infeksi baru atau menunjukkan adanya kanker. 12.Genetalia : Pria ; daerah yang perlu diperhatikan adalah gland penis, batang penis, uretra, dan daerah anus. Wanita ; daerah yang perlu diperhatikan adalah labia mayora dan minora, klitoris, introitus vaginalis, dan serviks. Jika timbul lesi maka harus dicatat jenis, bentuk, ukuran,/luas, warna, dan keadaan lesi.
Perempuan yang terinfeksi HIV lebih memiliki kelainan sel di serviks daripada perempuan yang tdak terinfeksi HIV. Perubahan yang terjadi pada sel ini dapat diamati dengan tes Pap smear. Setelah tahun pertama di diagnose HIV minimal memiliki 2 tes pap setahun. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil yang normal maka harus melakukan tes pap sekali sehatun. Dan harus sering tes Pap smear apabila ditemukan hasil yang abnormal. 13.Ekstremitas : tidak ada luka dan spasme otot. https://www.slideshare.net/EkaNurulSiam/pemeriksaanfisikhivaids https://www.pdfcoke.com/uploaddocument?archive_doc=376910020&escape=false&metadata=%7B%22context%22%3A%22archive_vie
w_restricted%22%2C%22page%22%3A%22read%22%2C%22action%22%3A%22download%22%2C%22lo gged_in%22%3Atrue%2C%22platform%22%3A%22web%22%7D Nursalam dan Ninuk Dian. 2007. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERINFEKSI HIV/AIDS. Jakarta : Penerbit Salemba Medika https://books.google.co.id/books?id=LlTG5E64XC8C&pg=PR10IA3&dq=pengkajian+kultural+hiv&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwixhe3dkuHgAhVIknAKHa6gD8IQ6AEIKjAA# v=onepage&q&f=false (diakses pada tanggal 01 Maret 2019 pukul 22.25 WIB)